Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Berdasarkan Rencana Strategis yang dimiliki oleh bagian sumber daya manusia KPPU agar dapat menyediakan sumber daya manusia yang memadai secara kualitas dan kuantitas maka upaya yang dilakukan adalah dengan mengurangi kesenjangan gap kinerja kompetensi yang ada saat ini dengan kinerja standar atau yang diharapkan untuk dilakukan oleh pegawai. Kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan untuk mencapai kinerja yang superior. Aspek- aspek pribadi ini termasuk sifat, motif, sistem nilai,sikap pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi akan mengarahkan tingkah laku dan melanjutkan efeknya pada kinerja seseorang. Kompetensi yang diharapkan dari sumber daya manusia di KPPU disesuaikan dengan jenis jabatan yang ada. Hal inilah yang menjadi dasar diadakannya pelatihan teknik dasar-dasar investigasi yang merupakan suatu kebutuhan untuk para investigator memperkecil gap kompetensi tersebut. Pengukuran kebutuhan pelatihan merupakan langkah awal yang sangat penting untuk terciptanya pelatihan, yang mana akan berpengaruh secara signifikan bagi suksesnya sebuah pengembangan dan pelatihan. Disamping hal tersebut, pada kenyataannya dalam lingkungan KPPU masih sedikit evaluasi yang mengukur kebutuhan pelatihan untuk desain dan pengembangan program pelatihan. Setelah program pelatihan dan pengembangan selesai dilakukan maka efektivitas nya harus di ukur. Evaluasi pelatihan bisa didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan informasi secara sistematis, baik informasi yang sifatnya deskriptif maupun judgemental, diharapkan dapat membantu dalam mengambil keputusan secara efektif, dalam hal pemilihan, adopsi, maupun modifikasi terhadap berbagai kegiatan operasional dalam organisasi dan instansi. Evaluasi pelatihan ini sering disebut sebagai suatu proses pengumpulan keluaran yang dibutuhkan untuk menilai apakah sebuah program pelatihan sudah efektif atau belum. Dalam setiap mata ajar pendidikan dan pelatihan, sistem evaluasi perlu dispesifikasikan secara eksplisit dengan harapan kegiatan pelatihan akan sesuai dengan peningkatan jenjang karir pegawai. Pengukuran evaluasi pelatihan yang akan dipakai dalam pelatihan kali ini adalah dengan pengukuran 2 level komponen dari total 5 level yang ada. Diantaranya adalah pengukuran level 3 untuk mengetahui seberapa besar perubahan perilaku para peserta setelah kegiatan pelatihan, metode yang dipakai yaitu dengan pembagian uji kuesioner kepada para peserta pelatihan. Indikator dari evaluasi perilaku yang digunakan yaitu sikap attitude, komunikasi communication, kepemimpinan leadership, partisipasi participation dan mengorganisir kemampuan organizing ability . Evaluasi pelatihan kedua yang akan diukur yaitu dengan pengukuran level 4, seberapa besar pengaruh pelatihan membawa hasil bagi suatu instansi dan dampak apakah yang akan yang didapat dari pelatihan. Beberapa indikator yang dipakai dalam evaluasi pelatihan level 4 untuk melihat produktivitas kerja dari para investigator ini adalah kualitas kerja dan kecepatan serta ketepatan dalam menghadapi pekerjaannya. Metode yang dipakai yaitu dengan menggunakan uji persepsi dengan uji beda T yang mana membandingkan poin-poin pada lembar kuesioner berdasarkan pandangan peserta sebelum dan setelah pelatihan berlangsung. Segala bentuk sistem evaluasi yang dilakukan adalah untuk pencapaian hasil output apakah akan terjadi produktivitas karyawan yang meningkat atau bahkan tidak sama sekali. Untuk memperjelas pemikiran rinci dalam penelitian ini, berikut digambarkan suatu kerangka pemikiran operasional yang skematis pada Gambar 5. Level 4 – Perubahan Hasil : 1. Kualitas Kerja 2. Kecepatan dan Ketepatan Renstra SDM Gap Kompetensi Pelatihan Teknis Dasar-Dasar Investigasi Evaluasi Pelatihan Hasil Efektivitas Evaluasi Pelatihan Level 3 – Perubahan Perilaku : 1. Sikap Bertindak Attitude 2. Komunikasi Communication 3. Kepemimpinan Leadership 4. Partisipasi Participation 5. Mengorganisir Kemampuan Organizing Ability Uji Beda T Gambar 5. Kerangka pemikiran operasional

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian