2.1.7 Eigen Vector dan Eigen Value
Misalkan suatu matriks A yang berukuran maka vector
tidak nol pada dikatakan eigen vector dari A jika perkalaian matriks A dan vector
merupakan kelipatan skalar dari . Dengan kata lain, vektor eigen adalah suatu
vektor yang jika dikalikan dengan suatu matriks maka hasilnya adalah vektor itu sendiri dikali dengan suatu skalar yang disebut sebagai nilai eigen eigen value.
Dapat ditulis sebagai berikut:
2.1 Jika matriks A yang berukuran
terdapat n elemen yaitu yang akan dinilai secara perbandingan. Perbandingan berpasangan ini akan
dipresentasikan sama seperti pada tabel 2.1 yaitu bilamana
dengan merupakan vektor dari pembobotan semua elemen dan
sehingga untuk menyatakan intensitas kepentingan elemen
terhadap dapat ditulis dengan
atau . Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 2.3 yaitu matriks perbandingan berpasangan dengan nilai intensitas.
Tabel 2.3: Matriks Perbandingan Berpasangan dengan Nilai Intensitas
Apabila persamaan 2.1 ditulis secara lengkap maka matriksnya adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
2.2
Persamaan 2.1 dan 2.2 digunakan untuk mencari nilai bobot dari kriteria maupun alternatif dan yang merupakan langkah akhir dalam penyelesaian pada
metode Analytic Hierarchy Process AHP.
2.1.8 Uji Konsistensi
Uji konsistensi merupakan sala satu karakteristik metode AHP yang membedakannya dengan metode-metode pengambilan keputusan lainnya. Karena
pada metode AHP menggunakan input berdasarkan persepsi responden dengan syarat konsistensi mutlak.
Pengukuran konsistensi tersebut didasarkan atas eigen value maksimum. Rumus untuk mencari nilai indeks konsistensi adalah:
2.3
Keterangan: = Consistency Index
= Eigen value maksimum = Ordo matriks
Untuk batas ketidakkonsistenan yang telah ditetapka Thomas L. saaty ditentukan dengan menggunakan Consistency Ratio CR, yaitu perbandingan
Consistency Index CI dengan nilai Random Index RI
yang didapatkan dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National Laboratory kemudian dikembangkan
oleh Wharton School dan diperlihatkan seperti tabel 2.4.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 Random Index RI
Orde Matriks
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
RI 0,58
0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
Nilai ini bergantung pada ordo matriks n. Dengan demikian, Rasio Konsistensi dapat dirumuskan sebagai berikut:
2.4 Jika nilai CR matriks perbandingan berpasangan lebih kecil 10 maka
ketidakkonsistenan responden dapat diterima tetap apabila nilai CR lebih besar dari 10 maka ketidakkonsistenan responden ditolak dan perlu melakukan
perulangan data.
2.2 Produk dan Merek