Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang
Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
1993: 190. sebagai berikut: 1 pemrosesan satuan unityzing, dan 2 kategorisasi categoryzing, selanjutnya 3 penafsiran interpretation. Dua
kegiatan tersebut di atas poin 1 dan 2 berkenaan dengan identifikasi informasi dan pengorganisasian data hasil wawancara, observasi, dan studi
dokumentasi. Pemrosesan satuan unitisasi yaitu berupa kegiatan memberi kode yang mengidentifikasi unit informasi yang terpisah dari teks, dan 2
kategorisasi yaitu menyusun dan mengorganisasikan data berdasarkan persamaan makna. Selanjutnya dilakukan penafsiran, yaitu memberikan arti
secara signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian Patton, 1980: 268, dalam
Moleong, 1993: 103 Dalam proses menemukan tema, peneliti mengikuti tahapan-tahapan yang
dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor 1975: 82-85, dalam Moleong, 1993: 104-105 sebagai berikut: a membaca secara teliti catatan lapangan dari
observasi, b memberikan kode pada beberapa judul pembicaraan tertentu, c menyusun kode-kode tersebut ke dalam kelompok tertentu sebagai bakal
tema menurut tipologinya, d mengkaji kepustakaan yang ada kaitannya dengan masalah dan latar penelitian,
D. Sumber Data dan Lokasi Penelitian
Sumber informasidata utama dalam penelitian ini adalah guru beserta siswa tunagrahita sedang jenjang SDLB di SLB C Purnama Asih Kabupaten
Bandung Barat berjumlah tujuh siswa, yaitu: Ian M Fakhri IMF, Agustin AGS, Silma Dwi Zuliani SDZ, Annisa Al Zahra, AAZ, Mulyani MYN,
Eli S, Dhika ESD, dan Ario Suryo ARS. Unit analisisnya adalah proses pembelajaran kemandirian bina diri siswa tunagrahita sedang SDLB di SLB
C. Sumber datainforman terutama adalah guru dan siswa tunagrahita sedang. Sumber data untuk studi pendahuluan atau survey adalah guru-guru dari
beberapa SLB C di wilayah Jawa Barat berjumlah 15 orang meliputi: SLB C Purnama Asih Bandung, SLB C YPLB Hegar Asih Bandung, SLB C Sukapura
Bandung, SLB C Kasih Ibu Kopo, SLB C Ciamis, SLB C Plus Asih
Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang
Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Manunggal Bandung, SLB C Wathoniyah Cirebon, dan SLB C PGRI Ciawi Tasikmalaya, dan SLB C Bina Kasih Cianjur.
E. Penjelasan Istilah atau Konsep dan Instrumen Penelitian 1.
Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang jenjang SDLB
Merujuk kepada konsep ketunagrahitaan dan tujuan pendidikan sebagaimana diuraikan pada kajian teoretis, dapat ditarik pemahaman
bahwa kemandirian bagi siswa tunagrahita sedang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan kehidupan
sehari-hari dan
kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Oleh karena itu, program
pendidikan kemandirian siswa tunagrahita sedang adalah yang bersifat praktis-fungsional untuk hidup mandiri sekaligus sebagai kompetensi
yang harus dimiliki agar terampil melakukan aktivitas kehidupan sehari- hari untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri Activity of Daily Living
atau untuk menolong diri sendiri Self Help Skill. Untuk mencapai hal tersebut, implementasinya melalui program khusus pendidikan bina diri,
yang memiliki fungsi, tujuan, standar kompetensi kompetensi dasar sebagai berikut:
Fungsi pendidikan bina diri bagi siswa tunagrahita sedang yaitu: 1 menghantarkan peserta didik tunagrahita dalam melakukan bina diri untuk
dirinya sendiri, seperti merawat diri, mengurus diri, menolong diri, komunikasi dan adaptasi di lingkungan sesuai dengan kemampuannya, 2
mengaktualisasikan dan mengembangkan kemampuan peserta didik tunagrahita dalam melakukan bina diri untuk kebutuhan dirinya sendiri
sehingga mereka tidak membebani orang lain. Tujuannya yaitu agar siswa memiliki kemampuan: 1 mengenal cara-cara melakukan bina diri
merawat diri, mengurus diri, menolong diri, berkomunikasi dan beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dalam kehidupan
sehari-hari; 2 dapat melakukan sendiri kegiatan bina diri dalam hal merawat diri, mengurus diri, menolong diri, berkomunikasi dan adaptasi
Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang
Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menyesuaikan diri baik di keluarga, sekolah dan masyarakat. Dilihat dari standard kompetensi dan
kompetensi dasar program bina diri siswa tunagrahita sedang untuk jenjang sekolah dasar maupun sekolah menengah secara umum sama, meliputi aspek-
aspek: Merawat diri, mengurus diri, menjaga keselamatan diri, berkomunikasi dengan orang lain, dan terampil beradaptasi di
lingkungannya. 2.
Pembelajaran Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang
Pembelajarn kemandirian siswa tunagrahita sedang di SLB C secara khusus diimplementasikan melalui program khusus pendidikan bina diri
meliputi bidang-bidang keterampilan: mengurus, memelihara, merawat, membina dan menolong diri sendiri serta beradaptasi dalam
lingkungannya. Proses pembelajarannya dapat digambarkan sebagai berikut: dilaksanakan sesuai situasi dan kondisi, menggunakan pendekatan
individualisasi, lebih banyak berorientasi pada praktek langsung daripada penyampaian informasi, dilaksanakan setiap hari belajar dengan durasi
waktu yang disesuaikan dengan materi pokok yang terintegrasi dalam pelaksanaan mata pelajaran lainnya, serta penilaian mengacu kepada
analisis tugas yang dibuat guru berdasarkan materi pokok dan derajat ketunagrahitaan.
Mengingat hambatan yang dialami oleh siswa tunagrahita sedang SDLB dalam berbagai aspek perkembangan: kecerdasan, fungsi, mental,
sosial-emosional, dan organisme, sehingga berdampak diantaranya terhadap kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari untuk
memenuhi kebutuhan dirinya sendiri yang kurang optimal. Oleh karena itu, dalam konteks pendidikan siswa tunagrahita sedang guru atau
pembimbing memiliki peran sangat penting dan strategis dalam upaya memfasilitasi perolehan perilaku keterampilan baru dalam melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Hal ini mengandung implikasi bahwa guru atau pembimbing seyogyanya
Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang
Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
memiliki kemampuan: 1 berperan sebagai model perilaku yang baik bagi para siswanya, 2 mengembangkan urutan dan tahapan
pembelajaran, 3 menerapkan aktivitas pengajaran dan membimbing aktivitas
pembelajaran siswa
dalam pembentukan
perilaku keterampilan baru, 4 memahami secara mendalam karakteristik
siswa terutama yang berkaitan dengan perbedaan individual, kesiapsediaan, dan keterampilan siswa untuk belajar bagaimana belajar
mengurus diri dalam kehidupan sehari-hari, 5 menata lingkungan belajar secara kondusif sehingga memberikan dukungan bagi proses
pembelajaran, dan membantu siswa dalam mengembangkan perilaku positif dan mengurangi atau mencegah perilaku negatif, 6
mengupayakan agar proses pembelajaran tidak terpisah dari lingkungan sosial dan kehidupan nyata, 7 menggunakan bahasa yang sesuai
dengan cara berpikir anak, 8 memberikan peluang agar anak belajar sesuai dengan tahapan perkembangannya, dan 10 memberikan
kesempatan kepada anak untuk saling berbicara atau berdiskusi dengan teman-temannya. Dengan kata lain, guru SLB C seyogyanya memiliki
kemampuan untuk memilih pendekatan, metode dan teknik atau strategi intervensi yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik kebutuhan
belajar siswa tunagrahita sedang, serta mampu mensinergikan antara pendekatan pengajaran dengan pendekatan psycho-education melalui
penerapan nilai-nilai atau prinsip-prinsip bimbingan berdasarkan pendekatan perilaku dalam pembelajaran kemandirian siswa.
3. Bimbingan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang berdasarkan
Pendekatan Perilaku
Secara umum tugas guru dalam pembelajaran berdasarkan pendekatan perilaku adalah menganalisis tingkah laku yang dinilai menyimpang
inappropriate, menganalisis hubungan antara tingkah laku dan peristiwa di lingkungannya, mengkonseptulisasikan perilaku yang sudah dipelajari
Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang
Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dan mengubah perilaku sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran. Tingkah laku menyimpang tersebut harus digambarkan secara jelas dan
terukur. Tugas guru atau pembimbing dalam bimbingan kemandirian siswa tunagrahita sedang berdasarkan pendekatan perilaku senantiasa terkait
dengan pengubahan perilaku behavior modification, yakni mencakup dua hal: 1 membentuk, membangun atau mempertahankan perilaku yang
sesuai, positif atau yang diinginkan, dan 2. mengurangi, mencegah atau menghilangkan perilaku yang tidak sesuai, negatif atau yang tidak
diinginkan. Modifikasi perilaku berdasar kepada asumsi sebagai berikut: 1. tingkah laku manusia dipengaruhi oleh lingkungannya dan atau akibat
dari perilaku itu sendiri consequences, 2 tingkah laku yang baik dan yang buruk adalah hasil belajar, 3 tingkah laku manusia dapat diubah
atau dimodifikasi dengan memberikan stimulus kepada lingkungannya. Lingkungan tersebut adalah segala sesuatu yang ada di sekitar siswa yang
dapat mempengaruhi perilakunya misalnya, guru, program pembelajaran, pendekatan dan metode atau teknik pembelajaran.
Berkaitan dengan hal ini, implikasinya adalah bahwa guru atau pembimbing seyogyanya memiliki kemampuan sebagai berikut: 1
merumuskan tujuan pembelajaran secara spesifikjelas yang mencakup condition, faktor penyebab antecedents, merumuskan bentuk perilaku
atau kegiatan secara operasional yang ditargetkan untuk dicapai anak, 2 melaksanakannya, yaitu menentukan apa yang akan dibimbingkan kepada
anak, dan 3 menentukan tolok ukur atau kriteria keberhasilan belajar atau bimbingan.
Dengan demikian, dapat ditarik pemahaman bahwa bimbingan berdasarkan pendekatan perilaku adalah layanan ahli dengan kepedulian
guru atau pembimbing terhadap perilaku yang dapat diamati sebagai tolak ukur keberhasilan belajar atau bimbingan, yaitu berupa perubahan perilaku
khusus atau perilaku social yang bermakna dalam kehidupan sehari-hari. Bimbingan kemandirian berdasarkan pendekatan perilaku adalah suatu
proses membantu individu siswa untuk mencapai kemandirian secara
Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang
Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
optimal, dalam arti memfasilitasi perolehan keterampilan siswa dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
sendiri. Tujuannya untuk mengubah tingkah laku yang tidak selaras dengan tuntutan masyarakat dan kebutuhan pribadi atau memperbaiki
perilaku salah suai. Metode bimbingannya lebih kepada Operant Learning dengan pemanfaatan penguatan melalui tokens economy dalam proses
pembelajaran dan Unitative Learning atau Social modeling, dengan merancang suatu perilaku adaptif yang dapat dijadikan model bagi siswa
tunagrahita. Dalam pelaksanaannya guru atau pembimbing perlu memperhatikan prinsip-prinsip utama dalam bimbingan kemandirian
siswa tunagrahita sedang berdasarkan pendekatan perilaku, yaitu: a asesmen, b individualisasi pengajaran, c analisis tugas task analysis,
dan d reward: Reinforcement dan Punishment., sebagai suatu kreasi guru dalam upaya memperkuat perilaku yang dikehendaki dan mengurangi atau
menghilangkan perilaku yang tidak dikehendaki.
4. Kerangka Kerja Bimbingan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang
berdasarkan Pendekatan Perilaku
Kerangka kerja bimbingan kemandirian siswa tunagrahita sedang berdasarkan pendekatan perilaku adalah kerangka kerja bimbingan secara
operasional yang
melukiskan prosedur
sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar berupa serangkaian kegiatan yang disusun dalam tahapan-tahapan sistematik, dilaksanakan dengan
berorientasi kepada tugas perkembangan siswa, karakteristik kebutuhan belajar siswa, lingkungan perkembangan belajar siswa, pendekatan,
metode dan teknik atau strategi, serta asumsi dan prinsip-prinsip bimbingan berdasarkan pendekatan perilaku. Tujuannya untuk
membantu siswa tunagrahita sedang SDLB mencapai kemandirian secara optimal, yaitu memfasilitasi perolehan keterampilan siswa dalam
Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang
Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri.
Kerangka kerja bimbingan tersebut merupakan wadah atau bingkai kegiatan sebagai rujukan guru dalam bimbingan untuk mengembangkan
kemandirian siswa tunagrahita sedang SDLB berdasarkan pendekatan perilaku, meliputi komponen-komponen sebagai berikut: 1 rasional:
dasar pemikiran, 2 visi dan misi bimbingan kemandirian berdasarkan pendekatan perilaku, 3 tujuan bimbingan siswa tunagrahita, 4 mengapa
dan apa pendekatan perilaku?, 5 tema sentral pendekatan perilaku, 6 pendekatan perilaku dalam konteks bimbingan kemandirian, 7 setting
dan bentuk intervensi, 8 kerangka penerapan bimbingan kemandirian berdasarkan pendekatan perilaku, 9 implementasinya bagi guru atau
pembimbing, 10 satuan layanan bimbingan kemandirian berdasarkan pendekatan perilaku, dan 11 penutup.
F. Teknik Pengumpulan Data, Rasional dan Justifikasinya.
Dalam penelitian kualitatif kedudukan peneliti sangat berperan penting, dapat dipandang sebagai
”key instrument”. Dalam arti diperlukan kemampuan peneliti untuk memahami setting penelitian, kontekstual
penelitian, memahami informasidata yang dikumpulkan, mengolah data, menganalisis data, dan menginterpretasikan data serta mengambil
kesimpulan.
Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi, panduan wawancara, dan studi dokumentasi. Observasi dilakukan kepada: 1 siswa
tunagrahita sedang jenjang SDLB, dengan maksud untuk memperoleh data kematangan sosial atau kemampuan dasar kemandirian siswa dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, 2. guru dan siswa tunagrahita sedang dalam proses pembelajaran bina diri di sekolah, dengan maksud
untuk memperoleh data pelaksanaan bimbingan kemandirian siswa tunagrahita sedang yang pelaksanaannya secara terpadu dalam pembelajaran
bina diri, 3 dampak penerapan prinsip-prinsip bimbingan berdasarkan
Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang
Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
pendekatan perilaku bagi siswa tunagrahita sedang dalam pencapaian atau perolehan keterampilan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Wawancara ditujukan kepada guru-guru dan kepala sekolah dengan maksud untuk memperoleh data tentang: 1 persepsi guru dan atau kepala sekolah
tentang hakikat ketunagrahitaan dan kemandirian siswa tunagrahita sedang, 2 kondisi objektif pelaksanaan bimbingan kemandirian siswa tunagrahita
sedang yang pelaksanaannya terpadu dalam pembelajaran bina diri di sekolah beserta tahapan-tahapan kegiatannya, 3 kendala-kendala yang
dihadapi guru dalam pelaksanaan bimbingan kemandirian siswa tunagrahita sedang di sekolah beserta upaya mengatasinya, 4 pihak-pihak yang
berperan dan paling berperan dalam upaya membantu pencapaian kemandirian siswa tunagrahita sedang, Teknik dokumentasi digunakan untuk
menganalisis dokumennaskah kurikulum atau silabus program khusus pendidikan bina diri dan menganalisis naskah rencana pelaksanaan
pembelajaran RPP yang dibuat guru untuk pembelajaran bina diri bagi siswa tunagrahita sedang jenjang SDLB.
G. Kisi-Kisi dan Instrumen Penelitian