Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA adalah agar siswa memenuhi konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta alam Depdikbud, 1997:2. Pembelajaran IPA memiliki fungsi yang fundamental dalam menimbulkan serta mengembangkan kemampuan befikir kritis, kreatif dan inovatif. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara aktif yaitu melalui proses dan sikap ilmiah. Mutu pembelajaran IPA perlu ditingkatkan secara berkelanjutan untuk mengimbangi perkembangan teknologi. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran tersebut, tentu banyak tantangan yang dihadapi. Begitu pula permasalahan yang dihadapi siswa di SD Negeri Karanganyar 03, hasil pembelajaran IPA yang belum tuntas yakni belum mencapai angka kriteria ketuntasan minimum 62 yang telah ditentukan. Salah satu faktor dalam pembelajaran IPA guru lebih banyak berceramah, sehingga siswa menjadi cepat bosan dan menyebabkan hasil belajar IPA rendah. Guru belum menghayati hakekat IPA karena pembelajaran di sekolah baru menekankan produk saja. Hal itu ditambah dengan pendapat siswa bahwa pembelajaran IPA dianggap sulit, sehingga tidak menarik untuk belajar, yang berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa khususnya materi pokok energi. Pada umumnya prestasi belajar IPA di SD rendah. Siswa kurang memahami konsep, kurang menguasai ketrampilan proses dalam pembelajaran mengamati, menggolongkan, mengukur, menafsirkan, mengkombinasikan hasil, mempredisikan dan melakukan percobaan. Kegiatan pembelajaran juga masih commit to user terpusat pada guru, serta model pembelajaran kurang menarik, sehingga pengalaman yang diperoleh kurang bermakna. Kenyataan di lapangan tujuan pembelajaran IPA yang dirumuskan dalam kurikulum 2004 tersebut belum dicapai dengan optimal. Untuk anak-anak yang taraf berfikirnya masih berada pada tingkat konkret, maka semua yang diamati, diraba, dicium, dilihat, didengar, dan dikecap akan kurang berkesan kalau sesuatu itu hanya diceritakan, karena mereka belum dapat menyerap hal yang bersikap abstrak. Perlu diketahui bahwa tingkat pemahaman tiap-tiap siswa tidak sama, sehingga kecepatan siswa dalam mencerna bahan pengajaran berbeda. Berdasarkan ketrampilan proses hasil belajar bukan semata-mata bergantung pada apa yang sisajikan guru, melainkan dipengaruhi oleh interaksi antara berbagai informasi yang diminati kepada anak dan bagaimana anak mengolah informasi bedasarkan pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Aspek pokok pembelajaran IPA adalah anak dapat menyadari keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk mengenali pengetahuan baru dan akhirnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dari pengamatan awal di SD Negeri Karanganyar 03 kelas 11 dengan jumlah siswa 38 anak,siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami dan membedakan beberapa konsep energi, salah satunya adalah kesulitan memahami konsep energi cahaya.Berdasarkan pengamatan, siswa kelas 11 masih kesulitan untuk membedakan antara energi panas dan energi cahaya.Dalam proses pembelajaran IPA kurang adanya penggunaan pendekatan, media dan metode yang tepat, sehingga cenderung guru yang aktif dan siswa pasif. Nilai paling rendah sebelum tindakan adalah 20, ini kurang dari kriteria ketuntasan minimal IPA yaitu 62. Selengkapnya pada lampiran 2 hal 73. Dari uraian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA di SD memiliki prestasi rendah ini tidak terlepas dari sistem pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Guru pada umumnya menerapkan model pembelajaran konvensional dimana siswa hanya menerima materi dari guru tanpa adanya timbal balik,sehingga Pembelajaran Kuantum berupaya memadukan dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pebelajar dengan lingkungan sebagai konteks commit to user pembelajar.IPA merupakan pembelajaran yang mengembangkan konsep dan sikap ilmiah sebagai landasan untuk menguasai konsep-konsep berikutnya. Agar pembelajaran IPA memberikan pengalaman yang utuh dan bermakna bagi siswa serta memberikan hasil yang memuaskan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka guru harus dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tingkatan perkembangan anak terutama di kelas II, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai optimal. Atas dasar uraian permasalahan-permasalahan di atas ingin dilakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Penguasaan Konsep Energi cahaya dengan penerapan model Pembelajaran Kuantum pada siswa kelas II SD N Karanganyar 03 Weru Sukoharjo tahun 2011.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP ENERGI PANAS DALAM MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI BONAGUNG I TANON SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 6 76

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA GESEK MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 03 KORIPAN MATESIH KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 3 72

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 1 137

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL P PEMBELAJARAN EMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI II NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010 2011

2 23 95

PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SD NEGERI NGRECO 05 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011

0 2 205

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PENYESUAIAN Penerapan Model Pembelajaran Problem posing Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Penyesuaian Makhluk Hidup Pada Siswa Kelas V SD Negeri Cabeankunti Tahun Ajaran

0 0 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PENYESUAIAN Penerapan Model Pembelajaran Problem posing Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Penyesuaian Makhluk Hidup Pada Siswa Kelas V SD Negeri Cabeankunti Tahun Ajaran

0 1 12

PENINGKATAN BERBICARA DENGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS II SEKOLAH Peningkatan Berbicara Dengan Penerapan Pembelajaran Sosiodrama Pada Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Negeri Baturan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Pel

0 1 13

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SAINS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 03 KARANGREJO KERJO KARANGANYAR TAHUN 2009/2010.

0 1 9

Penerimaan Siswa Baru Makalah APSI.docx

0 0 57