5
1.4. Hipotesis
a. Pembangunan Sungai Ciliwung dengan konsep hidraulika murni menyebabkan
menurunnya fungsi retensi banjir b.
Ekohidraulika dan eko-engineering dapat diterapkan untuk mengatasi erosi dinding sungai.
c. Kompilasi data fisik dan biologi sungai dapat digunakan untuk membuat
perencanaan restorasi Sungai Ciliwung di Kelurahan Sempur
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain sebagai berikut :
a. Manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, sebagai bahan rujukan dan
pengkajian lebih lanjut terhadap model restorasi bantaran sungai yang mengintegrasikan aspek sosial ekonomi, ekologi dan teknologi.
b. Sebagai masukan bagi pemerintah daerah untuk landasan pengelolaan
sungai secara berkelanjutan. c.
Memberikan data-data yang dibutuhkan untuk melakukan restorasi Sungai Ciliwung di lokasi KelurahanSempur, Bogor
d. Membantu masyarakat Kelurahan Sempur mengatasi erosi dinding Sungai
Ciliwung dengan dana yang terjangkau e.
Memberikan rancangan restorasi Sungai Ciliwung di Kelurahan Sempur, Bogor
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sungai Ciliwung
Berdasarkan pemantauan terhadap kualitas air sungai di Indonesia pada tahun 2004 oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup menunjukkan air sungai
telah tercampuri dengan limbah domestik, limbah industri, limbah pertanian, dan limbah peternakan. Dari seluruh sungai yang dipantau, hilir Sungai Ciliwung
mendapatkan tekanan polusi terberat. Bagian hulu sungai tercemari dengan fecal coli dan total coliform yang melebihi baku mutu yang ditetapkan. Bakteri tersebut
berpengaruh sangat besar terhadap status mutu air sungai.Bila parameter itu dapat dikendalikan, status mutu air sungai dapat meningkat menjadi lebih baik. Berdasar
parameter biologi fecal coli dan total coliform, DO dissolfed oxygen, BOD biochemical oxygen demand, dan COD chemical oxygen demand, tidak ada
segmen Sungai Ciliwung yang mutu airnya memenuhi kriteria kelas I, yang layak digunakan sebagai air baku untuk air minum.
Sungai Ciliwung dibagi dalam lima segmen menurut wilayah administratif yang dilintasi, yakni segmen 1 Kabupaten Bogor, segmen 2 Kota Bogor,
segmen 3 Kabupaten Bogor, segmen 4 Kota Depok, dan segmen 5 DKI Jakarta. Pada segmen 1 di titik pemantauan Cisarua Kabupaten Bogor, air
Sungai Ciliwung masuk kriteria kelas II yaitu kualitas airnya dapat digunakan untuk prasaranasarana rekreasi air, perikanan, peternakan, dan pertamanan. Pada
Segmen 2 Ciawi, Kota Bogor dan 4 Cimanggis, Kota Depok, kondisi kualitas airnya termasuk kelas IV yang pemanfaatannya hanya layak untuk mengairi
pertamanan. Segmen 3 di Cibinong Kabupaten Bogor berkualitas kelas III, bisa untuk perikanan, peternakan, dan pertamanan. Sedangkan segmen 5 di wilayah
DKI Jakarta, tidak termasuk dalam kelas mana pun sehingga tidak layak dimanfaatkan untuk kegiatan apa pun. Dengan teknologi tinggi, kualitas air dapat
ditingkatkan. Persoalan umum yang dihadapi di sepanjang aliran Sungai Ciliwung adalah
pencemaran limbah domestik, limbah industri, limbah peternakan, erosi, dan kurangnya resapan air.Saat ini sedang dibahas upaya peningkatan kualitas sungai
7 di Indonesia yang kondisinya kritis. Proyek percontohan untuk sekitar 19 sungai
kritis itu dilakukan pada Sungai Ciliwung, dan sebanyak 12 institusi terkait telah menyepakati sebuah program terpadu peningkatan kualitas air Sungai Ciliwung.
Fokus utamanya adalah mengatasi beban pencemaran serta memulihkan dan meluaskan daerah konservasi.
Dalam jangka panjang, menurut rencana induk master plan yang disepakati, seluruh segmen Sungai Ciliwung akan menjadi kelas I, yang artinya
dapat digunakan sebagai air baku air minum. Namun, dalam 15 tahun ke depan diperkirakan kualitas air kelas I hanya bisa tercapai sampai pada segmen 4 Kota
Depok, dan pada saat itu segmen 5 DKI Jakarta baru sampai pada kelas II, baru layak digunakan untuk sarana rekreasi air dan perikanan.
Perlu tambahan sedikitnya lima tahun lagi untuk meningkatkan kualitas air Sungai Ciliwung di Jakarta menjadi kelas I. Itu pun bila pemerintah daerah
berhasil membenahi tata ruang, membebaskan bantaran sungai dari permukiman, dan yang lebih penting adalah kesadaran warga untuk tidak membuang sampah ke
sungai.
2.2. Longsoran tebing