50
2003 8572 2004 8940
2005 9713
Sumber: Bank Indonesia Cabang Medan
4.4. Perkembangan Suku Bunga Deposito Berjangka
Suku bunga perbankan sudah menjadi masalah serius sejak diluncurkannya Deregulasi 1 Juni 1983. Sebab, dalam masa sebelum kebijakan 1 Juni 1983 itu, suku
bunga hanya mengikuti tabel yang dikeluarkan Bank Indonesia berdasarkan Instruksi Presiden No. 28 tahun 1968. Namun, sejak Deregulasi itu, bank-bank mulai
menetapkan suku bunganya sendiri. Dalam masa itu, hingga Oktober 1988 dapat dilihat belum terjadi gejolak yang cukup berarti, sebab selama itu bank-bank
pemerintah masih sangat dominan mempengaruhi pasar. Pada masa-masa awal Pakto’88 bahkan sampai sekarang, senjata yang selalu
digunakan kalangan perbankan adalah suku bunga. Sejumlah bank dan bahkan sebagian besar bank menggunakan suku bunga sebagai strategi untuk mengumpulkan
dana dari masyarakat. Jadi, penurunan suku bunga tidak bisa dilihat sebagai efesiensi suatu bank, tetapi karena pengaruh bank-bank pesaing. Setiap penurunan suku bunga
selalu mengakibatkan perpindahan dana ke bank-bank lain yang menetapkan suku bunga yang lebih tinggi.
Dalam situasi normal, kondisi seperti ini tidaklah menjadi masalah, namun dalam situasi rentan likuiditas perilaku ”perang bunga” sangat berpengaruh.
Universitas Sumatera Utara
51
Diketahui pula, sejumlah bank menetapkan ”premi rate” terhadap nasabah-nasabah tertentu dengan jumlah dana tertentu pula. Ada bank yang selalu likuid dan ada bank
yang kesulitan likuiditasnya. Kondisi ini menyebabkan bank-bank dalam suasana penuh gejolak suku bunga.
Pada tahun 1991 pemerintah mengambil kebijakan uang ketat, yang sekaligus menaikkan suku bunga ke tingkat yang tidak wajar. Seluruh aktivitas ekonomi
terhenti akibat kenaikan suku bunga, tidak terkecuali dunia perbankan sendiri. Pada saat itu suku bunga melambung sampai 30 untuk simpanan dana dan 37 untuk
suku bunga kredit. Kebijakan uang ketat dikeluarkan untuk mendinginkan mesin ekonomi setelah
ekonomi nasional yang semakin panas akibat pengaruh tingkat inflasi. Tingginya tingkat inflasi itu jugalah yang menyebabkan bank-bank umum terpaksa menaikkan
suku bunga kredit dan suku bunga simpanan, seperti deposito berjangka. Pengaruh tingginya tingkat inflasi dan dengan adanya suku bunga yang rendah akan
mengakibatkan rendahnya minat pemilik uang untuk menanamkan uangnya ke bank. Jadi untuk mengimbangi inflasi, suku bunga bank menjadi pengaman agar dana-dana
bisa masuk dan tidak lari keluar dari perbankan. Kebijakan uang ketat terus berlanjut hingga akhir tahun 1992, walaupun saat
itu suku bunga SBI sudah mengalami penurunan. Dengan dimotori oleh suku bunga pada bank pemerintah, suku bunga berlahan turun kendati pada saat yang bersamaan
sejumlah bank-bank swasta masih mempertahankan suku bunga yang tinggi. Pada tahun 1993 hingga awal 1994 kondisi suku bunga benar-benar turun.
Universitas Sumatera Utara
52
Tabel 4.3 Suku Bunga SBI dan Suku Bunga Rata-Rata
Deposito Berjangka pada Bank Umum
Tahun Suku bunga SBI 3 bulan
Suku bunga deposito berjangka 3 bulan 1994 11,59
14,27 1995 13.30
17,15 1996 13.10
17,03 1997 17.38
23,92 1998 37,84
49,23 1999 12,64
12,95 2000 14,31
13,84 2001 17,63
17,24 2002 13,12
13,63 2003 8,34
7,14 2004 7,29
6,71 2005 12,83
13,05
Sumber : Bank Indonesia Cabang Medan
Pergerakan suku bunga pada bank-bank umum menjadi mulai normal, terutama setelah tahun 1994. Dapat dikatakan pergerakan arahnya mengikuti perilaku
Universitas Sumatera Utara
53
pergerakan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI. Hal ini memudahkan bank- bank umum mengikuti arah pergerakan suku bunga untuk jenis suku bunga kredit
dan suku bunga simpanan seperti simpanan deposito berjangka. Berdasarkan tabel di atas tabel 4.2 diketahui bahwa pergerakan perubahan
suku bunga SBI cenderung diikuti oleh pergerakan suku bunga deposito berjangka pada rata-rata bank umum.
Pada tahun 2005, suku bunga hasil lelang SBI baik untuk 1 bulan dan 3 bulan mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2005 Bank
Indonesia mengambil kebijakan moneter yang cenderung ketat,seperti yang tercermin dari kenaikan suku bunga BI rate, yang diperkuat pula dengan kenaikan beberapa
indikator suku bunga, seperti suku bunga SBI. Suku bunga SBI meningkat menjadi 12,83, sedangkan pada tahun 2004 suku bunga SBI sebesar 7,29. Kenaikan suku
bunga SBI mulai diikuti oleh perubahan suku bunga deposito berjangka, yaitu pada tahun 2004 tingkat suku bunganya sebesar 6,71 dan pada tahun 2005 tingkat suku
bunganya sebesar 13,05. Kebijakan kenaikan suku bunga instrumen moneter SBI pada tahun 2005
menjadi 12,83 dipengaruhi oleh peningkatan laju inflasi akibat pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak BBM ini mengakibatkan kenaikan harga-harga.
Akibatnya jumlah uang beredar mengalami peningkatan, dimana peningkatan itu tidak sesuai dengan yang ditargetkan.
Perkembangan Jumlah Dana Deposito Berjangka pada Bank Umum
Universitas Sumatera Utara
54
Peningkatan suku bunga instrumen moneter yang diikuti oleh kenaikan suku bunga deposito berjangka telah mendorong terjadinya peningkatan simpanan
masyarakat. Pada perbankan, khususnya dalam bentuk simpanan berjangka deposito. Setelah tumbuh negatif sepanjang tahun 2003-2004, pertumbuhan
simpanan deposito berjangka tahun 2005 semakin menunjukkan perkembangan yang positif. Kondisi tersebut mendorong pesatnya pertumbuhan dana secara agregat pada
bank-bank umum.
Tabel 4.4 Jumlah Deposito Berjangka 3 Bulan
pada Bank Umum Juta Rupiah
Tahun Bank Persero
Bank Pembangunan Daerah
Bank Swasta Nasional
Bank Asing dan Campuran
Total 2000 42.281
783 25.075
4.995 73.132
2001 51.743 1.320
24.389 6.580
83.131 2002 46.838
2.305 26.676
4.631 80.449
2003 31.267 1.908
30.455 6.192
69.822 2004 22.260
1.668 22.031
6.165 52.155
2005 29.080 4.152
26.968 7.752
67.953
Sumber : Bank Indonesia Medan Pada tahun 2004 simpanan deposito berjangka 3 bulan berjumlah 52.155 juta
rupiah. Jumlah itu mengalami peningkatan menjadi 67.953 juta rupiah pada Juli 2005, dimana tingkat suku bunga deposito pada bulan itu sebesar 7,03.
Di samping faktor suku bunga, peningkatan dana deposito tersebut juga terkait dengan perpindahan dana perorangan yang sebelumnya ditanamkan di reksa
dana. Hal ini sejalan dengan semakin baiknya pemahaman pemilik dana akan resiko investasi di pasar Surat Utang Negara SUN.
Universitas Sumatera Utara
55
Kondisi ini terlihat dari kembalinya simpanan masyarakat atau terjadinya penambahan deposito milik perorangan yang naik mencapai 66,5 triliun rupiah
Maret-September, setelah gejolak redemtion reksa dana secara besar-besaran adanya kenaikan suku bunga lebih lanjut dan mencerminkan preferensi masyarakat
akan likuiditas jangka pendek. Bagi nasabah yang membutuhkan dananya dalam jangka pendek, penanaman uang untuk jangka waktu 1 bulan akan mempermudah
penarikannya. Jika dana tersebut belum dibutuhkan dan ekspektasi akan adanya kenaikan suku bunga deposito berjangka benar ada akan memberikan keuntungan
bagi nasabah, yaitu pendapatan bunga akibat pengaruh peningkatan tingkat suku bunga tersebut. Perkembangan dana pada jumlah deposito berjangka 1 bulan dapat
dilihat pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.5 Jumlah Dana Deposito Berjangka 1 bulan
pada Bank Umum Juta Rupiah
Tahun Bank Persero
Bank Pembangunan Daerah
Bank Swasta Nasional
Bank Asing dan Campuran
Total 2000 106.058
2.675 115.936
38.752 263.421
2001 126.362 4.363
130.256 42.134
303.115 2002 115.329
6.296 141.086
35.624 298.335
2003 107.765 6.386
137.799 39.937
291.886 2004 100.339
7.512 159.082
48.302 315.235
2005 110.277 13.046
165.298 58.266
346.086
Sumber : Bank Indonesia Medan
Universitas Sumatera Utara
56
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian