1
Joeniarko, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam pengembangannya mencakup tiga komponen utama : pengetahuan kewarganegaraan civic
knowledge, keterampilan
kewarganegaraan civic
skills dan
watak kewarganegaraan civic dispositions yang multidimensional. Namun sampai saat
ini proses pendidikan kewarganegaraan baru dapat mengembangkan komponen pengetahuan kewarganegaraan civic knowledge saja. Pembelajaran merupakan
bagian atau elemen yang memiliki peran yang sangat dominan untuk mewujudkan kualitas baik proses maupun lulusan output pendidikan, menurut
Sagala 2009:61 bahwa pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh pesera didik atau murid. Dan hal ini pun sangat tergantung pada guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dikelas. Hal ini senada dengan
apa yang dikemukakan oleh Muchith dibawah ini : Artinya pembelajaran sangat tergantung dari kemampuan guru dalam
mengemas proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan secara baik tepat akan memberikan kontribusi sangat dominan bagi siswa,
sebaliknya pembelajaran yang dilaksanakan cara yang tidak baik akan menyebabkan potensi siswa sulit dikembangkan atau diberdayakan
Muchith, 2008 : 1
Berdasarkan pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa, posisi guru memegang peranan penting untuk mengolah isi materi yang akan disampaikan
kepada siswa dikelas. Semakin berkualitas baik itu dari segi isi materi dan strategi yang digunakan oleh guru, maka akan semakin baik hasilnya bagi siswa.
Pendidikan sebagai salah satu langkah mencerdaskan kehidupan bangsa dan menimbulkan potensi anak didik sesuai dangan apa yang terdapat dalam UU
RI NO. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 1 dan 2 yakni :
Pasal 1 : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan ahlak, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pasal 2 : Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
UUD Negara RI Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
zaman.
Berdasarkan undang-undang diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang diselenggarakan tidak lain adalah untuk mengembangkan potensi peserta
didik kita sesuai dengan minat dan bakatnya. Kemudian menjadi peserta didik lebih terampil dan kepribadian serta memiliki spiritual yang baik kepada sang
penciptaNya. Pendidikan juga berlaku bagi seluruh warga tanpa terkecuali. Hal ini
selaras dengan apa yang dikemukakan oleh Crowly 1991 :169 bahwa “…all who
possess the status are equal respect to the right and duties with which the status is endowed
”. Dengan demikian bahwa warganegara mempunyai hak dan kewajiban
yang sama keberadaan dalam Negara. Siapapun berhak untuk mendapatkan pendidikan di Negara Indonesia ini. Dan juga “citizenship concern the rights and
duties of a member of a country ”, yakni sebagai warganegara tidak lupa untuk
memperhatikan hak dan kewajibannya. Menurut pandangan Srijanti et al. 2008:76 bahwa :
“Hak warganegara Indonesia terhadap Negara telah diatur dalam UUD 1945 dan aturan hukum
lainnya yang merupakan turunan dari hak-hak umum yang digariskan dalam UUD 1945. Hak warganegara ini adalah sesuatu yang dimiliki oleh warganegara dari
negaranya. Hak-hak warganegara yang diperoleh dari Negara seperti hak untuk hidup secara layak, dan aman, pelayanan, dan hal lain yang diatur dalam undang-
undang”.
Kemerdekaan mengemukakan pendapat juga merupakan salah satu hak yang dimiliki oleh warga Negara. Dan tentunya sebagai warganegara yang baik,
harus mampu mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab. Dimana kemerdekaan untuk mengemukakan pandapat tersbut telah diatur dalam
pasal 20, 28 Undang-Undang 1945, dan Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.
Pada dasarnya kemerdekaan itu mengandung makna kebebasan, yaitu bebas melakukan apa saja namun tidak seenaknya. Kebebasan tersebut
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Begitu pula dalam hal mengemukakan pendapat. Setiap orang bebas
berpendapat tentang apa saja, tetapi kemerdekaan mengemukakan pendapat
adalah hak yang dimiliki oleh setiap warganegara untuk menyampaikan pikiran secara lisan, tulisan, dan sebagainya dengan penuh tanggung jawab sesuai
peraturan-perundang-undangan yang berlaku. Kebebasan yang dilakukan tanpa batas dan tanpa aturan akan
mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain. Misalnya, seseorang yang mengemukakan pendapat di muka umum dengan cara menjelek-jelekan
kepribadian orang lain, menggunakan kata-kata yang tidak senonoh tentu akan menyakiti hati orang lain. Apalagi kalau kebebasan mengeluarkan pendapat
dilakukan dengan tindakan anarki, seperti perusakan dan tindakan yang bisa menimbulkan kemarahan orang lain.
Warganegara juga mempunyai kewajiban terhadap Negara selain kewajiban terhadap masyarakat yang ditetapkan dengan undang-undang seperti
kewajiban untuk membela Negara, menaati undang-undang, dan sebagainya. Keterampilan kewarganegaraan civic skills merupakan keterampilan
yang dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan, agar pengetahuan yang diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan dalam
menghadapi masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. Civic skills mencakup intellectual skills keterampilan intektual dan participation skills
keterampilan partisipasi. Keterampilan intelektual yang terpenting bagi terbentuknya warganegara yang berwawasan luas, efektif, dan bertanggung jawab
antara lain adalah keterampilan berpikir kritis. The National Standard for Civic and Government dan The Civics Framework for 1988 National Assessment of
Educational Progress NAEP menegaskan bahwa keterampilan berpikir kritis meliputi
keterampilan mengidentifikasi,
menggambarkanmendeskripsikan, menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi, menentukan dan mempertahankan
pendapat yang berkenan dengan
masalah-masalah publik. Sedangkan keterampilan partisipasi meliputi keterampilan beriteraksi, memantau, dan
mempengaruhi. Komalasari Budimansyah 2008:84-85 Dimensi keterampilan kewarganegaraan Civic Skills ini dikembangkan
dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berperan serta secara efektif dalam masyarakat, pengalaman berperan serta
yang dirancang untuk memperkuat kesadaran berkemampuan dan berprestasi unggul dari siswa, dan mengembangkan pengertian tentang pentingnya peran serta
aktif warganegara. Untuk dapat berperan secara aktif tersebut diperlukan pengetahuan tentang konsep fundamental, sejarah, isu dan peristiwa aktual, dan
fakta yang berkaitan dengan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan itu secara kontektual, dan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan watak dari
warganegara Quigley, dkk, 1991:39. Selanjutnya center for civic education, dalam Setiawan 2009:135-136
menjelaskan bahwa pengembangan keterampilan kewarganegaraan dalam praktek pembelajaran kewarganegaraan dijabarkan sebagai berikut:
Keterampilan intelektual meliputi, mengidentifikasi, menggambarkan, menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi, mengambil pendapat atau posisi dan
mempertahankan pendapat atau posisi. Sedangkan keterampilan partisipasi
meliputi, berintaraksi terhadap objek yang berkaitan dengan masalah-masalah publik, memantau atau memonitor masalah politik dan pemerintahan terutama
dalam penanganan persoalan-persoalan publik, mempengaruhi proses politik, pemerintah baik secara formal maupun informal
Menurut pandang Bently dalam Mujahidin, 2009:7, untuk mewujudkan pendidikan yang baik, perlu diterapkan prinsip pendidikan barbasis luas yang
tidak hanya berorientasi pada bidang akademik atau vokasional semata, tetapi juga memberikan bekal learning how to learn sekaligus learning how to unlearn, tidak
hanya belajar teori, tetapi juga mempraktekkannya untuk memecahkan problema kehidupan sehari-hari, pendidikan yang mengintregasikan empat pilar pendidikan
yang diajukan oleh UNESCO, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together.
Pengajaran dan pendidikan adalah dua hal yang berbeda. Sementara kita lebih menitik beratkan pengajaran sehingga menyampingkan pendidikan. Proses
pengajaran yang menitik beratkan pada aspek kognitif dan kemampuan teknis semata justru akan melahirkan manusia tukang atau bukan seorang pemimpin
yang kaya dengan inovasi serta memiliki komitmen sosial yang kuat, pembelajaran yang bersifat demoktratis, harus memiliki tujuan menghasilkan
lulusan yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan mampu mempengaruhi pengambilan keputusan kebijakan publik. Dengan kata lain,
pembelajaran harus mampu menanamkan kesadaran dan membekali berperan sebagai warga dalam masyarakat yang demokratis.
Kenyataan yang ditemui sehari-hari dikelas ialah bahwa sering kali guru melaksanakan pembelajaran secara tidak efektif. Guru menyajikan pembelajaran
yang bertopang pada konsep yang abstrak yang sulit diterima secara utuh dan mendalam. Pemahaman siswa hanya terbatas pada konsep yang abstrak dan sulit
diterima siswa secara utuh dan mendalam. Pemahaman siswa hanya terbatas pada konsep yang diajarkan dan lebih banyak sebagai sesuatu yang diingat dan tidak
terapresiasi secara mendalam, serta kurang mampu mengkomunikasikannya. Agar siswa bisa belajar lebih aktif, guru harus memunculkan strategi yang
tepat dalam memotivasi siswa. Guru harus memfasilitasi siswa agar siswa mendapat informasi yang bermakna, supaya memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri. Menurut Budimansyah 2009 : 23, bahwa fokus perhatian dari project citizen ini adalah
mengembangkan civic knowledge pengetahuan kewarganegaraan, civic competence kompetensi kewarganegaraan civic confidence kepercayaan diri
kewarganegaraan, civic commitment komitmen kewarganegaraan, civic kompetense kompetensi kewarganegaraan yang bermuara pada berkembangnya
“well-informed, reasoned, and responsible decision making kemampuan mengambil keputusan berwawasan, bernalar, dan bertanggung jawab. Dengan
demikian dalam menggunakan project citizen, dapat lebih memotivasi belajar siswa.
Lebih lanjut
Budimansyah 2008:
184, selain
pengetahuan kewarganegaraan, project citizen bertujuan untuk membantu perkembangan
berbagai keterampilankewarganegaraan yang penting bagi kewarganegaraan
demokrasi. Berbagai aspek dari program tersebut dan interaksi siswa dengan teman sekelas mereka, perwakilan pemerintah, dan organisasi non pemerintah
pada waktu
penelitian yang
intensif mengenai
masalah masyarakat
memungkinkan para siswa memiliki banyak kesempatan untuk menerapkan keterampilan intelektual dan keterampilan partisipasi. Kemudian, melalui
keikutsertaan mereka dalam project citizen, para siswa memiliki satu kesempatan untuk mengembangkan berbagai watak kewarganegaraan dari masyarakat yang
demokratis seperti arti nilai politik, kepentingan politik, komitmen terhadap pelaksanaan hak kewarganegaraan yang demokratis, komitmen terhadap tanggung
jawab kewarganegaraan,
komitmen terhadap
konstitusionalisme, dan
kecenderungan untuk berpartisipasi. Ciri-ciri pembawaan ini, yang dapat dikembangkan melalui project citizen, mendorong partisipasi yang bertanggung
jawab dan efektif oleh warganegara dalam demokrasi yang mereka jalankan. Guna membangun masyarakat yang demokratis diperlukan pendidikan
agar warganya dapat berpikir kritis dan memahami permasalahan yang ada. Dengan demikian civic education akan menghasilkan suatu pendidikan yang
demokratis dengan melahirkan generasi masa depan yang cerdas, terbuka, mandiri dan demokratis.
Dalam civic education juga didalamnya mengembangkan tiga komponen utama:
pengetahuan kewarganegaraan
civic knowledge,
keterampilankewarganegaraan civic skills, dan watak-watak kewarganegaraan civic dispositions. Civic education memberdayakan warganegara untuk dapat
membuat pilihan yang bijak dan penuh kesadaran dari berbagai alternatif yang
ditawarkan, memberikan pengalaman-pengalaman dan pemahaman yang dapat memupuk berkembangnya komitmen yang benar terhadap nilai-nilai dan prinsip
yang memberdayakan sebuah masyarakat bebas untuk tetap bertahan. Civic education bukan hanya meningkatkan partisipasi warganegara, tetapi juga
menanamkan partisipasi yang berkompeten dan bertanggung jawab dan kompeten harus didasarkan pada perenungan refleksi, pengetahuan dan tanggung jawab
moral. Civic education lebih dipentingkan karena menekankan pada : pertama,
civic education tidak hanya sekedar melayani kebutuhan-kebutuhan warga dalam memahami masalah-masalah sosial politik yang terjadi, tetapi lebih dari itu. Ia pun
memberikan informasi dan wawasan tentang berbagai hal menyangkut cara-cara penyelesaian masalah dalam konteks ini, civic education juga menjanjikan civic
knowledge yang tidak saja menawarkan solusi alternatif, tetapi juga sangat terbuka dengan kritik konstruktif. Kedua, civic education dirasakan sebagai sebuah
kebutuhan mendesak karena merupakan sebuah proses yang mempersiapkan partisipasi rakyat untuk terlibat secara aktif dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara secara demokratis.
B. Rumusan Masalah