Kerangka pemikiran Pembenah Tanah dan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) untuk Peningkatan Kualitas Bibit Tanaman Kehutanan Pada Areal Bekas Tambang Batubara

1.6 Kerangka pemikiran

Kerangka pemikiran penelitian yang mendasari penelitian ini dapat terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Kerangka pikir penelitian Lahan bekas tambang : BD tinggi, porositasdrainase rendah, pH rendah, KTK rendah, BOT rendah, suhu tinggi,hara makromikro Kendala revegetasi alamiah System reklamasi terpadu penimbunan persemaian penanaman pemeliharaan monitoring Input Teknologi Media tumbuh semai Pemuliaan; pemilihan jenis Mikroorganisme Kompos serbuk gergaji potensi tinggi, pembenah tanah arang dan batubara mikoriza Jenis lokal, nilai ekonomis tinggi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompos Serbuk Gergaji

Limbah kayu berupa serbuk gergaji merupakan hasil samping pengolahan biomassa kayu berserat yang mengandung lignoselulosa dan fraksi organik tinggi. Sejumlah teknologi telah diupayakan untuk memanfaatkan limbah ini misalnya dengan pembuatan arang, kompos atau media tanam jamur komersil jamur tiram, jamur kayu, shitake, dan lain-lain dan seiring dengan semakin meningkatnya harga bahan bakar pemanfaatan serbuk gergaji sebagai bahan bakar pun semakin meningkat disamping juga digunakan sebagai bahan organik campuran pada pembuatan kompos Gusmailina 2002; Komarayati 1996; Pari 2002. Teknologi pemanfaatan serbuk gergaji masih perlu untuk ditingkatkan aplikasi dan prosesnya sehingga mudah diadopsi serta diperlukan secara luas oleh masyarakat sehingga penumpukan limbah ini pun dapat teratasi oleh masyarakat luas. Menurut Pari 2002 limbah penggergajian ini pada kenyataannya di lapangan masih banyak yang ditumpuk dan bahkan sebagian dibuang ke aliran sungai yang menyebabkan pencemaran air atau dibakar langsung sehingga ikut menambah emisi karbon di atmosfer dan berdampak buruk bagi lingkungan. Biokonversi serbuk gergaji merupakan salah satu alternatif pemanfaatan serbuk gergaji menjadi kompos melalui proses perubahan bahan organik kompleks menjadi bahan organik sederhana dengan bantuan mikroba melalui proses fermentasi anaerob yang dapat digunakan secara langsung atau dicampurkan sebagai media pertumbuhan tanaman Komarayati 1996. Proses ini dikenal dengan metode bokashi yang telah dikenal sejak lama di Jepang. Secara tradisional bokhasi dibuat dengan cara memfermentasikan bahan organik dengan tanah dari hutan atau gunung yang mengandung berbagai jenis mikroba dekomposer aktif misalnya gambut peat. Gambut peat merupakan salah satu jenis tanah yang pembentukannya berasal dari proses dekomposisi tumbuhan yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama melalui proses immobilisasi dan mineralisasi yang juga dipengaruh oleh kondisi lingkungannya Lazuardi et al. 2004. Proses dekomposisi tumbuhan dalam pembentukan gambut berlangsung dengan bekerjanya satwa tanah dan mikroba tanah sehingga terjadi peruraian bahan organik tumbuhan menjadi mineral yang tersedia bagi tumbuhan Sukandarrumidi 2004. Pemberian bahan organik ke dalam tanah memberikan dampak yang baik terhadap rizosfer akar. Tanaman akan memberikan respon yang positif bila rizosfer sebagai tempat berkembangnya akar memberikan habitat yang baik untuk pertumbuhan perakarannya. Penggunaan bahan organik telah terbukti banyak meningkatkan pertumbuhan tanaman Rao 1994. Hasil penelitian Suryani 2007 memberikan kompos pada tanaman jeruk dapat meningkatkan ketersediaan hara dan aktifitas cacing tanah serta meningkatkan jumlah buah yang dihasilkan. Muller-Samann dan Kotschi 2000 dalam Suryani 2007 menyimpulkan empat fungsi penting kompos, yaitu : a. Fungsi nutrisi, unsur hara kompos lebih lengkap karena mengandung unsur hara makro sekaligus unsur hara mikro yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman walaupun dalam jumlah yang sedikit. b. Memperbaiki kondisi tanah baik sebagai akibat peningkatan populasi dan aktifitas mikroba serta peningkatan presentase bahan organik tanah. c. Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit. d. Secara ekologis penggunaan kompos akan mengurangi timbunan sampah, mengurangi pencemaran dan peningkatan perbaikan sanitasi. Disamping itu pula pemakaian kompos sebagai media tanam akan mengurangi pemakaian topsoil atau pengambilan humus pada lantai hutan, mengurangi pencemaran akibat pemakaian pupuk kimia dan obat-obatan yang berbahaya, meningkatkan kesuburan lahan dan serapan air. Menurut Susanto 2002 penggunaan kompos pupuk organik juga memiliki kelemahan, diantaranya adalah : a. diperlukan dalam jumlah sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan unsur hara dari suatu pertanamanan b. hara yang dikandung untuk bahan yang sejenis sangat bervariasi c. bersifat ruah bulky, baik dalam pengangkutan maupun penggunaannya di lapangan d. kemungkinan akan menimbulkan kekahatan unsur hara apabila bahan organik yang diberikan belum cukup matang Kompos cenderung berperan menjaga fungsi tanah agar unsur hara dalam tanah mudah dimanfaatkan oleh tanaman untuk menyerap unsur hara yang tersedia selain juga mengandung unsur hara yang lengkap. Komponen kompos yang paling berpengaruh terhadap sifat kimia tanah adalah kandungan humusnya. Humus yang menjadi asam humat atau jenis asam lainnya dapat melarutkan zat besi Fe dan aluminium Al. Kedua unsur ini mengikat senyawa pospat yang merupakan sumber phospor bagi tanaman. Apabila pospat ini diikat oleh besi atau aluminium akibatnya tidak dapat diserap tanaman. Namun adanya asam humat yang dapat melarutkan Fe dan Al, senyawa phospat akan lepas dan menjadi senyawa pospat tersedia yang dapat terserap tanaman Rao 1994; Dirjen Dikti 1991

2.2 Bahan Pembenah Tanah