Pembagian DAS Ciliwung Penggunaan Lahan

29 Berdasarkan wilayah administrasi, DAS Ciliwung dari hulu sampai hilir melingkupi Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Propinsi DKI Jakarta dengan deliniasi wilayah sebagai berikut : a. Bagian hulu DAS Ciliwung sebagian besar termasuk wilayah Kabupaten Bogor Kecamatan Megamendung, Cisarua dan Ciawi dan sebagian kecil Kota Bogor Kecamatan Kota Bogor Timur dan Kota Bogor Selatan. b. Bagian tengah DAS Ciliwung termasuk wilayah Kabupaten Bogor Kecamatan Sukaraja, Cibinong, Bojonggede dan Cimanggis, Kota Bogor Kecamatan Kota Bogor Timur, Kecamatan Bogor Tengah, Kecamatan Bogor Utara, dan Tanah Sareal dan Kota Administratif Depok Kecamatan Pancoran Mas, Sukmajaya dan Beji. c. Bagian hilir sampai dengan Pintu Air Manggarai termasuk wilayah administrasi Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat, lebih ke hilir dari Pintu Air Manggarai, termasuk saluran buatan Kanal Barat, Sungai Ciliwung ini melintasi wilayah administrasi Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara.

4.1.2. Pembagian DAS Ciliwung

1. Bagian Hulu DAS Ciliwung Bagian hulu DAS Ciliwung mencakup areal seluas 146 km 2 yang merupakan daerah pegunungan dengan elevasi antara 300 m sampai 3.000 m dpl. Di bagian hulu paling sedikit terdapat 7 Sub DAS, yaitu: Tugu, Cisarua, Cibogo, Cisukabirus, Ciesek, Ciseuseupan, danKatulampa. Bagian hulu dicirikan oleh sungai pegunungan yang berarus deras, variasi kemiringan lereng yang tinggi, dengan kemiringan lereng 2-15 70,5 km 2 , 15-45 52,9km 2 , dan sisanya lebih dari 45. Di bagian hulu masih banyak dijumpai mata air yang bergantung pada komposisi litografi dan kelulusan batuan. 2. Bagian Tengah DAS Ciliwung Bagian tengah mencakup areal seluas 94 km2 merupakan daerah bergelombang danberbukit-bukit dengan variasi elevasi antara 100 m sampai 300 m di atas permukaan laut. Di bagian tengah terdapat dua anak sungai, yaitu: 30 Cikumpay dan Ciluar, yang keduanya bermuara di sungai Ciliwung. Bagian tengah Ciliwung didominasi area dengan kemiringan lereng 2-15. 3. Bagian Hilir DAS Ciliwung Bagian hilir sampai stasiun pengamatan Kebon BaruManggarai mencakup areal seluas 82 km2 merupakan dataran rendah bertopografi landai dengan elevasi antara 0 m sampai 100 m dpl. Bagian hilir didominasi area dengan kemiringan lereng 0-2 , dengan arus sungai yang tenang. Bagian lebih hilir dari Manggarai dicirikan oleh jaringan drainase, yang sudah dilengkapi dengan Kanal Barat sebagai penangkal banjir berupa saluran kolektor. Dalam kondisi demikian batas DAS menjadi tidak tegas.

4.1.3. Penggunaan Lahan

Kondisi penggunaan lahan, dalam hal ini tingkat penutupan lahan merupakan indikator penting dalam mengenali kondisi keseluruhan DAS. Hal ini berkaitan dengan terpeliharanya daerah resapan air, pengurangan aliran permukaan serta pengendalian erosi saat musim penghujan dan mencegah kekeringan saat musim kemarau. Berdasarkan hasil kajian Direktorat Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, Ditjen RRL, Departemen Kehutanan 1997, pola penggunaan lahan di wilayah DAS Ciliwung bagian hulu danbagian tengah secara garis besar dibedakan menjadi 4 empat jenis pemanfaatan lahan yaitu hutan, pertanian, pemukiman termasuk diantaranya industri, perdagangan, dll, dan lain-lain termasuk situ. Baik DAS bagian hulu maupun bagian tengah masih didominasi oleh kawasan pertanian yaitu masing-masing sebesar 63,9 dan 72,2. Akan tetapi, DAS bagian hulu masih terdapat kawasan hutan sekitar 25 sedangkan DAS bagian tengah sudah tidak mempunyai kawasan hutan sama sekali.Berdasarkan penggunaan lahan tahun 1996, ternyata daerah permukiman 11.590 ha merupakan penggunaan lahan terluas di DAS Ciliwung dan diikuti secara berurutan oleh pertanian tegalan 7.770 ha, kebun campuran 5.730, hutan 5.094 ha, sawah 1.665 ha, dan penggunaan lainnya 724 ha. 31 Gambar 11. Tata guna lahan di DAS Ciliwung Tahun 1996 Sedangkan berdasarkan penggunaan lahan tahun 2001-2002, jenis pemanfaatan lahannya semakin bertambah yaitu antara lain sawah, tegalan, perkebunan, kebun campuran, hutan, pemukiman, dan kawasan industri. Pada tahun 2001, daerah pemukiman masih merupakan penggunaan lahan terluas dari DAS Ciliwung namun prosentasenya meningkat drastis yaitu menjadi 64, sedangkan luasan hutan menurun secara drastis yaitu menjadi hanya 0,17. Prosentase penggunaan lahan pada tahun 2001-2002 dapat dilihat dalam Gambar 12 berikut. Gambar 12. Tata guna lahan di DAS Ciliwung Tahun 2001 – 2002 32 Karena setiap tipe penggunaan lahan mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menginfiltrasikan meresapkan air hujan ke dalam tanah, maka jumlah air hujan yang meresap ke dalam tanah dan yang mengalir di atas permukaan tanah akan berbeda pada setiap tipe penggunaan lahan. Proporsi air hujan yang mengalir di atas permukaan tanah pada setiap penggunaan lahan dikenal dengan istilah koefisien aliran permukaan atau koefisien limpasan.Besarnya koefisien aliran permukaan itu memang masih dipengaruhi oleh tipe tanah dan pengelolaan manajemen lahan. Perbedaan manajemen lahan dan permukaan lahan, menyebabkan nilai koefisien limpasan di daerah permukiman berkisar dari 25-40 di pinggiran kota dan pedesaan, 35-70 di perkotaan, 50-90 di daerah industri, 50-95 di daerah perkotaan dan perdagangan. Di daerah pertanian besarnya koefisien limpasan berkisar 21-65 , daerah penggembalaan 17-23 , dan di daerah hutan adalah 2-15 .Berdasarkan luas dan nilai koefisien limpasan daerah permukiman adalah yang terbesar, maka kontribusi daerah permukiman adalah yang terbesar mengakibatkan banjir Ciliwung, disusul oleh daerah pertanian tegalan dan kebun campuran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh mahasiswa PS DAS IPB melalui simulasi model, dengan data penggunaan lahan tahun 1996 dan curah hujan 88 mm pada 11 Februari 1996, maka debit Stasiun Katulampa hanya 205 m3 debit di Stasiun Ratujaya 320 m3dan debit diStasiunManggarai383m3.Data tersebut menunjukkan bahwa kontribusi bagian hulu sekitar 33 , tengah 35 , dan hilir 32 . Proyeksi penggunaan lahan sampai tahun 2012 yang didasarkan pada kecenderungan perubahan 1990-1996 menunjukkan bahwa daerah permukiman akan meningkat menjadi 48 , tetapi kebun campuran dan tegalan menurun menjadi hanya 12 dan 17 . Hal ini akan meningkatkan koefisien limpasan meningkat menjadi 48 di bagian hulu, 60 di bagian tengah, dan 65 di bagian hilir. Perubahan penggunaan lahan dari pertanian tegalan dan kebun campuran menjadi permukiman di bagian tengah dan hilir DAS Ciliwung tampaknya lebih cepat daripada proyeksi tahun 2012 karena besarnya tekanan penduduk. Hal ini 33 akan mengakibatkan kontribusi bagian tengah DAS terhadap banjir Jakarta semakin besar. Apabila tidak ada inisiatif mengatasi perubahan itu, maka aliran Ciliwung akan menjadi lebih tidak terkendali. Jakarta dapat terhindar dari amukan banjir yang lebih dahsyat dengan cara Sungai Ciliwung harus diatur dengan debit aliran di Stasiun Ratujaya Depok tidak melebihi 350 m 3 .

4.2. Sungai Ciliwung di Kelurahan Sempur