1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lovelock  dkk.  2010:6  mengatakan  ukuran  sektor  jasa  semakin  besar  di seluruh anggota negara di dunia. Seiring dengan berkempbangnya ekonomi suatu
negara,  pembagian  lapangan  kerja  di  bidang  pertanian,  industri  termasuk manufaktur dan pertambangan, serta jasa berubah secara dramatis. Bahkan dalam
perekonomian yang baru berkembang, sektor jasa tumbuh dengan pesat dan sering kali  mewakili  setidaknya  setengah  dari  Produk  Domestik  Bruto  PDB.  Gambar
dibawah  1.1  menunjukkan  evolusi  menuju  perekonomian  yang  di  dominasi  jasa, yang  kemungkinan  akan  terjadi  seiring  dengan  meningkatnya  pendapatan  per
kapita.
Gambar 1.1 Evolusi Perekonomian Sektor Jasa
Pertanian Jasa
Manufaktur P
em b
ag ia
n K
ete n
ag ak
er ja
an
Waktu, Pendapatan per Kapita
Sumber: Lovelock dkk. 2010:6
2
Dinamika  yang  terjadi  pada  sektor  jasa  terlihat  dari  perkembangan berbagai  industri jasa,  seperti  perbankan,  asuransi,  penerbangan,  telekomunikasi,
ritel,  parawisata,  serta  perusahaan-perusahaan  jasa  profesional,  seperti  kantor akuntan public KAP, konsultan, dan pengacara Lupiyoadi, 2013:2.
Pada  Undang-undang  Nomor  21  Tahun  2008  Pasal  1  angka  1  disebutkan Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah
dan  Unit  Usaha  Syariah,  mencakup  kelembagaan,  kegiatan  usaha,  serta cara  dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.  Selanjutnya dalam pasal 1 angka
2  disebutkan  Bank  adalah  badan  usaha  yang  menghimpun  dana  dari  masyarakat dalam  bentuk  simpanan  dan  menyalurkannya  kepada  masyarakat  dalam  bentuk
kredit  dan  atau  bentuk  lainnya  dalam  rangka  meningkatkan  taraf  hidup masyarakat www.lps.go.id, 2008.
Menurut  Kuncoro  dan  Suhardjono  2002:68,  definisi  dari  bank  adalah lembaga  keuangan  yang  usaha  pokoknya  adalah  menghimpun  dana  dan
menyalurkan  kembali  dana  tersebut  ke  masyarakat  dalam  bentuk  kredit  serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
Berdasarkan definisi diatas jelas bahwa Bank Konvensional ataupun Bank Syariah  merupakan  lembaga  keuangan  yang  memberikan  jasa-jasa  pelayanan
kepada masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat itu sendiri. Jasa- jasa  tersebut  dapat  dirasakan  dan  dimanfaatkan  oleh  masyarakat  secara  langsung
baik  masyarakat  pengguna  Bank  Konvensional  maupun  Bank  Syariah.  Dalam penerapannya  bank  selau  berinovasi  dalam  memberikan  pelayanan  yang  terbaik
3
bagi  masyarakat,  sehingga  memudahkan  masyarakat  dalam  melakukan  transaksi baik dalam unit bisnis maupun tidak.
Saeed  1996  dalam  Antonio  2001:18  mengatakan  sejak  kelahirannya perbankan  syariah  dilandasi  dengan  kehadiran  dua  gerakan  renaissance  islam
modern:  neorevivalis  dan  modernis.  Tujuan  utama  dari  pendirian  lembaga keuangan  ini  adalah  tiada  lain  sebagai  upaya  kaum  muslimin  untuk  mendasari
segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al- Qur‟an dan As-Sunnah.
Pada  Sidang  Menteri  Luar  Negeri  Negara-Negara  Organisasi  Konferensi Islam    di  Karachi,  Pakistan,  Desember  1970  memberi  dampak  positif  berupa
perkembangan  bank  islam  atau  bank  syariah  di  berbagai  negara.  Dalam  sidang tersebut,  mesir  mengajukan  sebuah  proposal  untuk  mendirikan  bank  syariah.
Proposal tersebut pada intinya mengusulkan bahwa sistem keuangan berdasarkan bunga harus digantikan dengan suatu sistem kerja sama dengan skema bagi hasil
keuntungan maupun kerugian Antonio, 2001:19. Wirdyningsih dkk. 2005:1 menyebutkan sejak diberlakukannya Undang-
Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun  1992  tentang  perbankan  tersebut  pada  10  November  1998  menunjukkan
semakin  mantapnya  kesepakatan  rakyat  dan  bangsa  Indonesia  dengan  sistem perbankan ganda yang telah berlaku sejak lebih dari enam tahun sebelumnya.
Berdirinya  perbankan  dengan  sistem  bagi  hasil,  di  dasarkan  pada  dua alasan  utama  yaitu  1  adanya  pandangan  bahwa  bunga  interest  pada  bank
konvensional  hukumnya  haram  karena  termasuk  dalam  kategori  riba  yang dilarang  dalam  agama,  bukan  saja  pada  agama  islam  tetapi  juga  oleh  agama
4
samawi  lainnya,  2  dari  aspek  ekonomi  penyerahan  risiko  usaha  terhadap  salah satu pihak dinilai melanggar norma keadilan www.bi.go.id, 2004.
Dalam  QS.  Al-Baqarah  2  :  275  dijelaskan  pemahaman  tentang  riba sebagai berikut:
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Artinya:  “Orang-orang  yang  makan  mengambil  riba  tidak  dapat  berdiri melainkan  seperti  berdirinya  orang  yang  kemasukan  syaitan  lantaran  tekanan
penyakit  gila.  Keadaan  mereka  yang  demikian  itu,  adalah  disebabkan  mereka berkata  berpendapat,  sesungguhnya  jual  beli  itu  sama  dengan  riba,  padahal
Allah  telah  menghalalkan  jual  beli  dan  mengharamkan  riba.  Orang-orang  yang telah  sampai  kepadanya  larangan  dari  Tuhannya,  lalu  terus  berhenti  dari
mengambil  riba,  maka  baginya  apa  yang  telah  diambilnya  dahulu  sebelum datang  larangan;  dan  urusannya  terserah  kepada  Allah.  Orang  yang  kembali
mengambil  riba,  maka  orang  itu  adalah  penghuni-penghuni  neraka;  mereka kekal di dalamnya
”. Dalam  ayat  tersebut  memberi  penjelasan  bahwa  Allah  menghalalkan  jual
beli  dan  mengharamkan  riba.  Adapun  orang-orang  yang  memakan  riba  tidak sekali-kali  mereka  bangkit  dari  kuburnya  pada  hari  kiamat  nanti,  melainkan
seperti orang gila yang terbangun pada saat mendapat tekanan penyakit dan setan merasukinya.  Hali  ini  menunjukkan  bahwa  kondisi  berdiri  mereka  pada  saat  itu
sangat buruk www.ibnukatsironline.com, 2015. Sampai  dengan  bulan  Juni  2015,  industri  perbankan  syariah  telah
mempunyai  jaringan  sebanyak  12  Bank  Umum  Syariah  BUS,  22  Unit  Usaha
5
Syariah UUS, dan 161 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS, dengan total jaringan  kantor  mencapai  2.881  kantor  yang  tersebar  hampir  diseluruh  penjuru
nusantara.  Tabel  1.1  dibawah  ini  menunjukkan  perkembangan  kelembagaan Perbankan Syariah Indonesia dari tahun 2011-2015 www.ojk.go.id, 2015.
Tabel 1.1 Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia
Indikator 2011
2012 2013
2014 2015
BUS 11
11 11
12 12
UUS 24
24 23
22 22
BPRS 155
158 163
163 161
Jaringan Kantor 2.101
2.663 2.990
2.910 2.881
Sumber: www.ojk.go.id 2015 Pada  Tabel  1.1  di  atas  jelas  terlihat  bahwa,  perkembangan  jaringan  Bank
Umum  Syariah  BUS  pada  tahun  2011  sampai  2013  tidak  mengalami peningkatan,  dan  pada  tahun  2014  sampai  2015  hanya  menambah  satu  jaringan
Bank  Umum  Syariah  BUS,  yaitu  dari  11  Bank  Umum  Syariah  BUS  menjadi 12  Bank  Umum  Syariah  BUS.  Berdasarkan  tabel  diatas  dapat  disimpulkan
bahwa perkembangan perbankan syariah terutama Bank Umum Syariah BUS di Indonesia masih sangat lambat.
Menurut  Direktur  Perbankan  Syariah  OJK  Dhani  Gunawan  Idhat, lambatnya pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia disebabkan oleh tujuh isu
persoalan  yang  dihadapi  perbankan  syariah.  Diantara  ketujuh  isu  tersebut  yang menjadi  sorotan  penulis  adalah  isu  yang  keempat  dimana  beliau  mengatakan
6
lambatnya  pertumbuhan  perbankan  syariah  di  Indonesia  disebabkan  oleh  produk yang  tidak  variatif  dan  pelayanan  yang  belum  sesuai  dengan  ekspektasi
masyarakat.  Menurutnya,  meski  variasi  produk  dan  layanan  perbankan  syariah sudah  cukup  berkembang  terutama  di  segmen  ritel,  namun  respon  masyarakat
belum  sebaik  pada  produk  bank  umum  konvensional.  Lebih  lanjut  disampaikan oleh  Ketua  Asosiasi  Pulp  dan  Kertas  Indonesia  APKI,  Misbahul  Huda  di
Surabaya,  Rabu  28  Oktober  2015.  Menurutnya,  pelayanan  di  perbankan  syariah kurang  memuaskan  jika  di  bandingkan  dengan  perbankan  konvensional.  Selain
itu,  dirinya  juga  menganggap  bahwa  pelaku  bank  syariah  masih  bersifat konvensional atau belum sepenuhnya mengerti mengenai keuangan secara syariah
www.infobanknews.com, 2015. Menciptakan  pelanggan  yang  loyal  adalah  inti  dari  setiap  bisnis.  Banyak
perusahaan  secara  sistematis  mengukur  seberapa  baik  mereka  memperlakukan pelanggan  mereka,  mengenali  faktor-faktor  yang  membentuk  kepuasan,  dan
melakukan  perubahan  dalam  operasi  dan  pemasaran  mereka  sebagai  akibatnya Kotler dan Keller, 2012:140.
Untuk  usaha  perbankan  sebagai  produsen  jasa,  dilengkapi  dengan  3  P yaitu:  People,  Physical  evidence  dan  Process.  People  menyangkut  semua
karyawan bank tentang sikap dan keramahan , sopan santun, ramah, senyum, ada perhatian,  kesabaran,  rapih,  dsb.  Physical  evidence  meliputi  fasilitas,  sarana
parkir,  ruang  tunggu,  kualitas  peralatan  kantor,  kenyamanan  ruang  tunggu, kebersihan,  dsb.  Proses  perbankan  meliputi  kecepatan  dan  kemudahan,  tanggap
terhadap  keluhan  nasabah,  kecepatan  mengoreksi  kesalahan,  dsb.  Semua  ini
7
bertujuan  untuk  memuaskan  nasabah  yaitu  kesesuaian  antara  manfaat  yang dirasakan nasabah dibandingkan dengan pengorbanan yang telah dikeluarkan oleh
nasabah Alma, 2014:338. PT Bank  Muamalat Indonesia Tbk didirikan  Rabius Tsani 1412  H atau 1
Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27  Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Bank Muamalat bertekad
menjadi  bank  syariah  paling  baik  dan  menjadi  10  bank  ter  atas  di  Indonesia dengan  keberadaan  regional  yang  kuat.  Saat  ini  Bank  Muamalat  memberikan
layanan  bagi  lebih  dari  4,3  juta  nasabah  melalui  457  gerai  yang  tersebar  di  33 provinsi  di  Indonesia.  Sebagai  Bank  Pertama  Murni  Syariah,  bank  muamalat
berkomitmen  untuk  menghadirkan  layanan  perbankan  yang  tidak  hanya  comply terhadap  syariah,  namun  juga  kompetitif  dan  aksesibel  bagi  masyarakat  hingga
pelosok nusantara. Salah satu pendiriannya adalah kantor cabang bank muamalat Padangsidimpuan, Sumatera Utara www.bankmuamalat.co.id, 2016.
Secara  Geografis  Kota  Padangsidimpuan  terletak  diantara  01°2819  sd 01°1807  Lintang Utara dan 99°1853 sd 99°2035Bujur Timur. Luas Wilayah
Kota  Padangsidimpuan  adalah  14.685,68  Ha  atau    0,20  dari  luas  wilayah Provinsi  Sumatera  Utara.  Jumlah  penduduk  Kota  Padangsidimpuan  berdasarkan
perhitungan  tahun  2015  adalah  209.796  jiwa.  Kota  Padangsidimpuan  terdiri  dari berbagai  etnik  yaitu  Jawa,  Melayu,  Minang,  Aceh,  Nias,  Tionghoa,  Mandailing,
Angkola,  dsb.  Mayoritas  penduduk  Kota  Padangsidimpuan  adalah  beretnik Mandailing  dan  Angkola  dengan  persentase  20,10  persen  dan  44,81  persen,
dimana  etnik  Mandailing  dan  Angkola  adalah  mayoritas  muslim  dengan
8
persentase  98.9  persen  dan  97,8  persen,  artinya  mayoritas  penduduk  kota Padangsidimpuan  beragama  islam  www.padangsidimpuankota.bps.go.id,  2016.
Namun  hal  ini  belum  cukup  membuat  bank-bank  syariah  terutama  Bank Muamalat  Indonesia  menjadi  bank  yang  diminati  oleh  masyarakat  di  kota
Padangsidimpuan. Hal tersebut dapat dilihat pada perkembangan jumlah nasabah penghimpun dana, penyaluran dana, dan jasa lainnya di Bank Muamalat Indonesia
dari tahun 2012 sampai tahun 2014 seperti tabel dibawah ini:
Tabel 1.2 Jumlah Nasabah Dalam Menggunakan Jasa Bank Syariah di PT. Bank
Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Padangsidimpuan
Keterangan Tahun 2012
Tahun 2013 Tahun 2014
Jumlah nasabah 2995
1739 1208
Sumber: PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Padangsidimpuan Pada  tabel  1.2  diatas  terlihat  bahwa  dari  tahun  2012  sampai  tahun  2014
terjadi  penurunan  jumlah  nasabah  dalam  menggunakan  jasa  Bank  Muamalat Indonesia  Tbk  Cabang  Padangsidimpuan.  Menarik  latar  belakang  diatas,  maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Analisis Pengaruh Perilaku Religius,  Kualitas  Pelayanan  dan  Nilai  Pelanggan  Terhadap  Kepuasan
Nasabah Bank Muamalat Cabang Padangsidimpuan ”.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian  yang  dilakukan  oleh  Aryani  dan  Rosinta  2010  dengan  judul
“Pengaruh  Kualitas  Layanan  terhadap  Kepuasan  Pelanggan  dalam  Membentuk Loyalitas Pelanggan KFC. Perbedaannya adalah sebagai berikut:
9
1.  Penelitian  terdahulu  yang  menjadi  objek  penelitiannya  adalah  perusahaan makanan  yaitu  KFC,  sedangkan  penelitan  ini  menggunakan  objek  perbankan
yaitu Bank Muamalat Cabang Padangsidimpuan. 2.  Ukuran  sampel  untuk  penelitian  terdahulu  menggunakan  model  estimasi
maxiumum  likelihood  estimation  MLE  adalah  100-200  sampel  Gozali, 2008,  sedangkan  penelitian  ini  menggunakan  rumus  dari  Roscoe  dalam
Sugiyono  2012:90  yang  berpendapat  bila  dalam  penelitian  akan  melakukan analisis  multivariate  korelasi  atau  regresi  ganda  misalnya,  maka  jumlah
anggota sampel 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. 3.  Penelitian  terdahulu  tidak  menggunakan  variabel  perilaku  religius  dalam
mengukur  tingkat  kepuasan  pelanggan,  sedangkan  dalam  penelitian  ini menjadikan  perilaku  religius  sebagai  salah  satu  variabel  dalam  mengukur
tingkat kepuasan nasabah.
B. Rumusan Masalah