Konsep Marketing Dalam Domain Politik

dijadikan sebagai motivasi bagi partai agar tidak mudah puas dengan hasil yang telah didapat. Persaingan selalu mengancam bagi pemenang apakah pemenang bisa mempertahankan kemengangan atau tidak. Ketiga, persaingan memberikan interaksi yang dinamis antara partai dengan pemilih, karena partai-partai politik akan memberikan yang terbaik kepada masyarakat. Apabila partai tidak dapat memberikan yang terbaik kepada masyarakat maka partai akan tergusur dari peta persaingan. 20

c. Orientasi Konsumen

Konsumen dalam marketing politik adalah masyarakat yang harus ditampung aspirasinya dan dituangkan kedalam program kerja. Masyarakat adalah sumber inspirasi untuk mengembangkan program kerja. Program kerja harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka partai harus menganalisa kebutuhan tersebut. Partai yang mengetahui kebutuhan dari konsumen dan menjadikannya sebagai program kerja akan menjadi pilihan masyarakat. 21 Menurut Popkin 1994 pemilih akan memilih partai atau kandidat yang paling memiliki kedekatan ideologi dan kebijakan. Oleh karena itu, partai harus memiliki aktifitas yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Masyarakat dijadikan sumber inspirasi untuk membentuk program kerja. Partai harus mampu menangkap dan menampung keresahan, masalah, keinginan, harapan dan aspirasi 20 Firmanzah, Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008, 163 21 Firmanzah, Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008, 164-165 masyarakat. Dari semua permasalahan yang dialami masyarakat partai harus pandai mengolah lalu menerjemahkannya kedalam program kerja. 22 Dalam penyusunan program kerja, partai tidak bisa melakukannya dengan sendiri tanpa melihat apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Partai yang program kerjanya tidak sesuai dengan keinginan konsumen akan ditinggalkan dan konsumen akan berpaling kepada partai lain.

d. Orientasi Pesaing

Selain berorietasi pada persaingan, partai politik juga harus berorientasi pada pesaing. Orientasi pesaing adalah upaya untuk melihat apa yang telah dilakukan oleh pesaing. Dalam memenangkan pemilu, partai tidak akan bisa menang dikarenakan oleh faktor internal partai saja, faktor eksternal juga dapat memperngaruhi perolehan suara partai. Salah satu faktor eksternal adalah perilaku pesaing. Oleh karena itu, partai harus mengetahui apa saja produk dan strategi yang telah dilakukan oleh pesaing untuk menarik perhatian pemilih. Fungsi mengetahui produk politik pesaing adalah agar partai bisa membuat produk yang lebih memiliki keunggulan dimata masyarakat. Keunggulan produk akan dinilai dari sudut pandang pemilih bukan dari sudut pandang partai. Hal ini disebabkan karena pemilih yang akan merasakan produk politik yang ditawarkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Persepsi pemilih terhadap produk itulah yang lebih menentukan dibandingkan dengan persepsi para elit politik. Dalam dunia politik, pesaing harus dijadikan sebagai suatu ancaman yang 22 Firmanzah, Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008, 164 permanen karena pesaing dapat melakukan apa saja untuk menjatuhkan lawan- lawan politiknya. Oleh karena itu, partai harus melihat dan menganalisis apa saja yang telah dilakukan oleh pesaing agar partai dapat menciptakan kembali produk yang lebih baik atau sekurang-kurangnya sama dengan produk pesaing agar perhatian masyarakat tetap tertuju kepada suatu partai. 23 Menurut Gatignon, pesaing akan melakukan tiga hal atas apa yang telah dilakukan oleh partai. Pertama, pesaing akan melakukan serangan balik secara aktif atas apa yang dilakukan oleh suatu partai. Kedua, pesaing tidak akan bereaksi apa-apa. Hal ini bisa disebabkan karena pesaing menilai hal tersebut tidak perlu dilakukan atau mungkin pesaing kekurang sumberdaya. Ketiga, pesaing menarik diri dari kompetisi karena mereka melihat tidak ada peluang bagi mereka untuk memenangkannya. 24

e. Riset Pasar

Riset pasar dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang semua hal yang berada diluar organisasi partai. Riset pasar juga dilakukan untuk mengetahui perilaku dari pesaing politik dan perubahan yang terjadi dimasyarakat. Karena perubahan yang terjadi dimasyarakat harus cepat ditanggapi agar partai mudah beradaptasi. 25 23 Firmanzah, Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008, 166 24 Firmanzah, Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008, 166 25 Firmanzah, Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008, 167 Riset pasar sangat berperan besar untuk mengetahui perubahan perilaku yang terjadi dimasyarakat. Melalui riset pasar suatu partai akan lebih mudah mengetahui permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi oleh pemilih. Melalui permasalahan-permasalahan yang ada partai harus bisa membuat isu-isu politik yang disertai dengan solusinya. Riset pasar juga berguna untuk mengurangi bias informasi. Dengan cara ini, partai akan mengetahui informasi yang sedang terjadi dan lebih mudah mengetahui apakah informasi tersebut dapat dipercaya atau hanya rumor belaka.

f. Segmentasi Politik

Masyarkat bersifat multidimensi dan tersusun dari beragam karekteristik. Individu-individu didalam masyarakat dilahirkan dalam struktur keluarga, suku dan lingkungan yang berbeda dan memiliki peraturan yang berbeda pula. Setiap peraturan akan memberikan pemahaman yang berbeda dalam menentukan mana yang dianggap layak, benar dan salah. Perbedaan ini tidak hanya didorong oleh dimana individu dilahirkan. Latar belakang pendidikan, profesi dan lingkungan juga membentuk karekteristik individu. Dari perbedaan ini, partai politik harus mampu mengidentifikasikan kelompok-kelompok dalam masyarakat. Identifikasi ini akan memudahkan partai untuk mengetahui pola pikir setiap kelompok. Didalam politik, identifikasi ini disebut sebagai segmentasi. 26 Segmentasi berperan sebagai alat penyederhana kekompleksitasan dan kerumitan struktur didalam masyarakat. 26 Firmanzah, Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008, 181 Segmentasi merupakan konsep yang banyak digunakan dalam domain marketing. Konsep ini pertama kali dipekenalkan oleh Smith pada tahun 1956. Sampai sekarang, segmentasi dilakukan dengan menggunakan tiga asumsi. Asumsi pertama adalah konsumen terdiri dari komponene-komponen tidak sama atau heterogen. Kedua, Heterogenitas konsumen ini akan mempengaruhi tingkat dan jenis permintaan konsumen. Ketiga, masing-masing segmen pasar dapat dipisahkan satu denga yang lain dan juga dapat dibedakan dengan karekteristik pasar secara keseluruhan. 27 Segmentasi perlu dilakukan untuk menganalisis perilaku masyarakat dan memudahkan partai dalam berkomunikasi. Setiap perbedaan karekteristik membutuhkan pendekatan yang berbeda. Partai politik harus memahami dengan siapa mereka berkomunikasi. Oleh karena itu segmentasi sangat dibutuhkan agar tidak terjadi kesalahan dalmam berkomunikasi yang mengakibatkan pesan politik tidak dapat diterima masyarakat.

g. Positioning Politik

Positioning didalam ilmu marketing didefenisikan sebagai semua aktifitas untuk menanamkan kesan dibenak konsumen agar mereka bisa membedakan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi bersangkutan. Positioning berfungsi sebagai pembentukan image di masyarakat. Dalam dunia politik, partai harus bisa menempatkan produk politik dengan image politik dihati masyarakat. Oleh karena itu, produk dan image politik suatu partai harus mempunyai perbedaan dangan partai yang lain. 28 27 Firmanzah, Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008, 182 28 Firmanzah, Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008, 190 Positioning yang tepat akan memberikan dampak yang memuaskan pula bagi partai. Partai politik harus berusaha menjadi pilihan terbaik bagi pemilih agar disaat pemilih dihadapkan pada serangkaian pilihan politik, maka partai tersebut akan menjadi solusi terhadap permasalahan yang dihadapi.

2. Kampanye

Kampanye dapat diartikan sebagai serangkaian tindakan yang telah terancana yang dimaksudkan untuk memengaruhi tindakan orang banyak secara berkelanjuan dengan maksud dan tujuan yang telah di tentukan dan dalam kurun waktu tertentu. 29 Kegiatan kampanye biasanya diarahkan untuk menciptakan perubahan pada tataran pengetahuan kognitif. Tujuannya adalah untuk memunculkan kesadaran dan keyakinan masyarakat pada hal tertentu dan diharapkan kepada perubahan sikap. Kampanye dilakukan untuk memunculkan simpati, rasa suka, kepedulian dan keterpihakan masyarakat terhadap isu yang diangkat dalam kampanye. 30 Menurut Cherles U Larson, kampanye dapat dibagi menjadi tiga jenis. Yang pertama product-oriented campaigns, kampanye ini biasanya dilakukan dilingkungan bisnis, yang berorientasi kepada pemasaran produk. Dengan motifasi mendapatkan keuntungan finansial. Yang kedua, Candidat-oriented campaigns, kampanye jenis ini sering disebut sebagai kampanye politik, tujuan dari kampanye ini adalah untuk mendapatkan kekuasaan politik seorang kandidat. 29 Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik, Bogor:Galia Indonesia, 2013, 21 30 Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik, Bogor:Galia Indonesia, 2013, 23 Yang ketiga, ideologicalyl campaigns, kampanye ini berorientasi kepada tujuan yang biasanya berdimensi kepada perubahan sosial, kampanye jenis ini biasa disebut juga social change campaigns dan cakupan dalam kampanye ini sangat luas. 31 Kampanye menurut Roger dan Storey adalah serangkaian tindakan komunikasi yang dilakukan secara terus menerus kepada masyarakat dengan tujuan menciptakan efek tertentu yang dilaksanakan dalam waktu yang telah ditentukan. 32 Kampanye pemilu adalah kegiatan peserta pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi, program kerja peserta pemilu dan atau informasi lainnya. Didalam kamus besar bahasa indonesia, terdapat 2 pengertian kampanye. Yang pertama adalah suatu gerakan atau tindakan secara serentak dengan tujuan untuk melawan atau melakukan aksi. Yang kedua adalah kegiatan yang dilakukan oleh organisasi politik untuk meraih dukungan dari massa pemilih dengan tujuan agar mereka terpilih dan mendapatkan kedudukan diparlemen. 33 Dalam peraturan KPU Nomor 14 tahun 2010 tentang perubahan atas peraturan komisi pemilihan umum Nomor 69 tahun 2009 tentang pedoman teknis kampanye pemilihan umum kepala daerah pasal 5 ayat 1 “kampanye Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pasangan calon danatau tim kampanyepelaksana kampanyepetugas kampanye untuk meyakinkan para pemilih dalam rangka mendapatkan dukungan 31 Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik, Bogor:Galia Indonesia, 2013, 22 32 http:media.kompasiana.comnew-media20131031media-kampanye-pemilu-sebagai- komunikasi-politik-603954.html diakses pada 4 April 2014 33 http:panwaslu2abdya.wordpress.com20120316pengertian-kampanye diakses pada 4 April 2014 sebesar-besarnya, dengan menawarkan visi, misi, dan program pasangan calon secara lisan atau tertulis kepada masyarakat”. 34 Kampanye politik merupakan bagian dari marketing politik. kampanye politik adalah periode yang diberikan panitia pemilu kepada semua kontestan dan partai, kampanye merupakan ajang penyampaian Visi Misi dan mempengaruhi opini publik untuk menarik sebanyak mungkin pemilih dalam pemilu sehingga meraih kemenangan saat pemilihan. Kampanye dalam hal ini dilihat sebagai aktivitas pengumpulan massa, parade, orasi politik, pemasangan atribut seperti spanduk, umbul-umbul, poster dan pengiklanan. 35 Lock dan harris 1996 dalam buku persaingan, legitimasi kekuasaan, dan marketing politik pembelajaran politik pemilu 2009 mengatakan ada dua hubungan yang dibangun dalam kampanye politik, yaitu internal dan eksternal. Hubungan internal adalah proses hubungan antara angota partai dengan pendukung untuk mempererat ikatan ideologis dan identitas mereka. Sedangkan eksternal adalah untuk membangun image partai terhadap masyarakat luas. 36 Kampanye politik berbeda dengan kampanye pemilu. Kampanye politik adalah kampanye yang dilakukan terus menerus oleh partai atau kontestan untuk pembentukan image politik yang nantinya akan mempengaruhi perilaku pemilih dalam menilai kontestan, jangka waktu dalam kampanye politik tidak terbatas, dan memang harus dilakukan secara terus menerus. Sedangkan kampanye pemilu 34 http:panwaslu2abdya.wordpress.com20120316pengertian-kampanye diakses pada 4 April 2014 35 Firmanzah, Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008, 271 36 Firmanzah, Persaingan, Legitimasi Kekuasaan, dan Marketing Politik Pembelajaran Politik Pemilu 2009, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2010, L adalah aktifitas pengumpulan massa yang dilakukan dalam waktu tertentu dan terbatas yang tujuannya untuk menggiring pemilih kebilik suara dan memilih partai atau kontestan tertentu. 37 Tetapi banyak masyarakat awam yang menilai pengertian kedua kampanye tersebut sama. Sehingga partai politik dan kontestan banyak terfokus pada kampanye pemilu. Sehingga dana, energi, usaha dan perhatian dari partai banyak terfokus saat pelaksanaan kampanye pemilu. Biasanya pelaksanaan kampanye pemilu ini rentan akan penyalahgunaan dana. Karena tidak ada aturan yang membatasi penggunaan dana dalam kampanye. Kelonggaran ini, memberikan ruang bagi kontestan atau partai untuk mendapatkan dana kampanye dari mana saja. Penggunaan dana kampanye ini juga menjadi persoalan terhadap pilihan masyarakat. Dengan dana kampanye yang tidak terbatas partai bisa saja membeli suara pemilih atau yang lebih kita kenal dengan politik uang. 38 Pada kampanye pemilu, partai atau kontestan sering kali memanfaatkannya sebagai arena menebar janji-janji yang terkadang tidak rasional untuk menjadi pemenang. Tetapi setelah berkuasa, biasanya partai atau kontestan melupakan janji-janjinya dan hanya mementingkan kepentingan pribadi dan golongannya saja. 39 Hal ini acap kali terjadi, dari dahulu hingga sekarang kampanye banyak dilakukan hanya untuk menarik sebanyak mungkin pemilih sehingga bisa meraih kekuasaan. 37 Firmanzah, Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008, 277 38 Saldi Isra, Catatan Hukum Saldi Isra Kekuasaan dan Perilaku Korupsi, Jakarta: Kompas, 2009, 7 39 Firmanzah, Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008, 268 Perilaku partai atau kontestan seperti ini membuat masyarakat semakin tidak percaya dengan politikus. Dan membuat masyarakat akan semakin apatis. Hal ini akan menyakibatkan semakin banyaknya masyarakat kalangan skeptis yang kritis memilih menjadi golongan putih Golput. Karena mereka akan menilai siapapun yang menjadi pemimpin tidak akan merubah keadaan yang ada. 40 Dalam kampanye, setiap partai atau kontestan mempunyai strategi yang berbeda-beda untuk meraih dukungan masyarakat. Dalam pengembangan strategi kampanye, positioning, branding, segmenting dan strategi media adalah beberapa prinsip pokok yang menjadi perhatian serius. Strategi positioning menurut morissan adalah komunikasi yang dilakukan kepada masyarakat untuk menempatkan produk agar mudah diingat dan masyarakat mempunyai nilai tersendiri. Oleh karena itu, partai harus mempunyai menciptakan image politik yang berbeda dengan yang lain. Keseragaman akan menyulitkan masyarakat mengidentifikasi suatu partai politik. 41 Branding dapat diartikan sebagai merk, nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan. Dalam konteks politik Branding diartikan sebagai upaya strategis mengambangkan identitas untuk menarik perhatian dan masyarakat agar lebih mengenal produk politik. Sehingga partai dituntut untuk menonjolkan keistimewaan dan keunggulan terhadap pemilih. 42 Segmenting atau pemetaan dilakukan agar partai selalu hadir dalam berbagai karekteristik pemilih. Partai 40 Firmanzah, Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008, 268-269 41 Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik, Bogor:Galia Indonesia, 2013, 35 42 Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik, Bogor:Galia Indonesia, 2013, 36

Dokumen yang terkait

Improvisasi dan Perilaku Politik Figuratif: Suatu Studi Marketing Politik Dalam Pilkada Karo Tahun 2010

6 154 91

Peran Juru Kampanye PKS Di Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Dalam Proses Pemenangan Pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi Pada Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2013

1 54 120

Pemberitaan Kemenangan Pasangan Gatot Pujo Nugroho – Tengku Erry Nuradi (Ganteng) Dalam Hasil Hitung Cepat Pemilukada Sumatera Utara 2013 Pada Harian Analisa Dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

0 65 111

Political Marketing Dalam Pilkada (Suatu Studi Terhadap Pemenangan Pasangan Abdul Wahab Dalimunthe – Raden Muhammad Syafii Dalam Pilkada Sumut Tahun 2008 Di Kabupaten Nias)

9 83 99

FAKTOR-FAKTOR KEMENANGAN CALON INCUMBENT DALAM PILKADA

1 5 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1 Kerangka Teoritis Setiap penelitian perlu untuk menjelaskan gambaran tentang landasan - Pemberitaan Kemenangan Pasangan Gatot Pujo Nugroho – Tengku Erry Nuradi (Ganteng) Dalam Hasil Hitung Cepat Pemilukada Sumatera Utara 2013 Pa

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Konteks Masalah Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara (Pemilukada Sumut) - Pemberitaan Kemenangan Pasangan Gatot Pujo Nugroho – Tengku Erry Nuradi (Ganteng) Dalam Hasil Hitung Cepat Pemilukada Sumatera Utara 2013 Pada Harian

0 0 9

Pemberitaan Kemenangan Pasangan Gatot Pujo Nugroho – Tengku Erry Nuradi (Ganteng) Dalam Hasil Hitung Cepat Pemilukada Sumatera Utara 2013 Pada Harian Analisa Dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

0 0 12

PILKADA DAN POLITIK MULTIKULTURALISME DI LUWU TIMUR (Studi Terhadap Kemenangan Thoriq Husler Dalam Pilkada Serentak 2015)

0 1 88

KEKUATAN DAN STRATEGI POLITIK DALAM PEMILUKADA ANALISIS TERHADAP KEMENANGAN ADNAN PURICHTA DALAM PILKADA KABUPATEN GOWA

0 1 83