Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang
Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian dan Justifikasi Penggunaannya.
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk menemukan dan merumuskan suatu kerangka kerja bimbingan untuk mengembangkan kemandirian siswa
tunagrahita sedang berdasarkan pendekatan perilaku di SLB C, maka metode penelitian yang dianggap relevan yaitu kualitatif. Dasar pertimbangannya
sebagai berikut: 1 masalah penelitian memerlukan suatu pengungkapan secara deskriptif dan komprehensif; 2 pendekatan kualitatif lebih peka,
fleksibel dan mampu menyesuaikan diri jika dipergunakan untuk menelaah berbagai pengaruh fenomena dan pola-pola nilai yang dihadapi responden
dalam setting natural; 3 temuan penelitian kualitatif dapat memberikan kesan yang lebih actual dan bermakna, sehingga dianggap lebih meyakinkan dan
dapat diterima; 4 penelitian tentang kerangka kerja bimbingan untuk mengembangkan kemandirian siswa tunagrahita sedang berdasarkan
pendekatan perilaku, dimaksudkan untuk membantu siswa mencapai kemandirian secara optimal, yaitu memfasilitasi perolehan keterampilan siswa
dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, yang pelaksanaannya terpadu dengan pembelajaran di sekolah,
5 temuan penelitian berimplikasi terutama kepada kinerja guru atau pembimbing di SLB C dalam upaya membantu mengembangkan potensi siswa
tunagrahita mencapai kemandirian secara optimal. Menurut Nasution 1988:19 penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri, antara
lain: 1 penelitian dilakukan dalam setting natural, 2 peneliti sebagai human instrument, 3 angat deskriptif, 4 mementingkan proses, 5 mencari makna,
6 mengutamakan data dari tangan pertama, first hand, 7 melakukan triangulasi, 8 menonjolkan konteks, 9 peneliti berkedudukan sama dengan
yang diteliti, 10 mengutamakan pandangan emic, 11 sampling purposif, dan 12 berpartisipasi tanpa mengganggu unobtrusive.
B. Desain Penelitian dan Justifikasi Pemilihannya.
Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang
Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Setting penelitian adalah proses bimbingan kemandirian siswa tunagrahita sedang yang pelaksanaannya terpadu dalam pembelajaran bina diri di sekolah.
Lokasi penelitian adalah SLB C Purnama Asih Bandung. Tahapan-tahapan penelitian ini mengacu kepada prosedur yang dikemukakan oleh Nasution
1996: 33 meliputi tiga tahapan sebagai berikut: 1 tahap orientasi, 2 tahap eksplorasi, dan 3 tahap member check.
Tahap pertama, orientasi dimaksudkan untuk memotret kondisi
lapangan sehingga diperoleh gambaran lengkap, akurat, dan jelas mengenai setting penelitian, lingkungan perkembangan belajar, dan kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang dilakukan di SLB C, terutama kedudukan pembelajaran bina diri bagi siswa tunagrahita sedang dalam upaya membantu
mengembangkan potensi siswa mencapai kemandirian secara optimal. Kegiatan yang dilakukan adalah menentukan setting penelitian yaitu
melakukan pendekatan dengan mengkomunikasikan arah dan tujuan penelitian kepada pihak-pihak terkait kepala sekolah, guru, pihak keluarga siswa, dan
siswa tunagrahita itu sendiri. Dengan demikian peneliti menjadi familier dan memiliki gambaran komprehensif tentang setting penelitian, sehingga
penelitian yang akan dilakukan dapat terlaksana dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Tahap kedua, eksplorasi, adalah tahap pelaksanaan penelitian yakni
menggali informasi dan mengumpulkan data lapangan sesuai dengan fokus penelitian dengan bantuan teknik pengumpulan data: observasi, wawancara,
dan dokumentasi, sebagai berikut: 1 teknik observasi dilakukan kepada guru dan siswa, dengan maksud untuk mendeskripsikan data kegiatan pembelajaran
kemandirian siswa tunagrahita sedang di sekolah, mendeskripsikan kondisi objektif lingkungan perkembangan belajar, dan mendeskripsikan kemampuan
dasar kemandirian serta pencapaian kemandirian siswa tunagrahita sedang dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, 2 teknik wawancara
dilakukan kepada guru dan kepala sekolah untuk memperoleh informasidata persepsi guru dan kepala sekolah tentang hakikat tunagrahita sedang, konsep
kemandirian siswa tunagrahita sedang, pembelajaran kemandirian bina diri
Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang
Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
bagi siswa tunagrahita sedang beserta tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan guru di sekolah, dan kendala-kendala yang dihadapi guru dalam
pembelajaran bina diri beserta upaya mengatasinya, 3 analisis dokumen dilakukan untuk a menganalisis kurikulum atau silabus Program Khusus
Pendidikan Bina Diri siswa tunagrahita sedang jenjang SDLB, b mengnalisi naskah persiapan mengajar yakni Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
RPP yang disusundibuat oleh guru dan digunakan dalam pembelajaran bina diri bagi siswa tunagrahita sedang jenjang SDLB.
Tahap ketiga, uji keabsahan data atau member check, dimaksudkan
untuk mencek kebenaran atau keabsahan setiap informasi atau data yang diperoleh dari berbagai sumber, maupun dengan data yang diperoleh dengan
teknik yang berbeda. Uji keabsahan data dilakukan melalui triangulasi sumber dan metodeteknik, yaitu mencek kebenaran data yang diperoleh
berdasarkan data hasil observasi, wawancara dan analisis dokumen, meliputi: 1 melakukan konfirmasi kembali hasil data kepada semua sumber data;
dan 2 melakukan crosschek data dengan sumber data dari guru-guru SLB C yang berbeda, 3 meminta tanggapan, masukan atau penilaian tentang catatan
lapangan hasil observasi kepada sumber data tertentu, dan 4 mengecek ulang kebenaran data yang diperoleh dari sumber data guru melalui teknik
wawancara dan studi dokumentasi dengan data yang diperoleh dari observasi proses pembelajaran bina diri dari di sekolah.
Berdasarkan temuan faktualdata empiris yang terkumpul kemudian dilakukan generalisasi, reduksi dan konseptualisasi, setelah dirangkum
kemudian dilakukan forum group discussion kepada pihak-pihak atau sumber data terkaitterlibat kepala sekolah dan guru-guru. Hal ini dimaksudkan
untuk memperoleh masukan perbaikan sekaligus untuk mencek kebenarannya, sehingga diperoleh temuan penelitian tentang pengembangan kemandirian
siswa tunagrahita sedang jenjang SDLB dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dalam suatu kerangka kerja bimbingan kemandirian berdasarkan
pendekatan perilaku.
Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang
Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Kegiatan berikutnya yaitu: 1 mengkaji kerangka teoretis yang terkait dengan temuan penelitian tersebut, meliputi: konsep-konsep ketunagrahitaan,
kemandirian, pembelajaran bina diri, konsep bimbingan, pendekatan perilaku dalam pembelajaran, dan kerangka kerja bimbingan. Berdasarkan
kajian kerangka teoretis tersebut dirumuskan konstruk kerangka kerja bimbingan pengembangan kemandirian siswa tunagrahita sedang berdasarkan
pendekatan perilaku, dan 2 melakukan uji validasi, dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan dari setiap komponen kerangka kerja bimbingan
kemandirian berdasarkan pendekatan perilaku. Dilakukan secara professional judgement oleh para praktisi kepala sekolah dan guru melalui forum group
discussion, dan expert judgement oleh para ahli atau akademisi yang relevan ahli pendidikan anak tunagrahita dan ahli bimbingan dan konseling.
Berdasarkan hasil validasi tersebut dilakukan revisi sehingga dihasilkan kerangka kerja bimbingan kemandirian siswa tunagrahita sedang berdasarkan
pendekatan perilaku. Untuk mengetahui kelayakan aplicability kerangka kerja bimbingan kemandirian tersebut, maka diimplementasikan secara
terbatas pada tujuah orang siswa tunagrahita sedang jenjang SDLB. Berdasarkan hasil implementasi, direkomendasikan bahwa kerangka kerja
bimbingan kemandirian tersebut layak aplicable diterapkan guru sebagai rujukan dalam pelaksanaan bimbingan kemandirian, yaitu untuk memfasilitasi
perolehan keterampilan siswa dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari- hari untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri.
TAHAP MEMBER
CHEK Triangulasi
data lapangan Konfirmasi
dengan sumber
datainforman Pengecekan
ulang keabsahan data
lapangan TAHAP
EKSPLORASI Menggali
informasi lapangan sesuai
dengan fokus peneltian, melalui
teknik : Observasi
Wawancara Dokumentasi
TAHAP ORIENTASI
Memotret kondisi objektif
secara umum seting penelitian.
Mengkomunikasi kan arah, tujuan,
dan fokus penelitian kepada
sumber informasiinforman
di lapangan
Iding Tarsidi, 2013 Kerangka Kerja Bimbingan Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Sedang
Berdasarkan Pendekatan Perilaku Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Gambar 3. 1. Tahapan-tahapan Penelitian
C. Analisis Data dan Penafsirannya