ix
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul
Hal 2.1
Tingkat Suku Bunga Keseimbangan............................. 26
2.2 Dampak Kenaikan Penawaran Uang terhadap
Tingkat Suku
Bunga..................................................... 27
3.1 Uji Durbin-Watson.......................................................36
4.1 Uji F- Statistik............................................................... 58
4.2 Uji Dw- Statistik........................................................... 63
Universitas Sumatera Utara
i
ABSTRACT
The aim of this research is to analyze the factors which influence to the time deposit interest rate at public bank in Indonesia. Data used for this research is time series
data from 1986-2005. Independent variable are exchange rate and time deposit of interest . The method used is OLS Ordinary Least Square by using econometric model.
The result shows that exchange rate has a positive influence and time deposit of interest has a negative influence for money supply.
Keywords: Money Supply, Exchange Rate and Time Deposit of Interest
Universitas Sumatera Utara
ii
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data time series data berkala dari tahun 1986-2005. Variabel independennya adalah kurs dollar AS, dan suku bunga deposito berjangka. Metode yang digunakan
adalah metode Ordinary Least Square OLS yaitu dengan model ekonometrika. Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa Kurs mempunyai pengaruh
positif terhadap Jumlah Uang Beredar dan suku bunga deposito berjangka mempunyai pengaruh negatif terhadap Jumlah Uang Beredar.
Kata kunci :Jumlah Uang Beredar, Kurs dan suku bunga deposito berjangka,
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 1980-an, Indonesia mengalami resesi ekonomi sebagai implikasi dari resesi global yang terjadi pada negara-negara maju. Kondisi sektor makro
ekonomi khususnya sektor moneter mengalami gejala penurunan intensitasnya. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan neraca pembayaran luar negeri yang mencapai hampir
tiga kali lipat dari tahun sebelumnya yaitu sekitar US 6.280 juta. Nilai yang sangat buruk untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan sebelumnya Bank
Indonesia, 1998:126. Untuk menghadapi tekanan yang begitu besar terhadap melemahnya nilai
tukar rupiah, pemerintah membuat strategi dan kebijakan dalam upaya pemulihan ekonomi nasional yang mencakup sejumlah langkah dan kebijakan dan penataan
kelembagaan di bidang moneter. Dari sisi kebijakan, langkah-langkah kebijakan moneter yang ditempuh lebih diarahkan kepada upaya menciptakan dan menjaga
stabilitas moneter yaitu dimulai dari pengendalian jumlah uang beredar dalam perekonomian . langkah kebijakan ini secara berangsur-angsur mampu menstabilkan
nilai tukar rupiah dan mengendalikan tekanan inflasi . Nilai tukar rupiah mulai stabil dan menguat dari rata-rata Rp.9.316 per Dollar
Amerika Serikat pada tahun 2002 menjadi rata-rata Rp.8.572 per dollar Amerika Serikat pada tahun 2003. Selanjutnya, Bank Indonesia mulai dapat menurunkan suku
Universitas Sumatera Utara
2
bunga SBI secara bertahap untuk lebih mendorong sektor riil dan pemulihan ekonomi nasional. Tingkat suku bunga SBI menurun dari 13,01 pada akhir tahun 2002
menjadi 7,34 pada juni 2004. Adanya perubahan kebijakan yang diterapkan pemerintah untuk menstabilkan nilai tukar rupiah tidak terlepas dari kebijakan yang
menyangkut perubahan tingkat suku bunga, karena hal tersebut juga akan memberi dampak signifikan terhadap perubahan dalam fundamental ekonomi. Para pengamat
pasar valuta asing, menyatakan bahwa tingkat suku bunga adalah penentu utama nilai tukar suatu mata uang, selain indikator keuangan lainnya seperti jumlah uang beredar.
Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi keadaan moneter ini. Pemerintah mulai mengeluarkan kebijakan devaluasi rupiah sebesar 27,6 yang
ditetapkan pada tanggal 30 Maret 1983 dengan patokan kurs yang berlaku menjadi Rp.970; per US 1. Devaluasi ini disusul dengan beberapa kebijakan lain, diantaranya
adalah deregulasi sistem perbankan. Permulaan berlakunya deregulasi perbankan ini adalah dengan dikeluarkannya
Paket Kebijakan 1 Juni 1983 atau lebih dikenal dengan PAKJUN’83. Salah satu inti dari kebijakan 1 Juni 1983 yang memiliki relevansi dengan judul penulis adalah
dihapuskannya ketentuan yang mengatur pembatasan ekspansi aktiva dalam negeri bersih perbankan, yang sebelumnya digunakan sebagai salah satu instrumen
intervensi langsung. Sebagai gantinya, pemerintah menggunakan instrumen tidak langsung yaitu penentuan cadangan wajib, Operasi Pasar Terbuka OPT, fasilitas
diskonto dan moral suasion serta diberikannya kebebasan pada bank pemerintah untuk menetapkan suku bunga deposito. Sebelumnya, suku bunga deposito ini masih
Universitas Sumatera Utara
3
diatur oleh Bank Indonesia. Selanjutnya, untuk keperluan Operasi Pasar Terbuka OPT, sejak Februari 1984 Bank Indonesia menerbitkan instrumen moneter berupa
Sertifikat Bank Indonesia SBI, dan menyediakan fasilitas diskonto dalam rangka pemenuhan kebutuhan likuiditas jangka pendek perbankan.
Berdasarkan data statistik Ekonomi Keuangan dan Moneter Bank Indonesia Bank Indonesia, 2000:111, kenaikan suku bunga deposito pada bank-bank umum,
baik deposito dalam bentuk rupiah maupun deposito yang dinominasi dalam bentuk dollar AS, dipicu oleh meningkatnya suku bunga SBI dan tekanan inflasi.
Dengan adanya SBI maka pemerintah dapat melakukan pengendalian terhadap jumlah uang beredar yang terdapat di masyarakat. Bila jumlah uang beredar
dapat dikendalikan maka pemerintah dapat juga mengendalikan tingkat inflasi. Dalam mengurangi jumlah uang beredar dalam masyarakat, pemerintah akan menaikkan
tingkat suku bunga SBI. Apabila tingkat suku bunga SBI naik maka bank-bank umum akan menaikkan tingkat suku bunga deposito guna memperoleh likuiditas dari
masyarakat dalam jumlah besar. Karena tingkat suku bunga deposito yang tinggi maka masyarakat akan lebih cenderung untuk mengalokasikan dana yang dimilikinya
dalam bentuk deposito. Dengan demikian, jumlah uang beredar dalam masyarakat akan mengalami penurunan, sehingga tingkat inflasi pun dapat dikendalikan.
Naik turunnya tingkat suku bunga deposito berjangka, tabungan maupun giro di dunia perbankan dipengaruhi oleh tingkat suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia SBI. Selama ini tingkat suku bunga SBI sebagai acuan utama bagi bank- bank umum dalam menentukan tingkat suku bunga simpanannya baik untuk deposito
Universitas Sumatera Utara
4
berjangka, tabungan maupun giro. Pernyataan ini didukung oleh pernyataan yang mengatakan penurunan dan peningkatan suku bunga deposito itu belum berpengaruh
secara signifikan terhadap penurunan jumlah simpanan nasabah atau dana pihak ketiga. Penurunan suku bunga deposito lebih banyak dipengaruhi oleh penurunan
suku bunga SBI. Bank Indonesia dalam mengembangkan strategi kebijakan moneter
operasional berbasis pengendalian suku bunga, menetapkan Sertifikat Bank Indonesia SBI dan Surat Berharga Pasar Uang SBPU sebagai instrument moneter dalam
mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Peningkatan dan penurunan tingkat suku bunga SBI dan SBPU dalam pengendalian moneter, mempengaruhi besarnya tingkat
suku bunga deposito pada bank-bank umum, baik deposito dalam bentuk rupiah maupun deposito yang didominasi dalam bentuk dollar AS. Pertumbuhan jumlah
uang yang beredar merupakan unsur yang paling penting dalam perkembangan moneter dan bahkan perilaku otoritas moneter menentukan pertumbuhan jumlah uang
yang beredar. Tingkat suku bunga deposito berjangka yang cenderung menurun, memacu merosotnya nilai tukar rupiah dan pada akhirnya akan menjadi faktor utama
kenaikan uang beredar. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mencoba melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Pengaruh Kurs Rupiah terhadap Dollar AS dan Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia”
Universitas Sumatera Utara
5
1.2 Perumusan Masalah