PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP ENERGI CAHAYA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS II SD NEGERI KARANGANYAR 03 WERU SUKOHARJO TAHUN 2011

(1)

commit to user

PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP ENERGI CAHAYA DENGAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA

SISWA KELAS II SD NEGERI KARANGANYAR 03

WERU SUKOHARJO TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh:

ERFANA NURHIDAYAH

X7109029

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user

PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP ENERGI CAHAYA DENGAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA

SISWA KELAS II SD NEGERI KARANGANYAR 03

WERU SUKOHARJO TAHUN 2011

Oleh:

ERFANA NURHIDAYAH

X7109029

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(3)

commit to user

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I

Drs. Djaelani, M. Pd

NIP. 19520317 198303 1 002

Pembimbing II

Dra. Siti Kamsiyati, M.Pd


(4)

commit to user

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi fakultas

keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana pendidikan.

Pada hari

:

Tanggal

:

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang

Tanda Tangan

Ketua

: Drs. Hadi Mulyono, M. Pd

Sekretaris

: Drs. Usada, M. Pd

Anggota I

: Drs. Djaelani, M. Pd

Anggota II

: Dra. Siti Kamsiyati, M. Pd

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


(5)

commit to user

ABSTRAK

Erfana Nurhidayah.

Peningkatan Penguasaan Konsep Energi Cahaya

Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kuantum Pada Siswa Kelas II SD

Negeri Karanganyar 03 Weru Sukoharjo Tahun 2011.

Skripsi,Surakarta:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.Universitas Sebelas Maret.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep

Energi Cahaya dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kuantum

pada siswa kelas II SD Negeri Karanganyar 03 Weru Sukoharjo Tahun 2011.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan tiga siklus.Subjek

penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri Karanganyar 03 Weru Sukoharjo

dengan banyaknya siswa 38 siswa. Teknik Pengumpulan data digunakan metode

observasi,kajian dokumen,dan tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah diskriptif komparatif yaitu membandingkan antar siklus.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: Dengan penggunaan model

pembelajan kuantum dapat meningkatkan penguasaan konsep energi cahaya. Hal

ini dapat dibuktikan dari capaian nilai rata-rata kelas terjadi peningkatan.

Peningkatan ini dapat dilihat dari rata-rata kenaikan hasil belajar pada setiap

siklus yang KKM dalam materi konsep energi cahaya ini adalah 62. Pada kondisi

awal nilai rata-rata kelas 42, pada siklus I nilai rata-rata kelas 48, pada siklus II

nilai rata-rata kelas 64, dan pada siklus III nilai rata-rata kelas 81.Sehingga pada

siklus I terjadi peningkatan sebesar 7.81 %, pada siklus II naik menjadi 44,82 % ,

dan

pada

sikus

III

mengalami

peningkatan

sebesar

26,32

%.


(6)

commit to user

ABSTRACT

Erfana Nurhidayah. Improving Understanding of the concept of shine energy in the Natural science subject Matter though Quantum Learning Model of the students in Grade II of state Primary school of Karanganyar 03, Weru, Sukoharjo in the Academic Year 2011. skripsi, Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University.

The purpose of this research is to improve understanding of the concept of heat energy in the Natural Science subject matter through quantum learning model of the students in Grade II of state Primary school of Karanganyar 03, Weru, Sukoharjo, in the academic year of 2010/2011.

A classroom action research method with three cycles. The subjects of the research were 38 students in Grade II of State Primary School of Karanganyar 03, Weru, Sukoharjo, in the acadernic year of 2010/2011. Its data were gathered through observation, in-depth interview, document analysis, and test.

The results of the analysis show that: the implementation of the quantum learning model can improve understanding of the concept of shine energy as indicated by the improvement of the class average score achievement. The score achievement indicates that the students had improvement in understandin of defining, identifying, grouping, and applying the concept of heat energy in daily life. The improvement can be seen from the average improvement of the learning result in each cycle. In the early condition, the average score is, 42. In cycles I, II, and III the average scores are 48, 64, and 81 respectively. So that, in cyclec I the improve is 7.81 , in cyclec II the improve is 44.82, and in cyclec III the improve is 26.32.


(7)

commit to user

MOTTO

”Hai orang-orang yang beriman,bersiap-siagalah kamu,dan majulah (ke medan

pertempuran) berkelompok-kelompoklah,atau majulah bersama-sama)”.

(Qs. An Nisaa’: 71)

”Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kau akan hidup

selama-lamanya. Dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah kau akan mati,

besok!


(8)

commit to user

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan teristimewa untuk:

1.

Ibu Harmini dan Bapak Haryono, terima kasih atas doa,

kasih sayang, pengorbanan dan semangat luar biasa

yang tak pernah putus.

2.

Kakakku,Eka Ismawati. Bantuan dan motivasimu

sangat berarti untukku.

3.

Dhani Agus Pambudi. Terima kasih untuk doanya.

4.

Elvyna Anna dan Arum Dewi.Terima kasih atas

bantuanmu selama ini.


(9)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi telah melibatkan berbagai

pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima

kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuannya. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada yang

terhormat:

1.

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

2.

Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3.

Drs. Hadi Mulyono, M. Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta serta Drs.

Hasan Mahfud, M. Pd selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4.

Drs. Djaelani, M. Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan

dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini serta Dra. Siti Kamsiyati, M. Pd

selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan

dalam penyusunan skripsi ini.

5.

Drs. Tolu Winarto, selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri Karanganyar 03

yang telah memberikan izin tempat penelitian serta Guru-guru SD Negeri

Karanganyar 03 yang telah memberi motivasi dan bantuan dalam

melaksanakan penelitian ini.

6.

Berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan Oleh karena itu, segala saran

dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan.


(10)

commit to user

Semoga semua pihak mendapat limpahan rahmat dari Allah dan menjadi

amal kebaikan yang tiada putus-putusnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

khususnya bagi SD dan dunia pendidikan pada umumnya.

Surakarta, Juni 2011

Penulis


(11)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

i

HALAMAN PENGAJUAN ...

ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN

… ...

iv

ABSTRAK ...

v

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .. ... xv

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah ...

1

B.

Perumusan Masalah ...

3

C.

Tujuan Penelitian ...

3

D.

Manfaat Penelitian ...

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Landasan Teori ...

5

1.

Tinjauan Tentang Pengertian Konsep Energi cahaya .

5

2.

Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kuantum ... 10

B.

Penelitian Yang Relevan ... 17

C.

Kerangka Berpikir ... 17

D.

Hipotesis Tindakan ... 20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

B.

Subjek Penelitian ... 21


(12)

commit to user

D.

Teknik Pengumpulan Data ... 22

E.

Teknik Analisis Data ... 23

F.

Indikator Pencapaian ... 23

G.

Prosedur Penelitian... 25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Penelitian ... 31

B.

Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

BAB V

SIMPULAN,IMPLIKASI,DAN SARAN

A.

Simpulan ... 66

B.

Implikasi ... 67

C.

Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN


(13)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas...71

Tabel 2. Data Nilai Siswa sebelum tindakan...72

Tabel 3. Data Nilai Siswa Siklus 1...73

Tabel 4. Data Nilai Siswa Siklus II...74


(14)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir...88

Gambar 2. Prosedur Penelitian...89

Gambar 3. Foto Kegiatan Pembelajaran...125


(15)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas...71

Lampiran 2. Data Nilai Siswa sebelum tindakan...72

Lampiran 3. Data Nilai Siswa Siklus 1...73

Lampiran 4. Data Nilai Siswa Siklus II...74

Lampiran 5. Data Nilai Siswa Siklus III ...75

Lampiran 6. Hasil Observasi Siswa Pada Siklus I...76

Lampiran 7. Hasil Observasi Siswa Pada Siklus II...78

Lampiran 8. Hasil Observasi Siswa Pada Siklus III...80

Lampiran 9. Hasil Kinerja Guru Pada Siklus I...82

Lampiran 10. Hasil Kinerja Guru Pada Siklus II...84

Lampiran 11. Hasil Kinerja Guru Pada Siklus III...86

Lampiran 14.

Silabus IPA Kelas II...90

Lampiran 15.

Silabus Bahasa Indonesia Kelas II...9

Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) Siklus 1...91

Lampiran 17. Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) Siklus 1I...105

Lampiran 18. Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) Siklus 1II...115


(16)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah agar

siswa memenuhi konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan

metode ilmiah, bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang

dihadapi dengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta alam

(Depdikbud, 1997:2). Pembelajaran IPA memiliki fungsi yang fundamental dalam

menimbulkan serta mengembangkan kemampuan befikir kritis, kreatif dan

inovatif. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan

cara yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara aktif yaitu melalui proses dan

sikap ilmiah.

Mutu pembelajaran IPA perlu ditingkatkan secara berkelanjutan untuk

mengimbangi perkembangan teknologi. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran

tersebut, tentu banyak tantangan yang dihadapi. Begitu pula permasalahan yang

dihadapi siswa di SD Negeri Karanganyar 03, hasil pembelajaran IPA yang belum

tuntas yakni belum mencapai angka kriteria ketuntasan minimum 62 yang telah

ditentukan. Salah satu faktor dalam pembelajaran IPA guru lebih banyak

berceramah, sehingga siswa menjadi cepat bosan dan menyebabkan hasil belajar

IPA rendah. Guru belum menghayati hakekat IPA karena pembelajaran di sekolah

baru menekankan produk saja. Hal itu ditambah dengan pendapat siswa bahwa

pembelajaran IPA dianggap sulit, sehingga tidak menarik untuk belajar, yang

berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa khususnya materi

pokok energi.

Pada umumnya prestasi belajar IPA di SD rendah. Siswa kurang

memahami konsep, kurang menguasai ketrampilan proses dalam pembelajaran

(mengamati, menggolongkan, mengukur, menafsirkan, mengkombinasikan hasil,

mempredisikan dan melakukan percobaan). Kegiatan pembelajaran juga masih


(17)

commit to user

terpusat pada guru, serta model pembelajaran kurang menarik, sehingga

pengalaman yang diperoleh kurang bermakna.

Kenyataan di lapangan tujuan pembelajaran IPA yang dirumuskan dalam

kurikulum 2004 tersebut belum dicapai dengan optimal. Untuk anak-anak yang

taraf berfikirnya masih berada pada tingkat konkret, maka semua yang diamati,

diraba, dicium, dilihat, didengar, dan dikecap akan kurang berkesan kalau sesuatu

itu hanya diceritakan, karena mereka belum dapat menyerap hal yang bersikap

abstrak. Perlu diketahui bahwa tingkat pemahaman tiap-tiap siswa tidak sama,

sehingga kecepatan siswa dalam mencerna bahan pengajaran berbeda.

Berdasarkan ketrampilan proses hasil belajar bukan semata-mata

bergantung pada apa yang sisajikan guru, melainkan dipengaruhi oleh interaksi

antara berbagai informasi yang diminati kepada anak dan bagaimana anak

mengolah informasi bedasarkan pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Aspek

pokok pembelajaran IPA adalah anak dapat menyadari keterbatasan pengetahuan

mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk mengenali pengetahuan baru dan akhirnya

dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari pengamatan awal di SD Negeri Karanganyar 03 kelas 11 dengan

jumlah siswa 38 anak,siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami dan

membedakan beberapa konsep energi, salah satunya adalah kesulitan memahami

konsep energi cahaya.Berdasarkan pengamatan, siswa kelas 11 masih kesulitan

untuk membedakan antara energi panas dan energi cahaya.Dalam proses

pembelajaran IPA kurang adanya penggunaan pendekatan, media dan metode

yang tepat, sehingga cenderung guru yang aktif dan siswa pasif. Nilai paling

rendah sebelum tindakan adalah 20, ini kurang dari kriteria ketuntasan minimal

IPA yaitu 62. Selengkapnya pada lampiran 2 hal 73.

Dari uraian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA di SD memiliki

prestasi rendah ini tidak terlepas dari sistem pembelajaran yang dilaksanakan oleh

guru. Guru pada umumnya menerapkan model pembelajaran konvensional dimana

siswa hanya menerima materi dari guru tanpa adanya timbal balik,sehingga

Pembelajaran Kuantum berupaya memadukan dan mengolaborasikan faktor

potensi diri manusia selaku pebelajar dengan lingkungan sebagai konteks


(18)

commit to user

pembelajar.IPA merupakan pembelajaran yang mengembangkan konsep dan sikap

ilmiah sebagai landasan untuk menguasai konsep-konsep berikutnya. Agar

pembelajaran IPA memberikan pengalaman yang utuh dan bermakna bagi siswa

serta memberikan hasil yang memuaskan sesuai dengan tujuan yang diharapkan,

maka guru harus dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tingkatan

perkembangan anak terutama di kelas II, sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai optimal. Atas dasar uraian permasalahan-permasalahan di atas ingin

dilakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Penguasaan Konsep Energi

cahaya dengan penerapan model Pembelajaran Kuantum pada siswa kelas II SD N

Karanganyar 03 Weru Sukoharjo tahun 2011.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

Apakah penerapan model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan

penguasaan konsep energi cahaya dalam mata pelajaran IPA di kelas II SD

Negeri Karanganyar 03, Weru, Sukoharjo ?

C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas bertujuan untuk:

Untuk meningkatkan penguasaan konsep energi cahaya dalam mata pelajaran

IPA melalui model Pembelajaran Kuantum di kelas II SD Negeri Karanganyar

03.


(19)

commit to user

D.

Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat

antara lain:

1.

Manfaat teoritis, yaitu dengan karya ilmiah ini diharapkan memberikan

sumbangan kazanah ilmu pengetahuan bidang pendidikan IPA di SD.

2.

Manfaat praktis:

a.

Bagi guru kelas

Bermanfaat untuk meningkatkan ketrampilan dalam proses kegiatan

proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran

kuantum.

b.

Bagi siswa

Dapat memberikan motivasi agar lebih tertarik belajar IPA sehingga

dapat meningkatkan prestasi belajar IPA.

c.

Bagi sekolah

Dapat memberikan masukan dalam mengambil kebijaksanaan untuk

meningkatkan kualitas dan efektivitas dalam kegiatan belajar IPA.

d.

Bagi pemerintah

Bermanfaat untuk memperbaiki kurikulum pendidikan.

e.

Bagi pemerhati pendidikan

Dapat memberikan masukan dalam mengambil kebijakan dalam

pendidikan.


(20)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Tinjauan pustaka

1.

Tinjauan tentang pengertian Konsep Energi Cahaya

a.

Tinjauan Tentang Pengertian Konsep

Edward De Bono menyatakan bahwa konsep merupakan titik awal dari

sekumpulan hubungan atau ide dan semua hal lain yang dihubungkan

dengannya.Sedangkan Menurut hulse ( 1981 ) menyebutkan lima tipe

konsep,yaitu : konsep afirmatif, konjungtif, disjungtif, kondisional, dan

bikondisional; a. Konsep afimatif adalah konsep yang menunjukkan bahwa suatu

obyek atau peristiwa memiliki suatu nilai spesifik dalam suatu dimensi partikuler;

b. Konsep konjungtif adalah konsep yang mempertemukan dua kondisi simultan;

c. Konsep disjungtif adalah konsep yang satu atau lain kriteria, tetapi tidak

keduanya, harus dipertemukan; d. Konsep kondisional adalah konsep yang dapat

dikenali dari susunan gramatikal” jika…,maka…”; e. Konsep bikondisional

adalah konsep yang memiliki obyek ditiadakan dari keanggotaan kategorinya

(mengambil kesamaan dari yang berbeda ).

Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan cirri-ciri

umum

dari

sekelompok

objek,

fakta

peristiwa

atau

fenomena

lainnya.(http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2035426-pengertian

-konsep/ ).

b.

Tinjauan tentang energi cahaya

Maskoeri Jasin menyatakan bahwa Energi cahaya terutama cahaya

matahari banyak diperlukan terutama oleh tumbuhan yang berhijau

baun.Tumbuhan itu membutuhkan energi cahaya untuk mengadakan proses foto

sintesis.

Cahaya merupakan energi yang menyertai dari proses perpindahan

elektron dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah


(21)

commit to user

(kembalinya elektron yang sudah tereksitasi ke tempatnya semula). Elektron

tersebut berada dalam tereksitasi karena diberikan energi (misalnya energi

cahaya). Untuk kembali ke keadaan awalnya energi tersebut harus dilepaskan

kembali(dilepaskan dalam bentuk energi cahaya). Sinar LASER (Light

Amplification by Stimulated Emission of Radiation) mempunyai karakteristik

tersendiri: monokromatik ( satu panjang gelombang yang spesifik), koheren(pada

frekuensi yang sama), dan menuju satu arah yang sama sehingga cahayanya

menjadi lebih kuat, terkonsentrasi, dan terkoordinir dengan baik. Cahaya

biasa(bukan sinar laser)memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda pula

(incoherent light) sehingga cahayanya termasuk cahaya yang lemah. Energi

cahaya dapat menolong kita untuk melihat benda. Mata dapat mendeteksi adanya

energi cahaya. Contoh benda-benda yang mempunyai energi cahaya antara lain:

Cahaya matahari

Cahaya bintang

Cahaya lampu senter

Cahaya lampu listrik

Cahaya las karbit

Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang kasat

mata dengan panjang gelombang sekitar 380-750 nm. Pada bidang fisika, cahaya

adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata

maupun yang tidak.Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton

Kedua definisi diatas adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara

bersamaan sehingga disebut “dualism gelombang-partikel”. Paket cahaya yang

disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera penglihatan

sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika, merupakan

area riset yang penting pada fisika modern.


(22)

commit to user

c.

Tinjauan tentang pembelajaran IPA

a.

Pengertian belajar

Menurut Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford(1992) dalam

Nabisi Lanopo,Belajar adalah kegiatan pemrosesan informasi, neurofisiologi, dan

sains kognitif.

Lebih

lanjut

Menurut

Chatarina

Tri

Anni

(2004)

dalam

(

http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-belajar-dan-pembelajaran

di unduh tanggal 3 Maret 2011), belajar merupakan sebuah sistem

yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga

menghasilkan perubahan tingkah laku.Selanjutnya Menurut Harold Spears dalam

Agus Suprijono (2009:2), learning is to observer to read,to imitate,to try

something themselves, to listen, to follow direction. Dengan kata lain, belajar

adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan

mengikuti arah tertentu.

Lebih lanjut menurut Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra(2008)

mendefinisikan bahwa:”Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang

dilakukan

oleh

manusia

untuk

mendapatkan

aneka

ragam

kemampuan,keterampilan, dan sikap. Perubahan itu sendiri berangsur-angsur di

mulai dari sesuatu yang tidak dikenalnya, untuk kemudian dikuasai atau

dimilikinya dan dipergunakannya sampai pada suatu saat dievaluasi oleh yang

menjalani proses belajar itu.

Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa unsur yang termasuk ciri-ciri adanya proses belajar yaitu : 1)Usaha

untuk memperoleh sejumlah pengetahuan, nilai, dan sikap; 2)Belajar

menghasilkan adanya perubahan tingkah laku; 3)Belajar yang efektif adalah

melalui pengalaman; 4)Perubahan tingkah laku adalah hasil interaksi aktif dengan

lingkungannya.

Berdasarkan pendapat-pendapat siswa yang belajar dipandang sebagai

organisasi yang hidup sebagai keseluruhan yang bulat, yang selalu aktif dan


(23)

commit to user

senantiasa mengadakan interaksi dengan lingkungannya, menerima, menolak,

mencari sendiri dan juga mengubah terhadap lingkungannya.

b.

Pengertian pembelajaran

Menurut Robert W. Gagne dalam Nabisi Lanopo,pembelajaran sebagai

pengaturan peristiwa yang ada diluar diri seseorang peserta didik ,dan dirancang

serta dimanfaatkan untuk memudahkan proses belajar.Sedangkan menurut UU

Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas,pembelajaran adalah proses interaksi

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

.(

http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-belajar-dan-pembelajaran

diunduh tanggal 15 Maret 2011).

Dari kedua definisi tersebut ada tiga prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu:

pertama, belajar menghasilkan perubahan perilaku anak didik yang relatif

permanen. Dalam hal ini guru berperan sebagai pelaku perubahan( agent of

change). Kedua, anak didik memiliki potensi yang secara kodrati untuk

ditumbuhkembangkan secara terus menerus.

Proses pembelajaran diharapkan dapat membantu para siswa untuk dapat

mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka. Ketiga, perubahan atau

pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh alami linier sejalan proses kehidupan.

Artinya proses belajar mengajar didesain khusus demi tercapainya kondisi atau

kualitas ideal seperti yang diharapkan.

Dari beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa pembelajaran adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan guru guna mengembangkan potensi yang

ada pada diri anak untuk mencapai suatu perubahan perilaku yang relatif

permanen.

c.

Pengertian mata pelajaran IPA

Menurut Depdiknas 2006,Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara terbimbing.IPA merupakan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematik untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta,

konsep-konsep, prinsip-prinsip , proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan

Sains di SD bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar. Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan


(24)

commit to user

kegiatan praktis untuk mengembangkan komptensi agar siswa mampu menjelajahi

dan memahami alam sekitar cecara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk

“mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Lebih jauh Carin menyatakan bahwa,IPA adalah suatu kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara sistematis,yang didalam penggunaannya secara

umum terbatas pada gejala-gejala alam.Perkembangan Science tidak hanya

ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja, tetapi juga timbulnya metode ilmiah dan

sikap ilmiah. (http://techonly13.wordprees.com/2009/07/04/definisi-ipa/)

Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu

Pengetahuan Alam merupakan ilmu pengetehuan yang mempelajari alam sekitar

baik biotik maupun abiotik dengan jalan mengadakan pengematan langsung dari

berbagai jenis dan lingkungan buatan manusia.

d. Prinsip pembelajaran IPA di SD

Menurut Asy’ari,Muslicah (2006:25) memaparkan prinsip pembelajaran

IPA di SD sebagai berikut : (a)Empat pilar pendidikan global,yang meliputi

learning to know, learning to do, learning to be, learning to live together;

(b)Prinsip inkuiri; (c) Prinsip konstruktivisme; (d) Prinsip salingtemas

(sains,lingkungan,teknologi,masyarakat); (e) Prinsip pemecahan masalah ; (f)

Prinsip pembelajaran nilai ; (g) prinsip pakem.

Ketujuh prinsip itu perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA yang

kontekstual di SD, Hal ini bertujuan agar pembelajaran IPA lebih bermakna dan

menyenangkan bagi siswa,sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa

maksimal.(http://www.sekolahdasar.net).

e. Tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Tujuan Pengajaran IPA menurut Depdiknas(2006) bertujuan agar siswa :

a) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan,keindahan,dan keteraturan alam ciptaan-Nya; b) mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; c) mengembangkan rasa ingin tahu,sikap

positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara


(25)

commit to user

IPA,lingkungan,teknologi dan masyarakat; d) mengembangkan ketrampilan

proses untuk menyelidiki alam sekitar,memecahkan masalah dan membuat

keputusan; e) memperoleh bekal pengetahuan,konsep,dan ketrampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

2.

Tinjauan tentang model pembelajaran kuantum

a.

Konsep model Pembelajaran Kuantum

Menurut Porter dan Hernacki(1999:15) pembelajaran Kuantum adalah

seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif di sekolah dan bisnis

untuk semua tipe orang dan segala usia. Pembelajaran Kuantum pertama kali

digunakan di supercamp. Di supercamp ini menggabungkan rasa percaya diri,

keterampilan belajar, dan keterampilan berkomunikasi dalam lingkungan yang

menyenangkan.

Menurut Porter dan Hernacki (1999:16) Pembelajaran Kuantum

didefinisikan sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.

Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika adalah

kuantum adalah massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Atau

sudah biasa dikenal dengan E=mc

2

. Tubuh kita secara materi di ibaratkan sebagai

materi, sebagai pelajar tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya;

interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya.

Menurut Porter dan Hernacki(1999:14), Pembelajaran Kuantum berakar

dari upaya Lozanov, seorang pendidik yang berkebangsaan Bulgaria yang

bereksperimen dengan apa yang disebut sebagai “Suggestology”

atau

“Suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi

hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif atau pun

negatif, ada beberapa tehnik yang dapat digunakan untuk memberikan sugesti

positif yaitu mendudukan murid secara nyaman, memasang musik latar didalam

kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan media pembelajaran

untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan

guru-guru yang terlatih.


(26)

commit to user

Menurut De Porter dan Hernacki(1999:16) pembelajaran Kuantum

menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP(Program

Neurolinguistik) dengan teori, kenyakinan dan metode kami sendiri. Termasuk

diantaranya konsep-konsep kunci dari sebagai teori dan strategi belajar yang lain

seperti : 1)Teori otak kanan atau kiri; 2)Teori otak 3 in 1; 3)Pilihan

modalitas(visual, auditorial dan kinetik); 4)Teori kecerdasan ganda; 5)Pendidikan

Holistik(menyeluruh); 6)Belajar berdasarkan pengalaman; 7)Belajar dengan

simbol (Metaphoric Learning); 8)Simulasi atau permainan.

Suatu proses pembelajaran akan menjadi efektif dan bermakna apabila ada

interaksi anatar siswa dan sumber belajar dengan materi, kondisi ruangan,

fasilitas, penciptaan suasana dan kegiatan belajar yang tidak menonton

diantaranya melalui penggunaan music pengiring. Interaksi ini berupa keaktifan

siswa dalam mengikuti proses belajar. Menurut De Porter dan Hernacki (1999:12)

dengan belajar menggunakan pembelajaran Kuantum akan didapatkan berbagai

manfaat yaitu:

1)

Bersikap positif

2)

Meningkatkan motivasi

3)

Keterampilan belajar seumur hidup

4)

Membaca dengan cepat

5)

Berpikir kreatif

6)

Mengembangkan hafalan yang menakjubkan

b.

Karakteristik Pembelajaran Kuantum

Menurut Sugiyanto (2008:63) menyatakan model pembelajaran kuantum

memiliki beberapa karakteristik umum : 1)Pembelajaran Kuantum berpangkal

pada psikologi kognitif, sehingga pandangan tentang pembelajaran, belajar dan

pebelajar dikembangkan dari berbagai teori psikologi kognitif; 2)Pembelajaran

kuantum lebih bersifat humanistic, sehingga manusia selaku pebelajar menjadi

pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi, dan

sebagainya dari pebelajar yang diyakini dapat berkembang secara maksimal atau

optimal; 3)Dalam model pembelajaran kuantum, nuansa konstruktivisme relativ

kuat dengan menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan


(27)

commit to user

pembelajaran yang efektif dan optimal dan memudahkan keberhasilan pencapaian

tujuan pembelajaran; 4)Pembelajaran kuantum berupaya memadukan dan

mengolaborasikan factor petensi diri manusia selaku pebelajar dengan lingkungan

sebagai konteks pembelajar. Dalam pandangan pembelajaran kuantum,

lingkungan fisikal-mental dan kemampuan pikiran atau diri manusia sama

pentingnya dan saling mendukung; 5)Model pembelajaran kuantum memusatkan

perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna. Dapat dikatakan bahwa

interaksi tela menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam pembelajaran kuantum.

Karena itu pembelajaran kuantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi,

frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna. Proses

pembelajaran dipandang sebagai penciptaan interaksi-interaksi bermutu dan

bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah

pebelajar menjadi cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pebelajar.

Dalam kaitan inilah komunikasi menjadi sangat penting dalam pembelajaran;

6)Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada percepatan pembelajaran

dalam taraf keberhasilan tinggi. Menurut pembelajaran kuantum, proses

pembelajaran harus berlangsung cepat, dengan keberhasilan tinggi. Untuk itu,

segala hambatan dan halangan yang dapat memperlambat proses pembelajaran

harus dihilangkan atau dimanipulasi. Disini berbagai cara dapat dipergunakan,

misalnya dengan pencahayaan, iringan musik, suasana yang menyegarkan,

lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks dan sebagainya. Jadi

segala sesuatu yang mendukung percepatan pembelajaran harus diciptakan dan

dikelola

sebaik-baiknya;

7)Pembelajaran

kuantum

sangat

menekankan

kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, menimbulkan suasana nyaman,

segar, sehat, rileks, santai dan menyenangkan, sedang kepura-puraan

menimbulkan suasana tegang, kaku dan membosankan. Pembelajaran kuantum

sangat

menekankan

pada

kebermaknaan

proses

pembelajaran.

Proses

pembelajaran yang tidak bermakna dapat menumbuhkan kegagalan, dalam arti

tujuan pembelajaran tidak tercapai. Oleh karena itu segala upaya yang

memungkinkan tujuan kebermaknaan pembelajaran harus dilakukan oleh pengajar

atau fasilitator. kedalam dunia siswa; 8)Pembelajaran kuantum merupakan model


(28)

commit to user

pembelajaran yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks

pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh,

lingkungan yang menggairahkan dan mendukung serta rancangan belajar yang

dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang

lentur, ketrampilan belajar dan keterampilan hidup. Konteks dan isi ini tidak

terpisah dan saling mendukung, sehingga akan membuahkan keberhasilan

pembelajaran; 9)Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan

keterampilan akademis keterampilan hidup, dan prestasi. Ketiganya harus

diperhatikan dan dikelola secara seimbang dan relative sama dalam proses

pembelajaran, tetapi juga terbentuknya ketrampilan akademis dan proses prestasi

pembelajaran,

tetapi

juga

terbentuknya

ketrampilan

hidup

pebelajar;

10)Pembelajaran keantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan

keseragaman dan ketertiban. Oleh karena itu dalam pembelajaran kuantum

diakuai adanya keragaman gaya pelajar, dikembangkan aktivitas-aktivitas yang

beragam

dan

digunakannya

bermacam-macam

kiat

metode

untuk

memfasilitasinya

c.

Prinsip-prinsip dalam model Pembelajaran Kuantum

Menurut De Potter, Reardon, singer-Nourie (2000:36),Dalam model

pembelajaran kuantum adalah membawa dunia memreka (pebelajar/siswa)

kedalam dunia kita(pebelajar). Setiap bentuk interaksi dengan pebelajar, setiap

rancangan kurikulum, dan setiap metode pembelajaran harus dibangun diatas

prinsip utama tersebut. Prinsip tersebut menuntut pengajar untuk memasuki dan

memahami dunia siswa, sebagai langkah pertama pembelajaran selain juga

mengharuskan pengajar untuk membangun jembatan otentik memasuki kehidupan

siswa, untuk itu pengajar dapat memanfaatkan pengalaman-pengalaman yang

dimiliki siswa sebagai titik tolaknya. Dengan jalan ini pengajar akan mudah

membelajarkan siswa baik dalam bentuk memimpin, mendampingi dan

memudahkan siswa menuju kesadaran dan ilmu yang lebih luas. Jika hal tersebut

dapat dilaksanakan, maka siswa akan memperoleh pemahaman baru yang

bermanfaat dalam menghadapi permasalahan yang mereka temui, sehingga terjadi

proses pembelajaran.


(29)

commit to user

Selain itu dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses

pembelajaran merupakan permainan orchestra simfoni, dimana dalam

penerapannya digunakan beberapa prinsip-prinsip dasar, yaitu : 1)Mengetahui

bahwa segalanya berbicara. Dalam pembelajaran kuantum segala sesuatu mulai

lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang

sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar sampai dengan

rancangan

pembelajaran,

semuanya

mengirim

pesan

tentang

maksud

pembelajaran; 2)Mengetahui bahwa segalanya bertujuan. Semua yang terjadi

dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan. Tidak ada kejadian yang tidak

bertujuan, sehingga baik siswa harus menyadari bahwa kejadian yang dibuatnya

selalu bertujuan; 3)Menyadari bahwa pengalaman mendahului penanaman. Proses

pembelajaran yang paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi

tersbut sebelum mereka memperoleh nama terhadap apa yang mereka pelajari.

Apabila hal ini terjadi, maka proses pembelajaran akan lebih bermakna;

4)Mengetahui setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran. Seperti diketahui

bahwa pembelajaran atau belajar merupakan suatu proses perubahan yang dapat

terjadi pada aspek kognitif, efektif maupun psikomotorik. Dalam proses

pembelajaran berarti pembelajaran akan membongkar pengetahuan yang telah

dimiliki sebelumnya. Pada waktu pembelajaran melakukan langkah ini, mereka

patut memperoleh pengakuan atas kecakapan dan kepecayaan diri mereka.

Bahkan sekalipun mereka melakukan kesalahan, perlu diberi pengakuan atas

usaha yang mereka lakukan; 5)Menyadari bahwa sesuatu yang layak dipelajari

layak pula dirayakan. Segala sesuatu yang layak dipelajari oleh siswa sudah pasti

layak pula dirayakan keberhasilannya. Perayaan atas sesuatu yang telah dipelajari

dapat memberikan belikan mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi

positif dengan pembelajaran. Berdasarkan pada prinsip dasar model.

Pembelajaran kuantum dapat disusun kerangka rancangan bagi guru

mengacu pada kepanjangan dari “TANDUR”. Dapat dilakukan prosedur

pembelajaran sebagai berikut :

a)

T = Tumbuhkan, minat dengan mengatakan :

Apa Manfaatnya

Bagiku? Dan cara memanfaatkan dalam kehidupan siswa.


(30)

commit to user

Prinsip tumbuhkan manfaat akan dilalui siswa ketika mereka

mengetahui menfaat yang diperoleh dari mempelajari suatu

materi

b)

A = Alami, artinya menciptakan atau mendatangkan

pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua siswa.

Prinsip Alami dapat dilakukan dengan memanfaatkan

modalitas

belajar

siswa

baik

visual,

audio

maupun

kinestetiknya, salah satunya melalui pemanfaatan music. Hal

ini dilakukan yang mengiringi siswa pada saat mempelajari

suatu materi, menganalisa dan menyelesaikan suatu kasus

secara berkelompok. Pada saat siswa membentuk kelompok

/bergabung dengan kelompoknya diputarkan music dengan

tempo dan volume yang agak keras. Hal ini dimaksudkan untuk

meningkatkan gairah belajar siswa. Kemudian setelah siswa

berada dalam kelompoknya dan mulai mengerjakan tugas,

diiringi music dengan tempo lambat dan lembut. Hal ini

dimaksudkan

untuk

membantu

siswa

meningkatkan

konsentrasi.

c)

N =Namai, menyediakan kata kunci pada konsep, model,

rumus, strategi. Prinsip namai dapat diimplementasikan dengan

cara tiap-tiap kelompok diberi nama sesuai dengan konsep atau

tema

pembelajaran.

Masing-masing

kelompok

akan

mempekenalkan cirri-ciri dari kelompok masing-masing

diiringi dengan yel-yel kelompok. Pad tahapan ini dari hasil

diskusi kelompok, siswa akan mengetahui konsep-konsep dari

materi pembelajaran

d)

D = Demonstrasi, menyediakan kesempatan bagi siswa untuk

menunjukkan bahwa mereka tau dan pasti bisa. Prinsip

Demonstrasikan dapat diimplementasikan dengan cara tiap

kelompok mempresentasikan tugasnya didepan kelas. Tujuan

dari kegiatan ini adalah agar siswa mengalami langsung / aktif


(31)

commit to user

dalam proses pembelajaran. Pada tahapan ini guru adalah

meyakinkan siswa dengan memberikan penguatan bahwa

mereka mampu melakukannya. Bila anggota kelompok ada 5

orang siswa, maka dari mereka ada yang bertugas mengkonsep

materi, presentasi, membuat contoh dan membuat pertanyaan

dari kelompok lain. Dengan rancangan ini semua siswa akan

terlibat secara aktif dan akan menunjukkan kemampuannya.

e)

U = Ulangi, menunjukkan kepada siswa secara mengulang

materi dan menegaskan “aku tahu bahwa aku memang tahu

ini”. Prinsip ulangi dapat diimplementasikan dengan cara siswa

mengulang atau membahas contoh-contoh soal, tugas guru

adalah memberikan penekanan-penekanan. Hal ini berguna

untuk menghindari salah satu konsep yang timbul atau

keraguan yang ada.

f)

R = Rayakan, memberikan pengakuan, reward/ hadiah atas

selesainya suatu tugas, atas partisipasinya dalam berbagai

kegiatan/ keterampilan atau pemerolehan pengetahuan. Prinsip

Rayakan dapat diimplementasikan dengan cara guru berusaha

memberikan Reward (hadiah)atau pengakuan atas presasi

maupun partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini

dapat dilakukan antara lain dengan pemberian pujian, tepuk

tangan, dan lain-lain.

1650 Technology Drive Suite 800,The International Journal of Quantum

Chemistry is corcerned with the quantum mechcnical description of the

stuctur,properties,and dynamics of atoms,molecules,condensed, matter,and

biomoleculer systems.the Journal is interested in publishing applications where

quantum mechanical concepts interact with moleculer.(http://www.quantum.com)

N.Yngve Ohrn,Quantum Corporation is a leading supplier of digital linear

tape(DLT) technology used to backup data.It has sold more than 100 million

half-inch cartridge tapes for the two million DLT tape drives in use.Quantum also

produces disk based data backup systems.(

http://me.manuscriptcentral.com/qua

).


(32)

commit to user

B.

Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh: Istichomah, dengan judul

peningkatan pemahaman konsep energi panas dalam mata pelajaran IPA melalui

model pembelajaran kuantum pada siswa kelas IV di SD N Bonagung I,dapat

disimpulkan(1).Dengan penggunaan model kuantum dapat meningkatkan

pemahaman konsep energi panas. Hal ini dapat dilihat dari capaian nilai rata-rata

kelas terjadi peningkatan secara optimal .

Hal

ini

dibuktikan

dengan

adanya

peningkatan

pemahaman

dalam

mendefinisikan,mengidentifikasi,mengelompokkan,maupun

menerapkan

pemahaman konsep energi panas dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aji Wasito dengan judul

peningkatan kemampuan kognitif pada pembelajaran IPA melalui metode

kuantum pada siswa kelas 1V SD N Sapen 03, kecamatan mojolaban kabupaten

sukoharjo tahun 2009/2010.Menyimpulkan dengan model pembelajaran kuantum

dapat

mengatasi

hambatan-hambatan

siswa

dalam

kemampuan

kognitifnya,sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Adapun persamaan penelitian saya dan Istichomah serta Aji Wasito adalah

pada variabel X yaitu penggunaan model pembelajaran Kuantum. Perbedaan pada

penelitian kami adalah pada variabel Y. Pada penelitian saya variabel Y,

penguasaan konsep energi cahaya, sedangkan Istichomah variabelnya pemahaman

konsep energi panas, dan Aji Wasito variabelnya tentang peningkatan kemampuan

kognitif pada pembelajaran IPA.

C.

Kerangka Berfikir

Pada pembelajaran IPA, khususnya pemahaman tentang”Konsep Energi

Cahaya, dikelas II SD Negeri Karanganyar 03 hasilnya belum sesuai dengan yang

diharakan. Hal ini akan terlibat dari belum tercapainya Kriteria Ketuntasan

Minimal pada materi tersebut. Berdasarkan pengamatan, hal ini akan terjadi

karena model pembelajaran yang digunakan kurang sesuai, dalam arti guru belum

melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran (konvensional). Semua itu

menyebabkan rendahnya kemampuan siswa tentang “Konsep Energi Cahaya”.


(33)

commit to user

Apabila hal ini dibiarkan terus menerus, maka lama kelamaan akan merugikan

siswa. Prestasi mereka akan semakin menurun.

Melihat kejadian tersebut, peneliti mempunyai alternativ untuk melakukan

tindakan guna meningkatkan pemahaman siswa tentang “Konsep Energi Cahaya”.

Upaya yang akan dilakukan peneliti yaitu dengan merubah model pemebelajaran

lama dengan model yang baru. Model pembelajaran yang digunakan dalam rangka

meningkatkan pemahaman tentang “Konsep Energi Cahaya” pada siswa kelas II

adalah model pembelajaran Kuantum. Penggunaan model pembelajaran kuantum

anak akan merasakan gembira, serta mendapatkan pengetahuan, keterampilan

dalam pengalaman belajarnya. Untuk meningkatkan pemahaman proses

pembelajaran melalui percobaan-percobaan pembelajaran dapat membantu siswa

dalam hal belajar pengamatan dan praktikum permulaan. Penggunaan model

pembelajaran yang dikemas sedemikian rupa akan menimbulkan daya tarik sendiri

bagi yang menggunakannya. Kegiatan belajar dan mengajar dengan menggunakan

model pembelajaran kuantum proses pembelajaran dapat menciptakan suasana

belajar yang menarik dan materi akan terkesan pada diri siswa. Hal ini siswa akan

menjadi lebih jelas dalam menerima materi yang disampaikan guru, sehingga hasil

belajar IPA lebih meningkat. Dalam model pembelajaran ini terdapat beberapa

siklus guna mengamati perkembangan kemajuan siswa. Pada setiap siklus

dilakukan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Siklus yang dilakukan

disesuaikan dengan kebutuhan sampai dengan pembelajaran dapat tercapai.


(34)

commit to user

Berdasarkan uraian di atas, secara skematis kerangka alur berfikir

dapat dilihat pada gambar I

Gambar I : Alur Kerangka Berfikir

Kondisi awal

Tindakan

Kondisi

akhir

Guru belum menggunakan model pembelajaran kuantum

Pemahaman konsep energi cahaya rendah

Guru menggunakan model pembelajaran

kuantum

Siklus I

1. Meningkatkan pemahaman

konsep energi cahaya

2. Mendemonstrasikan perambatan

cayaha menggunakan model pembelajaran kuantum

Siklus III

1. Meningkatkan pemahaman

konsep energi cahaya

2. Mendemonstrasikan perambatan

cayaha menggunakan model pembelajaran kuantum Siklus II

1. Meningkatkan pemahaman

konsep energi cahaya

2. Mendemonstrasikan perambatan

cayaha menggunakan model pembelajaran kuantum

Di duga melalui model pembelajaran kuantum meningkatkan pemahaman


(35)

commit to user

D.

Hipotesis penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir yang telah di uraikan

diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Penerapan model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan pemahaman Konsep

Energi Cahaya pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas II SDN Karanganyar 03

Weru Sukoharjo tahun 2011.


(36)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan waktu penelitian

1.

Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Karanganyar 03

Weru Sukoharjo. Alasan pemilihan tempat ini karena sekolah ini sebagai tempat

mengajar peneliti sehingga dengan pertimbangan tempat mengajar dan data-data

yang diperlukan mudah didapatkan serta peneliti dapat secara langsung

menggunakan data-data yang ada sebagai pertimbangan untuk langkah atau

tindakan selanjutnya. Dipilih kelas II karena peneliti melihat bahwa pembelajaran

IPA di kelas II, siswanya kurang berminat dalam mengikuti kegiatan

belajar-mengajar.

2.

Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan Selama enam bulan, yakni bulan Mei-Juni

2011. Dengan rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel

1 hal 90.

B.

Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil subjek penelitian siswa dan guru

kelas II SD Negeri Karanganyar 03 Weru Sukoharjo. Dalam pembelajaran IPA

pokok bahasan panas. Jumlah siswa kelas IV sebanyak 38 anak, dengan perincian

laki-laki 14 anak dan Perempuan 24 anak.

C.

Sumber Data

Data atau informasi yang penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian

ini sebagian besar berupa data kualitatif. Data atau informasi tersebut digali dari

berbagai sumber dan jenis yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini yaitu:

1.

Data primer yaitu siswa kelas II dan Informasi dari guru kelas II Sekolah

Dasar Negeri Karanganyar 03 Weru Sukoharjo.


(37)

commit to user

2.

Data sekunder yaitu arsip yang berupa nilai,raport dan tes hasil belajar

serta kegiatan belajar mengajar di kelas II Sekolah Dasar Negeri

Karanganyar 03 Weru Sukoharjo dan proses pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam.

D.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang sesusai dengan apa yang diharapkan dalam

penelitian, diperlukan alat dan metode untuk mendapat data yang tepat dan

objektif. Penetapan metode pengumpulan data berdasarkan pada tujuan penelitian

yang akan dicapai juga berdasar pada kebutuhan dan sumber data. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

1.

Observasi

Menurut Suharsimi Arikunto,Observasi adalah mengamati atas hasil atau

dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Kegiatan

yang dilakukan adalah melakukan “pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi

ketika tindakan berlangsung.

Dalam melakukan pengamatan ini, peneliti mencatat sedikit demi sedikit

apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat, serta mengamati jalannya

proses pembelajaran berlangsung. Selain mengamati proses pembelajaran yang

berlangsung juga mengamati kerja guru dalam mengelola kelas. Observasi siswa

difokuskan pada hasil belajar IPA selama proses pembelajaran berlagsung.

Sedangkan observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam

menerapkan pembelajaran kuantum. Hasil observasi didiskusikan bersama guru

pengampu untuk kemudian dianalisis bersama untuk mengetahui berbagai

kelemahan ataupun kelebihan dalam penerapan pembelajaran kuantum yang telah

dilakukan untuk kemudian diupayakan solusinya. Solusi yang telah disepakati

bersama antara peneliti dan guru pengampu dapat dilaksanakan pada siklus

berikutnya. Observasi terhadap guru difokuskan pada perilaku guru saat mengajar,

observsi ini difokuskan pada perilaku para siswa sebelum tindakan dan ketika

tindakan berlangsung berkaitan dengan peningkatan hasil belajar IPA pada konsep

energi cahaya.


(38)

commit to user

2.

Dokumentasi

Suharsimi Arikunto (1997:206) menyatakan,Dokumentasi adalah suatu

proses pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel.Teknik ini digunakan

untuk mengumpulkan data-data tertulis, serta digunakan sebagai gambaran secara

lengkap tentang dokumen dan arsip. Dokumen atau arsip, yang berupa rencana

pelaksanaan pembelajaran, daftar nilai, kriteria ketuntasan minimal, silabus dan

program semester, daftar hadir siswa hasil pekerjaan siswa dan buku analisis

penilaian dan arsip-arsip lain yang dimiliki guru kelas II.

3.

Tes

Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang

diperoleh siswa atau seberapa besar tingkat pemahaman siswa terhadap energi

cahaya. Syarat tes yang baik adalah harus memiliki 2 hal yaitu validasi dan

reabilitas.Validitas mencakup 4 hal yaitu : validitas isi, validitas susunan, validitas

bandingan, validitas ramalan. Tes dilakukan sebelum dilaksanakan pembelajaran

kuantum dan sesudahnya. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui peningkatan

pemahaman siswa terhadap energi cahaya pada pembelajaran sebelum

menggunakan model kuantum maupun sesudahnya. Materi tes berisi tentang

“Energi Cahaya”.

E.

Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalam model

diskriptif komparatif yaitu membandingkan antar siklus. Menurut Sarwiji

Suwandi (2009:143)”Apabila jumlah indikator dari suatu KD yang telah tuntas

lebih dari 50%,peserta didik dapat mempelajari KD berikutnya dengan mengikuti

remedial untuk KD yang belum tuntas.Sebaliknya,apabila nilai indikator dari

suatu KD lebih kecil dari kriteria ketuntasan,dapat dikatakan peserta didik belum

menuntaskan indikator tersebut”.

F. Indikator Pencapaian

Menurut Sarwiji Suwandi (2009:72) indikator kinerja merupakan rumusan

kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolok ukur dalam menentukan


(39)

commit to user

keberhasilan atau keefektifan penelitian.Indikator keberhasilan dalam penelitian

tindakan kelas ini adalah 85% dari seluruh siswa memperoleh nilai > 62 atau

jumlah siswa yang belajar tuntas meningkat.Hal tersebut berdasarkan Standar

Ketuntasan Minimum di SD Karanganyar III untuk mata pelajaran IPA.Indikator

Kerja yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan penguasaan

Energi Cahaya malalui model Pembelajaran Kuantum pada siswa kelas II di SD

Karanganyar III 2010/2011.Indikator Keberhasilan tindakan ini dirumuskan di

dalam table 2 sebagai berikut :


(40)

commit to user

Tabel 2.Indikator Keberhasilan Tindakan Penelitian untuk Aspek Kualitas Proses

Indikator

Keberhasilan

Aspek yang

diukur

Target Capaian

Cara mangukur

1.Proses

pembelajaran

2.Hasil

Penbelajaran

Kualitas Proses

Kemampuan

konsep energi

cahaya

1.Siswa

menunjukkan

kesungguhan

dalam mengikuti

pembelajaran

IPA,khususnya

pada

pokok

bahasan

energi

cahaya.

2.Siswa

bersemangat

dalam

pembelajaran dan

berani

mengemukakan

pendapat.

85% dari seluruh

siswa

memperoleh nilai

> 62 atau jumlah

siswa

yang

belajar

tuntas

meningkat

Diamati

pada

saat

pembelajaran

dengan

menggunakan

lembar observasi

oleh peneliti dan

dihitung jumlah

siswa yang aktif

dalam mengikuti

pembelajaran

IPA pada pokok

bahasan

energi

cahaya.

Tes

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari siklus-siklus untuk

mengetahui permasalahan yang menyebabkan rendahnya penguasaan IPA di

Kelas II Sekolah Dasar Negeri Kranganyar 03 Weru Sukoharjo, dilakukan

observasi terhadap kegiatan pembelajaran. Tindakan yang tepat dalam

meningkatkan prestasi belajar IPA yaitu melalui model pembelajaran kuantum.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus yaitu:


(41)

commit to user

1.

Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan pemantauan keadaan siswa yang akan diteliti dan

mempersiapkan semua instrumen. Pada penelitian tindakan kelas ini,

digunakan 6 instrumen yaitu:

a.

Silabus

b.

Rencana Pembelajaran

c.

Media Pembelajaran

d.

Lembar Observasi Siswa

e.

Lembar Observsi Guru

f.

Alat Evaluasi (tes)

2.

Pelaksanaan

a.

Siklus I

1)

Perencanaan

Pada tahap ini menyusun Rencana Pembelajaran (RP) dan menyiapkan

materi untuk siklus I.

2)

Tindakan

Proses tindakan dalam siklus I adalah:

a)

Satu atau dua hari sebelum proses belajar dan mengajar

berlangsung member tugas kepad asiswa untuk membaca dn

mempelajari materi tentang “Energi Cahaya”.

b)

Siswa mengamati demonstrasi alat-alat yang menghasilkan Energi

cahaya di depan kelas.

c)

Siswa diberi tugas untuk mengemukakan gagasan atau ide dari

informasi demonstrasi. Kemusian siswa melakukan percobaan I

besama kelompoknya, sebagai hasil diskusi bersama kelompoknya.

d)

Siswa mencoba mempresentasikan hsil diskusi kelompoknya

mengenai masalah yang dibahas dari percobaan tersebut tentang

materi energi cahaya dan siswa yang lain dapat memberikan

tanggapan dari hasil presentasi yang telah disampaikan oleh

temannya tadi.


(42)

commit to user

Observsi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

Aspek-aspek yang diamati adalah perilaku siswa dn guru selama

proses pembelajaran berlangsung.

4)

Analisis dan Refleksi

Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis

sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Untuk

memperkuat hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan digunakan

data yang berasal dari data observasi. Hasil analisis data yang

dilaksanakan dalam tahap ini akan digunakan sebagai acuan untuk

merencanakan siklus berikutnya.

b.

Siklus II

1)

Perencanaan

Pada tahap ini menyusun Rencana Pembelajaran (RP) dan

menyampaikan materi untuk siklus II berdasarkan hasil refleksi pada

siklus I.

2)

Tindakan

Proses tindakan dalam siklus II adalah:

a)

Siswa diberi tugas untuk mengungkapkan pengalamannya

mengenai “Energi Cahaya” yang telah dijelaskan oleh guru.

b)

Siswa melakukan sebuah percobaan ke II bersama kelompoknya

sebagai hasil pengamatan dan diskusi dalam kelompoknya

mengenai energi cahaya dan memahami proses perambatan cahaya.

c)

Siswa mencoba mempresentasikan hasil percobaan tersebut dan

diskusi dalam kelompoknya mengenai “Energi Cahaya” dn

memahami proses perambatan panas dan siswa yang lain dapat

memberikan tanggapan dari hasil presentasi yang telah

disampaikan oleh temannya tadi.

d)

Guru menjelaskan dan member penguatan tentang materi energi

cahaya dengan pembelajaran kuantum yang telah dibuat oleh guru

tersebut.


(43)

commit to user

3)

Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

Aspek-aspek yang diamati adalah perilaku siswa dan guru selama

proses pembelajaran berlangsung.

4)

Analisis dan Refleksi

Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta

dianalisis, sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah

dilakukan digunakan data yang berasal dari data observasi. Hasil

analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan digunakan

sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

c.

Siklus III

1)

Perencanaan

Pada tahap ini menyusun Rencana Pembelajaran (RP) dan menyampaikan

materi untuk siklus III berdasarkan hasil refleksi pada siklus II.

2)

Tindakan

Proses tindakan dalam siklus III adalah:

a)

Siswa melakukan percoban ke-3 bersama kelompoknya sebagai hasil

pengamatan dan diskusi dalam kelompoknya tentang energi cahaya

dan memahami proses perambatan cahaya.

b)

Siswa membuat sebuah laporan sementara dengan kelompoknya

sebagai hasil percobaan.

c)

Siswa mencoba mempresentasikan hasil percobaan tersebut dan

diskusi dalma kelompknya mengenai “Energi Panas” dan memahami

proses perambatan cahaya dan siswa yang lain dapat memberikan

tanggapan dari hasil presentasi yang telah disampaikan oleh temannya

tadi.

d)

Guru menjelaskan dan member penguatan tentang materi energi

cahaya dan proses perambatan cahaya dengan pembelajaran kuantum

yang telah dibuat oleh guru tersebut.


(44)

commit to user

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

Aspek-aspek yang diamati adalah perilaku siswa dan guru selama proses

pembelajaran berlangsung.

4)

Analisis dan Refleksi

Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis,

sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Untuk

memperkuat hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan digunakan data

yang berasal dari data observasi. Hasil analisis data yang dilaksanakan

dalam tahap ini akan digunakan sebagai acuan.


(45)

commit to user

Berdasarkan Uraian diatas maka dapat dibuat prosedur penelitian seperti

gambar berikut :


(46)

(47)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Penelitian

1.

Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD negeri

Karanganyar III yang beralamat di dukuh Tlemek RT 02/04 desa karanganyar

kecamatan Weru kabupaten Sukoharjo.Sekolah dasar negeri karanganyar 03 ini

berdiri pada tanggal 1 juli 1977.Sekolah ini letaknya sangat strategis yaitu dengan

jalan umum sehingga memudahkan siswa menuju ke sekolah ini.Sekolah dasar

negeri Karanganyar 03 ini mempunyai jumlah siswa terbanyak kedua dalam satu

kecamatan,dengan jumlah siswa keseluruhan dari kelas 1 hingga kelas 6 sebanyak

193 siswa.Selaku kepala sekolah Bp.Tolu Winarto yang membawahi 13 guru dan

karyawan.Sekolah sekolah dasar negeri karanganyar 03 mempunyai 1 ruang

guru,1 ruang kepala sekolah yang menyatu dengan ruang guru.Sekolah ini juga

mempunyai 6 ruang kelas,1 ruang UKS,1 ruang perpustakaan,1 ruang komputer

dan 1 aula sebagai gedung pertemuan.Aula di sekolah dasar negeri 03 menjadi

satu-satunya tempat pertemuan dan acara-acara penting se-Kecamatan Weru,

karena hanya sekolah ini yang mempunyai gedung pertemuan.

Halaman sekolahnya cukup luas, dikelilingi oleh bermacam-macam

tumbuhan yang memberikan kesejukan di sekolah ini.Fasilitas yang ada di

sekolah ini kurang memadai. Berbagai jenis alat peraga untuk berbagai mata

pelajaran yang tersedia kurang lengkap.Alat peraga tersebut tidak dimanfaatkan

oleh guru dengan baik dalam proses pembelajaran.

Penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas II SD Negeri Karanganyar III..

Pemilihan tempat tersebut didasarkan pada pertimbangan: Pertama, peneliti

merupakan guru wiyata bakti di SD Negeri Karanganyar III. Kedua, sekolah

tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian yang serupa sehingga

terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. Ketiga, berdasarkan hasil observasi

peneliti di lapangan terdapat permasalahan dalam pembelajaran IPA khususnya

materi energi cahaya.


(48)

commit to user

Karakter siswa-siswi kelas II tempat penelitian tidak jauh berbeda

dengan kelas lain. Kebanyakan siswa menganggap IPA sebagai suatu mata

pelajaran sulit, sehingga penguasaan konsep energi cahaya belum mencapai

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan sekolah pada awal semester.

Partisipasi siswa dalam pembelajaran IPA juga kurang optimal. Siswa masih

banyak tergantung pada guru dalam memecahkan masalah konsep energi cahaya.

Hal itu menyebabkan rendahnya penguasaan konsep energi cahaya siswa pada

mata pelajaran IPA. Untuk mengantisipasi hal tersebut peneliti mengadakan

penelitian di kelas II. Peneliti menggunakan Model Pembelajaran Kuantum yang

dapat meningkatkan penguasaan konsep energi cahaya pada siswa kelas II.

Dengan penelitian ini diharapkan siswa Sekolah Dasar Negeri

Karanganyar III lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar IPA, sehingga

penguasaan konsep energi cahaya siswa kelas II meningkat.

2.

Deskripsi Permasalahan Penelitian

Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti

melakukan kegiatan observasi pada siswa kelas II SD Negeri Karanganyar III,

tahun pelajaran 2010/2011 pada materi energi cahaya.

Berdasarkan hasil observasi sebelum melakukan tindakan, masih

terdapat permasalahan yang ditemui pada diri siswa, antara lain:

a.

Pembelajaran yang digunakan Guru

Guru masih menggunakan pembelajaran konvensional dalam proses

pembelajaran sehingga pembelajaran tidak berjalan seimbang antara guru dengan

siswa, dan dimana segala proses belajar mengajar berpusat pada guru sehingga

penguasaan konsep energi cahaya rendah.

Guru kurang menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga siswa kurang

berani mengajukan pertanyaan maupun mengungkapkan gagasannya. Guru masih


(1)

commit to user

2.

Data aktivitas siswa juga mengalami peningkatan, pada siklus 1 skor

aktivitas siswa pada pertemuan pertama yaitu 2,28 dan pada pertemuan

kedua naik menjadi 2,57 dengan rata-rata 2,425. Pada siklus II,pada

pertemuan pertama 3,28 kemudian pada pertemuan kedua naik menjadi

3,42 dengan rata-rata 3,35. Pada siklus III, pertemuan pertama 3,71

kemudian pada pertemuan kedua naik menjadi 3,85 dengan rata-rata

3,78.

3.

Data hasil kinerja guru juga mengalami peningkatan, pada siklus 1

skor kinerja guru pada pertemuan pertama yaitu 2,25 dan pada

pertemuan kedua naik menjadi 3,00 dengan rata-rata 2,625. Pada siklus

II, pada pertemuan pertama 3,25 kemudian pada pertemuan kedua naik

menjadi 3,35 dengan rata-rata 3,3.Pada siklus III, pertemuan pertama

3,5 kemudian pada pertemuan kedua naik menjadi 3,58 dengan

rata-rata 3,54. Dan perbandingan frekuensi dapat dilihat pada tabel berikut

ini.

Tabel 4.16. Perbandingan frekuensi nilai penguasaan konsep pada

siklus I, siklus II dan siklus III siswa kelas II SDN Karanganyar 03.

No

Rentang

Nilai

Sebelum

Tindakan

Siklus I

Siklus II

Siklus III

f

%

f

%

f

%

f

%

1

20-28

1

2,63

15

39,47

0

0

0

0

2

29-37

6

15,7

7

18,42

0

0

0

0

3

38-46

15

39,47

5

13,15

1

2,63

0

0

4

47-55

8

21,05

6

15,78

5

13,15

2

5,26

5

56-64

1

2,63

0

0

12

31,57

4

15,78

6

65-73

3

7,89

0

0

12

31,57

2

5,26

7

74-82

0

0

0

0

3

7,89

11

28,94

8

83-91

0

0

0

0

1

2,63

12

31,57

9

92-100

0

0

0

0

0

0

5

13,15


(2)

commit to user

Tabel 4.17. Perbandingan Hasil tes siklus I, siklus II, dan siklus III

siswa kelas II SDN Karanganyar III

Keterangan

Pra Tindakan

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Nilai terendah

20

30

45

55

Nilai tertinggi

65

60

90

100

Rata-rata nilai

42

48

64

81

Sehingga dari tabel 4.17 dapat dilihat dari gambar grafik .

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Tes Sebelum Tindakan

Tes Siklus I Tes Siklus II

Tes Siklus III Data Nilai

Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Nilai

Gambar 16. Grafik Perbandingan nilai dari tes pra tindakan tes

siklus I, tes siklus II dan tes siklus III.


(3)

commit to user

Nilai terendah yang diperoleh siswa pada siklus I 30; pada siklus II naik

menjadi 45; dan pada siklus III naik lagi menjadi 55. Nilai terendah yang

diperoleh siswa pada siklus I 30; pada siklus II naik menjadi 45; dan pada

siklus III naik lagi menjadi 55.Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus

I sebesar 70; pada siklus II naik menjadi 90; dan pada siklus III 100.Nilai

rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada siklus I sebesar 548; siklus II 64;

dan pada siklus III 81

Dari analisis data dan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran

pada siklus III, secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan.

Guru dalam melaksanakan pembelajaran semakin mantap dan luwes dengan

kekurangan-kekurangan kecil diantaranya kontrol waktu.

Prosentase perkembangan belajar kognitif, afektif dan psikomotorik

siswa meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan siswa mencetuskan

pendapat, mengeluarkan pendapat, berinteraksi dengan guru, mampu

medemonstrasikan,

kerjasama

dengan

kelompok

meningkat,

dan

menyelesaikan soal-soal latihan. Dengan partisipasi siswa yang aktif dan

kreatif siswa dalam pembelajaran yang semakin meningkat, suasana kelaspun

menjadi lebih hidup dan menyenangkan dan pada akhirnya penguasaan

konsep bentuk energi pada siswa kelas II SDN Karanganyar III meningkat.

Berdasarkan peningkatan pemahaman konsep bentuk energi yang ditandai

dengan nilai tes belajar yang telah dicapai siswa, maka pelaksanaan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dianggap cukup dan diakhiri pada siklus ini.

Perkembangan belajar afektif siswa

a.

Siswa memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh.

b.

Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru meningkat.

c.

Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.

d.

Siswa aktif dalam pembelajaran.

e.

Siswa aktif mengajukan pertanyaan dan pendapat.

f.

Kerjasama dalam kelompok meningkat.


(4)

commit to user

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan Model Pembelajaran Kuantum

pada siswa kelas II SD Negeri Karanganyar III tahun pelajaran 2011, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1.

Penguasaan konsep energi cahaya pada siswa kelas II SDN Karanganyar III

Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 setelah mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kuantum mengalami

peningkatan pada setiap siklus. Nilai KKM dalam konsep energi cahaya

adalah 62. Hasil tes sebelum penelitian dilakukan menunjukkan nilai rata-rata

kelas 42. Hasil tes pada silkus 1 menunjukkan nilai rata-rata 48 dan

mengalami

peningkatan

sebesar

7,81%.Kemudian

pada

siklus

11

menunjukkan nilai rata-rata kelas 64 dan mengalami peningkatan sebesar

44,82%. Sedangkan pada siklus 111 menunjukkan nilai rata-rata kelas 81 dan

mengalami peningkatan sebesar 26,32%.

2.

Data aktivitas siswa juga mengalami peningkatan,pada siklus 1 skor aktivitas

siswa pada pertemuan pertama yaitu 2,28 dan pada pertemuan kedua naik

menjadi 2,57 dengan rata-rata 2,425.Pada siklus II,pada pertemuan pertama

3,28 kemudian pada pertemuan kedua naik menjadi 3,42 dengan rata-rata 3,35.

Pada siklus III, pertemuan pertama 3,71 kemudian pada pertemuan kedua naik

menjadi 3,85 dengan rata-rata 3,78.

3.

Data hasil kinerja guru juga mengalami peningkatan, pada siklus 1 skor

kinerja guru pada pertemuan pertama yaitu 2,25 dan pada pertemuan kedua

naik menjadi 3,00 dengan rata-rata 2,625. Pada siklus II, pada pertemuan

pertama 3,25 kemudian pada pertemuan kedua naik menjadi 3,35 dengan

rata-rata 3,3. Pada siklus III, pertemuan pertama 3,5 kemudian pada pertemuan

kedua naik menjadi 3,58 dengan rata-rata 3,54.


(5)

commit to user

4.

Hambatan-hambatan

dalam

penggunaan

metode

Kuantum

dalam

meningkatkan penguasaan konsep energi cahaya pada siswa kelas 11 SDN

Karanganyar 111 Weru Sukoharjo tahun 2011 adalah sebagai berikut :

(1) siswa kurang serius dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan

oleh guru; (2) siswa belum mampu membedakan benda yang termasuk dalam

sumber energi cahaya dan mana yang bukan; (3) siswa kurang berani untuk

menyampaikan pendapat; (4) siswa kurang berani menyampaikan hasil

diskusinya di depan kelas.

3. Solusi dari hambatan-hambatan tersebut adalah sebagai berikut : (1) sebelum

pembelajaran dimulai guru memberikan stimulus kepada siswa agar

mempunyai semangat untuk belajar; (2) Penggunaan media dri KIT IPA

maupun penggunaan media konkret disekitar kita; (3) pemberian motivasi

kepada siswa agar siswa lebih berani untuk menyampaikan pendapatnya.

B.

Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini, maka dapat

diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan penguasaan konsep

energi cahaya baik secara teoretis maupun secara praktis.

1.

Implikasi Teoritis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menerapkan Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan penguasaan

konsep energi cahaya pada siswa dan mendapatkan respon positif dari siswa.Hasil

penelitian ini dapat dipergunakan sebagai gmbrn dn bahan pertimbangan untuk

menentukan model atau metode pembelajaran yang tepat pad mata pelajaran IPA.

2.

Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan

calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan pemahaman

konsep perkalian bilangan cacah yang akan dicapai. Pemahaman konsep perkalian

bilangan cacah dapat ditingkatkan dengan menerapkan Model pembelajaran dan

media yang tepat bagi siswa.


(6)

commit to user

C.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan Model Pembelajaran

Kuantum pada siswa kelas II SD Negeri Karanganyar 111 tahun pelajaran 2010 /

2011, maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk

meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi

siswa SD Negeri Karanganyar 111 pada khususnya sebagai berikut :

1.

Bagi Sekolah

a.

Memberikan pilihan pendekatan pembelajaran yang efektif untuk kegiatan

belajar mengajar di sekolah dasar.

b.

Menciptakan dan meningkatkan kualitas pembelajaran Kuantum para guru.

2. Bagi Guru

a.

Untuk meningkatkan penguasan konsep energi cahaya, dengan penerapan

Model Pembelajaran Kuantum.

b.

Meningkatnya kualiatas pembelajaran guru serta terciptanya pembelajaran

yang lebih efektif.

c.

Untuk memperbaiki pendekatan pembelajaran yang selama ini

dilaksanakan sehingga dapat memberikan layanan terbaiknya bagi siswa.

3.

Bagi Siswa

a.

Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau

pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP ENERGI PANAS DALAM MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI BONAGUNG I TANON SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 6 76

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA GESEK MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 03 KORIPAN MATESIH KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 3 72

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 1 137

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL P PEMBELAJARAN EMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI II NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010 2011

2 23 95

PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SD NEGERI NGRECO 05 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011

0 2 205

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PENYESUAIAN Penerapan Model Pembelajaran Problem posing Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Penyesuaian Makhluk Hidup Pada Siswa Kelas V SD Negeri Cabeankunti Tahun Ajaran

0 0 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PENYESUAIAN Penerapan Model Pembelajaran Problem posing Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Penyesuaian Makhluk Hidup Pada Siswa Kelas V SD Negeri Cabeankunti Tahun Ajaran

0 1 12

PENINGKATAN BERBICARA DENGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS II SEKOLAH Peningkatan Berbicara Dengan Penerapan Pembelajaran Sosiodrama Pada Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Negeri Baturan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Pel

0 1 13

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SAINS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 03 KARANGREJO KERJO KARANGANYAR TAHUN 2009/2010.

0 1 9

Penerimaan Siswa Baru Makalah APSI.docx

0 0 57