commit to user
Karakter siswa-siswi kelas II tempat penelitian tidak jauh berbeda dengan kelas lain. Kebanyakan siswa menganggap IPA sebagai suatu mata
pelajaran sulit, sehingga penguasaan konsep energi cahaya belum mencapai KKM Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditentukan sekolah pada awal semester.
Partisipasi siswa dalam pembelajaran IPA juga kurang optimal. Siswa masih banyak tergantung pada guru dalam memecahkan masalah konsep energi cahaya.
Hal itu menyebabkan rendahnya penguasaan konsep energi cahaya siswa pada mata pelajaran IPA. Untuk mengantisipasi hal tersebut peneliti mengadakan
penelitian di kelas II. Peneliti menggunakan Model Pembelajaran Kuantum yang dapat meningkatkan penguasaan konsep energi cahaya pada siswa kelas II.
Dengan penelitian ini diharapkan siswa Sekolah Dasar Negeri Karanganyar III lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar IPA, sehingga
penguasaan konsep energi cahaya siswa kelas II meningkat.
2. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi pada siswa kelas II SD Negeri Karanganyar III,
tahun pelajaran 20102011 pada materi energi cahaya. Berdasarkan hasil observasi sebelum melakukan tindakan, masih
terdapat permasalahan yang ditemui pada diri siswa, antara lain: a.
Pembelajaran yang digunakan Guru Guru masih menggunakan pembelajaran konvensional dalam proses
pembelajaran sehingga pembelajaran tidak berjalan seimbang antara guru dengan siswa, dan dimana segala proses belajar mengajar berpusat pada guru sehingga
penguasaan konsep energi cahaya rendah. Guru kurang menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga siswa kurang
berani mengajukan pertanyaan maupun mengungkapkan gagasannya. Guru masih
commit to user
menggunakan pembelajaran
yang bersifat
konvensional. Guru
belum mengembangkan pembelajaran yang menarik yang dapat mengoptimalkan
kreativitas dan keaktifan siswa. Guru selama ini lebih mementingkan hasil akhir pelajaran bukan proses pembelajaran.
b. Teknik Menginteraktifkan Siswa
Kebiasaan lama mengajar, ketergantungan guru pada buku LK dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yaitu guru hanya meminta siswa untuk
mengerjakan tugas-tugas yang ada dalam buku LK. Dengan cara seperti ini kegiatan pembelajaran konsep energi cahaya seolah-olah hanya berada pada
tataran kognitif sedangkan aspek psikomotorik yang seharusnya menjadi fokus pembelajaran konsep energi cahaya tidak mempeoleh proporsi yang seharusnya.
Dalam proses belajarpun hanya terlihat interaksi dua arah, yaitu antara guru dengan siswa saja. Guru tidak menciptakan interaksi antara siswa dengan
siswa atau siswa dengan kelompok. Sehingga siswa ragu-ragu dalam bertanya dan menjawab pertanyaan ,
c. Permasalahan yang ditemui pada diri siswa.
Siswa kurang aktif pada saat kegiatan pembelajaran, cenderung tidak serius dan tidak memperhatikan saat guru sedang memaparkan materi pelajaran,
tidak berani tampil di depan kelas, siswa kurang antusias dalam menjawab pertanyaan guru, dan siswa cenderung menunjukkan sikap jenuh dan bosan pada
pembelajaran yang diterapkan guru, dilihat dari sikap siswa yang asyik bermain sendiri ataupun mengobrol dengan teman.
Rendahnya penguasaan konsep energi cahaya cacah siswa kelas II yang ditunjukkan dari nilai ulangan mengenai penguasaan konsep energi cahaya yaitu
dari 38 siswa hanya 5,26 atau 2 siswa yang mendapat nilai di atas sama dengan batas KKM. Sedangkan 94,73 atau 36 siswa berada di bawah batas KKM yaitu
62. Fakta hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa sebagian siswa kelas
II di SD Negeri Karanganyar 03 mendapatkan nilai rendah pada materi pokok konsep energi cahaya. Dengan demikian konsep energi cahaya siswa kelas II SD
N Karanganyar III perlu ditingkatkan. Data nilai tersebut dilihat dalam lampiran 2.
commit to user
Berdasarkan hasil nilai belajar siswa pada lampiran 2 di halaman 72,maka dapat dibuat table seperti berikut:
Tabel 4.1. Frekuensi Data Nilai Tes Siswa sebelum Tindakan
Nomor Rentang Nilai
Frekuensifi Nilai
Tengah fi x xi
Prosentase 1
20 –28 1
24 24
2,63
2 29 – 37
6 33
198 15,7
3 38 – 46
16 42
672 39,47
4 47 – 55
10 51
510 21,05
5 56 – 64
2 60
180 2,63
6 65 – 73
3 69
207 7,89
Jumlah 38
555 1791
100
Berdasarkan tabel 3. maka dapat digambarkan pada grafik.
KKKK1
Gambar 5. Grafik Nilai Tes Siswa sebelum Tindakan
Berdasarkan data nilai di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan tindakan, siswa kelas II SD Negeri Karanganyar 03 banyak siswa yang
memperoleh di bawah batas nilai KKM yaitu 62. Data ketuntasan belajar pada kondisi awal dapat diketahui pada tabel di bawah ini.
2 4
6 8
10 12
14 16
18
nilai tengah fr
e k
u e
n s
i
24 33
42 51 60
69
commit to user
Tabel 4.2 Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes sebelum Tindakan
No Ketuntasan
Jumlah Siswa Pra Siklus
Jumlah Persen
1 Tuntas 3
7,89 2 Tidak Tuntas
35 92,11
Jumlah 38
100
Berdasarkan data nilai di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan tindakan, siswa kelas II SD Negeri Karanganyar 03 sebanyak 38 siswa hanya 3
siswa atau 7,89 yang memperoleh nilai di atas sama dengan batas nilai KKM. Sebanyak 35 siswa atau 92,11 memperoleh nilai di bawah batas nilai KKM
yaitu 62. Hasil rata-rata nilai tes sebelum dilakukan tindakan dapat ditujukkan
dalam tabel berikut :
Tabel 4.3 Hasil rata-rata nilai tes sebelum dilakukan tindakan
No Keterangan
Tes Awal 1
Nilai terendah 20
2 Nilai tertinggi
65 3
Rata-rata nilai 42
4 Siswa belajar tuntas
7,89
commit to user
Untuk memperjelas hasil rata-rata nilai tes sebelum dilakukan tindakan dapat digambarkan dalam grafik berikut ini
Gambar 6. Grafik Nilai Rata-rata Nilai Tes Siswa sebelum Tindakan
Dari hasil tes awal pada tabel di atas dapat disimpulkan sementara bahwa penguasaan konsep energi cahaya oleh siswa kelas II SD Negeri Karanganyar 03
masih kurang. Adanya. Maka peneliti mengadakan konsultasi dengan dewan guru untuk melaksanakan pembelajaran energi cahaya melalui Model Pembelajaran
Kuantum.Dan nila
3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan