Penerapan Metode Drill untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sifat-Sifat Bilangan Bulat Pada Siswa Kelas IV MI Al-Istiqomah Tangerang Tahun Pelajaran 2013/2014”,

(1)

HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN

SIFAT-SIFAT BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS IV

MI AL-ISTIQOMAH TANGERANG TAHUN

PELAJARAN 2013/2014

Penelitian Tindakan Kelas di Madrasah Ibtidaiyah Al-Istiqomah Tangerang

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh IAH SAMSIAH NIM 809018300353

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

iv ABSTRAK

IAH SAMSIAH (809018300353), “Penerapan Metode Drill untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sifat-Sifat Bilangan Bulat Pada Siswa Kelas IV MI Al-Istiqomah Tangerang Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian Tindakan Kelas di Madrasah Ibtidaiyah Al-Istiqomah Tangerang)

”.

Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah, Jakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika pada pokok bahasan sifat-sifat bilangan bulat dengan penerapan metode drill. Penelitian ini dilaksanakan di MI Al-Istiqomah Kota Tangerang pada Tahun pelajaran 2013/2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini dalan tes dan non tes. Instrumen tes berupa tes tulis yang digunakan untuk mengukur hasil dan ketuntasan belajar, sedangkan instrumen non tes berupa lembar observasi dan wawancara, yang digunakan untuk melihat aktivitas siswa dan peneliti dalam proses pembelajaran

Hasil penelitian ini menunjukkan suatu peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus III. Data tentang hasil belajar siswa pada pokok bahasan sifat-sifat bilangan bulat meningkat pada siklus I sebesar 63,67, pada siklus II menjadi 73,33 dan pada siklus III sebesar 83. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode drill dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan sifat-sifat bilangan bulat.


(6)

v ABSTRACT

IAH SAMSIAH (809018300353), "The Implementation of Drill Methods for Increasing Students‟ Achievement on Subject Matter of Integer of Students IV Class MI Al-Istiqomah Tangerang". Thesis Department of Elementary School Teacher Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching State Islamic University Syarif Hidaytullah, Jakarta.

The aim of this research is to determine the mathematic students achievement on Subject Matter of Integer of Students IV Class MI Al-Istiqomah Tangerang. The method used in the Classroom Action Research ( CAR ). An instrument used for the study and in testing for the test. An instrument in form and use to measure the results of the study and qualifications meanwhile, the instruments for shares of observation test and interview, used to watch the activity of students and scientists in the process of learning.

This research result indicates an increased the students learning cycle in the first half. Based on the results of study of a student of integer increases the first of a cycle of 63.67; 73.33 on a cycle two and average of being 83 of cycle three. Based on the result, it is concluded that the implementations of drill methods will increase the student achievement on Subject Matter of Integer of Students IV Class MI Al-Istiqomah Tangerang.


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur panjatkan Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam senantiasa tertuju kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.

Skripsi ini berjudul: ” Penerapan Metode Drill untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sifat-Sifat Bilangan Bulat Pada Siswa Kelas IV MI Al-Istiqomah Tangerang Tahun Pelajaran 2013/2014”, ditulis untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana S1 .

Penyusunan skripsi ini bukan hal yang mudah bagi penulis, banyak sekali halangan yang dihadapi. Oleh karena itu merupakan suatu keharusan dan kewajiban bagi penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i. MA. Ph.D., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

2. Bapak Dr. Fauzan, MA., Ketua Program Studi PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Maifalinda Fatra M. Pd. dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan ilmu dan meluangkan waktu serta tenaga untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi.

4. Bapak dan Ibu dosen yang telah mendukung, dan memberi ilmu kepada penulis, sehingga penulis mendapatkan pengalaman yang berharga.

5. Bapak. H. Abdillah, S.Pd., Kepala MI Al-Istiqomah Kota Tangerang yang telah memberikan dukungan dalam proses penelitian yang dilakukan di


(8)

vii

sekolah. Bapak dan Ibu guru serta staf tata usaha di MI Al-Istiqomah Kota Tangerang yang selalu memberikan dukungan dalam proses penelitian.

6. Ibu Umul Ma’muroh, S.Ag., M.Pd., atas kerjasamanya selaku kolaborator dan

observer yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian.

7. Suamiku tercinta, Ahmad Yani dan anak-anakku tersayang Yuni Nuravivah, Rekha Nurunnisa, Syamsul Hilal, dan Hilda Aprilia Zahra, atas semua dukungan dan pengertiannya telah menjadi cambuk untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Kakakku tercinta, Elih Sobarih, S.Pd., dan adikku tersayang Abdul Hadad, S.Pd., serta keponakan-keponakanku, Galih Ardian, Randi M, Mutiara Sari, dan Ilham Asyifa yang telah menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Rekan-rekan seangkatan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membangun kebersamaan selama ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan.

Penulis berdo’a semoga Allah SWT, memberikan balasan yang sepadan untuk jasa dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Mudah-mudahan skripsi ini memberi manfaat bagi siapa saja yang membacanya, dan memberikan kontribusi bagi kualitas pendidikan ke depan.

Tangerang, 2014


(9)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... i

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ... ii iii ABSTRAK ... ABSTRACT ... iv v KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL… ... x

DAFTAR GAMBAR… ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah………. ... 3

C. Pembatasan Masalah ………... 4

D. Perumusan Masalah …………... 4

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... F. Manfaat Penelitian………... 4 5 BAB II : KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori 1. Metode Drill dalam Pembelajaran Matematika a. Pengertian Metode Drill ... 6 6 b. Ketentuan Pelaksanaan Metode Drill... 7

c. Kelebihan Metode Drill... 8 d. Kekurangan Metode Drill...

2. Hasil Belajar Matematika... a. Pengertian Hasil Belajar... b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil

8 8 8


(10)

ix

Belajar... 3. Pembelajaran Matematika pada Jenjang Pendidikan Dasar... a. Pengertian Pembelajaran Matematika... b. Konsep Sifat-Sifat Bilangan Bulat...

13

14 14 16 B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 20 C. Hipotesis Tindakan ... 20 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu ... B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus ... C. Subjek Penelitian ... D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... E. Tahapan Intervensi Tindakan ... F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... G. Data dan Sumber Data ... H. Instrumen Pengumpulan Data ... I. Teknik Pengumpulan Data ... J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... K. Analisi Data dan Intervensi Data ... L. Pengembangan Keterpercayaan Tindakan ...

21 21 24 24 24 26 26 27 27 31 32 33 BAB IV : DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 34 B. Pembahasan. ... 54 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 59 B. Saran-Saran ... 59


(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Rencana dan Prosedur Penelitian Tindakan

Kelas (PTK)... 25

Tabel 3.2 : Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Siklus 1... 28

Tabel 3.3 : Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Siklus 2... 29

Tabel 3.4 : Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Siklus 3... 30

Tabel 4.1 : Hasil Belajar Siswa pada Pertemuan Pertama Siklus I.. 38

Tabel 4.2 : Hasil Belajar Siswa pada Pertemuan Pertama Siklus II... 47

Tabel 4.3 : Hasil Belajar Siswa pada Pertemuan Pertama Siklus III... 52


(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Bagan Rancangan Pelaksanaan PTK Model Spiral

(siklus)... 23 Gambar 2 : Nilai Siklus 1 ... 38 Gambar 3 : Nilai Siklus 2...

47 Gambar 4 : Nilai Siklus 3...


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : RPP Siklus 1

Lampiran 2 : LEMBAR KERJA SISWA (SOAL SIKLUS 1)

Lampiran 3 : RPP Siklus II

Lampiran 4 : LEMBAR KERJA SISWA (SOAL SIKLUS II) Lampiran 5 : RPP Siklus III

Lampiran 6 : LEMBAR KERJA SISWA (SOAL SIKLUS III) Lampiran 7 : NILAI SIKLUS I

Lampiran 8 : NILAI SIKLUS II Lampiran 9 : NILAI SIKLUS III


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan saat ini tengah mengalami perkembangan ke arah desentralisasi pendidikan. Desentralisasi pendidikan memberikan wewenang penuh kepada sekolah dan guru untuk mengelola proses pembelajaran, terutama dalam hal implementasi metode atau strategi pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Sebagian besar guru-guru di Madrasah Ibtidaiyah masih menerapkan metode pembelajaran klasik, sehingga berpengaruh pada hasil yang kurang maksimal.

Pembelajaran klasikal ini masih mengedepankan metode ceramah, tanpa memperhatikan aktivitas belajar yang berpusat pada siswanya (student centered). Pembelajaran klasikal yang berlangsung cenderung berjalan satu arah pada guru ke siswa (teacher centered), menyebabkan pembelajaran terkesan hanya mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa saja. Padahal pembelajaran matematika yang berpusat dari guru ini berjalan kurang efektif dalam mengembangkan ranah kognitif (penguasaan konsep), ranah afektif (sikap belajar), dan psikomotor siswa. Hasilnya secara langsung mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa belajar siswa sehingga juga berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Oleh karena itu diperlukan upaya guru untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Guru menjadi faktor penentu tingkat keberhasilan dalam pembelajaran di kelas. Guru merupakan pihak yang paling dominan dalam mengarahkan proses pembelajaran di dalam kelas. Ada beberapa peran guru selain bertugas sebagai fasilitator, memindahkan pengetahuan, dan menanamkan nilai-nilai positif, dia harus menjadi teladan yang baik, berkepribadian yang patut jadi tauladan dan


(15)

disenangi dalam pergaulan. Karena prestasi belajar anak didik juga akan berpengaruh dengan sejalannya perubahan sikap karena membenci kepribadian guru, jadi disini kepribadian guru juga sangat berpengaruh pada prestasi siswa.

Menyikapi hal ini salah satu alternatif usaha guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa belajar siswa adalah mengubah proses pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa, salah satunya dilakukan dengan pembelajaran melalui latihan berulang-ulang atau drill.1 Guru atau peneliti memilih menggunakan pendekatan drill agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif. Hal ini disebabkan antara lain, materi pendidikan yang disampaikan itu makin beragam dan luas. Mengingat perkembangan ilmu dan tekhnologi yang makin pesat, maka diperlukan upaya mengadopsi segala kemajuan pengetahuan demi perkembangan proses pembelajaran di dalam kelas. Hal ini diyakini bahwa melalui pendekatan drill dapat menjadikan belajar siswa penuh makna, belajar bukan hanya diterapkan dalam konsep akan tetapi siswa mengalami penelitan, belajar mencari sebuah penemuan dengan praktek yang akhirnya mendapat jawaban.

Permasalahan prestasi belajar yang menurun banyak ditemukan karena kurangnya hasil belajar siswa belajar siswa serta lemahnya yang menjadikan pembelajarannya efektif. Hal itu ditunjukkan dengan rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran matematika.

Seperti yang terjadi di MI Al-Istiqomah, yang terletak di Kota Tangerang. Berdasarkan latar belakang keadaan madrasah, cara pembelajaran guru, latar belakang siswa, status ekonomi siswa, maka peneliti ingin mengetahui apakah melalui metode drill ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

Peneliti melihat pembelajaran matematika yang dilakukan di MI Al-Istiqomah khususnya kelas IV masih belum mencapai pada tujuan, yakni meningkatnya kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.

Metode drill adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan agar memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih

1


(16)

tinggi dari apa yang dipelajari. Oleh karena itu peranan metode pengajaran ialah sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan mengajar guru, dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif antara guru dengan siswa. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai pihak yang berupaya memahami konsep matematika melalui latihan berulang-ulang. Proses interaksi ini akan berjalan dengan baik jika siswa lebih aktif dibandingkan dengan gurunya. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa dan sesuai dengan kondisi pembelajaran.

Pendidikan matematika diarahkan agar siswa dapat menemukan sendiri, ia harus melakukan proses mental seperti mengamati, klasifikasi, mengukur, meramalkan, dan menyimpulkan, sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Dari 30 siswa ternyata yang tuntas atau melebihi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 hanya 20 siswa (66,7%).

Peneliti mengambil judul “Penerapan Metode Drill untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Sifat-Sifat Bilangan Bulat pada Siswa Kelas IV MI Al-Istiqomah Tangerang Tahun Pelajaran 2012/2013 (Penelitian Tindakan Kelas di Madrasah Ibtidaiyah Al-Istiqomah Tangerang)”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat didentifikasikan beberapa masalah, sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa belajar siswa rendah karena pembelajaran masih menggunakan metode klasikal.

2. Siswa belum mampu memahami, dan mengetahui secara luas tentang pokok bahasan sifat-sifat bilangan bulat.


(17)

3. Pembelajaran yang dilakukan guru tidak menggunakan metode yang bervariasi, sehingga anak cenderung bosan dan tidak menyenangkan. 4. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal masih rendah. C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih terarah dan diharapkan masalah yang dikaji lebih mendalam, perlu adanya pembatasan masalah.

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Hasil belajar matematika dalam penelitian ini difokuskan pada kemampuan kognitif siswa yang masih rendah. Hasil belajar adalah penilaian akhir dari proses dan pengetahuan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan mengubah cara berfikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. 2. Siswa belum mampu memahami, dan mengetahui secara luas tentang pokok

bahasan sifat-sifat bilangan bulat. Penelitian ini dibatasi oleh upaya peneliti meningkatkan pemahaman siswa tentang pokok bahasan sifat-sifat bilangan bulat, sistem operasionalisasi distibutif dan komutatif.

D. Perumusan masalah

Permasalahan yang muncul dari latar belakang tersebut adalah:

1. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar matematika pada pokok bahasan sifat-sifat bilangan bulat dengan pelaksanaan metode drill pada siswa MI Al-Istiqomah, Tangerang?

2. Bagaimana pelaksanaan metode drill dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika yang berakibat pada peningkatan hasil belajar siswa?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan di atas maka secara garis besar penelitian ini bertujuan sebagai berikut:


(18)

1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa belajar siswa pada pokok bahasan sifat-sifat bilangan bulat dengan menggunakan metode drill.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi sifat-sifat bilangan bulat, setelah menggunakan metode drill.

F. Manfaat Masalah 1. Untuk Guru

Secara umum, studi ini memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika, utamanya pada layanan peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan sifat-sifat bilangan bulat, serta meningkatkan kualitas pembelajaran guru dalam memberikan materi matematika.

2. Untuk Siswa

Meningkatkan hasil belajar siswa serta prestasi dalam pembelajaran matematika, terutama materi pada pokok bahasan sifat-sifat bilangan bulat, serta memiliki peran yang cukup besar bagi siswa dalam hal hasil belajar siswa, penampilan dan kecakapannya dalam bidang matematika. Pengharapan guru (teacher expectations) adalah bagaimana guru menciptakan prestasi akademik saat ini dan pada waktu yang akan datang


(19)

BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Kajian Teori

1. Metode Drill dalam Pembelajaran Matematika a. Pengertian Metode Drill

Metode didefinisikan sebagai: “an increasingly problematic concept, but traditionally seen as a theoretically consistent set of teaching principles that would lead to the most effective learning outcomes if followed correctly.”1 Dari definisi Hall tersebut, dapat dipahami bahwa metode merupakan konsep problematik tetapi secara tradisional dilihat sebagai perangkat dari prinsip-prinsip pengajaran yang ajeg yang mengarah pada hasil pembelajaran yang paling efektif jika diikuti dengan benar.

Secara harfiah drill berarti latihan yang diulang-ulang dalam waktu singkat. Maka metode drill yang disebut juga metode latihan adalah suatu metode, cara, teknik atau strategi mengajar dimana siswa diberi latihan dan praktek berulang kali atau kontinyu untuk mendapatkan keterampilan dan ketangkasan praktis yang bersifat permanen atau mantap tentang pengetahuan yang dipelajari.

Menurut Harmer; metode drill didefinisikan sebagai berikut: “technique where the teacher asks students to repeat words and phrases, either in chorus or individually , and then gets them to practise substituted (but similar) phrases, still under the teacher‟s direction”.2 Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa metode drill adalah teknik dimana guru memerintahkan siswa untuk mengulangi kata-kata dan frase, baik itu

1

Graham Hall, Exploring English Language Teaching (London: Routledge, 2011), h. 248

2

Jeremy Harmer, How to Teach English, (Essex: Pearson Education Limited, 2007), h. 272


(20)

secara bersama-sama atau individu, dan menyuruh mereka mempraktikkan frase turunan (yang sama), masih di bawah petunjuk guru.

Menurut Hamdani, metode drill merupakan metode yang mengajarkan siswa untuk melaksanakan kegiatan latihan agar siswa memiliki ketegasan atau keterampilan yang lebih tinggi daripada hal-hal yang dipelajari.3

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode drill adalah suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Kata latihan mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu diulang-ulang, akan tetapi bagaimanapun juga antara situasi belajar yang pertama dengan situasi belajar yang realistis, ia akan berusaha melatih keterampilannya. Bila situasi belajar itu diubah-ubah kondisinya sehingga menuntut respons yang berubah, maka keterampilan akan lebih disempurnakan.

b. Ketentuan Pelaksanaan Metode Drill

Menurut Hamdani, hal-hal yang perlu dipersiapkan guru dalam menggunakan metode drill adalah sebagai berikut :

a. Tahap 1 : Latihan Terkontrol

Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru:

 memberikan sejumlah latihan soal dan meminta supaya siswa mengerjakannya.

 memberi arahan dan petunjuk-petunjuk cara pengerjaan untuk menyelesaikan soal guru.

 memberi bantuan kepada siswa yang memerlukan bantuan dalam menyelesaikan soal.

 memberikan jawaban yang benar atas soal tersebut. b. Tahap 2 : Latihan mandiri

Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru:

3


(21)

 memberikan beberapa soal.

 meminta siswa supaya mengerjakan soal tersebut dengan memberikan batas waktu yang cukup.

 meminta supaya hasil pekerjaan masing-masing siswa dikumpulkan kepada guru

 menilai hasil pekerjaan siswa.4 c. Kelebihan metode Drill

Menurut Hamdani, kelebihan metode drill adalah:

1) Ketegasan dan keterampilan siswa meningkat atau lebih tinggi daripada hal-hal yang telah dipelajari.

2) Seorang siswa benar-benar memahami apa yang disampaikan.5

d. Kekurangan metode Drill

Menurut Hamdani, kelemahan metode drill adalah:

1) Dalam latihan sering terjadi cara-cara atau gerak yang tidak berubah sehingga menghambat bakat dan inisiatif siswa;

2) Sifat atau cara latihan kaku atau tidak fleksibel akan mengakibatkan penguasaan keterampilan melalui inisiatif individu tidak akan tercapai.

Contoh kelemahan metode drill adalah pemberian sampel berupa gerak tangan atau anggota tubuh yang berulang-ulang. Gerakan ini kadang tidak disadari oleh guru. Jika memberikan soal, guru menunjukkan tangan ke seorang siswa. Hal ini berdampak pada kurangnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.

2. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan yang menjadi tujuan adanya proses pendidikan dan

4

Ibid, h, 273

5


(22)

pembelajaran, sehingga tanpa hasil belajar sesungguhnya tak pernah ada proses pendidikan yang matang. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, seperti psikologi pendidikan dan psikologi belajar.

Hasil belajar terdiri dari dua kata, yaitu hasil dan belajar. Hasil merupakan dampak atau efek dari satu proses tindakan atau perbuatan. Sedangkan belajar merupakan proses sadar dalam upaya meningkatkan kualitas diri dengan interaksi antara dirinya dengan lingkungan sekitar.

Menurut Brown, belajar dimaknai pada kategori sebagai berikut: 1) Learning as an increase in knowledge. The student will often see

learning as something done to them by teachers rather than as something they do for themselves.

2) Learning is memorising. „Learning is about getting it into your head. You‟ve just to keep writing it out and eventually it will go in.‟

3) Learning is acquiring facts or procedures that are to be used. „„Well it‟s about learning the thing so you can do it again when you‟re asked to, like in an exam.‟

4) Learning is making sense. „Learning is about trying to understand things so you can see what‟s going on. You‟ve got to be able to explain things, not just remember them.‟

5) Learning is understanding reality. „Learning enables you to perceive the world differently.‟ This has also been termed „personally meaningful learning‟.6

Pandangan Brown tersebut memperlihatkan ada lima kategori belajar, yaitu belajar sebagai pertambahan pengetahuan, belajar sebagai proses pengingatan, belajar sebagai upaya mengetahu prosedur dan fakta-fakta yang akan digunakan, belajar sebagai membuat persepsi inderawi, dan belajar adalah memahami realitas.

6

George Brown, How Students Learn, (London: the RoutledgeFalmer Key Guides for Effective Teaching in Higher Education series, 2004) ,h. 4


(23)

Sedangkan Wilkinson dan Silliman mengemukkan prinsip belajar sebagai berikut:

1) Learning is a social activity -- interpersonal behaviors are the basis for new conceptual understandings.

2) Learning is integrated --- strong interrelationships exist between oral and written language learning.

3) Learning requires student interaction and engagement in classroom activities -- engaged students are motivated to learn and have the best chance of achieving full communicative competence across the broad spectrum of language and literacy skills.7

Dari penjelasan Wilkinson dan Silliman di atas, dapat dikemukakan hakikat belajar dari 3 (tiga) aspek: Pertama, belajar merupakan aktivitas sosial yang dirangkai dengan adanya hubungan antarpribadi yang menjadi dasar pemahaman konseptual yang baru. Kedua, belajar merupakan proses yang terintegrasi kuat antara bahasa lisan dan tulisan. Ketiga, belajar membutuhkan interaksi siswa dan keterliban total di dalam aktivitas ruang kelas.

Hasil belajar adalah efek dari kegiatan pembelajaran yang berproses panjang dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Menurut Brian Bowe dan Marian Fitzmaurice hasil belajar adalah “a statement of what the learner is expected to know, understand or be able to do on successful completion of the entire programme”. 8 Dari pandangan tersebut, diketahui bahwa hasil belajar merupakan pernyataan tentang apa yang siswa diharapkan untuk mengetahui, memahami atau

7

Louise C. Wilkinson and Elaine R. Silliman, Classroom Language and Literacy Learning, (Gaithersburg, MD: Aspen, 1991), h. 3

8

Brian Bowe and Marian Fitzmaurice, Guide to Writing Learning Outcomes, Learning and Teaching CentreLifelong Learning Dublin Institute of Technology 14 Upper Mount St., (Dublin: Dublin Institute of Technology, 2008), h. 5


(24)

mampu melakukan suatu tentang tindakan yang sukses pada semua program yang ada.

Menurut Muhibbin Syah, hasil belajar adalah hasil pencapaian dari tiga pendekatan yang meliputi:

1) Secara kuantitatif, berarti hasil dari kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya;

2) Secara institusional, merupakan hasil dari proses validasi atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah diajari;

3) Secara kualitatif, berarti hasil dari proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara menafsirkan dunia beserta isinya.9 Hasil adalah akibat dari suatu aktivitas atau perbuatan. Biasanya hasil dapat dirasakan pada bagian akhir dari suatu proses perbuatan dengan segala jenis unsurnya. Proses sendiri bukan merupakan hasil tapi langkah metodis yang menuju pada hasil.

Bloom, Krathwohl, dan Shepard mengajukan pandangan pentingnya domain afektif dalam mengukur hasil belajar siswa. Tentang wilayah efektif ini dinyatakan oleh Shepard sebagai berikut:

The affective domain is about our values, attitudes and behaviours. It includes, in a hierarchy, an ability to listen, to respond in interactions with others, to demonstrate attitudes or values appropriate to particular situations, to demonstrate balance and consideration, and at the highest level, to display a commitment to principled practice on a day-to-day basis, alongside a willingness to revise judgement and change behaviour in the light of new evidence.10

Dari pandangan tersebut dapat dipahami bahwa wilayah afektif yang menjadi parameter penilaian hasil belajar meliputi nilai sikap dan perilaku dalam bentuk hirarkhi, yaitu kemampuan mendengarkan,

9

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: Rosdakarya, 2007), h. 92

10 Kerry Shephard, “Higher Education for Sustainability:

Seeking Affective Learning

Outcomes”, International Journal of Sustainability in Higher Education, Vol. 9 No. 1, 2008, Emerald Group Publishing Limited, hal. 88


(25)

menanggapi di dalam interaksi dengan pihak lain, mendemonstrasikan sikap atau nilai pada situasi tertentu, mendemonstrasikan keseimbangan dan pertimbangan, dan pada level tertinggi adalah mempertunjukkan komitmen pada praktik yang terdisiplinkan, keinginan kuat untuk memperbaiki pertimbangan dan merubah perilaku di dalam pencahayaan bukti yang baru.

Hasil dalam perspektif pendidikan dinamai sebagai penguasaan terhadap beberapa indikator pada setiap Kompetensi Dasar (KD) yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dengan kata lain, siswa dianggap berhasil apabila memiliki kecakapan hidup (Life Skills) pada setiap bidang studi, yang kemudian dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari.

Sedangkan Robert M. Gagne menyebutkan ada lima wilayah yang menjadi indikator keberhasilan dalam pembelajaran, yaitu:

1) Keahlian intelektual atau intellectual skills (pengetahuan prosedural), 2) Informasi lisan atau verbal information (pengetahuan deklaratif/

declarative knowledge),

3) Strategi kognitif atau cognitive strategies (proses-proses pengawasan keputusan)

4) Kehlian gerak atau motor skills, dan 5) Sikap atau attitudes.11

Menurut Bransford, et.al., menjelaskan bahwa pencapaian hasil belajar dalam perspektif ilmiah ditujukan kepada 5 domain hasil belajar, yaitu: 1) memori dan struktur pengetahuan; 2) penyelesaian masalah dan penalaran; 3) fondasi pembelajaran selanjutnya; 4) proses-proses keteraturan yang mengatur belajar, meliputi metakognisi; dan 5) bagaimana berpikir simbolik muncul dari budaya dan komunitas pelajar.12

11 Robert M. Gagne, “Learning Outcomes and Their Effects: Useful Categories of

Human Performance”, Journal of American Psychologist, April 1984, Vol. 39, No. 4, hal. 377

12

John D. Bransford, et.al., How People Learn: Brain, Mind, Experience, and School, (Washington DC.: National Academy Press, 2004), h. 14


(26)

Sedangkan menurut Ramayulis, hasil belajar dapat didefinisikan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Hasil belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik aktual maupun potensial.

2) Perubahan tersebut pada pokoknya berupa perubahan kemampuan yang berlaku dalam waktu yang relatif sama.

3) Perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha.13

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengetahuan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan mengubah cara berfikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Pengukuran hasil belajar didasarkan pada 3 domain pokok yaitu, domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Leu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, pengembangan dalam konteks manajemen yaitu: 14

1) Kepemimpinan bersama-sama yang melibatkan bentuk partisipatif, kematangan dan tujuan, dipimpin oleh seorang profesional yang unggul.

2) Adanya visi dan tujuan yang dikembangkan bersama-sama (shared vision and goals), yaitu adanya kesatuan tujuan, konsistensi dalam praktik, kolegialitas dan kolaborasi;

3) Lingkungan pembelajaran, yaitu atmosfer yang teratur, suatu lingkungan kerja yang menarik (an attractive working environment);

13

Ramayulis, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Aulia, 2001), h. 77.

14

Elizabeth Leu, The Role of Teachers, Schools, and Communities in Quality Education: A Review of the Literature. (New York: Global Education Center, 2005), hh. 16-17


(27)

4) Konsentrasi selama proses belajar dan mengajar, yaitu memaksimalkan waktu pembelajaran, penekanan pada aspek akademik, dan fokus pada pencapaian prestasi siswa;

5) Harapan yang tinggi, yaitu adanya harapan yang besar yang melingkupi semua diri siswa, mengkomunikasikan harapan, dan menyediakan tantangan intelektual dan dukungan;

6) Penguatan yang positif (reinforcement positive), yaitu bentuk kedisiplinan dalam belajar dan mengajar yang jelas, dan adanya umpan balik (feedback);

7) Perkembangan yang terus dipantau (monitored progress), mengawasi kinerja siswa, mengevaluasi kinerja sekolah;

8) Adanya pemenuhan hak dan tanggungjawab siswa (Pupil rights and responsibilities), yaitu munculnya penghargaan diri untuk siswa, penempatan tanggungjawab, dan kontrol pekerjaan;

9) Pengajaran yang bertujuan jelas (Purposeful teaching), yaitu organisasi yang efisien, adanya kejelasan tujuan, pelajaran yang terstruktur, dan praktik yang dapat disesuaikan;

10)Adanya organisasi pembelajaran (a learning organization), yaitu sekolah berbasis pengembangan staf (school-based staff development); 11)Adanya jalinan kerjama sekolah dan rumah (Home-school

partnership), yaitu keterlibatan orang tua.

3. Pembelajaran Matematika pada Jenjang Pendidikan Dasar a. Pengertian Pembelajaran Matematika

Matematika sekolah adalah matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa. Ada sedikit perbedaan antara matematika sebagai ilmu dengan matematika sekolah. Perbedaan itu dalam bentuk penyajian, pola pikir, keterbatasan semesta, dan tingkat keabstrakan.


(28)

Menurut Badan Standar Nasional, matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.15

Tujuan pembelajaran matematika yang tercantum pada Standar Isi SD/MI Kurikulum 2006. Tujuan yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengkomunkasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.16

Menurut Heruman ada tiga tahap dalam pembelajaran konsep matematika, yaitu penanaman konsep dasar, pemahaman konsep dan pembinaan keterampilan. Tahapan-tahapan tersebut akan dikemukakan sebagaim berikut:

1) Penanaman Konsep Dasar (penanaman konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari kurikulum yang dicirikan dengan kata “mengenal”. Pembelajaran penanaman konsep

15

Badan Standar Nasional Pendidikan, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: BNSP, 2006), h. 416

16


(29)

dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkrit dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.

2) Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau di kelas sebelumnya.

3) Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau di kelas sebelumnya.17

b. Konsep Sifat-Sifat Bilangan Bulat

17

Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung: Rosdakarya, 2010), h. 3


(30)

Pembelajaran mengenai bilangan pun menjadi bagian vital yang dilaksanakan di persekolahan dasar. Oleh karenanya, setiap guru dan siswa SD/MI harus “lebih dalam” menguasai konsep dan sistem bilangan. Di samping itu juga, setiap guru dan siswa SD/MI harus pandai pula menyuguhkan pembelajaran mengenai bilangan kepada setiap anak didiknya dengan bentuk pemecahan masalah, sehingga ke depannya nanti diharapkan agar para siswa tersebut mampu memecahkan persoalan kehidupan sehari-harinya yang berkenaan dengan konsep bilangan.

Bilangan Bulat adalah bilangan yang terdiri dari seluruh bilangan baik negatif, nol dan positif. Bilangan adalah suatu idea, yang bersifat abstrak sehingga untuk merepresentasikannya diperlukan simbol atau lambang bilangan, juga nama bilangan.18

Operasionalisasi bilangan bulat dapat diaplikasikan ke dalam konsep matematika di bawah ini:

1) Penjumlahan

Dalam penjumlahan, ada beberapa sifat penjumlahan dalam bilangan bulat, yaitu:

a) Prinsip dari penjumlahan bilangan bulat adalah tertutup. Operasi hitung penjumlahan bilangan bulat disebut memiliki sifat tertutup karena setiap operasi hitung penjumlahan bilang bulat selalu menghasilkan bilangan bulat juga. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut. setiap bilangan bulat yang dijumlahkan dengan skema a + b = c, maka hasil dari penjumlahan tersebut (c) adalah bilangan bulat pula

b) Bersifat komutatif. Operasi hitung penjumlahan bilangan bulat juga memiliki sifat komutatif yang artinya penjumlahan dua bilangan bulat selalu memperoleh hasil yang sama walaupun kedua bilangan tersebut dipertukarkan tempatnya. Hal ini dapat

18

Tia Purniati, Matematika (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depatemen Agama RI, 2009), h. 6


(31)

dituliskan sebagai berikut. Prinsip komutatif ini adalah apabila a dan b merupakan bilangan bulat, maka a + b = b + a.

c) Bersifat asosiatif, yaitu apabila a, b, dan c merupakan bilangan bulat maka (a + b) + c = a + (b + c).

d) Bilangan nol (0) merupakan unsur identitas pada penjumlahan. Artinya, untuk sembarang bilangan bulat apabila ditambah nol (0), hasilnya adalah bilangan itu sendiri. Hal itu dapat dituliskan sebagai berikut; a + 0 = 0 + a = a.19

2) Pengurangan

Pengurangan dalam bilangan bulat, memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

a) Tertutup, yaitu a-b = c dimana a, b, c adalah bilangan bulat b) Unsur identitas, yaitu Unsur identitas adalah adalah

0 = 0-1 = -1 1-0 = 1 3) Perkalian

Adapun sifat-sifat operasi hitung perkalian bilangan bulat adalah tertutup, komutatif, asosiatif, distributif perkalian terhadap penjumlahan, distributif perkalian terhadap pengurangan dan memiliki elemen identitas.

a) Untuk setiap bilangan bulat p dan q, selalu berlaku p x q = r, dengan r juga bilangan bulat

b) Untuk setiap bilangan bulat p dan q, selalu berlaku p x q = q x p

c) Untuk setiap bilangan bulat p dan q, selalu berlaku (p x q) x r = p x (q x r)

d) Untuk setiap bilangan bulat p q, dan r, selalu berlaku p x (q + r) = (p x q) + (p x r)

19

Turmudi dan Aljupri, Pembelajaran Matematika (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depatemen Agama RI, 2009), hh. 48-51


(32)

e) Untuk setiap bilangan bulat p q, dan r, selalu berlaku p x (q - r) = (p x q) - (p x r)

4) Pembagian dengan sifat-sifat sebagai berikut:

a) Pembagian adalah operasi kebalikan dari perkalian a : b = c <=> c x b = a

b) Hasil pembagian dua bilangan bulat dilihat dari tanda bilangannya

- Hasil bagi dua bilangan bulat positif adalah bilangan bulat positif.

(+) : (+) = (+)

- Hasil bagi bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif, atau sebaliknya adalah bilangan bulat negatif. (+) : (-) = (-) atau (-) : (+) = (-)

Contoh: 8 : (-2) = -4 (-16) : 4 = -4

- Hasil bagi dua bilangan bulat negatif adalah bilangan bulat positif.

(-) : (-) = (+)

Contoh: (-18) : (-3) = 6 c) Pembagian dengan bilangan nol

Untuk sembarang bilangan bulat a, maka: a : 0 tidak terdefinisikan

0 : a = 0

d) Pada operasi pembagian tidak berlaku sifat komutatif dan sifat asosiatif

a : b tidak sama dengan b : a

(a : b) : c tidak sama dengan a : (b : c)

a, b, dan c adalah sembarang bilangan bulat dengan a, b, c bukan 0 dan 1.20

20


(33)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Dari penelusuran kepustakaan, diperoleh beberapa hasil penelitian yang relevan, antara lain:

1. Kusoro Siadi, Sri Mursiti, Ida Nur Laelly. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar matematika yang dilakukan dengan metode drill lebih baik daripada resitasi, dengan penemuan t hitung

= 2,239. Dengan demikian disimpulkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan metode drill.21

2. Putu Wisnu Wardana, menyimpulkan bahwa metode drill dapat meningkatkan motivasi belajar matematika. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar berprestasi antara kelompok siswa yang mengikuti metode pembelajaran drill dengan kelompok siswa yang mengikuti metode pembelajaran konvensional Pada tindakan I 44.12 % tindakan II : 73.53%, pada tindakan III 85.29 %. Dan hasil daya serap dari setiap tindakan adalah : pada tindakan I 66.18%, tindakan II adalah 76.91 %, tindakan III adalah 78.82 %.22

Perbedaan dari penelitian ini adalah responden penelitian pada level Sekolah Dasar.

C. Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis tindakan dirumuskan sebagai berikut:

Dengan diterapkannya metode drill akan meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada pelajaran matematika materi sifat-sifat bilangan bulat di MI Al-Istiqomah Kota Tangerang.

21

Kusoro Siadi, Sri Mursiti, Ida Nur Laelly, “Komparasi Hasil Belajar Kimia Antara Siswa Yang Diberi Metode Drill Dengan Resitasi”, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 3 No.1, 2009, h. 362

22

Siti Nurhidayati, Implementasi Improving Learning Dengan Metode Drill Dan Resitasi Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Siswa ( Studi Kasus Pada Mata Pelajaran Statika Kelas X Teknik Konstruksi Kayu 2 SMK N Sragen), Rogram Pendidikan Teknik Sipil / Bangunan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010, h. 63


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Al-Istiqomah Jl. KH. Ahmad Khaerun, Kampung Ledug RT 02/02 Kelurahan Alam Jaya, Kecamatan Jatiuwung, Kota Tangerang

2. Waktu Penelitian

Penelitan ini dilakukan pada Juli sampai Agustus 2013 pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian 1. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan sifat PTK dilakukan secara mandiri yang artinya peneliti melakukan PTK tanpa kerjasama dengan guru lain.1 Dalam hal ini peneliti terlibat langsung dalam merencanakan tindakan, melakukan tindakan, observasi, refleksi dan lain-lain.

PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dalam literatur Inggris disebut classroom action research yaitu suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.

Penelitian tindakan kelas merupakan pembuktian apakah suatu teori belajar mengajar yang diterapkan di kelas baik atau tdak dan sekiranya cocok dengan kondisi kelas, peneliti mengadaptasi teori

1

Suharsimi Arikunto dan Suhardjono, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 64


(35)

yang ada untuk proses atau produk pembelajaran yang lebih efektif, optimal dan fungsional.

Untuk melakukan tindakan kelas, peneliti melakukan sebuah tindakan yang diamati secara terus menerus dilihat dari plus minusnya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat.2 Seorang peneliti harus mengetahui tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, dengan demikian seorang peneliti dapat melaksanakan penelitian sesuai dengan target yang diinginkan. Adapun tujuan utama penelitian tindakan kelas yaitu perbaikan dan meningkatkan pelayanan profesional guru dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan penelitian tindakan kelas secara eksplisit yaitu sebagai pengembangan keterampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi permasalahan pembelajaran aktual yang dihadapi di kelas atau di sekolahnya. Penelitian tindakan kelas adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain dengan harapan pengalaman mereka dapat ditiru atau diakses untuk memperbaiki kualitas kerja orang lain. Secara praktis, penelitian tindakan pada umumnya sangat cocok untuk meningkatkan kualitas subjek yang diteliti.

Dalam melaksanakan penelitian tndakan kelas harus mengacu pada desain penelitian yang telah dirancang sesuai dengan prosedur penelitian yang berlaku. Fungsinya sebagai patokan mengetahui bentuk dan hasil penggunaan metode drill dalam meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IV di MI Al-Istiqomah, tangerang.

2. Rancangan Siklus Penelitian

Model proses yang digunakan dalam PTK ini adalah Model Proses Siklus (Putaran/Spiral) dengan menggunakan model PTK dari Kemmis

2


(36)

dan Taggart yang dikutip oleh Arikunto, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang lainnya. Setiap siklus memiliki empat tahapan kegiatan, yaitu (1) planing yaitu membuat rencana tindakan, (2) action yaitu melaksanakan tindakan, (3) observation, yaitu mengadakan pemantauan/pengamatan, (4) reflection, yaitu memberikan refleksi dan evaluasi untuk memperoleh sejauh mana pencapaian hasil yang diharapkan kemudian direvisi untuk melaksanakan tindakan pada siklus berikutnya3. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa indentifikasi masalah, dan diadakan pre-test. Tahapan-tahapan penelitian dari siklus spiral dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1: Bagan Rancangan Pelaksanaan PTK Model Spiral (siklus) ( Suharsimi Arikunto,2006:74)4

3

Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas. (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 74

4

Ibid. h. 74

Perencanaan

Refleksi

Tindakan/ Observasi

Refleksi

Tindakan/ Observasi Siklus 1

Siklus 2

Perbaikan Rencana

Perbaikan Rencana


(37)

C. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi Subjek penelitian adalah Siswa Kelas IV MI Al-Istiqomah, Jl. KH. Ahmad Khaerun, Kampung Ledug RT 01/01 Kelurahan Alam Jaya, Kecamatan Jatiuwung, Kota Tangerang. Pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah guru kelas IV, sebagai pengamat yang terlibat untuk observer yang mengamati sekaligus mencatat serta melihat sikap detail aktifitas dari peneliti, dimana peneliti adalah sebagai Guru di MI Al-Istiqomah.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksana dan perencana. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan terhadap proses kegiatan pembelajaran matematika materi sifat-sifat bilangan bulat pada siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Al-Istiqomah Kota Tangerang, kemudian membuat perencanaan tindakan yang didiskusikan dengan kolaborator.

Adapun posisi peneliti adalah sebagai peneliti yang aktif ikut terjun langsung dalam pembelajaran dan berusaha mengumpulkan data sebanyak-banyaknya sesuai fokus penelitian. Hal ini sesuai dengan prinsip penelitian tindakan kelas yang harus dilakukan di kelas yang sehari-hari diajar, bukan kelas yang diajar oleh guru lain meskipun masih dalam satu sekolah.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Dalam melakukan intervensi tindakan kepada siswa-siswa Kelas IV MI Al-Istiqomah, ada gambaran umum mengenai rencana dan prosedur penelitian yang akan dilaksanakan dalam keseluruhan penelitian tindakan kelas maka dibutuhkan 4 (empat) tahapan, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.


(38)

Tabel 3.1

Rencana dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Siklus I Perencanaan: a. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam PBM b. Menentukan pokok bahasan c. Mengembangkan skenario pembelajaran

d. Menyiapkan sumber belajar e. Mengembangkan format evaluasi

f. Mengembangkan format observasi pembelajaran

Tindakan Menerapkan tindakan menggunakan metode dril

Pengamatan a. Melakukan observasi dengan memakai format observasi

b. Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format

Refleksi a. melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan b. melakukan pertemuan untuk

membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran dan lain-lain

c. memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.

d. Evaluasi tindakan I

Siklus II Perencanaan a. Identifikasi masalah dan alternatif pemecahan masalahPengembangan program tindakan II

Tindakan Pelaksanaan program tindakan II

Pengamatan Pengumpulan dan analisis data tindakan II

Refleksi Evaluasi tindakan II

Siklus-siklus berikutnya Kesimpulan dan Saran


(39)

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Tingkat keberhasilan setiap siklus adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa yang dinyatakan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dinyatakan dengan menggunakan analisis yang bersifat naratif, sedangkan data kuantitatif dinyatakan dengan angka rata-rata perolehan tes tentang materi sifat-sifat bilangan bulat. Kriteria atau ukuran materi sifat-sifat bilangan bulat, pencapaian tujuannya dilihat dari hasil yang dicapai anak. Jika 85% anak sudah mendapat nilai 70 maka penelitian dapat dikatakan berhasil.

Apabila target 85% belum tercapai perlu dilakukan refleksi ulang untuk melakukan tindakan selanjutnya. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai target yang ditentukan tercapai atau sampai titik jenuh siswa. Penentuan keberhasilan pencapaian belajar tentang materi sifat-sifat bilangan bulat pun disesuaikan dengan instrumen-instrumen yang telah ditentukan. G. Data dan Sumber Data

1. Data Penelitian

Secara garis besar data dalam penelitian ini dapat dipilah menjadi dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Adapun jenis data kualitatif diantaranya, kata-kata dan tindakan, sumber tertulis, foto. Dan data kuantitatif berupa data statistik, dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Data Kualitatif

1) Kata-kata atau tindakan

Kata-kata dan tindakan diamati dari catatan hasil wawancara dan catatan hasil observasi kelas, selanjutnya melalui foto atau rekaman. 2) Foto dan dokumentasi

Peneliti mengambil foto sebagai salah satu bukti telah melaksanakan penelitian di MI Al-Istiqomah, Tangerang.

b. Data Kuantitatif

Data ini diperoleh dari sekolah, seperti data observasi maupun data yang lain dalam membantu kelengkapan pengumpulan data yang berbentuk angka-angka.


(40)

2. Sumber Data

Peneliti mencari sumber data melalui informan, yaitu guru, siswa, dan kolaborator. Proses mencari data dilakukan selama peneliti melaksanakan penelitian di dalam kelas.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Instrumen dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua, yaitu:

1. Instrumen utama

Instrumen utama pada penelitian tindakan kelas adalah tes, non tes serta peneliti sendiri. Peneliti adalah guru kelas yang berupaya menerapkan metode drill dalam pembelajaran matematika. Karena guru kelas yang dapat menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu, seperti halnya banyak terjadi di kelas. Penelitian ini dilakukan untuk ketiga siklus 1, 2, dan siklus 3.

2. Instrumen pendukung

Instrumen ini berupa pedoman pengumpulan data, yaitu pedoman wawancara dan observasi. Pedoman observasi lapangan dibuat sebagai acuan menjawab rumusan masalah untuk mengukur keberhasilan dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu hal yang penting bagi sebuah penelitian sehingga data yang diperoleh benar-benar sesuai dengan judul yang telah ditentukan sebelumnya. Agar hasil yang diperoleh dalam penelitian ini akurat dan dapat dipertanggung jawabkan, maka prosedur pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tes

Di dalam membuat skor penilaian, dibutuhkan kisi-kisi instrumen penelitian sebagai berikut:


(41)

Tabel 3.2.

Kisi-Kisi Instrumen Tes Akhir Siklus 1

KD Indikator Aspek yang Dinilai PENILAIAN

C1 C2 C3 C4 C5 C6 Teknik Bentuk Soal No Soal

Mengidentifikasi sifat-sifat operasi hitung

Menggunakan sifat pertukaran (komutatif) pada penjumlahan

√ √ √ Tes Esay 1, 2, 3

Menggunakan sifat pertukaran (komutatif) pada perkalian

√ √ Tes Esay 4, 5, 6, 7

Menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan sifat pertukaran (komutatif)


(42)

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Tes Akhir Siklus 2

KD Indikator Aspek yang Dinilai PENILAIAN

C1 C2 C3 C4 C5 C6 Teknik Bentuk Soal No Soal

Mengidentifikasi sifat-sifat operasi hitung

Menggunakan sifat pertukaran (komutatif) pada penjumlahan

√ √ √ Tes Esay 1, 2, 3

Menggunakan sifat pertukaran (komutatif) pada perkalian

√ √ √ Tes Esay 4, 5, 6

Menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan sifat pertukaran (komutatif)


(43)

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Tes Akhir Siklus 3

KD Indikator Aspek yang Dinilai PENILAIAN

C1 C2 C3 C4 C5 C6 Teknik Bentuk Soal No Soal

Mengidentifikasi sifat-sifat operasi hitung

Menggunakan sifat pertukaran (komutatif) pada penjumlahan

√ √ Tes Esay 1, 2, 3, 4

Menggunakan sifat pertukaran (komutatif) pada perkalian

√ √ √ Tes Esay 5, 6, 7

Menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan sifat pertukaran (komutatif)


(44)

2. Observasi

Observasi yaitu pengamatan, pencatatan secara sistematik terhadap fenomena yang diselidiki. Observasi dilakukan dengan mencatat perkembangan-perkembangan yang terjadi setelah pemberian tindakan. Pada penelitian tindakan kelas ini, observasi dilakukan dengan melihat aktivitas belajar siswa yang berlangsung di dalam kelas ketika guru menerapkan metode drill pada pokok bahasan sifat-sifat bilangan bulat.

3. Metode Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.5

Penelitian ini menggunakan wawancara bebas terpimpin, di mana peneliti membawa sederetan pertanyaan kepada informan dan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian, informan dalam penelitian ini adalah wali kelas, guru bidang studi, siswa Kelas IV MI Al-Istiqomah, tangerang dan orang-orang yang terkait dengan penelitian yang dapat memberikan informasi.

4. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dalam penelitian ini berupa penyajian foto-foto yang berupaya mengdokumentasikan kegiatan-kegiatan siswa dan guru di dalam ruang kelas.

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan

Teknik pemeriksaan kepercayaan menggunakan beberapa cara, yaitu:

5

Lexy Melong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 135


(45)

1. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak dilakukan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif hal tersebut dapat dicapai melalui: 1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, 2) membandingkan dengan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, 3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, 4) membandingkan keadaan dan persfektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, dan orang pemerintahan, 5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan

2. Pengecekan sejawat. Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Teknik ini mengandung beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data.

K. Analisis Data dan Interpretasi Data 1. Analisis Data

Analisa data pada penelitian tindakan kelas pada dasarnya dilakukan sejak observasi awal. Analisa data dilakukan dengan cara menghitung tingkat keberhasilan pembelajaran melalui rumus persentase.

2. Interpretasi Data

Data yang bersifat kuantitatif dianalisis dengan menggunakan analisa deskriptif dan sajian visual. Sajian tersebut menggambarkan bahwa dengan


(46)

tindakan yang dilakukan dapat menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan, perubahan ke arah yang lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Pengembangan perencanaan tindakan ini adalah jika meningkatkan hasil belajar yang berkaitan dengan pemahaman konsep sifat bilangan bulat pada siswa kelas IV MI Al-Istiqomah kecamatan Jatiuwung Kota Tangerang mencapai KKM yakni sebesar 65 atau sesuai target yang telah ditentukan, maka penelitian ini dihentikan. Tetapi jika target yang telah ditetapkan belum tercapai, maka tindakan dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Untuk siklus pertama, penerapan metode drill hanya bersifat penugasan individual dan kelompok terhadap materi pelajaran. Kemudian pada siklus 2, peneliti menggunakan perangkat pembelajaran berupa media gambar rumus. Kemudian pada siklus 3, peneliti menggunakan variasi metode drill dengan tugas kelompok terstruktur.


(47)

34

DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam penelitian, maka data akan dipaparkan pada 3 (tiga) siklus, yaitu siklus I, siklus II, dan silkus III. Pengambilan 3 silkus mempertimbangkan banyaknya standar kompetensi yang akan dibahas serta waktu yang diperlukan. Setiap siklus terdiri atas 2 pertemuan, setiap pertemuan melalui tahapan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan temuan dari tindakan I. Sedangkan untuk pada siklus selanjutnya yaitu siklus II dan siklus III data dipaparkan menurut urutan: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi serta temuan dari masing-masing tindakan.

1. Siklus 1

Siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah Siswa 1, Siswa 2, Siswa 3, Siswa 4 dan Siswa 5. Alasan memilih subjek 1 sampai dengan subjek 5 sebagai subjek penelitian adalah sebagai berikut: (1) hasil tes pada kegiatan apersepsi yang dilakukan peneliti terhadap 30 siswa kelas IV MI Al-Istiqomah, subjek 1 sampai dengan subjek 5 adalah siswa yang memperoleh nilai paling rendah, (2) dari hasil tanya jawab dengan beberapa siswa yang akan dijadikan subjek penelitian, subjek 1 sampai dengan subjek 5 yang lebih memerlukan bantuan untuk ditingkatkan kemampuannya, (3) subjek 1 sampai dengan subjek 5 adalah siswa yang direkomendasikan oleh guru kelas IV untuk dijadikan subjek penelitian. Mereka diberikan pembelajaran tentang sifat-sifat benda melalui metode drill atau latihan.

Setelah diputuskan untuk melakukan peningkatan pemahaman konsep sifat-sifat pada benda dan agar siswa terlibat aktif, peneliti membentuk kelompok-kelompok dalam belajar. Pembentukan kelompok-kelompok ini merata pada setiap


(48)

setiap kelompok beranggotakan siswa yang memiliki tingkat kemampuan tinggi (hight achiever), siswa yang memiliki kemampuan sedang (everage achiever), dan siswa yang memiliki kemampuan rendah (low achiever). Pembagian kelompok ini pada lampiran 3 halaman ... . Lima siswa yang menjadi subjek penelitian tersebar ke dalam kelompok yang berbeda. Pembagian kerlompok ini dimaksudkan agar terjadi proses pembelajaran yang kooperatif, artinya setiap siswa akan bekerja sama secara aktif dengan teman kelompoknya dalam menyelesaikan tugas, untuk mencapai tujuan bersama. Semua siswa memberi kontribusi yang sama kepada timnya dengan cara meningkatkan kemampuan mereka dari sebelumnya. Ini memastikan bahwa siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah semuanya sama-sama ditantang untuk melakukan yang terbaik.1

Setiap peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagai tindakan, formasi siswa dalam kelas duduk berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

a. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran I tindakan I ini dilakukan oleh peneliti bersama guru untuk menjelaskan pemahaman konsep pengenalan sifat-sifat bilangan bulat dengan menuangkan perencanaan itu ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKS serta kuisnya. Pada pertemuan pertama ini penulis membahas tentang sifat-sifat operasi hitung dengan menggunakan metode drill. Metode drill diberikan kepada siswa sebagai individu bukan kelompok.

1

Robert E. Slavin, Cooperative Learning, Teori, Riset Dan Praktik diterjemahkan dari

Cooperative Learning: theory, research and practice (London: Allymand Bacon, 2005), (Bandung: Nusa Media, 2011), cet.9 h. 10


(49)

1) Pertemuan 1

Guru : Mengajukan pertanyaan tentang sifat-sifat operasi hitung dengan model sifat komutatif (pertukaran) pada penjumlahan dan perkalian. Seperti tampak pada Gambar 2

Menanyakan kepada siswa, pengertian sifat komutatif pada penjumlahan dan perkalian yang dituangkan ke dalam perhitungan matematika

.

Guru : Coba kamu Dewi Puspitasari, jabarkan sifat komutatif dari penjumlahan berikut ini: 12 + 15 = ... + ... = 27

Dewi : Maksud ibu seperti yang tertera dalam gambar? (Iya betul...) Oh gitu, baik saya tulis: 12 + 15 = 15 + 12 = 27

Guru : Benar kamu, memang hebat Dewi Puspitasari. Coba kamu Jamal, tulis sifat komutatif pada perkalian berikut ini: 8 x 6 = ... x ... = 48.

Jamal : Baik, bu saya ga mau kalah dengan Dewi. Saya dapat menuliskannya dengan 8 x 6 = 6 x 8 = 48.

Guru : Luar biasa kamu Jamal, berikan tepuk tangan untuk kedua kawan kamu sekalian (suara tepuk tangan pn bergemuruh di dalam kelas). Agar siswa memahami lebih jauh tentang sifat-sifat komutatif pada operasi hitung perkalian dan perjumlahan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan permasalahan yang ditemukan pada saat siswa memperhatikan sifat-sifat komutatif dalam penjumlahan dan perkalian yang diberikan guru. Guru memberikan bimbingan kepada siswa dalam merumuskan


(50)

penjumlahan dan perkalian yang ditulis oleh Dewi dan Jamal? Siswa : Menunjukkan sifat-sifat komutatif dalam penjumlahan dan

perkalian dengan simbol penulisan sebagai berikut:

Guru : Benar gambar tersebut menggambarkan operasioal sifat-sifat komutatif dalam penjumlahan dan perkalian yang membuat kamu menjadi lebih mudah dalam mempelajarinya. Coba jabarkan sifat komutatit dari penjunlahan berikut ini:

Siswa : Baik bu, saya akan berusaha menjawabnya dari petunjuk yang sudah ada dan dari penjelasan ibu, maka soal tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

Guru : benar sekali kamu. Sekarang jawablah sifat komutatif pada oeprasional perkalian berikut ini:

a + b = b + a a x b = b x a

15 + 24 = ……+ …… =…… …. + ….. = 23 + 17 = …….

15 + 24 = 24 + 15 = 39 17 + 23 = 23 + 17 = 40

5 x 8 = ……x …… =…… …. x ….. = 6 x 10 = ……


(51)

sudah ada dan dari penjelasan ibu, maka soal tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

Guru : Benar sekali kamu.

Perolehan hasil belajar siswa pada pertemuan pertama siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Hasil Belajar Siswa pada Pertemuan Pertama Siklus I

No Hasil Tes Nilai

1 Nilai Terendah 50

2 Nilai Tertinggi 80

3 Rata-rata Nilai 63.67

Dari data tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Gambar 2 Nilai Siklus 1

0 20 40 60 80

Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Nilai 50

80

63.67

Nilai Siklus 1

Nilai

5 + 8 = 8 + 5 = 40 10 + 6 = 6 + 10 = 60


(52)

Tujuan pembelajaran pada pertemuan kedua ini adalah menyebutkan sifat-sifat komutatif pada penjumlahan, menjelaskan sifat-sifat-sifat-sifat komutatif pada perkalian, dan operasionalisasi sifat-sifat komutatif pada penjumlahan dan perkalian. Materi pelajaran sama dengan pertemuan pertama, yang membedakannya adalah guru membentuk kelompok belajar menjadi 6 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa dengan sifat yang berbeda-beda dari aspek jenis kelamin dan kecerdasan. Kegiatan diawali dengan melakukan penguatan berupa mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang menjelaskan arti sifat-sifat komutatif yang merupakan pembelajaran sebelumnya dengan pertanyaan “apa pengertian komutatif pada penjumlahan dan perkalian?” (guru menunjukkan rumus seperti gambar 5), sebagian besar siswa menjawab tidak dapat mengetahuinya, tetapi tidak semuanya siswa menjawab, ada siswa yang diam saja. “Kalau yang ini menunjukkan sifat komutatif pada apa?” (guru menunjukkan gambar yang satunya seperti pada gambar 5), D menjawab “pada perkalian, Bu.” Lalu guru menjelaskan bahwa sifat-sifat komutatif pada penjumlahan dan perkalian dapat mempermudah siswa melakukan perhitungan dengan cepat. Dengan kata lain, sifat asosiatif adalah upaya mengelompokkan bilangan untuk mempermudah perhitungan sebagaimana yang terdapat pada gambar berikut.

Pembelajaran dilanjutkan dengan guru meminta kepada siswa untuk mengerjakan masing-masing soal berjumlah 5 soal dengan soal yang berbeda namun memiliki kisi-kisi yang sama kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan. Setelah selesai mengerjakan soal tersebut masing-masing kelompok yang diwakili oleh ketua kelompok maju ke depan kelas untuk memaparkan hasil


(53)

menyelesaikan tugas masing-masing tentang sifat-sifat komutatif pada penjumlahan dan perkalian tersebut?

Salah seorang siswa dari kelompok dua menjawab: “Bu, kami dari kelompok dua telah menyelesaikan tugas dalam menjawab soal yang diberikan kepada kami, boleh tidak saya mewakili kelompok 2 maju ke depan untuk menjawab soal tersebut?”. Guru menjawab: Silahkan kamu ke depan.

Berikut adalah hasil jawaban kelompok 2:

Guru berkata, luar biasa kamu kelompok 2, selamat buat kamu semua....

c. Refleksi

Pertimbangan awal dalam menerapkan pembelajaran matematika dengan pendekatan drill (latihan) dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman operasional sifat-sifat komutatif pada penjumlahan dan perkalian. Pembelajaran matematika dengan pendekatan drill (latihan) yang terbimbing ini adalah mengembangkan model pembelajaran berdasarkan dengan kemampuannya sendiri berdasarkan proses asimilasi dan akomodasi, agar subjek mampu membangun kemampuannya sendiri, lingkungan belajar harus dikondisikan agar siswa dapat terlibat aktif. Oleh karena itu di kelas dibentuk kelompok-kelompok dengan pembelajaran kooperatif untuk mempermudah pelatihan soal buat siswa di dalam kelas.

1. 31 x 5 = 155 dan 5 x 31 = 155 Jadi, 31 x 5 = 5 x 31

2. 60 x 74 = 4.440 dan 74 x 60 = 4.440 Jadi, 60 x 74 = 74 x 60

3. 25 x 6 = 150 dan 6 x25 = 150 Jadi, 25 x 6 = 6 x 25

4. 150 + 250 = 400 dan 250 + 150 = 400 Jadi, 150 + 250 = 250 + 150

5. 268 + 172 = 440 dan 172 + 268 = 440 Jadi, 268 + 172 = 172 + 268


(54)

kurang membantu untuk pembelajaran melaui drill (latihan), karena hasil pengamatan menunjukkan subjek masih belum dapat terlibat aktif secara kognitif, keterlibatannya hanya sebatas keterlibatan sosial (contohnya mengambil alat peraga di depan kelas), selebihnya masih sangat tergantung bantuan orang lain, baik teman kelompoknya maupun guru.

Pada tindakan I penerapan sifat-sifat komutatif pada penjumlahan dan perkalian melalui pendekatan drill (latihan), ternyata belum memperlihatkan kondisi yang diharapkan peneliti. Siswa belum menunjukkan sikap dan tingkah laku belajar dengan mengambil inisiatif sendiri, hanya mengikuti teman yang senang untuk bermain.

Pada pertemuan kedua, situasi kelas relatif kondusif setelah guru membentuk siswa menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 5 siswa. Tujuannya adalah untuk mempermudah siswa melaksanakan sistem belajar dengan pemberian tugas (drill).

Sebaliknya jika melihat hasil tes individual yang dilaksanakan diakhir rangkaian kegiatan pembelajaran, memperlihatkan peningkatan meskipun relatif kecil. Semua subjek memperoleh skor yang lebih tinggi dari tes awal. Peningkatan skor tes pada tindakan pertama belum diyakini sepenuhnya oleh peneliti, hal ini karena peneliti belum mampu merekam semua kegiatan siswa dalam waktu yang bersamaan, ketika subjek bekerja dalam kelompoknya.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama pertemuan tindakan 1 dan 2, ada siswa yang telah mampu menjawab soal-soal dengan benar, dan ada juga siswa yang dalam menjawab soal-soal ada yang salah dan ada yang benar, tetapi tidak dapat memberikan pendapatnya ketika ditanya apa alasan dari jawabannya. Sebagian besar sistem belajar berkelompok mempermudah siswa dalam menjawab soal tentang sifat-sifat komutatif pada penjumlahan dan perkalian.


(55)

sebagai berikut:

a. Ada siswa belum memahami sifat-sifat komutatif pada penjumlahan dan perkalian, contohnya pada penjelasan sifat-sifat komutatif pada perkalian. Siswa merasa kesulitan dengan perhitungan perkalian yang melebihi perhitungan ribuan. Kesulitan dalam menghitung perkalian tentu akan menghambat penyelesaian tugas siswa dengan operasionalisasi sifat-sifat komutatif.

b. Siswa belum berani untuk tampil di depan kelas dalam menjawab soal secara langsung. Mereka hanya mengandalkan kepada siswa yang sudah terbiasa tampil di depan kelas.

c. Siswa masih terpengaruh cara guru dalam menjelaskan sifat-sifat komutatif pada penjumlahan dan perkalian sesuai kemampuan pemahaman siswa. Siswa sudah terbiasa dengan cara dibimbing langsung, belum pada inisiatif pemahaman yang datang dari diri sendiri.

Berdasarkan hasil refleksi dan hasil temuan, peneliti dan guru membuat rancangan untuk siklus berikutnya.

d. Tindakan Perbaikan untuk Siklus II

Adapun tindakan perbaikan untuk siklus II yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Menyiapkan beberapa poster gambar yang berkaitan dengan rumus-rumus asosiatif pada penjumlahan dan perkalian.

2) Memberikan kesempatan yang luas buat siswa untuk mengeksplorasi pemahaman di depan kelas.

2. Siklus II

a. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran I tindakan II ini dilakukan oleh peneliti bersama guru untuk menjelaskan pemahaman konsep pengenalan sifat-sifat


(56)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKS. Selain itu, guru juga menyediakan poster bergambar rumus-rumus asosiatif untuk menambah daya tarik siswa dalam belajar.

Tujuan pembelajaran pada pertemuan pertama ini adalah menyebutkan sifat-sifat asosiatif pada penjumlahan, menjelaskan sifat-sifat asosiatif pada perkalian dan menyederhanakan sifat-sifat asosiatif pada penjumlahan dan perkalian. Kegiatan diawali dengan pertanyaan kepada siswa tentang menjelaskan arti sifat-sifat asosiatif dan menyederhanakan sifat-sifat asosiatif pada penjumlahan dan perkalian yang merupakan pengembangan sifat bilangan bulat pada pembelajaran sebelumnya dengan pertanyaan “apa pengertian asosiatif pada penjumlahan?” (guru menunjukkan rumus seperti gambar 5), sebagian besar siswa menjawab tidak dapat mengetahuinya, tetapi tidak semuanya siswa menjawab, ada siswa yang diam saja. “Kalau yang ini menunjukkan sifat asosiatif pada apa?” (guru menunjukkan gambar yang satunya seperti pada gambar 5), D menjawab “pada perkalianan, Bu.” Lalu guru menjelaskan bahwa sifat-sifat asosiatif pada penjumlahan dapat mempermudah siswa melakukan perhitungan dengan cepat. Dengan kata lain, sifat asosiatif adalah upaya mengelompokkan bilangan untuk mempermudah perhitungan sebagaimana yang terdapat pada bagan berikut ini”

( A + B ) + C = A + (B + C) A: bilangan pertama

B: bilangan kedua C: bilangan ketiga

(A X B) X C = A X (B X C) A: bilangan pertama

B: bilangan kedua C: bilangan ketiga


(57)

1) Pertemuan 1

Guru : Menjelaskan konsep sifat-sifat bilangan bulat dengan menggunakan metode drill (latihan) dengan pemberian tugas berupa soal. Saya akan memberikan contoh yang nyata dalam bentuk soal berikut ini:

Bagaimana menjabarkan soal berikut: 21 + 34 + 53 =……….. Soal itu dapat kamu tulis (21 + 34) + 53 =………..

Penjumlahan di atas dapat dikelompokan menjadi (21 + 34) + 53 = 55 + 53

= 108

(kerjakan operasi yang dalam kurung lebih dahulu) Jika kelompoknya diubah menjadi

21 + (34 + 53) = 21 + 87 =108

Hanya sama, yaitu 108. Jadi,

(21 + 34) + 53 = 21 + (34 + 53) 108 = 108

Nah, sekarang coba kamu kelompok 3 kerjakan soal berikut ini: 24 + 16 + 34 =...

Kelompok 2 : Baik bu, kami akan berembuk dulu (setelah beberapa menit salah satu dari mereka maju ke depan), kemudian menuliskan:

24 + 16 + 34 = (24 + 16) + 34 = 40 + 34

= 74, atau dapat pula ditulis 24 + 16 + 34 = 24 + (16 + 34)

= 24 + 50 = 74

Sehingga adapat disimpulkan: (24 + 16) + 34 = 24 + (16 + 34)


(58)

Guru: : Coba kelompok 1 kerjakan soal berikut ini: 50 + 25 + 82 = ...

Kelompok 2 : Baik bu saya mewakili kelompok 1 (secara spontan siswa itu maju ke depan kelas karena telah memahami sifat-sifat asosiatif pada penjumlahan).

50 + 25 + 82 = (50 + 25) + 82 = 75 + 82

= 157, atau dapat pula ditulis 50 + 25 + 82 = 50 + (25 + 82)

= 50 + 107 = 157

Sehingga adapat disimpulkan: (50 + 25) + 82 = 50 + (25 + 82) 157 = 157

Guru : Hebat semua kalian ini....

2) Pertemuan 2

Guru : Mengajukan pertanyaan tentang sifat-sifat asosiatif pada perkalian dengan menggunakan drill (latihan) melalui pemberian tugas kepada siswa dan harus diselesaikan secara berkelompok.

Perhatikan contoh soal berikut ini: 4 x 5 x 8 = ….

Perkalian di atas dapat dikelompokan menjadi (4 x 5) x 8 = 20 x 8

= 160

(kerjakan operasi yang dalam kurung dulu) Jika kelompoknya diubah menjadi

4 x (5 x 8) = 4 x 40 = 160


(59)

Jadi, (4 x 5) x 8 = 4 x (5 x 8) 20 x 8 = 4 x 40 160 = 160

Apakah kalian sudah mengerti semua? Siswa : mudah-mudahan , bu kami semua paham

Guru : apakah ada kesamaan prinsip assosiatif perkalian dengan penjumlahan?

Siswa : ia bu, sama banget...

Guru : bagus, coba kamu kelompok 4 kerjakan soal berikut ini: 4 x 25 x 10 =…..?

Siswa : siap bu kami akan menjawabnya dengan tepat dan cepat...

(4 x 25) x 10 = 100 x 10 atau 4 x (25 x 10) = 4 x 250 = 1000 =1000

Jadi, (4 x 25) x 10 = 4 x (25 x 10) 1000 = 1000

Guru : hebat kamu kelompok 4, sekarang kelompok 5 kerjakan sebagaimana yang dilakukan oleh kelompok 4 dengan soal sebagai berikut: 8 x 5 x 20 = ... ?

Siswa : siap bu kami akan menjawabnya dengan benar.

Guru : jika benda padat diletakkan ke dalam air, maka apa yang akan terjadi?

(8 x 5) x 20 = 40 x 20 atau 8 x (5 x 20) = 8 x 100 = 800 = 800

Jadi, (8 x 5) x 20 = 8 x (5 x 20) 800 = 800


(60)

akhir?

Siswa : sama saja, bu. Guru : ya, bagus.

Perolehan hasil belajar siswa pada pertemuan pertama siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Hasil Belajar Siswa pada Pertemuan Pertama Siklus II

No Hasil Tes Nilai Siklus II

1 Nilai Terendah 60

2 Nilai Tertinggi 90

3 Rata-rata Nilai 73.33

Dari data tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Gambar 3 Nilai Siklus II

0 20 40 60 80 100

Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Nilai 60

90

73.33

Nilai Siklus II


(61)

Pada tindakan 2 masih banyak hal yang harus dilakukan, terutama adalah antisipasi waktu yang diperlukan untuk menyajikan materi dan tugas kelompok. Waktu yang lebih banyak sebetulnya diperlukan oleh siswa yang kemampuannya dibawah dari rata-rata teman kelasnya.

Keterbatasan waktu berdiskusi dan mengkontribusikan jawaban tugas kelompok ini mengakibatkan siswa yang berkemampuan kurang belum dapat memahami secara keseluruhan tugas kelompok yang pada akhirnya siswa hanya menyalin jawaban soal-soal yang belum dipahami dari teman kelompoknya.

Kontrol guru juga masih lemah dan cendrung kesulitan mengkondisikan siswa untuk dapat mengikuti kegiatan pembelajaran matematika secara drill (latihan). Mengkondisikan siswa belajar dengan mendudukan mereka dalam kelompok akan memudahkan guru mengontrol aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, selain itu juga mereka akan lebih mudah mendapat bimbingan dari teman kelompoknya apabila kurang memahami informasi yang disampaikan guru, dan langsung mendapatkan koreksi dari temannya apabila mengalami kekeliruan.

Dari hasil pengamatan selain pendiam ternyata subjek juga malas untuk menulis. Keengganan siswa untuk menulis dapat diatasi dengan cara memeriksa dan menilai catatan mereka setiap selesai pembelajaran, dengan demikian mereka merasa terdorong untuk mengerjakan soal dengan baik.

Berdasarkan hasil tindakan 2 dan pemantauan guru bersama peneliti, temuan penelitian pada siklus tindakan 2 dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Dalam menjawab soal masih ada siswa yang belum aktif dalam menjawab soal matematika karena masing-masing kelompok didominasi oleh siswa yang cerdas dan sudah terbiasa maju ke depan kelas.

2) Siswa cenderung mengerjakan soal-soal dengan jalan pintas, hal ini terpengaruh karena kebiasaan pembelajaran guru yang menekankan pada pencapaian target kurikulum dengan kurang memperhatikan kesulitan siswa.


(1)

99

LAMPIRAN 10

GAMBAR AKTIVITAS PER SIKLUS

Gambar 1. Guru sedang membagikan lembar tugas kepada siswa untuk dikerjakan

Gambar 2. Guru sedang memberikan penjelasan kepada siswa yang memerlukan bantuan dalam kelompok kerja siswa


(2)

100

Gambar 3. Guru sedang memberikan bimbingan khusus kepada siswa yang belum mengerti


(3)

101

Gambar 5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab soal


(4)

102

Gambar 7. Guru sedang mengabsen siswa seblum dimulai pembelajaran sekaligus memberikan penjelasan tugas yang diberikan kepada siswa


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Penerapan metode Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas IV SDN Jeru 01.

0 7 24

Implementasi Metode Sosiodrama Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VI MI Baitul Muttaqin Kota Bekasi

3 37 124

Penerapan Metode Cooperative Jigsaw Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Mengenal Sistem Pemerintahan Pusat Di Mi Al-Mujahidin Kota Tangerang

3 24 115

Penerapan Metode Cooperative Jigsaw Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Mengenal Sistem Pemerintahan Pusat di MI Al-Mujahidin Kota Tangerang

3 30 115

Pemanfaatan Media Peta Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Dengan Pokok Bahasan Mengenal Peta Provinsi (Ptk Pada Siswa Kelas Iv Mis Al-Husna Kota Tangerang)

1 36 118

Penerapan Metode Pembelajaran Enrichment Model Renzulli Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X 1 Sma An-Najah Dalam Mata Pelajaran Sosiologi Pada Pokok Bahasan Interaksi Sosial

6 92 168

Penerapan Metode Drill untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sifat-Sifat Bilangan Bulat Pada Siswa Kelas IV MI Al-Istiqomah Tangerang Tahun Pelajaran 2013/2014”,

1 5 117

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XII TL1 SMKN 2 Kota Bima Pokok Bahasan Penerapan Listrik Statis dan Dinamis Tahun Pelajaran 2017/2018

0 0 7

Penerapan Metode Smart Games dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Operasi Bilangan Bulat pada Siswa SMP

0 1 6

Penerapan Snowballing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IXF SMPN 9 Blitar pada Materi Pola Bilangan

0 0 6