Ekohidraulika Sungai Model of Ciliwung Riverbank with the Ecohydraulics Approach in Kelurahan Sempur, Bogor

18 Dataran banjir sungai identik dengan vegetasi riparian. Dataran banjir berikut vegetasi yang kompleks didalamnya berfungsi untuk: a. Mengurangi tinggi banjir dengan mengurangi, menyimpan, dan melepas perlahan air banjir. b. Menurunkan kecepatan aliran sungai dan erosi tanah c. Memperbaiki kualitas air dengan cara menyaring dan mengurangi nutrien, pestisida, garam, sedimen, sampah organik, dan polutan lainnya yang bergerak ke sungai. d. Menyediakan tempat ikan dan habitat liar yang paling baik Informasi kecepatan sungai diperlukan untuk menentukan jenis tanaman yang akanditanam di area dataran banjir. Adanya tanaman akan mengurangi kecepatan aliran sungai pada saat aliran tinggi banjir sehingga daya rusak banjir dapat dikurangi. Vegetasi pada floodplain dapat menurunkan kecepatan aliran pada kasus aliran tinggi dan memperbaiki pertukaran antara sungai dengan riparian Huang et al., 2009. Selain bermanfaat untuk memperkuat tebing, tanaman tersebut punya nilai ekonomi antara lain: sebagai pakan ternak rumput gajah, alang-alang, kayu bakar Krangkungan, kerajinan tangan pandan berduri, akar wangi, bahan bumbu masak pandan wangi.

2.6. Ekohidraulika Sungai

Ekohidraulika berasal dari kata ecological hydraulics sehingga konsep ekohidraulika adalah konsep pengelolaan sungai yang bertujuan untuk menanggulangi banjir secara ekologis. Herricks dan Suen 2003 menguraikan bahwa ekohidraulika merupakan konsep yang mengintegrasikan prinsip-prinsip ekologi dalam analisa hidrolika lingkungan yang memperhitungkan keberadaan organisme pada saluran. Selanjutnya Dong 2009 menguraikan bahwa rekayasa ekohidraulika adalah cabang dari ilmu rekayasa hidraulik.Prinsip-prinsip dan metode teknik pada rekayasa hidraulik dikaitkan dengan syarat kesehatan dan keberlanjutan ekosistem akuatik. 19 Paradigma pembangunan sungai pada saat ini belum memperhatikan faktor-faktor lingkungan sebagai masukan yang diperlukan dalam rekayasa strukturnya.Rekayasa pembangunan sungai dirancang hanya berdasarkan kajian- kajian fisik hidraulik tanpa memperhatikan aspek-aspek ekosistem yang berlaku pada sebuah sistem perairan sungai Maryono, 2005.Kondisi yang ada menunjukkan bahwa upaya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air sering memberikan dampak berubahnya kondisi fisik sungai dari kondisi alamiahnya.misalnya untuk tujuan pengendalian banjir, alur sungai mungkin harus dipindah atau diluruskan atau diubah slope dasarnya dan dibuat dengan konstruksi beton atau batu kali pada tebing atau dasar sungai. Dengan adanya permasalahan tersebut di atas, maka dalam pengembangan dan pemanfaatan sumber daya air yang disertai dengan pendirian bangunan- bangunan air pada sungai, perlu dipikirkan upaya-upaya pelestarian alam guna mendukung kelestarian populasi ikan dan organisme perairan lainnya. Dengan laju perkembangan kesadaran lingkungan dan kesadaran berfikir holistik dunia internasional dewasa ini serta ditemukannya berbagai dampak negatif yang sangat besar dari rekayasa hidraulik murni.Maka pola pikir rekayasa hidraulik secara parsial mulai ditinggalkan.Kemudian berkembang pola rekayasa interdisipliner baru dengan memadukan antara rekayasa hidraulik dan pertimbangan ekologilingkungan pada setiap penyelesaian masalah keairan. Teknologi atau rekayasa bangunan air yang ramah lingkungan yang mendasarkan pada konsep- konsep eko-hidraulik eco hydraulics perlu dikembangkan tanpa mengurangi tujuan pengembangan atau pemanfaatan sumber daya air yang bersangkutan.Untuk tujuan tersebut perlu diupayakan sosialisasi atau pengenalan konsep design bangunan air yang ramah lingkungan kepada masyarakat dan pemerintah, baik daerah maupun pusat, terutama instansi pengelola sungai dan instansi terkait lainnya Ekohidraulik merupakan ilmu interdisipliner yang memadukan antara komponen ekologi dan komponen hidrolika Maryono, 2005.Perpaduan dua disiplin tersebut justru dalam perkembangannya dapat saling sinergis mutualisme yang menguntungkan secara ekologis dan hidraulis.Pendekatan interdisipliner 20 eko-hidraulik ini dipandang sebagai suatu pola pendekatan yang bisa diterima dan serta memiliki efek kelanjutan yang tinggi, karena memasukan faktor ekologi. Dalam konsep eko-hidraulik tidak ada satu faktor apapun yang tidak penting.Maka diperlukan banyak data pendukung seperti data social, fisik hidraulik, ekologi.Pada konsep hidraulik murni hanya memperhatikan dua unsur yaitu aliran air dan aliran sedimen.Sedangkan pada konsep eko-hidraulik disamping dua itu juga memperhatikan pula komponen vegetasi.Dalam perkembanganya eko-hidraulik, telah menghasilkan rekayasa-rekayasa baru yang dapat digunakan dalam penyelesaian masalah keairan dengan memanfaatkan faktor ekologi yang ada. Penerapan eko-engineering dengan konsep ekohidraulik dapat diterapkan misalnya penanganan longsoran tebing dengan melakukan penanaman bambu, rumput dan karangkungan atau perlindungan tebing dengan menggunakan ikatan batang atau dengan batu tanah yang ada. Dan bisa juga dengan menggunakan bending rendah pada dasar sungai dengan kayu mati yang akan membuat menurunnya tingkat erosi di dasar sungai. Dalam kaitan dengan eko-hidraulik, konservasi atau pemeliharaan sungai didefinisikan sebagai upaya untuk menjaga keberlangsungan mekanisme ekosistem sungai perpaduan antara habitat dan organisme sungai secara mikro maupun secara makro dari hulu hingga hilir, sehingga sungai dapat bermanfaat dan dimanfaatkan secara berkelanjutan. Komponen yang menjadi dasar dalam pemeliharaan sungai terdiri dari: 1. Komponen hidraulik, meliputi berbagai hal yang berhubungan dengan aliran air dan sedimen. Misalnya yang paling dominan adalah debit aliran, kecepatan aliran, tinggi permukaan, tekanan air, turbulensi makro, distribusi kecepatan mikro pada lokasi tertentu dan lain-lain. Dalam konsep eko hidraulik aliran bukan hanya berhububungan energi potensial tetapi juga dengan flora dan fauna di sekitar sungai dan juga mata air di sekitar sungai 2. Komponen sedimen dan morfologi sungai semua sedimen yang ada di sungai termasuk sedimen organik dan anorganik 3. Komponen ekologi, yaitu segala komponen biotic yang hidup di sungai flora dan fauna 21 4. Komponen sosial, yaitu persepsi masyarakat yang ada disekitar bantaran sungai terhadap komponen-komponen di atas pemeliharaan sungai intergratif. Konsep restorasi sungai dengan pendekatan ekohidraulika berbeda dengan konsep konvensional penanganan masalah sungai yang selama ini banyak dianut seperti pembuatan talud, dinding parapet, pembangunan tanggul, pelurusan, sudetan, relokasi sungai, pembangunan bendung tanpa fish way, dan lain sebagainya.Konsep integralistik antara ekologi dan hidraulik, semua faktor yang terkait perlu mendapatkan perhatian dengan porsi yang sesuai sehingga tidak ada komponen dalam ekosistem sungai yang hancur. Kehancuran salah satu rantai ekosistem sungai misalnya flora maka akan menyebabkan kehancuran komponen yang lain misalnya fauna, retensi hidraulik, dan erosi tebing sungai. Gambar 6 menunjukkan komponen-komponen penyusun sungai. 22 Gambar 6. Integralisasi komponen ekohidraulika profil sungai Gambaran berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa restorasi sungai dengan pendekatan ekohidraulika dapat diterapkan dengan penanaman vegetasi pada bantaran sungai. Hal ini akan mempengaruhi fungsi ekologi sungai, sebagaimana diuraikan oleh Newson 2002 menguraikan bahwa hidromorfologi ekosistem sungai merupakan unsur dinamis. Dinamika dari kondisi fisik habitat fluktuatif mempengaruhi kawasan bantaran sungai river bed and bank, hidrolika saluran, aliran permukaan, aliran dasar dan angkutan sedimen. Peningkatan dan restorasi habitat pada bantaran sungai akan meningkatkan stabilitas sungai dan Integralistik Ekologi dan Hidraulik Kimia Fisik Hidraulik Biologi Sosial 1. Karakteristik fisik sungai dan perubahannya 2. Profil melintang dan memanjang 3. Topografi alur dan dasar sungai 4. Fluktuasi debit, muka air, sedimen 5. Sempadan sungai bantaran banjir, longsor, ekologi, dan bantaran keamanan 6. Karakteristik hujan – aliran 1. BOD, COD, pH, CT, Fe, Mn, dll 2. Sumber limbah cair dan padat 3. Frekuensi debit limbah cair dan volume limbah padat 1. Jenis, formasi dan jumlah flora atau vegetasi 2. Jenis dan jumlah fauna pada sempadan sungai 3. Jenis dan jumlah fauna pada badan sungai 1. Permukiman dan aktivitas terkait dengan sungai 2. Sosial, ekonomi dan budaya masyarakat 3. Persepsi masyarakat 23 pola meandering. Sehingga kontribusi geomorfologis dalam pengelolaan sungai akan mempengaruhi pola aliran dan angkutan aliran. Sebagai bagian pengelolaan sumber daya air, maka pengelolaan sungai yang memperhitungkan lingkungan fisik dinilai mampu mempertahankan dinamika sungai sebagai ekosistem yang stabil. Mathuwatta dan Chemin 2002 menguraikan bahwa perencanaan sumber daya air tergantung pada lingkungan fisik yaitu vegetasi dan kondisi hidrologi sungai.Pertumbuhan vegetasi baik secara alami maupun dengan campur tangan manusia berpengaruh terhadap dinamika sungai. Zonasi pertumbuhan vegetasi lebih baik dibandingkan dengan zonasi agroekologi eksisting dan pemetaan land use pada permukaan sungai. 24 BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian