PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SD NEGERI NGRECO 05 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011
commit to user
PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI NGRECO 05 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011
SKRIPSI
Oleh : NOVITASARI
X7107052
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(2)
commit to user ii
PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI NGRECO 05 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011
Oleh : NOVITASARI
X7107052
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(3)
commit to user iii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
Peningkatan Penguasaan Bangun Datar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngreco 05 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011.
Oleh :
Nama : Novitasari
Nim : X7107052
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada hari :
Tanggal :
Surakarta, Juli 2011
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Samidi, M.Pd Drs. M.Shaifuddin, M. Pd, M. Sn NIP. 19511108 198803 1 001 NIP. 19530428 198803 1 001
(4)
commit to user iv
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
Peningkatan Penguasaan Bangun Datar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngreco 05 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011.
Oleh :
Nama : Novitasari
Nim : X7107052
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Hadi Mulyono, M. Pd ...
Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M. Pd ...
Anggota I : Drs. Samidi, M. Pd ...
Anggota II : Drs. M. Shaifuddin, M. Pd, M. Sn ...
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
(5)
commit to user v
ABSTRAK
Novitasari, NIM X7107052. PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SD NEGERI NGRECO 05 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.
Tujuan penelitian kelas ini adalah untuk (1) Meningkatkan penguasaan bangun datar melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SD Negeri Ngreco 05 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011. (2) Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di SD Negeri Ngreco 05.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Setiap siklus meliputi empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Ngreco 05. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Penguasaan bangun datar siswa kelas V semakin meningkat dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD baik dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada tes awal/pra siklus sebesar 52,18, siklus I 70,93; dan pada siklus II naik menjadi 76,25. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 64) pada tes awal/pra siklus 25% atau 4 siswa tuntas belajar, tes siklus I 68,75% atau sebanyak 11 siswa dan pada tes siklus II 87,5% atau 14 siswa yang tuntas belajar. Perkembangan rata-rata nilai afektif siswa dari pra tindakan hingga siklus II menunjukkan adanya peningkatan yaitu nilai afektif siswa pada pra tindakan sebesar 50, pada siklus I 70 dan pada siklus II 83,12. Perkembangan rata-rata nilai psikomotorik siswa dari pra tindakan hingga siklus II menunjukkan adanya peningkatan yaitu nilai psikomotorik siswa pada pra tindakan 50,80, pada siklus I 68,51 dan pada siklus II 83,72. (2) Ada beberapa hambatan yang dihadapi guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu guru sulit dalam mengendalikan siswa sehingga guru harus selalu membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok.
(6)
commit to user vi
ABSTRAK
Novitasari, Student Register Number X7107052. THE IMPROVEMENT OF PLAIN STRUCTURE THROUGH STAD TYPE COOPERATIVE LEARNING MODEL IN THE FIFTH GRADE OF NGRECO 05 ELEMENTARY SCHOOL YEAR OF 2011. Research, Surakarta: Teaching and Pedagogy Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta, 2011.
The goal of this classroom action is (1) to improve the students comprehension on plain structure through STAD type cooperative learning model on the fifth grade of Ngreco 05 Elementary School year of 2011, (2) to know obstructions which are faced by teacher in implementing STAD type cooperative learning model in Ngreco 05 Elementary School.
The form of this research is classroom action which consists of two cycles, every cycles includes two meetings. Each cycle has four stage; they are planning, acting, observation and reflection. As subject of the research is the fifth students grade of Ngreco 05 Elementary School. Data collecting technique used are observatio, interview, test and dokumentation. Data analyze technique used is interactive model analysis which consist of three component of analyze, they are data reduction, data presentation, conclusion making, or verification.
Based on the result of research, it can be concluded that: (1) STAD type cooperative learning model can improve the students comprehension on plain structure both it is viewed from cognitive aspect, affective aspect and psychomotor aspect. It can be seen from class average point of the student learning achievement happened increase, that is 52,18 in initial test; became 70,93 in cycle I; and became 76,25 in the cycle II. For students who has succeed (passing grade point is 64) initial test is 25% or there are four students learn, in cycle I test became 68,75% or there are eleven students learn and in cycle II became 87,5% or there are fourteen students learn. The result of affective observation, average point of the student happened increase, that is 50 in initial test; became 70 in cycle I; and became 83,12 in the cycle II. The result of psychomotor observation of students, average point of the student happened increase, that is 50,80 in initial test; became 68,51 in cycle I and became 83,72 in the cycle II. (2) There are some problem which the student is difficult to interaction with their friend, and the teacher is difficult to control the student, so the the teacher must always to guidance the student in discussion group activity.
(7)
commit to user vii
MOTTO
Seorang Guru
Menggandeng tangan, Membuka pikiran Menyentuh hati, Membentuk masa depan
Seorang Guru berpengaruh selamanya
Dia tidak pernah tahu kapan pengaruhnya berakhir (Henry Adam)
(8)
commit to user viii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada :
♥ Ayah dan Ibu tercinta yang telah membesarkan dengan
penuh kasih sayang yang tak pernah lekang oleh waktu dan selalu mendoakan, memberikan motivasi, bimbingan dan kasih sayang dengan tulus ikhlas serta mendukung, menuntunku disetiap langkahku.
♥ Adikku tersayang.
♥ Rekan-rekan S1 PGSD’07 yang aku sayangi terimakasih atas
dukungannya dan motivasi yang selalu kalian berikan.
(9)
commit to user ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul Peningkatan Penguasaan Bangun Datar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngreco 05 Tahun Pelajaran 2011 ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Banyak hambatan dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan yang baik ini diucapkan terimakasih yang tulus kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Drs. Samidi, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
semangat, kepercayaan, dukungan, saran dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Drs.M.Shaifuddin,M.Pd, M.Sn selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, semangat, kepercayaan, dukungan, saran dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Kepala SDN Ngreco 05 Sukoharjo yang telah memberikan ijin penelitian.
8. Bapak/Ibu Guru SDN Ngreco 05 Sukoharjo yang banyak memberikan bantuan dan
dorongan.
9. Bapak, ibu dan adikku tercinta terima kasih atas doa, dukungan, pengalaman hidup
dan pengorbanan yang tulus selama ini.
10. Teman-teman PGSD khususnya 8C terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
(10)
commit to user x
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
(11)
commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang tangguh, mandiri, kreatif dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan perkembangan zaman. Pendidikan sangat penting dalam menyiapkan manusia untuk mampu mempertahankan dan meningkatkan kualitas kehidupan sebagai bangsa yang bermartabat.
Pendidikan Nasional berfungsi mangembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2007:11).
Untuk mengembangkan fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Indonesia sangat memerlukan peningkatan kualitas pendidikan dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan dan metode pembelajaran yang efektif dan efisien serta menyenangkan bagi peserta didik khususnya bagi anak usia sekolah dasar.
Pada umumnya di dalam proses pendidikan selalu diarahkan untuk menciptakan tenaga terdidik yang terampil, dinamis, kreatif dan mengikuti serta melibatkan diri dalam proses perkembangan dunia pendidikan. Sehingga keberhasilaan suatu pendidikan dipengaruhi beberapa faktor. Diantaranya faktor individu, tenaga didik, lingkungan , dan sarana yang menunjang dalam proses pembelajaran. Suatu metode pembelajaran juga sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran serta menentukan prestasi belajar peserta didik. Depdiknas mengembangkan suatu sistem pendidikan yang dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup dalam kehidupan yang berorientasi pada tujuan dan proses agar sejalan dengan perkembangan nasional dan global.
(12)
commit to user
Menurut Muljono Abdurrachman (2007:3) ada tiga jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah yaitu : 1) pendidikan dasar, 2) pendidikan menengah dan, 3) pendidikan tinggi.
Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk yang lain serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan untuk pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis, dan Doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. (Depdiknas, 2007:11)
Tujuan pendidikan dasar adalah mengembangkan sikap dan memberi kemampuan dasar untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikaan menengah. Maka untuk meningkatkan mutu pendidikan pemerintah selalu mengembangkan kurikulum dan sistem pembelajaran. Pembelajaran matematika di tingkat Sekolah Dasar (SD), dipelajari rumus-rumus dan metode-metode penjumlahan, pengurangan, pembagian dan perkalian.
Matematika merupakan mata pelajaran yang menduduki peran penting dalam pendidikan terutama di Sekolah Dasar. Siswa di kelas rendah Sekolah Dasar (SD) dirasa belum mengalami kesulitan bahkan cenderung senang dengan mata pelajaran matematika. Namun di kelas tinggi, siswa mulai mengalami kesulitan dalam pelajaran matematika. Salah satu materi yang diajarkan di kelas tinggi yang dirasa sulit bagi siswa adalah materi bangun datar. Sehingga penguasaan siswa pada materi kurang. Materi bangun datar harus dikuasai oleh siswa karena materi bangun datar adalah materi dasar yang diperlukan siswa sebelum siswa mempelajari materi jaring-jaring bangun datar serta materi bangun ruang yang merupakan materi yang saling berkesinambungan. Hal ini berakibat prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika rendah. Demikian pula yang terjadi di SD Negeri Ngreco 05, khususnya kelas V.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V, para siswa kurang menguasai materi bangun datar sehingga prestasi belajar matematika khususnya
(13)
commit to user
pada materi bangun datar rendah. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal antara lain : 1) cara mengajar yang dirasa siswa kurang menarik, karena guru hanya mengajar dengan metode ceramah , 2) siswa belum menguasai materi bangun datar pada kelas sebelumnya 3) siswa kurang tertarik dengan pembelajaran matematika, khususnya materi sifat-sifat bangun datar. Data yang diambil dari Standar Kompetensi 6.1 tentang pemahaman sifat-sifat bangun datar terlihat bahwa siswa yang telah mencapai kriteria KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) 64 sebanyak 4 siswa dari 16 siswa sehingga perlu diadakan peningkatan KKM melalui pembelajaran yang menarik data nilai terlampir dilampiran hal 142.
Menurut Degeng dalam (Sugiyanto 2008:1) daya tarik suatu mata pelajaran dalam pembelajaran ditentukan oleh dua hal , pertama, oleh mata pelajaran itu sendiri, kedua, oleh cara mengajar guru. Oleh karena itu tugas professional guru adalah menjadikan pelajaran yang diajarkan menjadi menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tak berarti menjadi bermakna.
Untuk menjadikan siswa tertarik pada suatu mata pelajaran, maka guru harus pandai-pandai mengelola kelas, dan menerapkan metode belajar yang sesuai dengan kondisi kelasnya. Suatu metode belajar yang sudah seringkali digunakan adalah diskusi kelompok kecil. Namun, metode diskusi kelompok kecil ini belum mampu meningkatkan prestasi belajar matematika. Hal ini disebabkan karena metode diskusi kelompok kecil yang digunakan masih bersifat tradisional yang masih didominasi oleh kelompok siswa pandai dan aktif sedangkan kelompok siswa kurang pandai dan tidak aktif cenderung memperoleh hasil diskusi serta nilai tanpa melakukan apa-apa dalam diskusi kelompok tersebut, sehingga siswa masih merasa kurang tertarik dengan matematika.
Melihat kondisi ini penulis tertarik untuk dapat meningkatkan penguasaan bangun datar pada pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Division ).
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dipilih karena model pembelajaran ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan paling langsung dari
(14)
commit to user
metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert Slavin dari Universitas John Hopkins.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah peserta didik membentuk tim yang masing-masing anggotanya 4-5
kelompok. Setiap tim menggunakan lembar kerja dan kemudian tanya jawab atau diskusi untuk saling membantu. Secara periodik guru memantau perkembangan tim atau individu. Tim atau individu yang telah mencapai kriteria tertentu diberi penghargaan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul Peningkatan Penguasaan Bangun Datar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngreco 05 Tahun Pelajaran 2010/2011.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan penguasaan bangun datar pada siswa kelas V SD Negeri Ngreco 05 Tahun Pelajaran 2011 ?
2. Hambatan apakah yang dihadapi guru dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD di SD Negeri Ngreco 05 ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan penguasaan bangun datar melalui penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STADpada siswa kelas V SD Negeri Ngreco 05
Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011.
2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi guru dalam menerapkan model
(15)
commit to user
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian yang sejenis serta dapat dijadikan bahan referensi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
1) Guru memperoleh wawasan yang luas dalam mengembangkan materi
bangun datar.
2) Sebagai bahan perbaikan pembelajaran yang dikelolanya, sehingga
proses dan hasil dari pembelajaran mengalami peningkatan.
3) Sebagai wahana meningkatnya profesionalitas guru.
b. Bagi peserta didik
1) Meningkatnya penguasaan materi sifat-sifat bangun datar.
2) Meningkatnya prestasi belajar.
3) Tumbuhnya rasa percaya diri peserta didik.
c. Bagi sekolah
1) Meningkatnya mutu kualitas pembelajaran.
2) Berkembangnya ilmu pengetahuan sesuai dengan tuntutan zaman.
3) Sebagai pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang akan
(16)
commit to user 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Penguasaan Bangun Datar Dalam Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika di tingkat SD, diharapkan terjadi reinvention
(penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal setelah pembelajaran di kelas. Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan suatu hal yang baru dan berarti.
a. Pengertian Penguasaan Bangun Datar
Penguasaan pembelajaran sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kemajuan prestasi belajar peserta didik. Penguasaan dalam bahasa
Inggris berarti mastery. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:468)
penguasaan adalah proses, cara, perbuatan, menguasai atau menguasakan.
Kurangnya penguasaan konsep suatu materi pelajaran merupakan dampak dari kurang tepatnya metode yang digunakan guru dalam penyampaian materi pelajaran. Salah satu materi yang dipelajari dalam matematika adalah bangun datar. Bangun datar perlu dipelajari dalam matematika sebelum mempelajari bangun ruang, karena bangun datar adalah materi dasar sebelum siswa dapat mempelajari bangun ruang. Dalam bangun datar dipelajari tentang sifat-sifat bangun datar serta manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Lusia Tri Astuti (2009:129) “Bangun datar adalah bangun geometri yang seluruh bagiannya terletak pada satu bidang”. Sedangkan
pengertian bangun datar menurut RJ. Sunarjo (2007:277) adalah “bangun yang
seluruh bagiannya terletak pada bidang (permukaan) datar. Bangun datar disebut juga bangun 2 dimensi”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat ditegaskan bahwa bangun datar merupakan bangun geometri dua dimensi yang dibatasi oleh garis lurus atau
(17)
commit to user
Jadi penguasaan bangun datar adalah suatu proses menguasai/memahami bangun geometri dua dimensi yang meliputi bangun persegi, persegi panjang, segitiga, belah ketupat, layang-layang, jajar genjang, trapesium, dan lingkaran. b. Fase-fase Pembelajaran Bangun Datar
Menurut Van Hiele dalam Nyimas Aisyah 2007:49, fase-fase pembelajaran geometri bangun datar adalah sebagai berikut :
1) Fase informasi
Pada awal tingkat ini, guru dan siswa menggunakan tanya-jawab dan kegiatan tentang objek-objek yang dipelajari dalam tahap berpikir siswa.
2) Fase Orientasi
Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-alat yang dengan cermat telah disiapkan oleh guru.
3) Fase Penjelasan
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa menyatakan pandangan yang muncul mengenai struktur yang diobservasi. Di samping itu, untuk membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat dan akurat, guru memberi bantua sesedikit mungkin.
4) Fase Orientasi Bebas
Siswa menghadapi tugas-tugas yang lebih kompleks berupa tugas yang memerlukan banyak langkah, tugas yang dilengkapi dengan bamyak cara,
dan tugas yang open-ended.
5) Fase Integrasi
Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah dipelajari.
Berdasarkan pendapat di atas, untuk mempelajari bangun datar perlu memperhatikan fase-fase pembelajaran bangun datar. Hal ini bertujuan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai harapan guru, kelima fase pembelajaran itu dimulai dari fase informasi. Pada fase ini guru dan siswa saling bertanya jawab untruk mengetahui seberapa jauh tingkat kemampuan siswa. Kemudian pada fase orientasi, guru menyiapkan alat yang dapat membantu siswa menggali informasi mengenai topik yang akan dipelajari.
Setelah fase orientasi, adalah fase penjelasan. Pada fase ini siswa menyatakan pandangannya mengenai bahan yang diobservasi. Kemudian guru memberikan latihan-latihan yang membutuhkan banyak cara pada fase orientasi bebas. Fase yang terakhir yaitu fase integrasi, pada fase ini siswa meringkas hal-hal yang telah dipelajari. Pada tahap ini pila siswa siap untuk mengulangi fase-fase pada tahap sebelumnya.
(18)
commit to user
c. Jenis bangun datar dan sifat-sifatnya
Materi bangun datar yang terdapat di kelas V semester II Sekolah Dasar terdiri atas persegi panjang, persegi, segitiga, trapesium, jajar genjang, belah ketupat, layang-layang, dan lingkaran (Lusia Tri Astuti, 2009:129-142) Uraian lebih lanjut tentang sifat-sifat bangun datar disarikan, sebagai berikut:
1) Persegi panjang panjang mempunyai dua pasang sisi yang sama panjang dan
4 sudut yang sama besar, yaitu sudut siku-siku (90°). Diagonalnya sama panjang.
2) Persegi mempunyai 4 sisi sama panjang, 4 sudut sama besar (90°) yaitu sudut
siku-siku, dan mempunyai 2 pasang sisi saling sejajar yang berhadapan.
3) Segitiga mempunyai berbagai jenis, yaitu segitiga sama sisi, segitiga sama
kaki, segitiga siku-siku, segitiga sembarang, dan segitiga lancip. Segitiga memiliki 3 sudut dan 3 buah sisi. Semua 3 sudut segitiga jika dijumlahkan adalah 180°.
4) Trapesium mempunyai 3 jenis, yaitu trapesium siku-siku, trapesium sama
kaki, dan trapesium sembarang. Trapesium memiliki 4 buah sisi dan 4 buah sudut.
5) Jajar Genjang mempunyai sisi yang berhadapan sejajar sama panjang,
sudut-sudut yang berhadapan sama besar, kedua diagonalnya berpotongan saling membagi dua sama panjang, dan jumlah sudut-sudut yang berdekatan 180°.
6) Belah ketupat mempunyai sisi yang sama panjang, kedua diagonalnya
merupakan sumbu simetri, sudut yang berhadapan sama besar, dan diagonalnya saling berpotongan tegak lurus.
7) Layang-layang mempunyai satu sumbu simetri, memiliki dua pasang sisi
yang sama panjang, dan terdapat sepasang sudut yang berhadapan yang sama besar.
8) Lingkaran mempunyai sebuah titik pusat, memiliki garis tengah yang
panjangnya dua kali jari-jari, dan sumbu simetri yang tidak terhingga banyaknya. Jumlah sudut lingkaran adalah 360° atau satu putaran penuh.
(19)
commit to user
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa macam-macam bangun datar di antaranya persegi, persegi panjang, belah ketupat, segitiga, lingkaran, jajar genjang dan layang-layang.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:29), materi bangun datar masuk materi pelajaran kelas V pada semester II. Adapun Standar Kompetensi materi ini adalah 6. Memahami sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang serta hubungan antarbangun. Sedangkan Kompetensi Dasarnya adalah 6. 1 mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar. Adapun materi bangun datar kelas V khususnya tentang sifat-sifat bangun datar.
d. Sifat-sifat Bangun Datar
Bangun datar masing-masing memiliki sifat serta ciri yang berbeda. Hal ini menjadikan orang lebih mudah mengenal bangun datar dari sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-masing bangun datar tersebut. Menurut RJ. Sunarjo (2007:236-239 ), sifat-sifat bangun datar adalah sebagai berikut :
1) Persegi Panjang
Persegi panjang merupakan bangun datar yang terbentu dari empat sisi. Sisi yang berhadapan sama panjang. Keempat sudutnya berbentuk siku-siku. Sifat-sifat bangun persegi panjang :
a) Mempunyai empat sisi terdiri atas 2 sisi panjang dan 2 sisi lebar
b) Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang
c) Mempunyai empat sudut berbentuk siku-siku/ besarnya 90˚.
Perhatikan gambar di bawah ini :
D C
A B
(20)
commit to user
Kedua diagonal saling memotong sama panjang yaitu diagonal AC dan BD.
Δ AOB = Δ DOC, Δ AOD = Δ BOC.
2) Segitiga
Segitiga adalah bangun datar yang terbentuk dari 3 buah ruas garis yang berpotongan membentuk sudut. Ruas garis pada segitiga disebut sisi. Jumlah
ketiga sudut segitiga adalah 180˚. Segitiga biasa dilambangkan dengan Δ.
Berdasarkan sisi dan sudutnya, terdapat 4 jenis segitiga yaitu:
a) Berdasarkan sisinya :
(1) Segitiga sama sisi
C
A B
Sifat-sifat segitiga sama sisi :
(a) Memiliki 3 ruas garis: AB, BC dan AC.
(b) Sisi-sisinya/ketiga ruas garisnya sama panjang: AB = BC = CA
(c) Memiliki 3 sudut yang sama besar: A = B = C. Masing-masing sudut besarnya 60°. Jadi, A = 60°, B = 60°, C = 60°.
(d) Memiliki 2 macam ukuran alas dan tinggi.
(2) Segitiga sama kaki
Sifat-sifat segitiga sama kaki :
(a) Memiliki 3 buah ruas garis: AB, BC, dan AC (b) 2 sisinya/ruas garis sama panjang: AC = BC (c) Memiliki dua ukuran alas dan tinggi.
(21)
commit to user C
A B
(3) Segitiga siku-siku
C
A B
Sifat-sifat segitiga siku-siku sembarang :
(a) Memiliki 3 buah ruas garis: AB, BC, dan AC (b) Sisi-sisinya tidak sama panjang: AB ≠ BC ≠ CA (c) Salah satu sudutnya siku-siku: A = 90°, B ≠ C Keterangan: ≠ dibaca tidak sama dengan. dibaca sudut.
(4) Segitiga Sembarang
C
A
B Sifat-sifat segitiga sembarang :
(1) Sisi-sisinya tidak sama panjang: AB ≠ BC ≠ CD (2) Sudut-sudutnya tidak sama besar: A ≠ B ≠ C
(22)
commit to user
Dalam pengenalan bentuk segitiga dapat dilakukan membagi dua bangun persegi atau persegi panjang secara diagonal. Dari sebuah persegi atau persegi panjang inilah akan terbentuk dua buah segitiga seperti peda gambar di bawah ini:
Persegi panjang Persegi
b) Berdasarkan sudutnya segitiga ada 3 macam, yaitu segitiga siku-siku, segitiga lancip dan segitiga tumpul. Contoh segitiga yang memiliki sudut siku-siku, tumpul dan lancip adalah sebagai berikut :
(1) Segitiga siku-siku
Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya 90°. C
A B
(2) Segitiga Tumpul
Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya lebih dari 90°. C
A
B
(3) Segitiga Lancip
(23)
commit to user C
A B
3) Persegi
D C
A B
Persegi adalah bangun datar yang keempat sisinya sama, dan keempat sudutnya siku-siku.
Sifat-sifat persegi :
a) Memiliki 4 buah sisi yang sama panjang: AB = BC = CD = DA b) Sudutnya sama besar: A = B = C = D = 90°.
4) Trapesium
Trapesium adalah bangun segi empat yang mempunyai sisi sejajar. Sifat bangun trapesium sesuai dengan jenisnya.
a) Trapesium Sembarang
S R
P Q
(24)
commit to user Sifat-sifat trapesium sembarang :
(1) Memiliki 2 sisi yang sejajar: PQ sejajar SR
(2) Masing-masing sisinya/ruas garisnya tidak sama panjang: PS ≠ SR ≠ RQ ≠ PQ
(3) Sudutnya juga tidak sama besar: P ≠ Q ≠ R ≠ S.
b) Trapesium Sama kaki
S R
P Q
Sifat-sifat trapesium sama kaki :
(1) Memiliki 2 sisi yang sejajar: PQ sejajar SR
(2) Memiliki sepasang sisi yang sama panjang: PS = RQ dan PQ ≠ SR
(3) Memiliki 2 pasang sudut yang sama besar: P = Q, S = R c) Trapesium siku-siku
S R
P Q
Sifat-sifat trapesium siku-siku :
(1) Memiliki 2 sisi yang sejajar: PQ sejajar SR
(2) Masing-masing sisinya tidak sama panjang: PS ≠ SR ≠ RQ ≠ PQ (3) Sudut: P = S = 90°
5) Jajar Genjang
Jajargenjang adalah bangun datar segi empat dengan sisi-sisinya yang berhadapan sejajar dan samapanjang.
(25)
commit to user
N M
K L
Sifat-sifat bangun jajar genjang :
a) Memiliki 4 buah ruas garis: KL, LM, MN, dan KN
b) Sisi KL sejajar MN, KL = LM
KN sejajar LM, KN = LM
c) Sudut : K = M dan N = L
d) Dua ruas garis yang berhadapan sama panjang.
e) Memiliki 2 macam ukuran alas dan tinggi.
6) Lingkaran
Lingkaran adalah bangun datar yang jarak semua titik pada lingkaran dengan titik pusat (P) sama panjang.
B A
Keterangan :
a) P : titik pusat lingkaran
b) BA : garis tengah lingkaran(diameter, d) c) PA = PB : radius (r) atau jari-jarilingkaran
Selain titik pusat, diameter dan jari-jari lingkaranpun memiliki unsur-unsur yang lain. Perhatikan kembali gambar berikut ini:
r
.
P d(26)
commit to user P
A B
C
D
CD disebut tali busur.
Sisi lengkung CD disebut busur.
Daerah yang dibatasi oleh tali busur CD dan busur CD disebut tembereng.
Daerah yang dibatasi oleh jari-jari OB dan jari-jari OP serta busur PB
disebut juring.
7) Belah Ketupat
Belah ketupat merupakan bangun datar segi empat, yang keempat sisisnya sama dan sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
D C
A B
Sifat-sifat belah ketupat :
a) Memilki 4 buah sisi/ruas yang sama panjang: AB = BC = CD = DA. b) Dua buah ruas garis yang berhadapan sama panjang: AB=DC, AD=BC c) Memiliki dua macam ukuran diagonal 1 dan diagonal 2
d) Memiliki 2 buah sudut lancip: A = C e) Memiliki 2 buah sudut tumpul: B = D
Belah ketupat disebut juga jajargenjang yang semua sisinya sama panjang.
8) Layang-layang
Sifat layang-layang :
a) Memiliki 4 buah ruas garis: AB, BC, CD, dan AD
.
O
(27)
commit to user
b) Sisi yang berhadapan sama panjang: AB = AD, BC = CD
c) Memiliki 2 pasang sudut yang sama besar yaitu sudut tumpul dan sudut
lancip: B = D, A = C
d) Memiliki 2 macam ukuran diagonal 1 dan diagonal 2.
C
B D
d1
d2
A
9) Elips
a
b
Bangun datar seperti pada gambar diatas disebut elips. Garis a dan b merupakan sumbu simetri (sumbu lipat). Garis a dan b berpotongan tegak lurus (saling membentuk sudut 90°).
Sifat-sifat Elips:
a) memiliki sumbu sumetri lipat/ sumbu simetri yang terbentuk dari garis a dan b.
(28)
commit to user
e. Pengertian Belajar
Ada isu yang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/ materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru di kelas.
Dalam buku The Psychology of Learning and Memory (1978), Hintzman
dalam Muhibbin Syah, 2009:65 dinyatakan bahwa “ Learning is a change in
organism due to experience which can affect the organism’s behavior”. Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
Slameto (2003: 2) mendifinisikan “Belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.”
Alex Sobur (2003:221) berpendapat bahwa : “Belajar merupakan suatu
perubahan tingkah laku, dan perubahan itu bisa mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, akan tetapi juga ada kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang
lebih buruk”.
Menurut Mulyono Abdurrahman (2003:28) “Belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang
disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan antara pendapat ahli yang satu dengan yang lain terdapat kesamaan yang saling mendukung bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu dan lingkungan yang diarahkan pada suatu tujuan sehingga membawa perubahan pada tingkah laku individu tersebut.
(29)
commit to user
f. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran yang dirumuskan dalam pasal 1 butir 20 UU Nomor 20
tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa “Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar”.
Gagne dan Bringgs dalam Nyimas Aisyah (2007:1-3) mendefinisikan
pembelajaran sebagai “seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang
untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang sifatnya internal”.
Menurut Corey dalam Nyimas Aisyah (2007:1-3) pembelajaran adalah
“suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon dan terhadap situasi tertentu, pembelajaran
merupakan subjek khusus dalam pendidikan.”
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian pembelajaran di atas, pembelajaran adalah proses yang sengaja dikelola untuk mendorong peserta didik menghasilkan respon belajar secara aktif dan berinteraksi dalam situasi tertentu.
g. Pengertian Matematika
Istilah mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique
(Prancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia), atau mathematick/ wikunde
(Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica, yang mulanya diambil dari
perkataan Yunani, mathematike, yang berarti “relating to learning”. Perkataan itu
(30)
commit to user
mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lain yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar (berfikir).
Menurut Johnson dan Rising (Winataputra,1992:120) dalam bukunya
mengatakan bahwa “matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan
simbol dan padat lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada bunyi”. Reys,dkk (Winataputra,1992:120) berpendapat bahwa “matematika
adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu
seni, suatu bahasa dan suatu alat”.
James dan James dalam Winataputra (1992:120) didalam kamus
matematikanya mengatakan bahwa “matematika adalah ilmu tentang logika
mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar,
analisis dan geometri”.
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Matematika adalah ilmu tentang logika, bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep aljabar, geometri, kalkulasi penalaran logik dan berhubungan dengan bidang studi lain.
h. Pembelajaran matematika
Pembelajaran matematika yang dilakukan di sekolah dimaksudkan sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika di sekolah.
Menurut Nyimas Aisyah (2007:1.4) Pembelajaran Matematika adalah guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang selanjutnya disebut proses pembelajaran, siswa sebagai pelaksanaan kegiatan belajar, dan matematika sekolah sebagai obyek yang dipelajari.
Bruner dalam Nyimas Aisyah (2007:1.5) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran yang mempelajari mengenai konsep-konsep dan
(31)
struktur-commit to user
struktur matematika yang terdapat di dalam materi, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari hubungan antara konsep-konsep dan struktur- struktur matematika.
Brunner dalam Nyimas Aisyiah (2007:5) menyatakan, bahwa dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu : (1) Enaktif, (2) Ikonik, (3) Simbolik.
1) Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek.
2) Ikonik
Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman yang
dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imaginary),
gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif.
3) Simbolik
Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu.
Pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks. Salah satu upaya yang dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat terjadi proses saling membantu diantara anggota-anggota kelompok untuk memahami konsep-konsep matematika dan memecahkan masalah matematika dengan kelompoknya. Sedangkan penggunaan media dalam pembelajaran matematika sangat menunjang, karena dengan menggunakan media pembelajaran siswa lebih mudah memahami konsep matematika yang abstrak.
Untuk itu perlu dikembangkannya proses belajar matematika yang menyenangkan, memperhatikan keinginan siswa, membangun pengetahuan dari apa yang diketahui siswa, menciptakan suasana kelas yang mendukung kegiatan
(32)
commit to user
belajar, memberikan kegiatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, memberikan kegiatan yang menantang, memberikan kegiatan yang memberi harapan keberhasilan, menghargai setiap pencapaian siswa.
Berdasarkan uraian di atas, untuk mempelajari matematika diperlukan peranan guru, kemampuan memilih metode pembelajaran yang tepat agar siswa merasa nyaman, dan mudah serta aktif dan senang belajar matematika. Metode pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan matematika dapat merangsang siswa untuk aktif dan senang dalam mengikuti pelajaran matematika yang selama ini berkesan menakutkan dan membosankan. Sedangkan penggunaan media pembelajaran yang baik dan sesuai dengan materi pelajaran, khususnya matematika dapat menumbuh kembangkan keaktifan dan kreatifitas siswa selama mengikuti pelajaran. Pembelajaran yang selama ini berkesan monoton dan membosankan akan berubah menjadi pembelajaran yang menyenangkan.
i. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan pembelajaran matematika sekolah, khususnya di Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidiyah (MI) agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep
dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media yang lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (Nyimas Aisyah, 2007:1-4)
Berdasarkan tujuan matematika di atas, tujuan pembelajaran matematika adalah memberi bekal pada siswa agar dapat menggunakan ilmu yang didapat
(33)
commit to user
khususnya matematika untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan matematika dalam kehidupan sehari-hari serta mengembangkan pengetahuan dasar matematika agar dapat berguna dan digunakan sebagai bekal belajar di tingkat lebih tinggi.
j. Fungsi Pembelajaran Matematika
Fungsi Matematika adalah untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan simbol dan bilangan serta mengembangkan ketajaman penilaian yang dapat memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (Asep Jihad, 2008:153).
Menurut Cockroft yang dikutip Mulyono Abdurrahman (2003:253). Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena : 1) selalu digunakan dalam segi kehidupan, 2) semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai, 3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, 4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, 5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran, keruangan dan fungsi memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Berdasarkan uraian tersebut, bahwa fungsi pembelajaran matematika adalah mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan, menggunakan matematika dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, siswa diharapkan dapat berpikir cermat, kritis, efektif namun tetap logis.
2. Tinjauan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif kontruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vigotsky yaitu
(34)
commit to user
penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut. Implikasi dari teori vigotsky dikehendakinya susunan kelas berbentuk kooperatif.
Model Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk rnengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda sebenarnya tidak menyukai siswa siswa yang ingin menonjol secara akademis. Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah norma ini rnelalui penggunaan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang lebih menekankan pada kegiatan belajar siswa secara bersama dalam suatu kelompok sehingga terjadi interaksi antar siswa dalam kelompoknya untuk memecahkan masalah belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Slavin
(2008 : 4) bahwa “Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana siswa akan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”.
Pengelompokan siswa didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu, kebanyakan melibatkan siswa yang berbeda-beda menurut kemampuan, jenis kelamin dan ras (suku).
Menurut Sugiyanto (2009:37) “Pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar
(35)
commit to user
Johnson dalam Isjoni (2009:16) mengemukakan “cooperative learning is
the instructional use of small groups that allows students to work together to maximize their own and each other as learning”. Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu.
Elin Rosalin (2008:111) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu menyelesaikan persoalan atau inkuiri.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) mengandung pengertian sebagai
suatu sikap atau perilaku bersama dalam pembelajaran atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan belajar dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative Learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.
Menurut Lundgren dalam Isjoni (2009:46) keterampilan-keterampilan kooperatif antara lain :
Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi: 1) menggunakan kesepakatan; 2) menghargai kontribusi; 3) mengambil giliran dan berbagi tugas; 4) berada dalam kelompok; 5) berada dalam tugas; 6) mendorong partisipasi; 7) mengundang orang lain untuk berbicara; 8) menyelesaikan tugas pada waktunya; dan 9) menghormati perbedaan individu.
Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi: 1) menunjukkan penghargaan dan simpati; 2) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima; 3) mendengarkan dengan aktif; 4) bertanya; 5) membuat ringkasan; 6) menafsirkan; 7) mengatur dan mengorganisir; 8) menerima, tanggung jawab; 9) mengurangi ketegangan.
Keterampilan kooperatif tingkat mahir meliputi: 1) mengelaborasi; 2) memeriksa dengan cermat; 3) menanyakan kebenaran; 4) menetapkan tujuan; 5) berkompromi.
Jadi model pembelajaran kooperatif mempunyai 3 komponen yaitu keterampilan yaitu keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir. Masing-masing dari keterampilan tersebut memiliki tahap-tahapan yang digunakan dalam pengajaran model kooperatif di kelas.
(36)
commit to user
b. Elemen-elemen Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Lie dalam Sugiyanto 2008:38, elemen-elemen yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar model pembelajaran kooperatif lebih efektif
adalah sebagai berikut: “1) Saling ketergantungan positif, 2) Interaksi tatap muka,
3) Akuntabilitas individu, 4) Keterampilan menjalin hubungan”.
Elemen-elemen tersebut dijelaskan pada siswa agar tercipta
ketergantungan yang positif baik dari guru maupun siswa. Dalam hal ini guru menciptakan suasana yang mendorong siswa agar saling membutuhkan satu sama lain. Adanya interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat saling bertukar pendapat. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual. Sedangkan Keterampilan yang dapat menjalin hubungan sosial meliputi: tenggang rasa, sopan dengan teman, mengkritik ide bukan mengkritik teman, berpikir logis, mandiri, dan tidak mendominasi teman.
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama siswa yang berbeda latar belakangnya. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
Menurut Isjoni (2009:21) tujuan utama pembelajaran kooperatif adalah
“agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat
mereka secara berkelompok”.
Eggen dan Kauchak dalam Trianto 2007:42, mengemukakan bahwa
(37)
commit to user
melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk menccapai tujuan bersama”.
Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
Model pembelajaran kooperatif sendiri dikembangkan untuk mencapai beberapa tujuan pembelajaran yang dirangkum Ibrahim dalam Isjoni (2009:27) adalah:
1) Hasil belajar akademik.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu.
3) Pengembangan keterampilan sosial.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dalam penerapan model kooperatif adalah agar peserta didik memperoleh pengetahuan dari sesama temannya dengan pendapat masing-masing siswa dalam kelompok.
d. Model-Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang diterapkan (Sugiyanto, 2009:44) model tersebut adalah:
1) Student Team Achievement Division (STAD)
STAD adalah salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran. Menurut Sugiyanto (2008:42) STAD merupakan metode yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode ini digunakan untuk mengajarkan materi informasi akademik baru kepada siswa baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.
Pada proses pembelajarannya, model kooperatif tipe STAD melalui lima langkah yaitu: a) penyajian materi b) kegiatan kelompok c) tes individual d) perhitungan skor perkembangan individu e) pemberian penghargaan kelompok (Slavin dalam Isjoni, 2009: 51).
(38)
commit to user 2) Jigsaw
Jigsaw merupakan teknik pembelajaran yang memungkinkan guru memperhatikan latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa dalam mengaktifkan skemata agar pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Model jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap siswa yang
memungkinkan siswa mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca maupunketerampilan kelompok untuk belajar bersama.
3) Group Investigation (GI)
Pada model ini siswa dibagi dalam kelompok yang dibentuk berdasarkan pada perkawanan atau berdasarkan keterkaitan sebuah materi. Metode GI menuntut siswa untuk dapat memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun keterampilan proses memiliki kelompok (group process
skills).
Pelaksanaan pembelajarannya yakni: siswa memilih subtopik yang akan dipelajari dan topik biasanya ditentukan oleh guru, selanjutnya siswa dan guru merencanakan tujuan, langkah-langkah belajar dan materi yang dipilih. Kemudian siswa belajar dengan berbagai sumber, setelah pembelajaran selesai siswa menganalisis, menyimpulkan, dan membuat kesimpulan untuk mempresentasikan hasil belajar mereka di depan kelas.
4) Metode Struktural
Meskipun memiliki kesamaan dengan metode lainnya, metode struktural menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Struktur-struktur Kagan ini menghendaki agar siswa bekerja sama saling bergantung dalam kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Beberapa teknik dari metode struktural antara lain : mencari pasangan, bertukar pasangan, berkirim soal.
e. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Model Pembelajaran Konvensional.
Dalam pembelajaran konvensional atau pembelajaran tradisional juga dikenal belajar kelompok (Sugiyanto, 2009:42). Namun ada beberapa perbedaan
(39)
commit to user
antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar
konvensional/tradisional, yaitu:
Tabel1
Perbedaan Kelompok Belajar Model Pembelajaran Kooperatif dan Kelompok Belajar Model Pembelajaran Konvensional.
Kelompok belajar model
pembelajaran kooperatif
Kelompok belajar model
pembelajaran konvensional
1. Adanya saling ketergantungan
positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok
2. Adanya akuntabilitas individual
yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok
Akuntabilitas individual sering
diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan yang lain hanya pasif saja
3. Kelompok belajar heterogen, baik
dalam kemampuan akademis, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya
Kelompok belajar biasanya heterogen
4. Pimpinan kelompok dipilih secara
demokratis atau bergilir agar setiap
anggota kelompok mendapat
pengalaman
Pimpinan kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing
5. Keterampilan sosial yang
diperlukan dalam kerja gotong
royong seperti kepemimpinan,
berkomunikasi, dan mengelola
konflik secara langsung
Keterampilan sosial sering tidak
diajarkan secara langsung
6. Pada saat belajar kooperatif
berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi
masalah dalam kerja sama
kelompok
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering dilakukan guru pada
saat belajar kelompok sedang
berlangsung
7. Penekanan tidak hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal
Penekanan sering hanya pada
terselesainya tugas
f. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Metode pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division)
(40)
commit to user
adalah salah satu metode dari pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Slavin. Metode pembelajaran ini merupakan teori belajar konstruktivisme yang berdasarkan pada teori belajar kognitif. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator belajar dan betugas menciptakan situasi belajar yang kondusif bagi peserta didik, sedangkan peserta didik bekerja sama dalam kelompoknya dalam memecahkan masalah.
Slavin (1995:71) “STAD is one of the simplest of all cooperative learning
methods, and is a good model to begin with for teachers who are new to the
cooperative approach”. Menurut Slavin STAD adalah metode pembelajaran yang
sederhana, model pendekatan ini juga sangat bagus digunakan untuk guru yang masih baru/ pemula.
Cucu Suhana (2009:44) berpendapat bahwa “STAD ( Student Teams Achievement Divisions ) merupakan model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan kelompok kecil”.
Pengertian STAD yang lain adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan sintaks : pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolaboratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individu dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward. (Elin Rosalin, 2008:118)
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa STAD adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama.
g. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Sugiyanto (2009:44) menyatakan bahwa, “para guru menggunakan
metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa”.
Dalam metode STAD terdapat beberapa langkah yaitu :
1) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau
tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah).
(41)
commit to user
2) Tiap anggota tim menggunakan lemmbar kerja akademik dan
kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.
3) Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu sekali
guru mengevaluasi untuk menguasai penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
4) Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap
bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang merai prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang-kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu kriteria atau standar tertentu.
(Sugiyanto, 2009:44-45)
Slavin dalam Isjoni 2009:51, pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri
dari lima tahapan utama sebagai berikut;” 1) tahap penyajian materi, 2) tahap
kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap perhitungan skor
perkembangan individu, 5) tahap pemberian penghargaan kelompok”.
Tahap penyajian materi guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Kemudian siswa diberikan lembar tugas yang akan diselesaikan bersama kelompoknya pada tahap kegiatan kelompok. setelah itu diadakan tes individu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang telah dicapai. Tahap pemberian penghargaan kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai dengan jumlah anggota kelompok.
Menurut Ibrahim dalam Trianto 2007: 54, langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD didasarkan pada langkah-langkah kooperatif
yang terdiri atas enam langkah atau fase. Adapun Fase–fase dalam pembelajaran
(42)
commit to user Tabel 2
Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Fase Kegiatan Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Menyampaikan semua tujuan pelajaran yangingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2
Menyajikan/menyampaikan informasi
Menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bacaan.
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar
Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien. Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan
belajar
Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase5 Evaluasi
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah diajarkan/masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya. Fase 6
Memberikan penghargaan
Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Pada perhitungan skor perkembangan individu dalam tim dan ketentuan penghargaan dalam kelompok dapat dihitung dengan menggunakan tabel 3 dan tabel 4 berikut:
(43)
commit to user Tabel 3
Ketentuan Skor Perkembangan pada Evaluasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
No Keterangan Skor
1 lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 5 poin
2 10 poin sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin
3 Skor awal sampai 10 poin di atas skor dasar. 20 poin
4 Lebih dari 10 poin di atas skor dasar. 30 poin
5 Nilai sempurna ( tidak berdasarkan skor awal). 40 poin
(Isjoni 2010 : 53)
Tabel 4
Ketentuan Penghargaan Kelompok pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Skor rata-rata tim Penghargaan
Kelompok dengan skor rata-rata 15 poin Tim baik
Kelompok dengan skor rata-rata 20 poin Tim hebat
Kelompok dengan skor rata-rata 25 poin Tim super
(Isjoni 2010 : 54)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan antara pendapat ahli yang satu dengan yang lain terdapat kesamaan bahwa Pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki tahapan/langkah-langkah, yaitu : penyajian materi, dibentuk kerja kelompok, diadakan tes individu, penghitungan skor kelompok, dan pemberian penghargaan kelompok.
Dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat dan menarik bagi siswa, seperti halnya model pembelajaran koopertaif tipe STAD dapat memaksimalkan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan penguasaan materi bangun datar sehingga prestasi belajar siswa juga akan meningkat. Selain itu, pemilihan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan dalam pembelajaran bangun datar karena STAD merupakan salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Sehingga metode ini cocok
(44)
commit to user
digunakan oleh guru yang baru pertama kali akan menggunakan model pembelajaran kooperatif.
h. Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Setiap metode pembelajaran tidak ada yang sempurna. Masing- masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan dari metode STAD antara lain : 1) Siswa dan guru mendapatkan kemudahan untuk memahami materi pelajaran; 2) Siswa secara kooperatif dapat menyelesaikan pokok-pokok materi yang dipelajari; 3) Siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan adanya kerja sama semua unsur yang ada dalam kelas; 4) Siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam berdiskusi dan menyelesaikan tugas.
Beberapa kelemahan dari metode STAD adalah; 1) Apabila ada siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya, maka siswa tersebut kurang bisa bekerjasama dalam memahami materi; 2) Ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam kelompok belajar; 3) Apabila ada anggota kelompok malas, maka usaha kelompok dalam memahami materi maupun untuk memperoleh penghargaan kelompok tidak berjalan sebagai mana mestinya.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian Nita Praniyati 2009/2010 dalam skripsi yang berjudul “Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) Untuk Meningkatkan Kemampuan Menghitung Pecahan Pada Siswa
Kelas V SDN 01 Macanan Tahun Pelajaran 2009/2010”. Hasil dari penelitian
ini adalah Prosentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I menunjukkan angka sebesar 63,33% (19 siswa dari jumlah 30 siswa tuntas dalam belajarnya) dan pada siklus II prosentase ketuntasan sebesar 80% (24 siswa dari jumlah 30 siswa tuntas dalam belajarnya. Dengan demikian terdapat peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II.
2. Penelitian Joko Nugroho 2009/ 2010 dalam skripsi yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Melalui
(45)
commit to user
Musuk Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010”. Hasil penelitian ini
adalah pembelajaran kooperatif metode STAD dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika. Hal ini terbukti pada hasil kuis siklus I 73,33% siswa mencapai nilai KKM (65), sedangkan siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 86,67%.
C. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal, penguasaan bangun datar siswa rendah pada pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan guru masih menggunakan cara mengajar yang konvensional dan apabila menggunakan metode diskusi, guru masih menerapkan diskusi kelompok konvensional-tradisional pada saat pembelajaran matematika pokok bahasan bangun datar. Pemilihan metode yang tepat dapat meningkatkan penguasaan bangun datar pada pembelajaran matematika.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk penguasaan bangun datar pada pembelajaran matematika adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD sendiri merupakan pembelajaran yang memandang keberhasilan individu diorientasikan dalam keberhasilan kelompok. Dalam hal ini, siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan, dan siswa berusaha keras membantu dan mendorong pada teman-temannya untuk bersama-sama berhasil dalam belajar. Siswa bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab atas pembelajaran yang dilakukan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model ini menekankan pada tujuan dan keberhasilan kelompok yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mempelajari apa yang diajarkan.
Melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan siswa akan tertarik sehingga dapat meningkatkan penguasaan bangun datar pada pembelajaran matematika khususnya dalam sifat-sifat bangun datar.
Dari pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut:
(46)
commit to user
Gambar Bagan 1. Kerangka Berfikir
D. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka peneliti dapat merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan penguasaan bangun datar pada siswa kelas V SDN Ngreco 05 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011.
Kondisi Awal Belum diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Penguasaan konsep bangun datar rendah.
Tindakan
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kelebihan tipe ini antara lain : membantu siswa mempelajari isi materi, Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu .
Siklus I
Siklus II
Penguasaan konsep bangun datar dengan menerapkan model pembelajara n kooperatif tipe STAD meningkat. Kondisi Akhir
(47)
commit to user 37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Ngreco 05 Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. SD Negeri Ngreco 05 terletak di Dusun gabeng, Desa Ngreco, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo. Penelitian dilakukan pada tahun pelajaran 2010/2011. Alasan memilih lokasi di SD Negeri Ngreco 05 sebagai berikut :
a. Ingin meningkatkan penguasaan bangun datar kelas V pada mata pelajaran
Matematika pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011.
b. SDN Ngreco 05 yang di gunakan untuk penelitian lokasinya mudah dijangkau
dan jaraknya tidak jauh dari rumah peneliti ± 700 m.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2010/2011 dimulai bulan Pebruari sampai dengan bulan Mei 2011. Sebelum diadakan penelitian perlu ada persiapan antara lain pembuatan proposal dan perijinan, hal ini dilaksanakan pada bulan Pebruari hingga awal bulan Maret. Untuk pelaksanaan tindakan siklus I akan dilaksanakan pada minggu kedua dan ketiga bulan Maret, tepatnya tanggal 11 Maret 2011 dan 15 Maret 2011. Sedangkan untuk pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada minggu ketiga dan keempat bulan Maret, tepatnya tanggal 18 Maret 2011 dan 22 Maret 2011. Untuk lebih jelasnya jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini :
(48)
commit to user Tabel 5 Jadwal Penelitian
No Kegia
tan
Bulan Pebruari
2011
Maret 2011 April 2011 Mei 2011
1. Persiapan
a.Pembu
atan proposal
b.Pembu
atan instrumen c.Perizin an
2. Pelaksanaan
a.Siklus I b.Siklus II
3. Penyusunan
Laporan/revisi Pelaporan
4. Ujian Skripsi
5. Penggandaan,
penjilidan dan pengiriman laporan
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa-siswa kelas V SDN Ngreco 05 Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo Tahun ajaran 2010 / 2011 berjumlah 16 anak, terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 5 perempuan, dan guru kelas V.
(49)
commit to user
Penguasaan bangun datar yang harus dikuasai siswa meliputi sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi panjang, persegi, trapesium, jajar genjang, lingkaran, belah ketupat, layang-layang dan elips.
C. Sumber Data
Jenis data yang digunakan ada tiga yaitu data yang berhubungan dengan proses, dampak tindakan yang dilakukan dan data yang digunakan sebagai dasar menilai keberhasilan tindakan yang akan dilakukan. Data yang berhubungan dengan proses berupa data tentang peningkatan penguasaan bangun datar pada
mata pelajaran matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sumber
data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu : sumber data primer dan
sekunder.
Menurut St.Y Slamet dan Suwarto (2007 : 38) “sumberdata utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain”.
Dalam penelitian ini sumber data primer yang dapat dimanfaatkan antara lain :
1. Informasi data dari nara sumber yang terdiri siswa kelas V serta wali kelas V
SD Negeri Ngreco 05.
2. Data nilai akademik mata pelajaran matematika pada materi sifat-sifat bangun
datar kelas V SD Negeri Ngreco 05.
3. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran matematika kelas V SD Negeri
Ngreco 05.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diharapkan dalam penelitian diperlukan alat atau metode untuk mendapatkan data yang tepat dan obyektif. Penetapan metode pengumpulan data di samping berdasarkan tujuan penelitian yang akan dicapai juga berdasarkan kebutuhan sumber data. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi
Observasi atau pengamatan digunakan untuk mengoptimalkan
(50)
commit to user
kebiasaan , dan sebagainya (St.Y. Slamet dan Suwarto. 2007 : 44). Observasi yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah observasi langsung dan partisipasi agar hasilnya seobyektif mungkin. Observasi langsung terhadap obyek yang diteliti, sedangkan observasi partisipatif yaitu pengamatan yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi obyek yang diteliti. Observasi dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri Ngreco 05 Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo untuk mengetahui situasi dan perkembangan dalam proses belajar mengajar mata pelajaran matematika dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division). Dalam penelitian
ini yang dijadikan data observasi adalah keaktifan siswa selama pembelajaran dan kegiatan guru saat melaksanakan pembelajaran.
2. Wawancara
Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah
berupa manusia yang dalam posisi sebagai nara sumber (informan). Untuk
mengumpulkan informasi dari sumber data itu maka diperlukan teknik wawancara. Teknik penelitian ini adalah cara mengumpulkan data yang mengharuskan seorang peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan atau tatap muka dengan sumber data, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi sengaja dibuat untuk keperluan tersebut.
Wawancara dalam penelitian kualitatif pada umunya dilakukan secara tidak terstruktur atau sering disebut teknik wawancara mendalam (St.Y. Slamet dan Suwarto. 2007 : 49). Dalam wawancara ini dilakukan dengan pertanyaan
yang bersifat “open-ended” dan mengarah pada kedalaman informasi.Dalam penelitian ini data yang diambil adalah wawancara terhadap siswa untuk mengetahui keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan, serta wawancara guru untuk mengetahui keadaan kelas dan pembelajaran sebelum dan sesudah tindakan. Untuk mendukung penggunaan teknik pengumpulan data maka diperlukan alat pengumpulan data. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini antara lain adalah lembar observasi, lembar kerja siswa, lembar evaluasi / kuis.
(51)
commit to user
3. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa data tertulis, yaitu hasil ulangan harian. Kegiatan ini selain untuk mencatat semua dokumen dan arsip, juga untuk mendapatkan gambaran secara lengkap tentang dokumen tersebut.
St.Y. Slamet dan Suwarto (2007 : 52) menyatakan bahwa dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan. Dokumen dapat berupa bahan tulis atau film. Dalam penelitian ini yang diambil sebagai data dokumentasi adalah hasil evaluasi atau kuis dan foto kegiatan saat penelitian ini berlangsung.
E. Validitas Data
Di dalam penelitian diperlukan adanya validitas data, maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan hendaknya dapat mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti. Data yang telah berhasil digali , dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian harus diusahakan kebenarannya. Untuk menjamin dan menguji kesahihan data yang digunakan, maka validitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik validitas isi dan trianggulasi data.
1. Validitas isi, sebuah tes dikatakan memiliki isi apabila di dalam nya
mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi dan isi pelajaran yang diberikan guru. Pada penelitian ini data yang diukur menggunakan validitas isi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan penguasaan bangun datar siswa dengan materi yang diajarkan di kelas V, maka pada penyusunan dilakukan dengan cara merinci kurikulum atau materi pelajaran. Oleh karena itu materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering disebut validitas kurikuler.
2. Trianggulasi Data ( sumber ) dengan cara mengumpulkan data sejenis dari
sumber berbeda. Dengan teknik ini di harapkan dapat memberikan informasi yang lebih tepat sesuai keadaan siswa.
(52)
commit to user
F. Analisis Data
Agar hasil penelitian terwujud sesuai dengan tujuan, maka dalam menganalisis data peneliti menggunakan model interaktif Milles dan Hubberman. Kegiatan pokok analisis model ini meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi. Adapun rincian model ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selajutnya direduksi. Reduksi yaitu proses proses pemilihan dan penyederhanaan data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penyajian ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara visual misalnya gambar, grafik, chart nerwork, diagram, matrik, dan sebagainya.
3. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi
Hasil dari data-data yang telah didapatkan dari laporan penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan serta diuji kebenarannya. Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh sehingga kesimpulan-kesimpulan juga dapat diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil dari laporan penelitian. Sedang kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat diuji kebenarannya, kekokohannya merupakan validitasnya (Milles dan Huberman, 1992: 16-20).
Bagan yang menjelaskan tentang teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar bagan 2.
(53)
commit to user
Gambar 2. Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif (Milles dan Huberman, 1992:20)
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi indikator kinerja adalah: apabila 80% dari jumlah siswa kelas V mencapai nilai KKM, sedangkan nilai KKM untuk mata pelajaran matematika adalah 64,00.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan merupakan gambaran secara lengkap mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian. Prosedur penelitian mecakup tahap-tahap: (1) pengembangan fokus masalah penelitian, (2) perencanaan tindakan, (3) pelaksanaan tindakan, (4) observasi, (5) analisis dan refleksi, (6) perencanaan tindak lanjut.
1. Pengembangan Fokus Masalah Penelitian
Untuk mengembangkan fokus masalah, dilakukan pembelajaran yang aktual di kelas dengan menggunakan perencanaan yang disusun oleh guru pelaksana maupun secara kolaborasi. Dari sini, peneliti dapat memperoleh data tentang kondisi awal siswa. Data-data yang lain juga dapat dikembangkan baik
Pengumpulan data
Reduksi data
Penyajian data
Kesimpulan-kesimpulan: Penarikan/Verifikasi
(54)
commit to user
berasal dari guru, siswa, bahan ajar, interaksi pembelajaran, hasil belajar, media dan sebagainya.
2. Perencanaan Tindakan
Perencanaan-perencanaan yang perlu dipersiapkan untuk tindakan perbaikan adalah: (1) Menyusun skenario pembelajaran. Dalam skenario pembelajaran berisikan langkah-langkah yang dilakukan guru, bentuk-bentuk yang dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang telah direncanakan; (2) Mempersiapkan fasilitas-fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan; (3) Mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dari hasil tindakan perbaikan.
3. Pelaksanaan Tindakan
Setelah direncanakan dengan baik, tindakan perbaikan dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Pada saat yang bersamaan, tindakan perbaikan tersebut disertai dengan observasi.
4. Observasi
Pada observasi ini, dilakukan perekaman mengenai segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan dengan menggunakan blangko pengamatan/ lembar observasi.
5. Analisis dan Refleksi
Pada tahap analisis data yang dilakukan adalah menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstrasikan, mengorganisasikan data secara sistematik dan rasional. Hasil analisis kemudian direfleksi, yakni dikaji apa yang telah dan/atau tidak terjadi. Apa yang telah dihasilkan atau dituntaskan oleh tindakan perbaikan. Hasil refleksi ini digunakan untuk menetapkan langkah lanjut dalam rangka mencapai tujuan penelitian tindakan kelas, apakah penelitian ini akan dilanjutkan atau di hentikan.
6. Perencanaan tindak Lanjut
Masalah yang diteliti diperkirakan belum tuntas hanya dengan satu siklus, maka penelitian tindakan kelas dilanjutkan pada siklus II. Pelaksanaan perbaikan pada siklus II dirancang berdasarkan pada hasil analisis dan refleksi dari observasi pada siklus I. Dengan prosedur yang sama, penelitian tindakan
(1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user