PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL P PEMBELAJARAN EMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI II NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010 2011

(1)

commit to user PENINGKATAN K

MELALUI MODEL SD NEGE

Ditulis dan Diajukan Gelar Sarjana Pend

FAKULT

N KEMAMPUAN OPERASI HITUNG BILANG EL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA

GERI II NGADIROJO KABUPATEN WONOG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh: MARYULIANI NIM. X7107042

SKRIPSI

kan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan M endidikan Program Studi Pendidikan Guru S

Jurusan Ilmu Pendidikan

LTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011

i

NGAN BULAT ISWA KELAS IV

GIRI

an Mendapatkan u Sekolah Dasar


(2)

commit to user

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS IV

SD NEGERI II NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh : MARYULIANI NIM. X7107042

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user iii


(4)

commit to user


(5)

commit to user ABSTRAK

Maryuliani, NIM X 7107042. Peningkatan Kemampuan Operasi Hitung Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran Kuantum Pada Siswa Kelas IV SD Negeri II Ngadirojo Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat melalui model pembelajaran kuantum dengan media nomograf pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo.

Bentuk penelitian ini adalah diskriptif kualitatif karena data yang akan diperoleh adalah data langsung tercatat dari hasil kegiatan di lapangan. Sedangkan jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitiannya adalah siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo tahun pelajaran 2010/2011. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes. Teknik analisi data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebanyak dua siklus maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo tahun pelajaran 2010/2011.


(6)

commit to user ABSTRACT

Maryuliani, NIM X 7107042. The Improvement of Ability in Round Numbers

Counting Operation with Quantum Learning Module in the 4th Grade

Student of Public Elementary School II Ngadirojo Subdistrict Ngadirojo

Regency Wonogiri in Academic Year 2010/2011. A Thesis, Surakarta, Teacher

Training and Education Faculty. Sebelas Maret University Surakarta, May 2011. The aim of conducting the research was to improve student’s ability in round numbers counting operation in the 4th grade student’s of SD Negeri II Ngadirojo elementary school in Academic Year of 2010 / 2011 through Quantum Learning Module.

This is a qualitative-descriptive research, as the data was acquired directly from the result of periodical field activities. It is also an classroom action research. This research study consists of two cycles, each cycle consists of four phases those are planning, executing, observing, and reflecting. As the subject of this research are the 4th grade students of SD Negeri II Ngadirojo elementary school in Academic Year of 2010/2011. Observation, interview, documentation, and test were used to collect the data in this research. The data then further analyzed using an interactive model analysis which consists of three [3] analysis components they are reducing data, serving data, dan drawing conclusion or verification.

Based on the result of the research that consist of two cycle can be concluded that Quantum Learning Module can improve student’s ability in round numbers counting operation in 4th grade students of SD Negeri II Ngadirojo elementary school in Academic Year of 2010 / 2011.


(7)

commit to user MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan akan dating kemudahan, maka kerjakanlah urusanmu dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Allah kamu berharap.”

(Terjemahan: QS. Al Nasyirah 6-8)

“ Barang siapa mengajarkan ilmu maka Allah akan menyempurnakan pahalanya ; dan barang siapa mempelajari ilmu kemudian mengamalkannya, maka Allah akan

mengajarkan ilmu yang tidak dipelajarinya.”

(H.R. Abu al-Syaikh)


(8)

commit to user PERSEMBAHAN

Dengan penuh cinta, kasih, dan sayang teriring untaian doa suci dan ungkapan syukur kehadirat Allah SWT tak lupa Sholawat senantiasa Kulantunkan untuk-Mu

Kupersembahkan karya ini kepada :

Ayah dan Ibunda Tercinta

Dengan segala baktiku terima kasih atas kasih sayang dan pengorbanan yang Ayah, Ibu berikan padaku yang tak pernah terhenti sampai mengantarku menjadi seperti sekarang ini. Ayah menjadi inspiratorku untuk lebih teguh dalam

menghadapi hidup. Ibu seorang motivatorku yang selalu memberi semangat kekuatan uuntuk menjalani hidup yang penuh cobaan. Doa-doa tulus Ayah dan Ibu yang selalu terucap penuh harap agar aku dapat menggapai cita-cita dan masa

depanku nanti.

Semua sahabat sejati dan Almamaterku

Terima kasih selalu menemani dan tak jenuh memberikan semangat, dorongan dan kekuatan. Semoga silaturahmi kita tetap terjaga.


(9)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI II NGADIROJO

KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi,

Surakarta, fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011 ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya kepada : 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. R. Indianto, M.Pd.. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kartono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dr. Peduk Rintayati, M.Pd., selaku pembimbing I yang mengarahkan dan membimbing hingga selesainya skripsi.

5. Dra. Siti Wahyuningsih, M.Pd., selaku pembimbing II yang mengarahkan dan membimbing hingga selesainya skripsi.

6. Bapak Mulyadi, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri II Ngadirojo yang telah mengijinkan penulis mengadakan penelitian di SD tersebut.

7. Bapak / Ibu Guru SD negeri II ngadirojo yang telah memberikan banyak bantuan dan dorongan.


(10)

commit to user

8. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

9. Dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Surakarta, Mei 2011

Penulis


(11)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. PENGAJUAN SKRIPSI……… PERSETUJUAN……… PENGESAHAN………. ABSTRAK………. MOTTO……….. PERSEMBAHAN……….. KATA PENGANTAR……… DAFTAR ISI……….. DAFTAR TABEL……….. DAFTAR GAMBAR………. DAFTAR LAMPIRAN……….. BAB I. PENDAHULUAN……….

A. Latar Belakang………...

B. Perumusan masalah………

C. Tujuan Penelitian………

D. Manfaat Penelitian………..

BAB II. LANDASAN TEORI………...

A. Tinjauan Pustaka………...

1. Hakikat Kemampuan Operasi Hitung Bilangan Bulat………. 2. Pengartian Model Pembelajaran Kuantum……….………. B. Hasil Penelitian yang Relevan………

C. Kerangka Berfikir………...

D. Pengajuan Hipotesis Tindakan………... BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……….

A. Tempat dan Waktu Penelitian………

hal. i ii iii iv v vii viii ix xi xiii xiv xv 1 1 4 4 4 6 6 6 15 29 30 32 33 33 xi


(12)

commit to user

B. Subjek Penelitian………

C. Bentuk dan Strategi Penelitian………...

D. Sumber Data………...

E. Teknik Pengumpulan Data……….

F. Validitas Data……….

G. Analisis Data………..

H. Prosedur Penelitian……….

I. Indikator Ketercapaian………... BAB IV. HASIL PENELITIAN……… A. Deskripsi Lokasi Penelitian………

B. Deskripsi Kondisi Awal……….

C. Hasil Penelitian………..

D. Pembahasan Hasil Penelitian………. BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN……….

A. Simpulan……….

B. Implikasi……….

C. Saran………...

DAFTAR PUSTAKA……… LAMPIRAN………...

33 33 34 34 36 36 38 42 43 43 43 46 71 76 76 76 77 79 80

i


(13)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Rancangan Pembelajaran Matematika Berbasis Kuantum ……….……… 2. Frekuensi Data Nilai Tes Sebelum Tindakan ………. 3. Perkembangan Keterampilan Guru Mengajar Siklus I ……….……. 4. Aktivitas Siswa Siklus I ………..………… 5. Frekuensi Data Nilai Tes Siklus I ………...………… 6. Perkembangan Keterampilan Guru Mengajar Siklus II..……… 7. Aktivitas Siswa Siklus II ……….……… 8. Frekuensi Data Nilai Tes Siklus II ………..……… 9. Perkembangan Keterampilan Guru ……….……… 10. Perkembangan Aktivitas Siswa ………...……… 11. Perkembangan Nilai Tes Siswa ………...…………

hal. 22 44 54 55 56 68 69 70 72 73 74


(14)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Bagan Kerangka berpikir ………

2. Model analisis interaktif Miles dan Huberman……… 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas……….… 4. Grafik Frekuensi Data Nilai Tes Sebelum Tindakan ……….. 5. Grafik Perkembangan Kemampuan Guru Mengajar Siklus I……….. 6. Grafik Aktivitas Siswa Siklus I……… 7. Grafik Frekuensi Data Nilai Tes Siklus I ……… 8. Grafik Perkembangan Keterampilan Guru Mengajar Siklus II………...… 9. Grafik Aktivitas Siswa Siklus II ……….… 10. Grafik Frekuensi Data Nilai Tes Siklus II ………...………... 11. Grafik Perkembangan Keterampilan Guru ……….…. 12. Grafik Perkembangan Aktivitas Siswa ……….... 13. Grafik Perkembangan Nilai Tes Siswa ………..….

hal. 31 38 39 45 54 56 57 68 69 71 72 73 74


(15)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Waktu Penelitian……….

2. Silabi………...

3. Kisi-kisi Tes Siklus I………..

4. RPP Siklus I……….………..

5. Kisi-kisi Tes Siklus II ………

6. RPP Siklus II………

7. Pedoman Wawancara Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran

Kuantum……… 8. Pedoman Wawancara untuk Guru Setelah Diterapkan Model Pembelajaran

Kuantum……… 9. Daftar Nilai Pretest ………... 10. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I……… 11. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I……… 12. Daftar Nilai Siklus I Pertemuan 1……… 13. Daftar Nilai Siklus I Pertemuan 2……… 14. Daftar Nilai Siklus I Pertemuan 3……… 15. Daftar Nilai Siklus I………... 16. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II……… 17. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I……… 18. Daftar Nilai Siklus II Pertemuan 1……… 19. Daftar Nilai Siklus II Pertemuan 2……… 20. Daftar Nilai Siklus II Pertemuan 3………

21. Daftar Nilai Siklus II ………

22. Soal Pre Test………

23. Dokumentasi PTK………

hal. 81 82 83 85 108 110 128 130 132 134 142 148 150 152 154 156 164 170 172 174 176 177 180 xv


(16)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Mulyono Abdurrahman (2003: 251) banyak orang yang memandang matematika sabagai bidang studi yang paling sulit. meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Pandangan siswa secara umum mengenai pelajaran matematika bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dimengerti dan kurang diminati. Hal inilah yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar matematika.

Menurut Mulyono Abdurrahman (2003: 253) matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan juga di perguruan tinggi. Menurut Goenawan Roebyanto dan Sri Harmini (2009: 1) menyatakan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Dari hal-hal di atas dapat diketahui bahwa matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari. Meskipun demikian, matematika dianggap sebagai salah satu pelajaran yang sangat sulit bahkan ada yang menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang menakutkan dan penuh dengan rumus rumit.

Hal ini dibuktikan dengan adanya dokumen yang diperoleh dari wali kelas IV SD Negeri II Ngadirojo menunjukkan bahwa 60 % dari siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo mendapat nilai di bawah KKM (kriteria ketuntasan minimal). Nilai KKM matematika yang berlaku di kelas IV SD Negeri II Ngadirojo adalah 60. Dari hasil survey tersebut dapat diketahui bahwa kesulitan mempelajari matematika dialami oleh sebagian besar anak SD khususnya kelas IV SD Negeri II Ngadirojo.


(17)

commit to user

Hal-hal yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo antara lain :

1. Guru menggunakan pembelajaran yang konvensional.

2. Pembelajaran yang dilakukan guru kurang menyenangkan dan kurang efektif. 3. Penggunaan media pembelajaran yang kurang sesuai.

4. Siswa tidak menyukai berhitung matematika.

5. Adanya sugesti yang tertanam dalam diri siswa bahwa matematika itu sulit. 6. Lingkungan belajar yang kurang mendukung.

Dari sebab-sebab di atas guru Sekolah Dasar memiliki peranan yang besar terhadap keberhasilan pembelajaran matematika.

Seorang guru, khususnya guru Sekolah Dasar harus bisa menumbuhkan motivasi belajar bagi semua siswanya. Seorang guru harus bisa mengurangi atau menghilangkan pikiran negatif siswa tentang matematika. Pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan efektif juga harus diterapkan agar penerimaan materi pembelajaran matematika mudah dipahami. Metode dan media pembelajaran juga harus tepat sesuai dengan materi yang akan diajarkan.

Menurut Heruman (2007: 2) menyatakan bahwa konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Konsep merupakan komponen pertama yang harus ditanamkan dalam pembelajaran matematika. Alangkah baiknya apabila konsep-konsep tersebut diperoleh melalui pembelajaran yang menyenangkan. Jadi pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, dan tidak membosankan menjadi pilihan yang baik untuk guru dalam pembelajaran matematika bagi semua siswanya. Kaitannya dengan penanaman konsep operasi hitung bilangan bulat, siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo masih mengalami banyak kesulitan. Operasi hitung bilangan bulat merupakan materi baru di kelas IV semester II. Kesulitan pengerjaan operasi hitung bilangan bulat harus diatasi. Hal-hal yang terjadi jika masalah ini tidak diatasi akan menimbulkan beberapa dampak yang berkelanjutan. Dampak tersebut antara lain siswa akan mengalami kesulitan tentang


(18)

commit to user

materi sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat, pengerjaan operasi hitung campuran bilangan bulat dengan bilangan yang lebih besar, menentukan FPB dan KPK suatu bilangan yang akan dihadapi di kelas V.

Karena pentingnya pembelajaran operasi hitung bilangan bulat harus ada strategi pembelajaran yang benar-benar efektif, efisien, dan menyenangkan. Sugiyanto (2009: 67) menyatakan bahwa “ Pada saat ini, dapat kita pahami bahwa proses belajar dipandang sebagai proses yang aktif dan partisipatif, konstruktif, komulatif, dan berorientasi pada tujuan pembelajaran”. Model-model pembelajaran inovatif semakin berkembang seiring dengan perkembangan dunia pendidikan. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda. Dan tidak semua model pembelajaran tepat diterapkan untuk semua materi pembelajaran.

Peneliti ingin menerapkan model pembelajaran Kuantum untuk mengatasi kesulitan pengerjaan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo. Secara sederhana, pembelajaran kuantum dapat diartikan sebagai pembelajaran yang mengorkestrasikan berbagai interaksi yang meningkatkan prestasi siswa, dengan menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat, sehingga siswa dapat belajar secara mudah dan alami. Menurut Sugiyanto (2009:74) pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, “hewanistis”, dan atau nativistis”. Manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi, dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal.

Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran dan menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Model pembelajaran ini menggunakan konsep tandur (tanamkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan). Tanamkan mengandung makna bahwa pada kegiatan awal guru harus menumbuhkan atau menanamkan minat siswa dalam belajar. Alami adalah dalam kegiatan pembelajaran siswa harus mengalami sendiri materi yang dipelajari. Namai mengandung makna bahwa penamaan adalah saatnya untuk mengajarkan konsep. Demonstrasikan memberi peluang kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan mereka ke dalam kehidupan sehari-hari. Ulangi mengandung makna bahwa pengulangan dalam kegiatan pembelajaran dapat


(19)

commit to user

memperkuat ingatan pada siswa. Rayakan mengandung makna bahwa sesuatu yang layak dipelajari maka layak pula untuk dirayakan. Komponen-komponen tersebut memiliki tujuan masing-masing yang berguna untuk memudahkan anak dalam belajar. Hal ini sangat diperlukan dalam pengerjaan operasi hitung bilangan bulat. Siswa dituntut untuk melakukan operasi hitung bilangan bulat secara cepat dan tepat. Apabila siswa sudah menguasai konsep operasi hitung bilangan bulat maka mereka akan mudah mengerjakan soal operasi hitung lainnya.

Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “ PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS IV ( EMPAT ) SD NEGERI II NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas dapat diperoleh suatu rumusan masalah. Pokok permasalahan dapat dirumuskan adalah “Apakah pembelajaran kuantum dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV ( Empat ) SD Negeri II Ngadirojo?”

C. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan tentu mempunyai maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Adapun yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah “Untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat melalui model pembelajaran kuantum pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo.”

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian Peningkatan Kemampuan Operasi Hitung Bilangan Bulat melalui Model Pembelajaran Kuantum ini diharapkan dapat memberi masukan secarra


(20)

commit to user

teoretis dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1) Untuk mempermudah pemahaman tentang operasi hitung bilangan bulat melalui model pembelajaran kuantum.

2) Siswa dapat belajar dengan mudah dan menyenangkan.

3) Menambah pengetahuan siswa bahwa sumber belajar tidak hanya dari buku. b. Bagi Guru

1) Guru mendapatkan pengalaman mengajar matematika, khususnya materi operasi hitung bilangan bulat menggunakan model pembelajaran kuantum pada siswa kelas IV (empat) SD Negeri II Ngadirojo tahun pelajaran 2010/2011.

2) Guru dapat mengembangkan model-model pembelajaran inovatif untuk diterapkan di Sekolah Dasar.

3) Meningkatkan keterampilan mengajar, khususnya bidang studi matematika. c. Bagi Sekolah atau Lembaga

Penelitian ini diharapkan bisa sebagai masukan demi meningkatkan kualitas pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kuantum khususnya operasi hitung bilangan bulat pada kelas IV (empat) di SD Negeri II Ngadirojo.


(21)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Kemampuan Operasi Hitung Bilangan Bulat

a. Hakikat Kemampuan Operasi Hitung

Ability is what you're capable of doing. Motivation determines what you do. Attitude determines how well you do it." Lee Holtz (http://forum.um.ac.id/index.php?topic=3274.0). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 734) mampu berarti kuasa ( bisa, sanggup ) melakukan sesuatu; dapat, sedangkan kemampuan adalah kesanggupan ; kecakapan ; kekuatan ; kita berusaha dengan diri sendiri. Kemampuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988: 623) berasal dari kata “mampu” yang berarti bisa atau sanggup. Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.

Sedangkan menurut Chaplin ability (1997: 34) kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan (http://www.digilib.petra.ac.id diakses pada tanggal 30 Desember 2010). Menurut Robbins kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktik (http://www.digilib.petra.ac.id diakses pada tanggal 30 Desember 2010). Ada pula pendapat lain menurut Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki ( http://www.akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/ke-mampuan-individu/) diakses pada tanggal 30 Desember 2010).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan


(22)

commit to user

adalah kesanggupan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Kemampuan seseorang juga dipengaruhi oleh potensi yang ada dalam dirinya.

Apabila dilihat dari arti katanya, hitung merupakan suatu kegiatan membilang (menjumlahkan, mengurangi, membagi, memperbanyak, dsb). Operasi hitung dalam matematika merupakan cara-cara yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan dan hubungan antar bilangan (http.belajar-matematika.com diakses tanggal 12 Januari 2011). Menurut Rangga operasi hitung dalam matematika meliputi operasi penjumlahan,

pengurangan, perkalian, dan pembagian

(

http://papanoyt.blogspot.com/2011/04/upaya-meningkatkan-kemampuan-siswa.html diakses tanggal 15 April 2011). Bilangan kuadrat, akar pangkat, bilangan kubik dan operasi hitung lainnya merupakan perluasan dari operasi hitung dasar.

Menurut Murray R. Spiegel (1999: 1) empat operasi fundamental dalam aljabar sebagaimana dalam ilmu hitung (aritmatika) adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

1) Penjumlahan

Apabila dua bilangan a dan b dijumlahkan maka hasilnya ditunjukkan dengan a + b.

2) Pengurangan

x ditambah b sama dengan a atau x + b = a. Apabila bilangan a dikurangi bilangan b, maka pengurangannya ditunjukkan dengan a – b. pengurangan dapat didefinisikan dalam bentuk penjumlahan. Yaitu, kita definisikan a – b merupakan bilangan x sedemikian rupa sehingga.

3) Perkalian

Hasil kali dua bilangan a dan b adalah bilangan c sehingga a x b = c. operasi perkalian ditunjukkan dengan tanda silang, titik, atau kurung. 4) Pembagian

Apabila sebuah bilangan a dibagi dengan bilangan b, maka hasil bagi yang diperoleh ditulis a : b atau atau a/b, di mana a disebut yang dibagi dan b


(23)

commit to user

pembagi. Pembagian dapat didefinisikan dalam bentuk perkalian, yaitu kita pandang a/b sebagai suatu bilangan x yang setelah dikalikan bilangan b sama dengan a, atau bx = a.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa operasi hitung adalah cara-cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah mengenai bilangan dan hubungannya. Operasi hitung yang dimaksud dalam penelitian ini adalah operasi hitung penjumlahan dan pengurangan.

Dari teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan operasi hitung adalah kesanggupan seseorang untuk menyelesaikan masalah mengenai bilangan dan hubungannya. Dalam penelitian ini operasi hitung yang dimaksud adalah penjumlahan dan pengurangan.

b. Hakikat Bilangan Bulat dalam Pembelajaran Matematika

1) Pengertian Bilangan Bulat

Menurut Goenawan Roebyanto dan Sri Harmini (2009:4) bilangan bulat negatif, nol, dan bilangan asli disebut bilangan bulat (integers). Barisan bilangan bulat dapat diperlihatkan sebagai berikut : . . . -3,-2,-1,0,1,2,3, . . . Menurut Karim, dkk (1996: 179) bilangan bulat diciptakan untuk menjawab masalah seperti 3 + n = 0, 7 + n = 5 karena tidak ada bilangan cacah yang memenuhi sehingga pernyataan tersebut menjadi benar. Hal ini menunjukkan pengetahuan tentang bilangan cacah saja belum cukup untuk memecahkan masalah. Karena itu manusia membutuhkan pengetahuan yang lebih untuk dapat menyelesaikan permasalahan di atas yaitu dengan bilangan bulat. Menurut Karim, dkk (1997: 180) gabungan semua bilangan cacah dan himpunan semua bilangan bulat negatif, yaitu himpunan {-5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5} disebut himpunan bilangan bulat. Bilangan-bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, … disebut bilangan cacah, sedangkan 1, 2, 3, 4, 5, … disebut bilangan asli. Jadi, bilangan cacah adalah gabungan dari bilangan nol dan bilangan asli.

Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan nol, bilangan asli, dan lawan


(24)

commit to user bilangan asli.

2) Pengertian Matematika

Matematika adalah ilmu tentang logika mengenal bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Matematika itu muncul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak

(www.duniaguru.com diakses pada 30 Desember 2010). Untuk menunjang

kelancaran pembelajaran disamping pemilihan metode yang tepat juga perlu digunakan suatu pembelajaran yang sangat berperan dalam membimbing abstraksi siswa.

Pengertian Matematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh tim penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Perkembangan Bahasa disebutkan bahwa Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2007 menyatakan bahwa Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Menurut R.Soedjadi (2000: 11) menyatakan beberapa definisi atau pengertian tentang matematika :

a) Matematika adalah ilmu pengetahuan eksak dan terorganisasi secara sistematik.

b) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

c) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan.

d) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.

e) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis. f) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.


(25)

commit to user

garapan yakni objek langsung yang terdiri dari : fakta, konsep, prinsip, dan prosedur operasi. Sementara objek tidak langsung adalah implikasi dari proses pembelajaran matematika, yakni kebiasaan bekerja baik, sikap kemampuan mengalihgunakan cara kerja (memanipulasi dalam arti positif), serta membangun konsep mental (akhlak) yang baik seperti kejujuran.

Sedangkan menurut Asep Jihad (2008: 152) mengidentifikasi perbedaan matematika dengan pelajaran lain dalam hal :

a) Objek pembicaraannya abstrak, sekalipun dalam pengajaran di sekolah anak diajarkan benda konkrit, siswa tetap didorong untuk abstraksi. b) Pembahasan mengandalkan tata nalar, artinya info awal berupa

pengertian dibuat seefisien mungkin, pengertian lain harus dijelaskan kebenarannya dengan tata nalar yang logis

c) Pengertian atau konsep atau pernyataan sangat jelas berjenjang sehingga terjaga konsistensinya.

d) Melibatkan perhitungan (operasi).

e) Dapat dipakai dalam ilmu yang lain serta dalam kehidupan sehari-hari. Menurut R.Soedjadi (2000: 13) ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum adalah sebagai berikut :

a) Memiliki objek kajian abstrak b) Bertumpu pada kesepakatan c) Berpola piker deduktif

d) Memiliki symbol yang kosong dari arti e) Memperhatikan semesta pembicaraan f) Konsisten dalam sistemnya.

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah salah satu ilmu dasar yang mempelajari tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak, bahasa simbolis, ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif yang memudahkan manusia untuk berpikir sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.


(26)

commit to user

3) Karakteristik Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa (www.dunia guru.com diakses tanggal 30 Desember 2010). Menurut Heruman (2007: 1) dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa.

Beberapa karakteristik pembelajaran matematika di Sekolah Dasar antara lain sebagai berikut :

a) Pembelajaran matematika dilakukan berjenjang.

Pembelajaran dimulai dari konsep sederhana ke konsep yang lebih sukar. Berawal dari hal-hal yang konkrit atau nyata ke semi konkrit dan berakhir pada abstrak.

b) Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral.

Konsep baru diperkenalkan dengan mengaitkannya pada konsep yang telah dipahami siswa. Hal ini merupakan prinsip belajar bermakna atau belajar dengan pemahaman. Konsep baru merupakan perluasan dan pendalaman konsep sebelumnya.

c) Pembelajaran matematika menekankan penggunaan pola deduktif. Pembelajaran deduktif adalah pembelajaran dalam memahami konsep melalui pemahaman definisi umum kemudian ke contoh-contoh.

d) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi

Pembelajaran ini adalah pernyataan dianggap benar apabila didasarkan atas pernyataan sebelumnya yang sudah dianggap benar.

Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dasar berawal dari hal-hal yang bersifat konkrit ( nyata ) menuju hal yang bersifat abstrak.


(27)

commit to user 4) Tujuan Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika adalah melatih cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, dan konsisten. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan sebagai berikut :

a) Tujuan Umum

(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

(2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

(3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

(4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

(5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

b) Tujuan Khusus

(1) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kegiatan matematika.

(2) Mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di SMP.

(3) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin. 5) Tinjauan operasi hitung bilangan bulat dalam penelitian

Operasi hitung bilangan bulat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah :

a) Operasi penjumlahan bilangan bulat.


(28)

commit to user

(1) Penjumlahan antara dua bilangan bulat positif hasilnya adalah bilangan bulat positif juga.

Contoh : 7+3 = 10

(2) Penjumlahan antara dua bilangan bulat negatif hasilnya adalah bilangan bulat negatif juga.

Contoh : (-4) + (-5) = -9

(3) Penjumlahan bilangan bulat positif dengan negatif atau sebaliknya hasilnya sbb:

Jika angka bilangan bulat positif lebih kecil dari bilangan bulat negatif maka hasilnya adalah bilangan bulat negatif.

Contoh : (-4) + 2 = -2

Jika angka bilangan bulat positif lebih besar dari bilangan bulat negatif maka hasilnya adalah bilangan bulat positif

Contoh : 7 + (-4) = 3

Sifat-sifat operasi hitung penjumlahan : (1) Sifat Komutatif (Pertukaran)

Andi mempunyai 5 kelereng berwarna merah dan 3

kelereng berwarna hitam. Budi mempunyai 3 kelereng berwarna merah dan 5 kelereng berwarna hitam. Samakah jumlah kelereng yang dimiliki Andi dan Budi?

5 + 3 = 8 3 + 5 = 8

Jadi 5 + 3 = 3 + 5

Cara penjumlahan seperti ini menggunakan sifat komutatif.

Secara umum, sifat komutatif pada penjumlahan dapat ditulis sebagai berikut.


(29)

commit to user

a + b = b + a, dengan a dan b sembarang bilangan bulat.

(2) Sifat Asosiatif (Pengelompokan)

Andi mempunyai 2 kotak berisi kelereng. Kotak I

berisi 3 kelereng merah dan 2 kelereng hitam. Kotak II berisi 4 kelereng putih. Budi juga mempunyai 2 kotak berisi kelereng. Kotak I berisi 3 kelereng merah. Kotak II berisi 2 kelereng hitam dan 4 kelereng putih.

Samakah jumlah kelereng yang dimiliki Andi dan Budi?

(3 + 2) + 4 = 5 + 4 = 9 3 + (2 + 4) = 3 + 6 = 9

Jadi ( 3 + 2 ) + 4 = 3 + ( 2 + 4 )

Cara penjumlahan seperti ini menggunakan sifat asosiatif pada penjumlahan.

Secara umum, sifat asosiatif pada penjumlahan dapat ditulis:

(a + b) + c = a + (b + c), dengan a, b, dan c sembarang bilangan bulat.

b) Operasi pengurangan bilangan bulat

(a) Apabila terjadi pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif maka:

Bilangan bulat positif dikurangi dengan bilangan bulat positif yang lebih kecil maka hasilnya dalah bilangan bulat positif.

Contoh : 9– 5 = 4

Bilangan bulat positif dikurangi dengan bilangan bulat positif yang lebih besar maka hasilnya adalah bilangan bulat negative.

Contoh : 3– 6 = -3

(b) Apabila terjadi pengurangan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif maka:


(30)

commit to user

Bilangan bulat negatif dikurangi dengan bilangan bulat negatif yang lebih kecil maka hasilnya adalah bilangan bulat positif.

Contoh :

-6 - (-8) = -6 + 8 = 2 (ingat - 8 < -6 )

Bilangan bulat negatif dikurangi dengan bilangan bulat negatif yang lebih besar maka hasilnya adalah bilangan bulat negatif.

Contoh :

-5 – (-3) = -5 +3 = -2 ( -3 > -5 )

Bilangan bulat negatif yang dikurangi sama dengan bilangan bulat negatif yang mengurangi maka hasilnya adalah 0 (nol).

Contoh :

-4 - (-4) = -4 + 4 = 0

(c) Pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif hasilnya selalu bilangan bulat positif.

contoh :

8 – (-4) = 8 + 4 = 12

(d) Pengurangan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif hasilnya selalu bilangan bulat negatif.

contoh : -8 – 4 = - 12

2. Pengertian Model Pembelajaran Kuantum

a. Model Pembelajaran Kuantum

Model pembelajaran kuantum merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang diciptakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Menurut Miftahul A’la (2010: 57) pembelajaran kuantum adalah sebuah program yang mengizinkan pendidik untuk memahami perbedaan gaya pembelajaran para siswa di kelas. Hal ini bertujuan untuk mangetahui bagaiman orang belajar dan mengapa siswa bertindak dan bereaksi terhadap sesuatu. Pembelajaran kuantum menunjukkan pada guru bagaiman caranya untuk mengarang kesuksesan siswa dengan mencatat apa saja di dalam kelas


(31)

commit to user

yang berkaitan dengan lingkungan, desain kurikulum dan cara mempresentasikannya.

Pembelajaran kuantum menawarkan ide baru tentang bagaimana menciptakan lingkungan yang baik yang menjanjikan bagi pelajar dan mendukung mereka dalam proses pembelajaran. Menurut Bobbi De Porter (2005: 5) pembelajaran kuantum adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.

Menurut Sugiyanto (2009: 74) pembelajaran kuantum adalah pembelajaran yang memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran. Dalam pandangan pembelajaran kuantum, lingkungan fisik-mental dan kemampuan pikiran sama pentingnya dan saling mendukung.

Menurut Ade Sanjaya pembelajaran kuantum merupakan interaksi yang terjadi di dalam kelas antara siswa dengan lingkungan belajar yang efektif ( http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/04/pembelajaran-quantum-teaching-serta.html dikses tanggal 12 Januari 2011). Dalam pembelajaran kuantum bersandar pada konsep ‘bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka’. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan pembelajaran kuantum tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar. Dengan pembelajaran kuantum kita dapat mengajar dengan memfungsikan kedua belahan otak kiri dan otak kanan pada fungsinya masing-masing. Otak kiri menangani angka, susunan, logika, organisasi, dan pemikiran rasional dengan pertimbangan yang deduktif dan analitis. Sedangkan otak kanan mengurusi masalah pemikiran yang abstrak dengan penuh imajinasi. Misalnya warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang memerlukan kreativitas, orisinil, daya cipta dan bakat artistik.


(32)

commit to user

Menurut Gede Upadana Pembelajaran kuantum adalah pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar serta berfokus pada hubungan yang dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dalam kerangka untuk belajar

(http://gedeupadana.blogspot.com/2010/11/model-pembelajaran-kuantum.html

di akses tanggal 12 Januari 2011).

Model pembelajaran kuantum memiliki dua unsur di dalamnya, yaitu : 1) Konteks

Konteks yaitu latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru. Konteks di sini meliputi keadaan lingkungan, suasana, dan rancangan pembelajaran. Unsur-unsur ini harus menjadi padu agar tercipta suatu pembelajaran yang menyeluruh.

2) Isi

Salah satu unsur isi adalah materi, bakat dan potensi peserta didik. Di sini diperlukan kemampuan seorang guru untuk mengembangkan setiap unsur isi. Guru juga harus memfasilitasi siswa untuk mencapai keberhasilan belajar. Dalam proses pembelajaran unsur-unsur yang terdiri dari suasana, lingkungan, landasan, rancangan, penyajian dan fasilitas disusun sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan kesuksesan belajar siswa.

Dari berbagai teori tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kuantum adalah suatu model pembelajaran yang memadukan semua unsur-unsur dalam proses pembelajaran sehingga tercipta suatu pembelajaran menyenangkan, efektif, dan efisien serta dengan taraf keberhasilan tinggi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Karakteristik Umum

Beberapa karakteristik umum pembelajaran kuantum adalah sebagai berikut :

1) Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai. Oleh karena itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan


(33)

commit to user

pembelajar diturunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari berbagai teori psikologi kognitif, bukan teori fisika kuantum.

2) Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, hewanistis, dan atau nativistis. Manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan piker, daya motivasi, dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal. Hadiah dan hukuman dipandang tidak ada karena semua usaha yang dilakukan manusia patut dihargai. Kesalahan dipandang sebagai gejala manusiawi. Ini semua menunjukkan bahwa keseluruhan yang ada pada manusia dilihat dalam perspektif humanistis.

3) Pembelajaran kuantum lebih bersifat kontruktivistis bukan positivistis-empiris, behavioristis. Karena itu, nuansa konstruktivisme dalam pembelajaran kuantum relative kuat. Malah dapat dikatakan di sini bahwa pembelajaran kuantum menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal dan memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran. Pembelajaran kuantum berupaya memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai kontek pembelajaran. Dalam pandangan pembelajaran kuantum, lingkungan fisikal dan mental dan kemampuan pikiran atau diri manusia sama-sama pentingnya dan saling mendukung. Karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulant yang seimbang agar pembelajaran berhasil baik.

4) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna. Dapat dikatakan bahwa interaksi telah menjadi kata kunci konsep sentral dalam pembelajaran kuantum. Karena itu pembelajaran kuantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna. Di sini proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan interaksi-interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi


(34)

commit to user

kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar. Interaksi yang tidak mampu mengubah energi menjadi cahaya harus dihindari, kalau perlu dibuang jauh dalam proses pembelajaran. Dalam kaitan inilah komunikasi menjadi sangat penting dalam pembelajaran kuantum.

5) Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Di sini pemercepatan pembelajaran diandaikan sebagai lompatan kuantum. Pendeknya, menurut pembelajaran kuantum, proses pembelajaran harus berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. untuk itu, segala hambatan dan halangan yang melambatkan proses pembelajaran harus disingkirkan, dihilangkan, atau dieliminasi. Di sini berbagai kiat, cara, dan teknik dapat dipergunakan, misalnya pencahayaan, iringan musik, suasana yang menyegarkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks dan sebagainya. Jadi, segala sesuatu yang menghalangi pemercepatan pembelajaran harus dihilangkan pada satu sisi dan pada sisi lain segala sesuatu yang mendukung pemercepatan pembelajaran harus diciptakan dan dikelola sebaik-baiknya.

6) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat, rileks, santai, dan menyenagnkan, sedang keartifisialan dan kepura-puraan menimbulkan suasana tegang kaku, dan membosankan. Di sinilah para perancang harus secara proaktif dan suportif untuk menciptakan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran.

7) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak bermakna dan tidak bermutu membuahkan kegagalan, dalam arti tujuan pembalajaran tidak tercapai. Sebab itu, segala upaya yang memungkinkan terwujudnya kebermaknaan dan kebermutuan pembelajaran harus dilakukan oleh pembelajar atau fasilitator. Dalam hubungannya inilah perlu


(35)

commit to user

dihadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman pembelajar perlu diakomodasi secara memadai. Untuk itu, dapat dilakukan upaya membawa dunia pembelajar ke dalam dunia pengajar pada satu pihak dan pada pihak lain menghantarkan dunia pengajar ke dalam dunia pembelajar. Hal ini perlu dilakukan secara seimbang.

8) Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang lentur, keterampilan untuk belajar, dan keterampilan hidup. Konteks dan isi ini tidak terpisahkan, saling mendukung, bagaikan sebuah orkestra yang memainkan simfoni. Pemisahan keduanya hanya akan membuahkan kegagalan pembelajaran. Kepaduan dan kesesuaian keduanya secara fungsional akan membuahkan keberhasilan pembelajaran yang tinggi; ibaratnya permainan simfoni yang sempurna yang dimainkan dalam sebuah orkestra.

9) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan [dalam] hidup, dan prestasi fisikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlakukan, dan dikelola secara seimbang dan relatif sama dalam proses pembelajaran, tidak bisa hanya salah satu di antaranya. Dikatakan demikian karena pembelajaran yang berhasil bukan hanya terbentuknya keterampilan akademis dan prestasi fisikal pembelajar, namun lebih penting lagi adalah terbentuknya keterampilan hidup pembelajar. Untuk itu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat terwujud kombinasi harmonis antara keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal.

10)Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu, proses pembelajaran kurang bermakna. Untuk itu, pembelajar harus memiliki nilai dan keyakinan tertentu yang positif dalam proses pembelajaran. Di samping


(36)

commit to user

itu, proses pembelajaran hendaknya menanamkan nilai dan keyakinan positif dalam diri pembelajar. Nilai dan keyakinan negatif akan membuahkan kegagalan proses pembelajaran. Misalnya, pembelajar perlu memiliki keyakinan bahwa kesalahan atau kegagalan merupakan tanda telah belajar; kesalahan atau kegagalan bukan tanda bodoh atau akhir segalanya. Dalam proses pembelajaran dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah (punishment dan reward) tidak diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai. Nilai dan keyakinan positif seperti ini perlu terus-menerus dikembangkan dan dimantapkan. Makin kuat dan mantap nilai dan keyakinan positif yang dimiliki oleh pembelajar, kemungkinan berhasil dalam pembelajaran akan makin tinggi. Dikatakan demikian sebab “Nilai-nilai ini menjadi kacamata yang dengannya kita memandang dunia. Kita mengevaluasi, menetapkan prioritas, menilai, dan bertingkah laku berdasarkan cara kita memandang kehidupan melalui kacamata ini.

11) Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat dikatakan sebagai kata kunci selain interaksi. Karena itu, dalam pembelajaran kuantum berkembang ucapan: Selamat datang keberagaman dan kebebasan, selamat tinggal keseragaman dan ketertiban!. Di sinilah perlunya diakui keragaman gaya belajar siswa atau pembelajar, dikembangkannya aktivitas-aktivitas pembelajar yang beragam, dan digunakannya bermacam-macam kiat dan metode pembelajaran. Pada sisi lain perlu disingkirkan penyeragaman gaya belajar pembelajar, aktivitas pembelajaran di kelas, dan penggunaan kiat dan metode pembelajaran.

12) Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat

pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal ( Sugiyanto, 2009 : 73).


(37)

commit to user

Ada empat ciri yang cukup menonjol pada pembelajaran kuantum diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Adanya unsur demokrasi dalam pengajaran. Hal ini terlihat sekali dalam penerapan quantum teaching terdapat unsur kesempatan yang luas kapada seluruh siswa untuk terlibat aktif dan partisipasi dalam tahapan-tahapan kajian terhadap suatu mata pelajaran. Tidak ada rasa diskriminatif dan membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Tentu ini sangat membantu sekali dalam pembelajaran bagi siswa karena mereka memiliki peluang dan waktu yang sama dalam proses pengajaran. Sebagai akibat dari ciri yang pertama, maka memungkinkan tergali dan terekspresikannya seluruh potensi dan bakat yang terdapat pada diri si anak.

2) Adanya kepuasan pada diri si anak. Hal ini sangat terlihat dari adanya pengakuan terhadap temuan dan kemampuan yang ditunjukkan oleh si anak sehingga secara proporsional anak akan mampu memahami dan mengerti apa yang telah disampaikan dengan cepat tanpa adanya hambatan yang besar. Karena di dalam proses ini si anak akan mampu mencurahkan dan mempelajari apapun sesuai dengan keinginannya dan mereka tidak merasa ada unsur paksaan sehingga akan semakin menambah kepuasan siswa dalam pengajaran dan menambah semangat.

3) Adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarakan. Hal ini terlihat dari adanya pengulangan terhadap sesuatu yang sudah dikuasai si anak, sehingga seandainya ada materi yang kurang begitu paham, maka dengan sendirinya si anak akan paham karena materi yang diberikan memungkinkan untuk diulang agar kesemuanya mampu untuk diserap.

4) Adanya unsur kemampuan pada seorang guru dalam merumuskan temuan yang dihasilkan si anak, dalam bentuk konsep, teori, kodel, dan sebagainya. Ini sangat penting karena antara guru dan anak didik akan mampu terjalin ikatan emosional yang begitu kuat antara keduanya. Dengan demikian maka akan menjadikan belajar semakin menggembirakan dan enjoy dalam menjalankannya (Miftahul A’la, 2010: 41).


(38)

commit to user c. Prinsip Utama Pembelajaran Kuantum

Pembelajaran kuantum memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap. Serupa dengan asas utama, bawalah dunia mereka ke dunia kita, antarkan dunia kita ke dunia mereka, prinsip-prinsip ini mempengaruhi seluruh aspek pembelajaran kuantum. Prinsip-prinsip tersebut adalah :

1) Segalanya Berbicara

Segalanya dari lingkungann kelas hingga bahasa tubuh seorang guru, kertas yang guru bagikan hingga rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar.

2) Segalanya Bertujuan

Semua yang terjadi pembelajaran memiliki tujuan. Apa yang disusun dalam pelajaran yang akan diberikan kepada siswa harus mempunyai tujuan dan batasan yang jelas. Hal ini dimaksudkan agar dalam melaksanakam pembelajaran tidak keluar dari tujuan utama. Guru dan peserta didik harus menyadari bahwa kegiatan dalam pembelajaran selalu bertujuan.

3) Pengalaman sebelum Pemberian Nama

Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.

4) Akui Setiap Usaha

Belajar mengandung risiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Rasa percaya diri dibutuhkan dalam rangka proses pembelajaran yang lebih kondusif dalam dunia pendidikan. Tanpa adanya rasa percaya diri peserta didik akan merasa gemetar dan sudah tidak stabil kondisi psikologisnya. Hal ini tentu akan menghambat jalannya proses pembelajaran.

5) Jika Layak Dipelajari maka Layak pula Dirayakan

Segala sesuatu yang layak dipelajari sudah pasti layak pula untuk dirayakan keberhasilannya. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan


(39)

commit to user

dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.

Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus berdampak pada terbentuknya keunggulan. Ada delapan prinsip keunggulan dalam pembelajaran kuantum, yaitu :

1) Terapkan hidup dalam integritas

Dalam pembelajaran bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir ketika nilai-nilai dan perilaku kita menyatu. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar yang pada gilirannya mencapai tujuan belajar.

2) Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan

Dalam pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan atau kegagalan dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut sehingga kita dapat berhasil. Kegagalan janganlah membuat cemas terus menerus dan diberi hukuman karena kegagalan adalah tanda bahwa seseorang telah belajar.

3) Berbicaralah dengan niat baik

Dalam pembelajaran, perlu dikembangkan keterampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung. Niat baik berbicara dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar peserta didik.

4) Hidup di saat ini

Pusatkan perhatian kita pada saat sekarang ini dan manfaatkan waktu sebaik mungkin. Kerjakan setiap tugas dengan sebaik-baiknya.

5) Tegaskanlah komitmen

Dalam pembelajaran, baik guru maupun peserta didik harus mengikuti tujuan dan kegiatan pembelajaran tanpa ragu-ragu, tetap pada langkah-langkah yang telah ditetapkan. Untuk itu mereka perlu melakukan apa saja untuk menyelesaikan pekerjaan.


(40)

commit to user 6) Tanggung jawab

Dalam pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab tidak mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu. Karena itu, guru dan peserta didik harus bertanggung jawab atas apa yang menjadi tugas mereka.

7) Sikap luwes

Dalam pembelajaran, pertahankan kemampuan untuk mengubah yang sedang dilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Seorang guru harus pandai-pandai dalam membaca dan mengubah lingkungan dan suasana jika diperlukan demi keberhasilan peserta didiknya.

8) Pertahankanlah keseimbangan

Dalam pembelajaran, pertahankanlah jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satu kesatuan dan keseimbangan agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal.

d. Kelebihan Model Pembelajaran Kuantum

Kelebihan model pembelaran kuantum antara lain :

1) Siswa dapat belajar dari mana saja, tidak terbatas hanya bersumber dari buku atau penjelasan dari guru sehingga memudahkan siswa dalam mengembangkan potensinya.

2) Membentuk siswa yang aktif, karena dengan metode ini siswa bukan hanya sebagai objek yang hanya menerima melainkan juga sebagai pelaku dalam proses pembelajaran sehingga dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar.

3) Dapat mempercepat pemahaman siswa karena siswa mengalami apa yang dipelajari secara langsung.

4) Menumbuhkan semangat siswa untuk belajar, dalam metode ini keberhasilan yang telah dicapai siswa dirayakan sebagai bentuk penghargaan.


(41)

commit to user e. Kelemahan Model Pembelajaran Kuantum

1) Sulit membentuk suasana yang menyenangkan untuk melaksanakan proses pembelajaran, karena adanya faktor-faktor yang mungkin kurang mendukung baik dari lingkungan sekolah maupun lingkungan di sekitar sekolah.

2) Membutuhkan waktu yang relatif lama dalam menerapkan model pembelajaran kuantum.

3) Tidak semua mata pelajaran cocok menggunakan model pembelajaran kuantum.

4) Tidak semua siswa cocok diberikan model pembelajan kuantum terutama bagi siswa yang lambat, karena siwa tersebut tidak akan mampu memanfatkan segala hal sebagai sumber belajar.

f. Kerangka Perancangan Pembelajaran Kuantum

Pada dasarnya dalam pelaksanaan komponen rancangan pembelajaran kuantum, dikenal dengan singkatan “ TANDUR”yang merupakan kepanjangan dari : Tumbuhkan, Alami, Namai, Demontrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Unsur-unsur tersebut membentuk basis struktural keseluruhan yang melandasi pembelajaran kuantum. Menurut Sugiyono (2009: 83) menyatakan bahwa kerangka TANDUR dapat membawa siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pembelajaran apapun mata pelajaran, tingkat kelas dengan beragam budaya, jika para guru benar-benar menggunakan prinsip-prinsip atau nilai-nilai pembelajaran kuantum. Kerangka ini juga memastikan mereka mengalami pembelajaran, berlatih, dan menjadikan isi pelajaran nyata begi mereka sendiri, dan akhirnya dapat mencapai kesuksesan belajar.


(42)

commit to user

Rancangan pembelajaran Kuantum dapat dilihat pada Tabel I sebagai berikut :

Tabel I. Rancangan Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Berbasis Kuantum

No Rancangan Penerapan dalam Pembelajaran Matematika

Kuantum Operasi Hitung Bilangan Bulat Keterangan 1 Tumbuhkan Tumbuhkan mengandung makna bahwa pada

awal kegiatan pembelajaran pengajar harus

berusaha menumbuhkan atau

mengembangkan minat siswa dalam belajar. Dengan tumbuhnya minat, siswa akan sadar manfaatnya kegiatan pembelajaran bagi dirinya atau bagi kehidupannya. Pada tahap ini pengajar menyampaikan tujuan pembelajaran kepada peserta didik dengan cara bercerita. Pengajar mengajak siswa untuk menyanyikan lagu tentang bilangan bulat kemudian memberikan kartu bilangan bulat kepada peserta didik. Setiap siswa mendapat bilangan bulat yang berbeda.

T

2 Alami Alami mengandung makna bahwa proses pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa mengalami secara langsung atau nyata materi yang diajarkan. Pengalaman dapat menciptakan ikatan emosional, menciptakan peluang untuk pemberian makna dan pengalaman membangun keingintahuan siswa. Setelah semua peserta didik menerima kartu bilangan,guru meminta siswa untuk membaca lambang bilangan yang tertulis.


(43)

commit to user

Peserta didik juga diminta untuk mengerjakan soal operasi hitung menggunakan nomograf secara mandiri.

3 Namai Namai mengandung makna bahwa penamaan adalah saatnya untuk mengajarkan konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar. Penamaan mampu memuaskan hasrat alami otak untuk memberi identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan. Dalam tahap ini peserta didik mengidentifikasi jenis bilangan bulat yang mereka peroleh. Peserta didik juga diminta untuk mengemukakan hasil atau jawaban dari pengerjaan soal operasi hitung bilangan bulat.

N

4 Demontrasi Demontrasi mengandung makna bahwa memberi peluang pada siswa untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran lain atau ke dalam kehidupan mereka. Kegiatan ini akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peserta didik mengerjakan soal operasi hitung bilangan bulat menggunakan media nomograf. Selain itu, peserta didik juga harus menjelaskan penggunaan nomograf untuk memecahkan soal operasi hitung bilangan bulat

D

5 Ulangi Ulangi mengandung makna bahwa proses pengulangan dalam kegiatan pembelajaran dapat memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa tahu atau yakin terhadap kemampuan siswa. Setelah peserta didik


(44)

commit to user

mendemonstrasikan penggunaan nomograf, mereka mengerjakan beberapa soal tentang operasi hitung bilangan bulat menggunakan nomograf.

6 Rayakan Rayakan mengandung makna bahwa pemberian penghormatan pada siswa atas usaha, ketekunan, dan kesehatan. Dengan kata lain perayaan berarti pemberian umpan balik yang positif pada siswa atas keberhasilannya, baik berupa pujian, pemberian hadiah atau bentuk lainnya. Umpan balik sangat penting artinya bagi proses penguatan terhadap prestasi yang telah dicapai siswa. Hal ini berarti bahwa perayaan akan dapat memperkuat proses belajar selanjutnya. Setelah siswa selesai mengerjakan soal, pendidik mengajak siswa untuk bertepuk tangan secara serentak. Pendidik juga memberikan pujian untuk peserta didik.

R

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu pada penelitian yang telah ada sebelumnya, yaitu :

Noor Isna Izzati ( 2009 ) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Pembelajaran Kuantum pada Siswa Kelas IV SD Negeri Banyuputih 04 Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2008/2009. Persamaan antara penelitian ini dan penelitian penulis adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran kuantum. Perbedaannya adalah dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah peningkatan hasil belajar IPA, sedangkan pada penelitian penulis variabel bebasnya peningkatan kemampuan operasi hitung bilangan bulat.


(45)

commit to user

Betty Beliya Anggraheni ( 2010 ) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menghitung Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Media Manik-manik Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Balangan Teras Boyolali tahun Pelajaran 2009 / 2010. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan media manik-manik dapat meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan. Kedua penelitian ini memiliki persamaan pada variabel bebasnya, yaitu bilangan bulat. Sedangkan perbedaannya, pada penelitian ini menggunakan media manik-manik dan pada penelitian peneliti menggunakan model pembelajaran kuantum.

C. Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo mengalami kesulitan dalam menyelesaikan operasi hitung bilangan bulat, terbukti dari 65% siswa memperoleh nilai dibawah KKM yaitu 63 yang ditentukan dari sekolah. Hal ini terjadi karena guru masih menggunakan model-model pembelajaran konvensional serta kurang menarik dalam membawakan materi yang akan disampaikan kepada siswa sehingga membuat mereka jenuh ketika mengikuti pelajaran.

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran kuantum. Tindakan ini dilakukan selama dua siklus. Siklus I mempelajari bilangan bulat dengan angka yang kecil dan menggunakan alat peraga garis bilangan. Sedangkan pada siklus II mempelajari bilangan bulat dengan angka yang lebih besar menggunakan alat peraga nomograf.

Dengan tindakan tersebut diduga melalui model pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat kelas IV SDN II Ngadirojo tahun pelajaran 2010/2011.


(46)

commit to user

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Bagan Gambar I sebagai berikut:

Gambar 1: Bagan Kerangka Berpikir Guru belum menggunakan

model Pembelajaran kuantum, masih menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran matematika kelas IV SDN II

Ngadirojo.

Kemampuan Operasi hitung bilangan bulat kelas IV masih rendah.

Kondisi Awal

Dalam pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran kuantum pada pembelajaran

matematika kelas IV SDN II Ngadirojo.

Siklus I

Mempelajari bilangan

bulat denga angka yang kecil dan menggunakan alat peraga garis

bilangan.

Tindakan

Siklus II

Mempelajari bilangan bulat dengan angka yang lebih besar dan

menggunakan alat peraga nomograf. Kondisi Akhir

Diduga melalui model pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat kelas IV SDN II Ngadirojo


(47)

commit to user

D. Pengajuan Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, dapat diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan model pembelajaran kuantum dengan media nomograf dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo kabupaten Wonogiri.


(48)

commit to user BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 2 Ngadirojo Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri. Alasan memilih tempat penelitian adalah sebagai berikut :

a. Kemampuan hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV kurang.

b. Peneliti ingin mempercepat kemampuan hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Ngadirojo.

c. Tempatnya mudah dijangkau sehingga memudahkan peneliti dalam memperoleh data.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011 selama 5 bulan dari bulan Januari sampai Mei. Adapun rincian kegiatan dalam penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 94.

B. Subjek Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Ngadirojo yaitu sebanyak 39 Siswa terdiri dari 24 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Sedangkan objek penelitiannya adalah kemampuan operasi hitung pada materi pokok bilangan bulat.

C. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif karena data yang akan diperoleh adalah data langsung tercatat dari hasil kegiatan di lapangan. Sedangkan jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK).

2. Strategi Penelitian

Adapun penelitian tindakan kelas ini menggambarkan serangkaian langkah


(49)

commit to user

yang membentuk spiral refleksi diri yang dimulai dari rencana, tindakan, pengamatan, refleksi. Perencanaan kembali merupakan dasar untuk pemecahan masalah. Tahap perencanaan berisi rencana pembelajaran yang disiapkan sebelum pelaksanaan tindakan. Tahap tindakan merupakan implementasi dari perencanaan. Tahap pengamatan, peneliti melakukan observasi terhadap perilaku siswa dalam pembelajaran. Pada tahap refleksi peneliti mengadakan evaluasi dan analisa terhadap hasil observasi, hasil wawancara, dan hasil kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN II Ngadirojo. Berdasarkan hasil refleksi ini dapat diketahui kelemahan dan kelebihan pembelajaran sehingga dapat dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya.

D. Sumber Data

Keberhasilan suatu penelitian didukung oleh sumber data. Suharsini Arikunto (2006:129) “ sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data diperoleh”. Data atau informan yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini sebagian besar adalah data kualitatif, hasil wawancara, dan kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar. Informan tersebut akan digali dari sumber data yang beragam. Sumber dan jenis data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi :

1. Guru kelas IV SD Negeri 2 Ngadirojo. 2. Siswa kelas IV SD Negeri 2 Ngadirojo. 3. Arsip nilai ulangan harian.

4. Buku ulangan harian kelas IV SD Negeri 2 Ngadirojo.

5. Foto tentang kegiatan pembelajaran sebelum diadakan tindakan dan pada saat kegiatan penelitian tindakan kelas dilakukan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2009: 224) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dari uraian di atas teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti antara lain :


(50)

commit to user 1. Observasi

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis observasi terus terang dimana dalam melakukan pengumpulan data mengatakan terus terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui dari awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Hal-hal yang diobservasi antara lain aktivitas siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo dan keterampilan guru saat pembelajaran operasi hitung bilangan bulat menggunakan model pembelajaran kuantum. Yang menjadi observer dalam penelitian ini adalah guru wali kelas IV SD Negeri II Ngadirojo. pada saat dilakukan penelitian pada tanggal Observasi dilakukan pada tanggal 28 Februari 2011, 2 Maret 2011, 7 Maret 2011, 9 Maret 2011, 15 Maret 2011, dan 17 Maret 2011.

2. Tes

Tes adalah serentetan pernyataan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes ini peneliti gunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal berhitung bilangan bulat. Tes ini diberikan kepada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo pada saat penelitian dilakukan.

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2009: 240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Data yang diambil peneliti berasal dari daftar nilai dan analisis ulangan siswa kelas IV SD Negeri 2 Ngadirojo. Dokumen ini diperoleh pada saat dilakukan penelitian.

4. Wawancara atau Interview

Interview sebagai berikut “ a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan wali kelas IV SD Negeri


(51)

commit to user

Ngadirojo. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 25 Februari 2011 (sebelum penelitian dilakukan) dan 18 Maret 2011 (setelah tindakan penelitian dilakukan).

F. Validitas Data

Menurut Sugiyono (2009: 267) validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antar data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Ketepatan data tersebut tidak hanya bergantung pada ketepatan memilih sumber data dan teknik pengumpulannya, tetapi juga diperlukan teknik pengembangan validitas datanya.

Untuk menjamin dan mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan :

1. Validitas isi

Validitas isi digunakan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai materi pelajaran yang disampaikan. Validitas isi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyusun kisi-kisi soal yang sesuai dengan kemampuan yang akan diukur.

2. Triangulasi Metode

Triangulasi metode adalah pengumpulan data sejenis dengan metode pengumpulan data yang berbeda. Data – data diperoleh melalui metode pengumpulan data yang berbeda, hasilnya dibandingkan selannjutnya diambil data yang paling kuat validitasnya. Misalnya, peneliti akan mengumpulkan data tentang kemampuan operasi hitung bilangan bulat kelas IV SDN II Ngadirojo, selain menggunakan metode wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri II Ngadirojo peneliti juga menggunakan metode observasi untuk memperoleh data yang diperlukan.

G. Analisis Data


(52)

commit to user

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Menurut Sugiyono (2009: 244) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri ataupun orang lain.

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2009: 246) mangemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Model analisis interaktif ini mempunyai tiga komponen pokok yaitu, reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan atau verifikasi. Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus.

1. Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Kegiatan reduksi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengetahui kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo. Kemudian melakukan analisis awal, jika data yang diperoleh sudah cukup.

2. Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan. Dalam pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid. Dalam tahap ini


(1)

commit to user

Dari data pada Tabel 11 dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Nilai terendah yang diperoleh siswa sebelum tindakan adalah 10, pada siklus pertama naik menjadi 50, dan pada siklus kedua naik lagi manjadi 60.

2) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa sebelum tindakan adalah 90, pada siklus I 90, dan pada siklus II naik menjadi 100.

3) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan. Sebelum tindakan sebesar 54, siklus pertama naik menjadi 71, dan siklus kedua naik lagi menjadi 87.

4) Untuk siswa tuntas belajar (nilai kriteria ketuntasan minimal 60) sebelum tindakan 40 %. Pada siklus pertama meningkat menjadi 87 %, dan pada siklus kedua semua siswa sudah mencapai ketuntasan belajar (100%).

Hasil wawancara (Lampiran 8 halaman 144) setelah diterapkannya model pembelajaran kuantum menyimpulkan bahwa setelah di terapkan model pembelajaran kuantum siswa menjadi lebih aktif dan terlihat senang saat mengikuti pembelajaran. Mereka juga menggunakan sendiri media yang disiapkan oleh guru sehingga dapat mudah dalam memahami materi yang disampaikan. Kemampuan siswa dalam operasi hitung bilangan bulat dapat meningkat, hal ini dapat dilihat dar nilai yang diperoleh siswa meningkat. Meskipun ada beberapa kendala antara lain beberapa siswa masih ramai dan ada siswa yang mengganggu temannya saat pembelajaran.


(2)

commit to user BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan model pembelajaran kuantum pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo tahun pelajaran 2010/2011. Pembelajaran yang dilakukan adalah tentang operasi hitung bilangan bulat dapat diambil kesimpulan bahwa melalui model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas yaitu sebelum tindakan sebesar 54, siklus pertama naik menjadi 71, dan siklus kedua naik menjadi 87. Untuk untuk siswa tuntas belajar (kriteria ketuntasan minimal 60) sebelum tindakan 40 %, tes siklus pertama meningkat menjadi 87 %, dan pada siklus kedua seluruh siswa mencapai ketuntasan belajar.

B. Implikasi

Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran kuantum dalam pelaksanaan pembelajaran matematika. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah model siklus. Prosedur penelitiannya terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan. Dalam setiap pelaksanaan siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat dalam mata pelajaran matematika baik secara teoretis maupun secara praktis.

1. Implikasi Teoretis

Hasil penelitian ini memperkuat teori yang menyatakan bahwa pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa berlangsung


(3)

commit to user

lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal. Sehingga pada pembelajaran matematika, selain menggunakan pikirannya siswa juga dituntun untuk menggunakan sendiri media nomograf yang dapat mempermudah pemahaman siswa.

Implikasi teoretis dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran kuantum dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran bagi guru dalam menyampaikan materi operasi hitung bilangan bulat untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa.

2. Implikasi Praktis

Penelitian ini telah membuktikan bahwa model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo tahun pelajaran 2010/2011.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehubungan dengan kemampuan siswa yang akan dicapai. Kemampuan operasi hitung siswa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kuantum.

Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang sejenis. Di samping itu, perlu diadakan penelitian lanjut untuk mempertahankan atau meningkatkan kemampuan operasi hitung siswa.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran kuantum pada siswa kelas IV SD Negeri II Ngadirojo tahun pelajaran 2010/2011, maka saran-saran yang dapat diberikan sebagai sumbangan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi siswa SD Negeri II Ngadirojo pada khususnya adalah sebagai berikut :

1. Bagi Sekolah

Hendaknya sekolah memberi masukan secara aktif untuk guru-guru agar selalu melaksanakan pembelajaran yang bersifat PAIKEM (pembelajaran aktif inovatif kreatif efektif dan menyenangkan) di kelas-kelas guna meningkatkan kualitas pembelajaran di Sekolah Dasar.


(4)

commit to user 2. Bagi Guru

a. Diharapkan guru menggunakan model pembelajaran kuantum sebagai alternatif model pembelajaran dalam mata pelajaran matematika.

b. Diharapkan guru menggunakan model pembelajaran kuantum untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV dan meningkatkan keterampilan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

c. Diharapkan guru menggunakan media yang sesuai dengan materi untuk mempermudah pemahaman siswa tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

3. Bagi Siswa

a. Hendaknya siswa kelas empat dapat lebih berperan aktif dalam pembelajaran, tidak enggan atau takut dalam mengemukakan pendapat sehingga terjadi interaksi yang baik antara guru dan siswa.

b. Supaya siswa kelas empat mencoba secara langsung untuk menggunakan media pembelajaran baik yang dibawakan oleh guru maupun yang dibawa siswa. Hal ini dilakukan agar pembelajaran lebih bermakna.

4. Bagi Peneliti

a. Diharapkan adanya tindak lanjut terhadap penelitian ini agar dapat selalu mengembangkan pembelajaran yang aktif dan inovatif.

b. Hendaknya peneliti mengadakan penelitian lain dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran.


(5)

commit to user DAFTAR PUSTAKA

A’la,Miftahul. 2010. Quantum Teaching. Yogyakarta: Diva Press.

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Aisyah, Nyimas. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas.

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya.

De Porter, Bobbi, Mark Reardon, Sarah Singer Nourie. 2000. Quantum Teaching. Diterjemahkan oleh Ary Nilansari. Bandung : Kaifa PT Mizan Pustaka.

De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2003. Quantum Learning. Diterjemahkan oleh Alwiyah Abdurrahman. Bandung : Kaifa PT Mizan Pustaka.

Eka. Novita. 2006. Meningkatkan Prestasi Belajar SiswaTentang Operasi Hitung Bilangan

Bulat Menggunakan Teori Brunner. Laporan Tugas Akhir. Universitas Negeri

Semarang.

Gipayana, Muhana. 2009. Materi Bidang Studi SD. Malang: Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 15.

Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara

Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Jihad, Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika. Yogyakarta: Multi Pressindo. Murray R. Spiegel. 1999. Matematika Dasar. Jakarta : Erlangga.

Riedesel, Schwartz and Clements. 1998. Teaching Elementary School. Boston: London. Soedjadi R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdiknas.

Sugiyanto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru


(6)

commit to user Rayon 13 FKIP UNS Surakarta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. Surtini, Sri, Sri Hadjo. Badjuri. 2003. Implementasi Problem bilangan Cacah Siswa Kelas IV

SD di Salatiga. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Terbuka.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1991. Jakarta : Balai Pustaka. KTSP SD/MI 2007

Pedoman Penulisan Skripsi.2009. FKIP UNS http://www.digilib.petra.ac.id/

http://www.akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/kemampuan-individu/ http://www.duniaguru.com


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (NHT) PADA SISWA KELAS IV A SD MUHAMMADIYAH WONOREJO POLOKARTO SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 7 234

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT DENGAN GARIS BILANGAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SIDOWAYAH KECAMATAN POLANHARJO KLATEN TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 5 87

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PEMBELAJARAN Peningkatan Hasil Belajar Matematika Tentang Operasi Hitung Bilangan Bulat Melalui Pembelajaran Kontekstual Di Kelas Iv SD Muhammadiyah 22 Sruni Surakarta Tah

0 2 10

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PEMBELAJARAN Peningkatan Hasil Belajar Matematika Tentang Operasi Hitung Bilangan Bulat Melalui Pembelajaran Kontekstual Di Kelas Iv SD Muhammadiyah 22 Sruni Surakarta Tah

0 1 16

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA KONKRET Peningkatan keaktifan belajar siswa dalam operasi hitung bilangan bulat melalui media konkret pada siswa kelas I SD Negeri Wungwung Tahun 2014/2015.

0 3 14

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA KONKRET Peningkatan keaktifan belajar siswa dalam operasi hitung bilangan bulat melalui media konkret pada siswa kelas I SD Negeri Wungwung Tahun 2014/2015.

0 2 14

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG OPERASI CAMPURAN BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 04 POPONGAN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 10 206

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT PADA Peningkatan Kemampuan Berhitung Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Pada Siswa Kelas IV SD Jatiyoso 1 Kec. Jatiyoso Kabupaten Kar

0 1 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Kemampuan Berhitung Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Pada Siswa Kelas IV SD Jatiyoso 1 Kec. Jatiyo

0 1 18

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 BOJONG KEC. WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 1 17