sedimen dan mengalami proses coalification. Proses pembentukan batubara atau coalification
merupakan proses fisika dan kimia alam yang akan mengubah sellulosa menjadi lignit, subbitumine, bitumine dan antrasit. Terdapat banyak
faktor yang diperlukan dan mempengaruhi pembentukan batubara, yaitu : posisi geotektonik, topografi morfologi, iklim, penurunan, dan pengendapan, umur
geologi, tumbuh-tumbuhan, dekomposisi, sejarah setelah pengendapan, struktur cekungan batubara, metamorfosis organik Sukandarrumidi 2004.
Reaksi pembentukan batubara digambarkan sebagai berikut : 5C
6
H
10
O
5
C
20
H
22
O
4
+ 3CH
4
+ 8H
2
O +6CO
2
+CO
sellulosa lignit
gas metan
5 C
6
H
10
O
5
C
20
H
22
O
4
+ 3CH
4
+8H
2
O + 6CO
2
+ CO
sellulosa bitumin
gas metan
Batubara mengandung bahan yang mudah terbakar dan bahan yang tidak mudah terbakar yang disebut abu. Bahan yang mudah terbakar terdiri dari carbon
terikat, senyawa hidrocarbon, sulfur, nitrogen, dan pospor; bahan abunya terdiri dari : SiO
2
,Al
2
O
3
, Fe
2
O
3
, CaO dan alkali Trimasonjaya 2008. Batubara merupakan proses lanjut dari pembentukan tanah gambut dimana
dengan kandungan carbon terikat yang cukup tinggi seperti juga halnya arang, mungkin dengan bahan penyusun yang relatif sama ini memberi peluang
pemanfaatan batubara untuk dapat berperan dalam pertumbuhan tanaman terutama untuk mempersiapkan bibit tanaman yang berkualitas yang juga
diharapkan dapat tumbuh survival pada lapangan yang mengandung batubara.
2.3 Jenis Tanaman 2.3.1 Aquilaria crassna Pierre ex Lecomte Gaharu
Taksonomi Gaharu mengacu pada kayu yang memiliki kandungan damar wangi. Produk ini
dihasilkan terutama oleh pohon dari genus Aquilaria, Aetoxylon, Enkia, Phaleria, Wilkstroemia
dan Gyrinops. Terdapat 15 spesies Aquilaria yang diketahui menghasilkan gaharu dan merupakan jenis gaharu terbaik dengan permintaan
terbesar dipasaran salah satunya adalah A. crassna. Berdasarkan ilmu taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Famili : Thymelaeacea
Species : Aquilaria crassna Pierre ex Lecomte
Diskripsi Pohon selalu hijau selama hidupnya dengan tinggi mencapai 15-20 m dan
diameter 40-50 cm. Daun berbentuk elips atau lanset, ukuran lebar 3-3.5 cm dan panjang 6-8 cm serta memiliki 12-16 pasang tulang daun. Bunganya hermaprodit
berwarna kuning kehijauan atau putih. Buah berwarna hijau berbentuk kapsul seperti telur, biasanya berisi 2 benih per buah. Pohon ini memiliki tajuk yang
kecil dan batang yang lurus. Jenis ini dapat ditemukan pada berbagai jenis hutan, hutan primer maupun sekunder bahkan pada tanah marginal, pada daerah dengan
ketinggian 300-800 mdpl dan curah hujan 1200-2000 mmth. Tumbuhan ini dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah tetapi cenderung lebih baik pada tanah berbatu
dengan lapisan tanah ferralitic yang dangkal. A. crassna
mulai berbunga pada usia 6-8 tahun, antara bulan Maret dan April dan mulai berbuah antara bulan Mei-Juli. Jenis ini mengalami penyerbukan
dengan bantuan serangga. Pohon ini memerlukan naungan saat awal pertumbuhan tapi memerlukan cahaya matahari untuk pertumbuhan selajutnya.
Budidaya gaharu dapat dilakukan dengan generatif benih maupun vegetatif cabutan dan stek pucuk.
2.3.2 Palaquium sp. Nyatoh
Taksonomi Dalam taksonomi tumbuhan, Palaquium sp. dikenal dengan nama daerah Nyatoh
atau nama dagang gutta perca. Genus ini terdiri dari 110 spesies yang hampir kesemuanya memiliki nilai ekonomi dari getah yang cukup tinggi. Berdasarkan
ilmu taksonomi nyatoh dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi
: Spermatophyta Subdivisi
: Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Sapotaceae
Diskripsi Pohon tinggi sampai 60-90 m dengan diameter antara 130-250 cm. Batang
lurus, bulat bertorak disangga banir kecil dengan mahkota yang tidak lebar, cabang teratur. Daunnya seperti belalang dengan bagian bawah mengilap
berwarna seperti emas. Kayunya coklat muda sampai kemerahan, mengkilat, berurat mudah, ringan, mudah dikerjakan, dan bergambar bagus dengan kayu
termasuk berkelas awet III. Daun berbentuk oval, tersusun berbentuk spiral. Buahnya hijau bulat sampai memanjang mengandung lemak yang cukup tinggi
biasanya panen raya pada bulan Januari-Maret tetapi kadang dari bulan NovemberDesember pun sudah mulai ada.
Penyebaran Palaquium
sp. tersebar dari bagian barat India dan Sri langka sampai selatan Cina dan Polynesia. Sebagian besar ditemukan di bagian barat Malaysia
dan Kalimantan banyak diantaranya merupakan jenis endemik. Ditemukan pula di Semenanjung Malaya, Sumatera dan Papua New Guinea. Tanaman ini dapat
tumbuh dari dataran rendah hingga 600 mdpl, terutama di daerah perbukitan dalam hutan dengan tanah kering tetapi ditemukan pula di daerah lumpur dan
rawa air tawar, tumbuh tersebar biasanya di lapangan yang agak miring. Penggunaan
Kayu Palaquium sp. atau nyatoh ini banyak digunakan untuk berbagai kebutuhan sebagai geladak jembatan, kontruksi bagian atas rumah, mebel, alat
rumah tangga, papan lantai, kano, kasau, dayung, kasau, balok, dan lain-lain. Yang paling penting adalah getah pohon ini memiliki nilai ekonomi yang cukup
tinggi, getahnya disebut gutta perca yang digunakan untuk penyekat dan bahan pembungkus kabel bawah laut atau penyekat pada instalasi pabrikan, pembuatan
bola golf, alat-alat transmisi, alat elektronik, pipa, wadah tahan asam, dan banyak alat-alat manufaktur pabrik. Buahnya dapat dimakan dan mengandung lemak
tinggi yang dapat dibuat mentega nabati, minyak bijinya digunakan untuk
memasak atau bahan pembuatan sabun. Di beberapa daerah getahnya digunakan untuk mencegah atau pengobatan sakit gigi.
2.3.2 Calophyllum sp. Kapur Naga.
Taksonomi Dalam taksonomi tumbuhan, Kapur Naga dikenal dengan nama
Calophyllum sp. menurut ahli botani memiliki jumlah jenis yang banyak sekitar
190 spesies. Genus Calophyllum sp. yang memiliki nama dagang bintangur banyak dikenal diberbagai daerah dengan bermacam-macam sebutan, antara lain :
bintangur, nyamplung Indonesia; penaga, bakokol Malaysia; tharapi, poon burna; tangbaiyai, m[uf]u Vietnam. Berdasarkan ilmu taksonomi Calophyllum
sp. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi
: Spermatophyta Subdivisi
: Angiospermae Kelas
: Dicotyledonae Ordo
: Guttiferales Famili
: Guttiferae Diskripsi
Tanaman ini adalah pohon selalu hijau sepanjang tahun, percabangan pendek, tinggi dapat mencapai 40-60 m; dengan diameter batang antara 100-240
cm. Bunga biasanya biseksual tetapi kadang berfungsi uniseksual, stamen jumlahnya banyak terdiri dari 4-16 tepal. Daun berbentuk oval menumpul berurat
besar, tebal, berwarna hijau pekat, bagian atas halus karena mengandung lateks. Buahnya buah batu berbentuk bulat agak besar dengan mancung kecil di
depannya, berwarna hijau selama masih tergantung pada pohon tetapi menjadi kuning atau berwarna seperti kayu jika sudah luruh. Tiap biji mengandung satu
embrio. Bentuk pohon pada awal pertumbuhan biasanya lurus tetapi kemudian agak membengkok atau bungkuk dengan tinggi bebas cabang yang tidak terlalu
tinggi. Kayunya agak ringan hingga sedang, seratnya lembut tetapi padat, agak halus strukturnya dan kurang beraturan; kayunya memiliki 2 warna yakni : kelabu
kadang bercak pudar semu kuning dan berwarna merah pudar seperti bata setengah terbakar. Kayunya termasuk kayu awet tapi agak sulit dikerjakan,
penggunaannya harus benar-benar dikeringkan karena nilai kerutannya cukup tinggi dan jika terlalu tipis akan melengkung tetapi kayunya tidak mudah pecah
dan membelah terkenal awet terutama dalam air laut. Getah batang awalnya bening kekuningan kemudian mengeras menjadi kuning kemerahan.
Penyebaran Calophyllum
sp. sebagian besar spesiesnya ditemukan di Indomalayan, Mikronesia, Malaysia dan bagian utara Australia. Tidak lebih dari 8 spesies
ditemukan di Amerika tengah dan selatan; kira-kira 20 jenis ditemukan di Madagaskar dan sekitarnya. Di semenanjung Malaysia ditemukan ± 40 spesies,
Sumatra 35 spesies, Kalimantan 65 spesies dan Papua New Guinea 35 spesies yang hampir semuanya endemik 75. Beberapa jenis ditemukan pula di bagian
barat Afrika dan tropika Amerika yang ditanam untuk kebutuhan ornamental. Jenis ini dapat tumbuh mulai daerah pesisir pantai hingga ketinggian 300
mdpl pada dataran rendah sampai rawa-rawa. Penggunaan
Calophyllum sp. biasanya digunakan untuk berbagai keperluan plywood,
papan, furniture, kontruksi, kapal, dayung, dan lain-lain. Di beberapa tempat digunakan sebagai tiang kapal, geladak, jembatan, dan perencah. Karena sifat
kayunya yang tidak mudah pecah sering digunakan sebagai roda gerobak, pipa suling dan alat musik, juga digunakan untuk dekorasi karena penampangnya yang
bagus di Papua New Guenea. Getahnya yang beracun digunakan untuk meracun ikan atau tikus, kandungan toksin di batang kayunya dapat digunakan untuk
pengobatan khususnya penyakit kulit, bahan ramuan jamu setelah melahirkan dan rematik. Demikian pula daunnya, bunga dan buahnya sering dimanfaatkan
masyarakat setempat untuk pengobatan. Bijinya mengandung minyak yang digunakan untuk mengolah batik yang diwarnai, beberapa daerah dibuat minyak
untuk penerangan dan bahan pembuatan sabun.
2.4 Fungi Mikoriza Arbuskula