46 18. Tamarindus indica
Fabaceae Asam Jawa
TB 19. Tectona grandis
Verbenaceae Jati
TB
Keterangan :
TB : Tanaman Buah
TK : Tanaman Kayu
TP : Tanaman Peneduh
5.4. Analisis Hidraulika Sungai
Analisis hidraulika dilakukan untuk memperoleh seberapa besar debit yang dapat ditampung oleh sungai sebelum terjadi banjir. Sebagai saluran terbuka,
maka sungai yang memiliki penampang alami diidealisasikan dengan bentuk trapesium. Pengukuran lebar saluran dilakukan di empat titik pengamatan. Hasil
pengukuran lapangan menujukkan variasi karakteristik penampang sungai pada daerah hulu, tengah dan daerah hilir sebagaimana disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Profil hidraulik Sungai Ciliwung di Kelurahan Sempur
Lokasi Tipe
Bantaran Lebar Sungai meter
Kemiringan Luas
Penampang m
2
Lebar Dasar
Lebar Atas
Segmen 1 Tipe C
29,4 35,8
2,9 14,50
Segmen 2 Tipe C
11,7 35,7
1,2 12,61
Segmen 3 Tipe B
20 27,8
0,9 36,16
Segmen 4 Tipe C
12 40,5
1,6 5.44
Tabel 5 menunjukkan bahwa lebar sungai pada lokasi Segmen 1 yang berada pada daerah hulu lebih besar dibandingkan dengan lebar sungai pada lokasi
Segmen 2. Hal ini disebabkan karena pada daerah Segmen 1 nampak terjadi erosi tebing yang tinggi sedang pada daerah Segmen 2 terjadi banyak tumpukan
sediman batuan sehingga lebar sungai menyempit. Pada daerah Segmen 4 terjadi pengikisan akibat erosi tebing tanpa adanya tindakan perkuatan sehingga terjadi
pelebaran sungai.
47 Tabel di atas juga menunjukkan bahwa lokasi Segmen 1 dan Segmen 2
memiliki luas penampang sungai yang relatif sama, sedangkan pada lokasi Segmen 3 luas penampang mengalami peningkatan, dan di lokasi Segmen 4
memiliki luas penampang yang lebih rendah dibandingkan di lokasi lainnya. Karakteristik hidraulika lain adalah kemiringan sungai. Dasar sungai dari
hulu ke hilir memperlihatkan perbedaan tinggi elevasi, dan pada jarak tertentu atau keseluruhan sering disebut dengan istilah “gradien sungai” yang memberikan
gambaran berapa persen rataan kelerengan sungai dari bagian hulu kebagian hilir. Besaran nilai gradien berpengaruh besar terhadap laju aliran air. Daerah dengan
kemiringan memanjang yang tinggi akan menyebabkan terjadinya kecepatan yang tinggi dan memungkinkan terjadinya erosi tebing. Sedangkan pada daerah dengan
kemiringan kecil akan menyebabkan terjadinya sedimentasi. Dari Tabel 5 Sepanjang lokasi Segmen 2 menuju ke Segmen 3 memang tidak ditemukan
tumpukan sedimentasi. Kecepatan air di sepanjang lokasi ini terhitung cepat sehingga di beberapa titik terdapat erosi dinding akibat tergerus air.
Kondisi hidraulika lain yang juga mempengaruhi kapasitas sungai adalah kedalaman sungai. Hasil pengukuran di lapangan dapat dilihat pada Tabel 6
berikut yang menunjukkan bahwa kedalaman sungai bervariasi. Data tersebut juga menunjukkan bahwa lokasi yang lebih di bawah yaitu di Segmen 2 dan Segmen 3
lebih dalam dibandingkan dengan kedalaman sungai di lokasi Segmen 1, dan pada lokasi Segmen 4 sungai kembali mengalami pendangkalan.
Tabel 6. Kedalaman Sungai Ciliwung No
Titik Pengamatan
Kedalaman m Segmen 1
Segmen 2 Segmen 3
Segmen 4 1
1 1.25
1.40 2,205
0.27 2
2 0.73
1.45 2.545
0.53 3
3 0.35
1.11 2.555
0.53 4
4 0.64
0.80 1.775
- 5
5 0.29
0.50 0.895
- 6
6 0.19
- -
- 7
7 0.27
- -
-
48 Kemiringan sungai akan berpengaruh terhadap kecepatan aliran.
Kecepatan aliran diseluruh penampang melintang sungai dalam satu sungai tidaklah seragam. Semakin tidak teratur tampang saluran maka semakin tidak
seragam distribusi kecepatan alirannya. Sehingga kecepatan rata-rata yang diperoleh dapat memiliki derajat penyimpangan besar dengan kecepatan real yang
ada. Besarnya kecepatan rata-rata secara kasar dapat ditentukan dengan mengukur kecepatan di permukaan air. Pengukuran kecepatan aliran dalam penelitian ini
dilakukan menggunakan current meter. Hasil pengukuran kecepatan aliran pada kedua penampang melintang sungai disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Kecepatan aliran sungai pada saat pengukuran Bagian
Kecepatan Air V mdet Segmen 1
Segmen 2 Segmen 3
Segmen 4 1
0,731 1,286
0,52 1,87
2 0,860
0,943 0,49
2,56 3
1,089 1,473
0,48 1,623
4 1,370
1,226 0,3
- 5
1,348 -
0,11 -
6 2,161
- -
-
Berdasarkan tabel di atas, diketahui kecepatan aliran dan luas penampang sungai pada kedua lokasi pengukuran tersebut, maka dengan menggunakan
hitungan hidraulis sungai dapat ditentukan debit pada masing-masing titik pengamatan.
5.1
Dimana Q adalah debit air m
3
det, V adalah kecepatan aliran sungai mdet dan A adalah luas penampang sungai m
2
. Adapun hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran.
Berdasarkan nilai debit sungai yang telah diperoleh, dengan menggunakan persamaan 5.1 dapat diperoleh kecepatan Vm yaitu sebagai berikut :
49 5.2
5.3
Tabel 8. Kecepatan aliran pada lokasi penelitian
No. Lokasi
Luas Penampang m
2
Debit m
3
det Kecepatan
Rata-rata mdet
1 Segmen 1
14,50 15,61
1,08 2
Segmen 2 12,61
15,34 1,22
3 Segmen 3
36,16 15,97
0,42 4
Segmen 4 5,44
11,21 2,06
Adapun gambaran kondisi sungai Ciliwung yang melintas Kelurahan Senpur seperti pada Gambar 20
– 23 sebagai berikut :
Gambar 20.Sungai Ciliwung di Lokasi Segmen 1
50 Gambar 21. Sungai Ciliwung di Lokasi Segmen 2
Gambar 22. Sungai Ciliwung di Lokasi Segmen 3
Gambar 23. Sungai Ciliwung di Lokasi Segmen 4
Sedangkan Gambar 24 – 27 berikut merupakan penampang melintang
sungai yang menggambarkan kondisi sungai di masing- masing segmen.
51 Gambar 24. Penampang melintang Sungai Ciliwung di Segmen 1
51
52 Gambar 25. Penampang melintang Sungai Ciliwung di Segmen 2
52
53 Gambar 26. Penampang melintang Sungai Ciliwung di Segmen 3
53
54 Gambar 27. Penampang melintang Sungai Ciliwung di Segmen 4
54
55
5.5. Perhitungan Koefisien Kekasaran