Perkembangan Kurs Nilai Tukar Rupiah di Indonesia

46 2004 1033527 2005 1203215 Sumber : Bank Indonesia Cabang Medan

4.3. Perkembangan Kurs Nilai Tukar Rupiah di Indonesia

Menguatnya nilai tukar rupiah sangatlah baik nagi perekonomian nasional. Apresiasi tersebut harus didukung sehingga menguat sampai ke tingkat yang wajar dan hendaknya berjalan secara berlahan agar sektor industri dan pertanian serta ekaportir berkesempatan untuk menyesuaikan diri. Jika dilihat dari tahun ke tahun sejak tahun 2002-2003, nilai tukar rupiah mengalami peningkatan. Kondisi nilai tukar rupiah pada tahun 2002 terus menguat. Perbaikan nilai tukar rupiah ini, lebih disebabkan oleh keberhasilan diplomasi pemerintah terhadap para kreditor luar negeri untuk menangguhkan pembayaran utang yang jatuh tempo maupun adanya komitmen negara-negara kreditur untuk terus memberikan utang baru pada Indonesia. Sementara itu nilai tukar rupiah pada tahun 2003 semakin menguat memunculkan sifat berspekulasi para pemilik uang disaat suku bunga semakin rendah. Nilai tukar rupiah yan menguat di tengah suku bunga yang semakin rendah akan mendorong naiknya hasrat konsumsi masyarakat akan barang impor. Mengawali tahun 2004, nilai tukar rupiah menurut hasil suvei di pasaran Jakata oleh BPS, cenderung mengalmi tekann. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kurs tampa lebih lemah faktor eksternal yang mendorong depresiasi rupiah pada periode ini adalah efek penguatan dolar AS berkaitan dengan ekspektasi Universitas Sumatera Utara 47 kenaikan suku bunga Fed. Pada akhir triwulan IV tahun 2004, kurs rupiah memperlihatkan kecenderungan terdepresiasi. Transaksi menggunakan valuta asing oleh pelaku bisnis asing, sebenarnya sudah cukup menjadi faktor yang dapat menempatkan rupiah ke level yang lebih mantap. Namun ternyata penyerapan valuta asing untuk perdagangan luar negari, jauh lebih besar hingga menyebabkan sulitnya mendapatkan valuta asing sebagai alat transaksi perdagangan. Faktor lainnya yang ikut menekan rupiah adalah munculnya isu pemerintah menaikkan harga BBM pada waktu mendatang. Nilai tukar mata uang dolar AS terus meningkat. Pejabat BI mengatakan itu terjadi karena ekses likuiditas. Di masyarakat terjadi kelebihan rupiah yang beredar dan tidak tahu mau dikemanakan kelebihan rupiah itu dipergunakan. Ditabung tidak menarik karena bunga riilnya sama dengan 0 bahkan mungkin negatif. Investasi juga tidak bisa karena iklim investasi yang tidak kondusif. Di tahun 2005, nilai tukar rupiah cenderung melemah karena kenaikan harga minyak dunia yang memaksa Indonesia mengurangi subsidi harga minyak dalam negeri , karena negara sudah tidak berkemampuan lagi untuk menanggung subsidi yang semakin besar. Menguatnya nilai tukar AS mendorong naikknya harga barang impor, baik barang jadi maupun harga bahan baku dan sekaligus mendorong pada kenaikan harga barang dalam negeri. Jumlah uang yang beredar semakin naik dan mendorong penaikan suku bunga dn inflasi di dalam negeri. Menguatnya nilai rupiah sebenanya bukan tujuan akhir. Tujuan akhir terletak pada akestabilan atas nilai tersebut sangat baik jika penguatan yang terjadi diikuti Universitas Sumatera Utara 48 dengan kestabilan jangka panjang, dimana keadaan ini sangat membantu pertumbuhan ekonomi indonesia. Disamping biaya produksi dalam negeri dapat ditekan, inflasi juga dapat ditahan serta daya saing barang-barang ekspor juga akan naik. Dan dapat diduga dalam jangka panjang kegiatan ekspor juga akan dapat menyesuaikan diri dari perubahan yang terjadi atas menguatnya nilai tukar rupiah tersebut. Kita harus menjaga keseimbangan proses ekspor dan impor sebagai akibat dari penguatan Perkembangan nilai rupiah terhadap dollar AS dapat dilihat pada tabel berikut: Universitas Sumatera Utara 49 Tabel 4.2. Kurs Rupiah terhadap Dollar AS 1986-2005 Tahun KursNilai Tukar rupiah 1986 1655 1987 1652 1988 1729 1989 1805 1990 1901 1991 1992 1992 2063 1993 2110 1994 2200 1995 2308 1996 2383 1997 4650 1998 8025 1999 7850 2000 8438 2001 10255 2002 9318 Universitas Sumatera Utara 50 2003 8572 2004 8940 2005 9713 Sumber: Bank Indonesia Cabang Medan

4.4. Perkembangan Suku Bunga Deposito Berjangka