Resistensi terhadap kekeringan lebih baik pada tanaman yang bermikoriza daripada yang tidak bermikoriza. Tanaman bermikoriza akan cepat kembali
pulih setelah periode kekeringan berakhir karena hifa FMA masih mampu menyerap air pada pori-pori tanah pada saat akar tanaman sudah tidak mampu.
Hifa dapat mengambil air relatif lebih banyak karena penyebarannya di dalam tanah sangat luas Munyanziza et al. 1997 dalam Mawardi 2004.
Setiadi 2000 Fungi mikoriza arbuskula dapat diisolasi dari tanah masam hingga alkalin pH 2.7-9.2 beberapa spesies memiliki kisaran pH optimum yang
luas. Bagaimanapun sebagian besar beradaptasi pada kondisi pH dari FMA tersebut diisolasi. Acaulospora laevis dijumpai pada pH 4-4,5 dan tidak dijumpai
pada pH yang lebih dari 6,4. Gigaspora gigantea toleran terhadap kejenuhan Al tinggi, sedangkan G. Margarita kolonisasinya tinggi pada pH 4.5-5.5 dan
maksimum pada pH 5.3.
2.5 Pertumbuhan dan Kualitas bibit
Menurut Guritno 1995 Pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga
menentukan hasil tanaman. Pertambahan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari pertambahan ukuran bagian-bagian organ
tanaman akibat pertambahan jaringan sel yang dihasilkan oleh pertambahan ukuran sel. Jumlah sel yang semakin banyak atau ruang volume sel yang
semakin besar membutuhkan semakin banyak bahan-bahan yang disintesis menggunakan substrat yang sesuai.
Pertumbuhan berfungsi sebagai proses yang mengolah masukan tersebut hara menghasilkan produk pertumbuhan. Pada tingkat sel, proses pertumbuhan
menggunakan substrat senyawa organik seperti asam amino dan karbohidrat untuk menghasilkan bahan-bahan sel. Pada tingkat tumbuhan, substrat dapat dibatasi
pada bahan anorganik dan unsur lain yang diambil tanaman dari lingkungannya seperti karbon dioksida, unsur hara, air, dan kuantitas radiasi matahari yang diolah
menjadi bahan organik yang dapat diukur secara sederhana dengan pertambahan bobot keseluruhan tanaman atau bagian tanaman yang dipanen atau parameter lain
Salisbury dan Ross 1995.
Definisi kualitas bibit adalah kemampuan bibit untuk bertahan terhadap stess lingkungan dalam jangka waktu yang lama dan mampu tumbuh setelah ditanam di
lapangan Jhonson dan Cline dalam Pidjath 2006. Faktor utama yang mempengaruhi kualitas bibit adalah kekokohan yaitu nisbah tinggi dan diameter
leher akar, yang kedua adalah nisbah pucuk akar. Dengan kata lain bibit berkualitas baik merupakan bibit yang memiliki pertumbuhan awal optimal
sehingga mampu bertahan hidup dan mempertahankan pertumbuhannya dimasa- masa selanjutnya.
Kualitas bibit dapat dihitung dengan menggunakan rumus kualitas indeks Dickson et al. 1960 :
Berat kering total
Indeks mutu bibit
=
tinggi cmdiameter mm + berat kering pucuk gberat kering akar g
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Hutan dan rumah kaca Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam P3HKA Gunung Batu
Bogor. Percobaan dilaksanakan selama sepuluh bulan, mulai bulan November 2007 sampai bulan Agustus 2008
3.2 Bahan dan Alat