Longsoran tebing Stabilisasi tebing Armor Struktur kanal

7 di Indonesia yang kondisinya kritis. Proyek percontohan untuk sekitar 19 sungai kritis itu dilakukan pada Sungai Ciliwung, dan sebanyak 12 institusi terkait telah menyepakati sebuah program terpadu peningkatan kualitas air Sungai Ciliwung. Fokus utamanya adalah mengatasi beban pencemaran serta memulihkan dan meluaskan daerah konservasi. Dalam jangka panjang, menurut rencana induk master plan yang disepakati, seluruh segmen Sungai Ciliwung akan menjadi kelas I, yang artinya dapat digunakan sebagai air baku air minum. Namun, dalam 15 tahun ke depan diperkirakan kualitas air kelas I hanya bisa tercapai sampai pada segmen 4 Kota Depok, dan pada saat itu segmen 5 DKI Jakarta baru sampai pada kelas II, baru layak digunakan untuk sarana rekreasi air dan perikanan. Perlu tambahan sedikitnya lima tahun lagi untuk meningkatkan kualitas air Sungai Ciliwung di Jakarta menjadi kelas I. Itu pun bila pemerintah daerah berhasil membenahi tata ruang, membebaskan bantaran sungai dari permukiman, dan yang lebih penting adalah kesadaran warga untuk tidak membuang sampah ke sungai.

2.2. Longsoran tebing

Longsoran tebing dan erosi pada dinding penahan tanah merupakan konsekuensi dari meningkatnya kecepatan air dan debit air yang melewati suatu wilayah tertentu di sungai. Meningkatnya kecepatan aliran dengan pembangunan fisik dengan sudetan, pelurusan kanal, pembetonan tebing merupakan usaha campur tangan manusia untuk mempercepat pembuangan air banjir. Akan tetapi hal tersebut berdampak pada terjadinya percepatan arus air yang menuju hilir. Peningkatan kecepatan aliran akan berdampak pada peningkatan erosi dasar sungai dan tanah longsor di kanan-kiri sungai Maryono 2000a. Menurut sebabnya, longsoran tebing dapat dibedakan menjadi: longsoran karena abrasi, longsoran karena banjirkenaikan kecepatan aliran dan longsoran karena berat tanah sliding. 8

2.3. Stabilisasi tebing

Stabilisasi tebing sungai merupakan salah satu cara untuk melihat campur tangan manusia terhadap sungai. Meskipun erosi bersifat alami, tingkat erosi dapat dipercepat oleh kegiatan manusia misalkan dengan menghilangkan tanaman riparian, stabilisasi tebing, atau dengan manipulasi kanal sungai di bagian hulu.Pengukuran untuk menstabilkan tebing dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori; armor, struktur kanal, dan metode vegetasi.

a. Armor

Ada dua bentuk yaitu bank armor dan levees.Bank armor adalah selimut bahan resisten yang ditempatkan sepanjang tebing sungai.Riprap merupakan bentuk yang umum dari bank armor. Jika air menerjang permukaan keras riprap maka air tersebut tidak dapat membersihkan tebing sungai sehingga erosi tebing ditekan. Levees adalah struktur yang terdiri dari batuan atau material yang dibangun di dataran banjir.Levees mencegah dan menekan erosive force dari aliran banjir.

b. Struktur kanal

Adalah dinding yang dibangun pada sisi aktif dari kanal sungai.Tujuannya untuk menghindarkan sungai dari longsoran tebing. Yang termasuk struktur ini antara lainbarbs, jetties, vanes, dan weirs. Sepintas struktur ini mirip bank armor karena menggunakan sedikit batuan, tidak terlalu merusak fungsi alami sungai dan habitat riparian, dan lebih banyak dataran banjir yang berfungsi menopang sungai.Akan tetapi efek kanalisasi memberikan dampak yang lebih serius daripada bank armor. Dalam jangka panjang bangunan hidrolika murni armor dan struktur kanal akan meningkatkan erosi di daerah hilir dan mempercepat aliran air. Dalam pandangan hidrolika murni sungai dipandang sebagai suatu saluran hidraulik pembuangan air kelebihan menuju ke laut Maryono 2000a.Dengan konsep ini, semua sungai sebaiknya diluruskan atau ditalud sehingga air secara cepat dapat mengalir ke hilir.Selanjutnya Maryono 2000a menggambarkan dampak buruk dari rekayasa hidraulik murni yang terjadi di Amerika. Pelurusan Sungai 9 Kissimmee, Florida yang semula bermeander sepanjang 150Km diluruskan menjadi 70Km menyebabkan kepunahan satwa hingga 75. Akibat lain yaitu menurunnya kualitas air di Danau Okeechoobee. Pelurusan Sungai Rhine di Eropa menyebabkan hilangnya ikan Salmon.Untuk kasus Indonesia, pelurusan Bengawan Solo di Kab.Sukoharjo telah menyebabkan hancurnya flora dan fauna di riparian sungai, sungai yang terputus menjadi sungai mati tempat bersarangnya nyamuk.Sehingga dalam pengelolaan DAS terpadu yang berwawasan lingkungan hal tersebut tidak sustainable.

c. Metode vegetasi