Implementasi Metode Sosiodrama Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VI MI Baitul Muttaqin Kota Bekasi
IMPLEMENTASI METODE SOSIODRAMA DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS VI MI
BAITUL MUTTAQIN KOTA BEKASI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh Meyti Minhati NIM: 1812011000030
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M/1437 H
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
i
Tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan metode sosiodrama dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di kelas VI MI Baitul Muttaqin Bekasi, dan dengan menggunakan metode sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul di dalam kelas.Metode ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Ketiga tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah-langkah yang sama dan difokuskan pada pembelajaran diskusi sebagai praktik dari keterampilan berbicara melalui Reciparocal Teaching.
Hasil Penelitia menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa dilihat pada hasil tes yang diberikan oleh peneliti.Nilai KKM yang harus dicapai siswa sebesar 70.Dengan demikian, penggunaan metode Sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan keaktifan siswa pada mata pelajaran SKI.Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui siklus/pertemuan yang telah dilakukan. Pada pra siklus niai rata-rata 60,31 ketuntasan klasikal 25%, pada siklus I siswa yang mencapai nilai KKM 4 siswa. Siklus I nilai rata-rata siswa 63,6 ketuntasan klasikalnya 50%, pada siklus I siswa yang mencapai nilai KKM 8 siswa. Siklus II nilai rata-rata siswa 70,6 ketuntasan klasikal 75%, pada siklus II siswa yang mencapai nilai KKM 12 siswa.
(7)
ii
Study Results Students on Subjects Islamic Cultural History VI the Class MI Baitul Muttaqin Bekasi.
The purpose of this research is to see how implement method sosiodrama in learning islamic cultural history ski in class VI MI house Muttaqin Bekasi, as to whether method sosiodrama can improve learning outcomes students on subjects Islamic cultural history (SKI)
Methods used in research is the methodology class action ( PTK ).PTK be implemented as efforts of the problems that emerged in kelas.metode was completed in three stages, including planning, implementation, and reflection.The third stage was a cycle place in a recurring and performed with langkah-langkah equal and focused on learning discussion as practices of skill speaking through reciparocal teaching.
The research showed the act of class of the study results students seen in tests given by peneliti.nilai kkm to be accomplished students at 70. whit this, usage method of sosiodrama can improve learning outcomes students and liveliness students on subjects ski.peningkatan it can be seen through the cycle / meeting that has been done.On pre cycle niai rata-rata 60,31 ketuntasan klasikal 25 %, on the cycle i students at the students kkm 4.I value cycle rata-rata students 63,6 ketuntasan klasikalnya 50 %, on the cycle i students at value kkm 8 students.Cycles ii value rata-rata students 70,6 ketuntasan klasikal 75 %, on the cycle ii students at value kkm 12 students.
(8)
iii
Alhamdullillahi Robbil ‘Alamin, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah–Nya, sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan. Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kehadirat baginda Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita dari zaman jahillyah ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan .
Dengan selesainya penulisan skripsi ini sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program SI Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, maka penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Prof.Dr.Dede Rosyada.MA. RektorUniversitas Islam NegeriSyarifHidayatullah Jakarta.
2. Prof.Dr.AhmadThib Raya.MA.DekanFakultasTarbiyahdanKeguruanUniversitas Islam NegeriSyarifHidayatullah Jakarta.
3. Dr. Abdul Majid Khon. M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. MarhamahSaleh,Lc.MA., Sekretaris Jurusan Pendidikan AgamaIslam(PAI) Fakultas IlmuTarbiyahdanKeguruanUINSyarifHidayatullahJakarta.
5. Ahmad Irfan Mufid, MA. Pembimbing dalam penyusunan skripsi ini yang dengan penuh kesabaran dan kearifan telah memberikan bimbingan, arahan, koreksidanmasukan-masukan kepada penulis demi kesempurnaannya penulisan skripsi ini.
(9)
iv
8. Umroh, S.Ag. Selaku Kepala Sekolah MI Baitul Muttaqin Kota Bekasi.
9. Lilis Nurul Husna, S.Pd.I selaku guru Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang sangat banyak memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini. 10.Segenap dewan guru dan StafT.UMI Baitul Muttaqin Kota Bekasi yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan.
11.Wondo Setiawan, suami tercinta yang telah memberikan bimbingan dan do’a serta materilnya dan ananda Carissa Azka Nafisah, yang selalu memberikan semangat untuk membantu proses penulisan skripsi ini serta memberikan motivasi yang besar untuk penulis.
12.Orang tua tercinta, Ibu Lala Latifah dan Bapak Syah bandar yang telah mengasuh penulis dengan penuh kasih sayang, memberikan dorongan baik moril, materil maupun spiritual karena do’a dan cinta kasih beliaulah, penulis dapat menjalani hidup dan memperoleh kesempatan belajar sampai saat ini.
13.Adik-adik tercinta Yusuf Bachtiar dan Akila Zika Al-amani yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
14.Siswa siswi MI Baitul Muttaqin Kota Bekasi, yang telah memberikan kesempatan, bantuan dan do’a kepada penulis .
15.Sahabat-sahabatku DMS PAI angkatan 2012 di kampus UIN SyarifHidayatullah Jakarta yang tidakbisasayasebutkansatu-persatuatasbantuandandoanya .
16.Serta semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Semoga segala perhatian, partisipasi dibalas oleh Allah SWT dan mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat dan sekaligus dapat menambah ilmu kita semua.
(10)
v
terdapat hal - hal yang kurang berkenan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.
Bekasi, 16 Juni 2016
(11)
vi
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
LEMBAR UJI REFERENSI
ABSTRAK………i
KATA PENGANTAR………iii
DAFTAR ISI………iv
DAFTAR TABEL………vi
DAFTAR LAMPIRAN………..……vii
BAB I PENDAHULUAN
………..…..1
A. Latar Belakang Masalah………..1
B. Identifikasi Masalah………6
C. Pembatasan Fokus Penelitian………..6
D. Perumusan Masalah Penelitian………. ……….……6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian………….……….….6
BAB II KAJIAN TEORI………8
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti……….…8
1. Pengertian Metode…….………...8
2. Metode Sosiodrama……….10
3. Pengertian Hasil Belajar………..16
(12)
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………27
A. Tempat dan Waktu Penelitian……….…27
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian……….….27
C. Subjek Penelitian……….30
D. Peran Dan Posisi Dalam Penelitian………..………...31
E. Tahapan Intervensi Tindakan………..………32
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan………..……….36
G. Data dan Sumber Data……….37
H. Instrumen Pengumpulan Data……….37
I. Teknik Pengumpulan Data………..37
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan………..38
K. Analisis Data dan Interprestasi Hasil Analisis………38
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan………...40
BAB IV HASIL PENELITIAN……….42
A. Deskripsi Data……..……….41
B. Analisis Data……….45
1. Pra Siklus..………..45
2. Pelaksanaan Siklus I..……….….47
3. Pelaksanaan Siklus II……….……….………52
C. Pembahasan Hasil Penelitian………59
1. Ketuntasan Belajar Klasikal………59
(13)
viii
(14)
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1………46
Tabel 4.2………47
Tabel 4.3………50
Tabel 4.4………51
Tabel 4.5………51
Tabel 4.6………56
Tabel 4.7………56
Tabel 4.8………57
(15)
x
DAFTARLAMPIRAN
1. Lampiran Uji Referensi.
2. Lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. 3. Lampiran Ringkasan Materi
4. Lampiran Soal Latihan 5. Lampiran Naskah Drama
6. Lampiran Surat Bimbingan Skripsi. 7. Lampiran SuratIzin Penelitian. 8. Lampiran Foto-foto Penelitian
(16)
1
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai arti memelihara dan member latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnnya, pengertian
“pendidikan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.1
Dalam Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 Ayat I Pasal I menyataka bahwa: Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak, khususnya keluarga, sekolah dan masyarakat. Perlu pula dikemukakan bahwa pelaksanaan pendidikan dilakukan melalui tiga kegiatan yakni membimbing, mengajar dan melatih.2
Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memeroleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Menurut Tradif, 1987 dalam buku Muhibbin Syah dalam pengertian yang luas dan respresentatif mewakili/mencerminkan segala segi,
pendidikan ialah … the total process of developing human abilities and
behavior, drawing on almost all life’s experiences. (Seluruh tahapan
pengembangan kemampuan-kemampuan dan perilaku-perilaku manusia, juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan).3
Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik bagi peranannya dalam masyarakat dimasa datang. Usaha tersebut dilaksanakan melalui aktivitas pembelajaran, bimbingan dan pelatihan.
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, Departemen Pendidikan Nasional.
2
Umar Tirtarahardja&S.L La Sulo, Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, cet 2, hal. 165
3
(17)
Untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni standar kompetensi yang harus dimilki siswa, guru sebagai ujung tombak pelaksanan pendidikan di lapangan sangat menentukan keberhasilannya. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa diikuti oleh kemampuan guru dalam mengimplementasikannya dalam kegiatan proses pendidikan, maka kurikulum itu tidak akan memilki makna.4
Kegiatan pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan. Metode pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Metode pembelajaran yang dipilih oleh guru harus relevan dan sesuai dengan rencana pembelajaran. Di dalam proses belajar mengajar menuntut guru dan siswa bersikap toleran, menjunjung tinggi prinsip kebersamaan serta berfikir terbuka. Dengan demikian guru dan siswa bersama-sama menggali kompetensinya masing-masing dengan optimal.
Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu aspek dari proses pendidikan, karena itu harus di desain dengan sedemikian rupa melalui perencanaan yang sistematis dan inovatif. Ketika berbicara dengan pembelajaran dapat di wujudkan manakala guru mempunyai sejumlah kompetensi.
Dalam upaya mewujudkan pengajaran yang mendidik, perlu pula dikemukakan bahwa setiap keputusan dan tindakan guru dalam rangka kegiatan belajar mengajar akan membawa berbagai dampak atau efek kepada siswa, baik efek intruksional maupun langsung dari bahan ajaran yang menjadi isi pesan dari belajar mengajar. Pemilihan kegiatan belajar mengajar yang tepat, baik ditinjau dari efek intruksional maupun efek pengiring, akan memberikan pengalaman belajar siswa yang efisien dan efektif untuk mewujudkan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini dapat dilaksanakan dilaksanakan secara konsisten apabila guru memilki wawasan kependidikan yang mantap dan menguaai pendekatan Cara Belajar Siswa
4
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(18)
Aktif penerapan ini akan memberikan peranan dan tanggung jawab yang seimbang antara guru dan siswa di dalam kegiatan belajar mengajar. 5
Fenomena yang terjadi di MI Baitul Muttaqin khususnya pada kelas VI mengalami sedikit kendala pada hasil belajar dalam mata pelajaran SKI dikarenakan sulitnya siswa dalam memahami dan mengingat tentang kisah-kisah sejarah yang yang terdapat pada pelajaran SKI. Mata pelajaran SKI sering dikeluhkan oleh siswa sebagai pelajaran yang sulit, jika keadaan ini dibiarkan terus menerus dalam waktu yang panjang tentu akan berpengaruh pada hasil belajar siswa baik pelajaran SKI maupun pada pelajaran lainnya.
Diperoleh hasil observasi pra-penelitian di MI.Baitul Muttaqin Bekasi, bahwa kenyataannya terdapat kendala-kendala yang dihadapi guru selama mengajar dan untuk itulah harus dicarikan pemecahan terhadap permasalahan tersebut. Di antara permasalahan yang paling utama sekali adalah ketidak aktifan siswa dalam pembelajaran SKI, kebanyakan siswa berbicara sendiri-sendiri tanpa menghiraukan guru yang menerangkan materi pelajaran. Demikianpun ketika guru memberikan pertanyaan, sebagian besar siswa tanpa komentar, hanya menerima apa yang mereka dapat dan enggan menanyakan materi yang tidak mereka fahami. Apalagi ketika guru meminta agar siswa bertanya, merekapun diam. Fakta ini dilator belakangi karena siswa kurang diberikan strategi pembelajaran yang memadai serta metode yang monoton dan kurang diberikan pengarahan dan pengertian akan pentingnya pembelajaran yang sedang berlangsung. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran di sekolah dibutuhkan kreativitas dan keaktifan seorang pengajar dalam membuat strategi dan metode belajar mengajar semenarik mungkin sehingga menimbulkan motivasi belajar siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran SKI.
Selama ini guru hanya menggunakan metode bercerita untuk menyampaikan pembelajaran SKI. Evaluasi yang diberikan kepada siswa
5
Umar Tirtarahardja&S.L La Sulo, Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, cet 2, hal. 174
(19)
hanya saat ulangan harian yang dilaksanakan ketika habis materi dalam satu bab.
Jauh dengan harapan dan tujuan yang diharapkan oleh sekolah yakni siswa mampu memahami materi yang diberikan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar pada pelajaran SKI itulah guru memberikan wewenang kepada peneliti untuk melakukan tindakan yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran SKI.
Dalam kegiatan belajar mengajar, peran siswa dan guru haruslah seimbang dan bisa memberikan timbale balik untuk mendapatkan hasil yang baik sesuai dengan yang diharapkan. Tidak hanya guru yang harus aktif dalam pembelajaran, namun siswa pun harus diikut sertakan keaktifannya. Dengan begitu kegiatan belajar mengajar akan berjalan optimal. Untuk mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar tersebut guru harus kreatif untuk bisa mencari dan menggunakan metode apa yang cocok untuk digunakan dalam penyampaian materi dalam kegiatan belajar mengajar. Guru harus selalu memperhatikan aktifitas siswa agar tidak ada siswa yang pasif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Keaktifan peserta didik tercermin dari partisipasi/respon mereka baik dalam betanya, menjawab pertanyaan guru, menanggapi permasalahan maupun materi yang diajarkan.
Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan belajar aktif adalah dengan memberikan tugas belajar yang dilakukan dalam kelompok kecil peserta didik dan keragaman pendapat, pengetahuan, seta keterampilan mereka akan membantu menjadikan belajar bersama sebagai bagian berharga dari iklim belajar dikelas.
Untuk mencapai proses belajar mengajar yang terarah dan efektif diperlukan metode pembelajaran yang menyenangkan, yang dapat membangkitkan hasil belajar siswa, salah satunya adalah metode pembelajaran sosiodrama. Metode sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan sejarah. Metode Sosiodrama bermain peran diharapkan siswa mampu memahami dan mencapai hasil belajar yang di harapkan. Pemilihan Metode
(20)
Sosiodrama bermain peran yang akan membantu siswa dan guru dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai, metode Sosiodrama bermain peran memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktekkan keterampilan spesifik yang di pelajari dikelas.
Peneliti memilih metode ini karena mempunyai keunggulan diantaranya peserta didik dapat menggunakan daya fikirnya yang makin lama makin bertambah baik, karena dengan dilakukanya sosiodrama sehingga siswa mampu mengingat cerita yang terdapat di dalam teks drama yang diperankan oleh siswa.
Penelitian tindaka kelas ini peneliti terapkan di MI Baitul Muttaqin Bekasi. Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses belajar mengajar dan hasil belajar khususnya pada mata pelajaran SKI siswa kelas VI, ditemukan beberapa permasalan, diantaranya: Pertama, selama ini dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran terbiasa dengan pembelajaran yang biasa saja, dimana siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa cenderung pasif. Kedua, pembelajaran masih satu arah (ceramah) belu bervariasi sehingga dalam belajar mengajar terkesan kaku, kurang fleksibel, kurang demokratis dan cenderung menggunakan satu metode. Selama ini pelajaran SKI dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Sehingga mata pelajaran SKI tidak dianggap sebagai mata pelajaran yang dapat membina siswa agar memiliki kecakapan, kreatif, kritis untuk memahami hal-hal tentang sejarah. Penilaian pembelajaran yang biasa saja hanya mencerminkan kemampuan siswa melalui isi materi tes.
Sehubungan dengan latar belakang tersebut maka penulis mencoba mengangkat penelitian tindakan kelas ini, bagaimana menerapkan metode sosiodrama untuk meningkatkan hasil belajar dalam memahami materi pelajaran SKI dalam metode Soiodrama siswa kelas VI MI Baitul Muttaqin Bekasi. Dari permasalahan yang dilihat penulis tertarik untuk megadakan penelitian tentang “Implementasi Metode Sosiodrama Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VI MI Baitul Muttaqin Kota Bekasi“
(21)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kurangnya kemampuan dan pemahaman siswa dalam memahami pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
2. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Penelitian ini lebih difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran SKI dengan mengimplementasikan metode Sosiodrama agar siswa mudah memahami materi pembelajaran. Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas VI MI Baitul Muttaqin Bekasi yang berjumlah 16 orang siswa yang terdiri dari 13 siswa perempuan dan 3 siswa laki-laki. Metode sosiodrama yang dimaksudkan adalah suatu metode dalam pembelajaran dengan memberikan naskah drama yang diperankan kepada siswa yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode sosiodrama, dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan metode sosiodrama pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas VI MI Baitul Muttaqin Bekasi?
2. Apakah metode sosiodrama dapat meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayyan Islam di kelas VI MI Baitul Muttaqin?
E. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan penelitian
Dari tujuan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat diketahui:
(22)
a. Untuk mengetahui implementasi penerapan metode Sosiodrama dalam pembelajaran materi Sejarah Kebudayaan Islam.
b. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan menggunakan metode Sosiodrama.
2. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Bagi siswa, Penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, melalui penggunaan metode Sosiodrama siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran khususnya mata pelajaran SKI.
b. Bagi Guru, penelitian ini dapat membantu guru memperbaiki metode pembelajaran mata pelajaran SKI, agar tidak monoton dan untuk meningkatkan hasil belajar dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran SKI dan dapat meningkatkan keterampilan guru dalam proses pembelajaran mata pelajaran SKI di kelas VI MI Baitul Muttaqin.
c. Bagi Sekolah dan Pendidikan secara umum penelitian ini memberikan nilai positif tentang metode pembelajaran pendidikan agama Islam, mengatasi kesulitan pada mata pelajaran SKI di kelas VI MI Baitul Muttaqin dan menciptakan kerjasama yang kondusif antara guru dengan sekolah untuk kemajuan sekolah dalam pelajaran pendidikan agama Islam.
(23)
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Pengertian Metode
Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan suatu pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.6
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) metode adalah cara mengajar,7 yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Jadi metode bisa berarti jalan atau cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.8
Menurut Abdul Majid, Metode Secara harfiah berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari kata “mefha” yang artinya melalui, “hodos” yang artinya jalan atau cara, Metode proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Berbagai pendekatan harus dijabarkan kedalam metode pembelajaran PAI yang besifat prosedural. “Bagi
segala sesuatu itu ada metodenya, dan metode masuk surga adalah ilmu”
(HR. Dailami)9. Jadi kata umum atau luas metode atau metodik berarti ilmu tentang jalan yang dilalui untuk mengajar kepada anak didik supaya dapat tercapai tujuan belajar dan mengajar.
6
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung, PT. Remaja Rsdakarya, 2011. Cet, ke 17. H.198
7
Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama.
8
Pupuh Fathurrohman dan M.Sobry sutikno, Strategi Belajar Mengajar melalui
penanaman konsep umum dan konsep islami, ( Bandung:Refika Aditama,2009 ), hal: 15
9
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,2011), cet. 7, hal. 136
(24)
Metode mengajar adalah bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar. Strategi belajar mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan belajar.10
Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai sesuatu prosedur atau proses yang teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran.11
Metode pembelajaran yaitu cara guru menyampaikan materi pelajaan, seperti metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, pemecahan masalah, dan sebagainya. kriteria yang digunakan antara lain: kesesuaiannya dengan kompetensi dasar dan hasil belajar, kesesuainnya dengan kondisi kelas/sekolah, kesesuainnya dengan tingkat perkembangan peserta didik, kemampuan guru dalam menggunakan metode, dan waktu yang tersedia.12
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapapai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian system pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu srtategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.13
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara untuk menyampaikan tujuan dalam pembelajaran. Metode juga sebagai cara yang dilakukan seseorang untuk
10
J.J, Hasibun dan Moedjono, Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya, 2004 cet.10. h.3
11
Suyono & Hariyanto, Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya hal.19
12
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 24
13
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana 2011, hal. 146
(25)
mengimplementasikan rencana yang sudah disiapkan dalam bentuk kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semakin baik metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, semakin baik pula hasil belajar yang akan dicapai.
Berkenaan dengan metode, al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125 telah memberikan petunjuk mengenai metode pendidikan secara umum, yaitu:
“Serulah (semua manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik, dan debatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari
jalan-Nya dan Dialah lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”14
Jadi dapat disimpulkan dari ayat diatas bahwa penggunaan pembelajaran dengan cara-cara yang baik dapat menghasilkan tujuan yang baik pula.
2. Metode Sosiodrama
a. Pengertian Metode Sosiodrama
Sosiodrama adalah sandiwara, teater15 atau model pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-maalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, mengapa dikatakan model pembelajaran sosial? Karena pendekatan pembelajaran yang termasuk dalam kategori model ini menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model dalam kategori ini difokuskan pada peningkatan kemampuan individu dalam berhubungan dengan orang
14
Darus Sunnah, Al-Kamil, Al-Qur’an Terjemah, hal.282
15
(26)
lain, terlibat dalam proses demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat.16
Model ini, Pertama, dibuat berdasarkan asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik ke dalam situasi permasalahan kehidupan nyata. Kedua, bahwa bermain peran dapat mendorong siswa siswa mengeks-presikan perasaannya dan bahkan melepaskan.
Ketiga, bahwa proses psikologis melibatkan sikap, nilai, dan
keyakinan (belief) kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis. Model ini dipelopori oleh George Shaftel.
Jika diartikan secara harfiah, sosiodrama terdiri dari dua kata, yaitu sosio yang artinya masyarakat dan drama artinya keadaan seseorang atau suatu kejadian dalam kehidupan manusia yang mengandung konflik kejiwaan, pergolakan clash atau benturan antara dua orang atau lebih. Metode sosiodrama adalah bentuk metode mengajar dengan mendramakan atau memerankan tingkah laku didalam hubungan sosial dengan tujuan memberi pemahaman dan penghayatan serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.17
Sosiodrama adalah bentuk metode mengajar dengan mendramakan atau memerankan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial. Metode Sosiodrama dapat memberikan penghayatan yang lebih luas kepada siswa terhadap materi pelajaran.
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antar manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. sosiodrama digunakan untuk
16
Hamzah B.Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. Jakarta, Bumi Aksara, 2012. H.25
17
(27)
memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.18
Sosiodrama dan bermain peran cocok digunakan bila mana :
1) Sosiodrama adalah model pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-maalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, mengapa dikatakan model pembelajaran sosial? Karena pendekatan pembelajaran yang termasuk dalam kategori model ini menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model dalam karegori ini difokuskan pada peningkatan kemampuan individu dalam berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat. (hamzah B.uno), model pembelajaran menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif
Pelajaran dimaksudkan untuk menerangkan peristiwa yang dialami dan menyangkut orang banyak berdasarkan pertimbangan didaktis. 2) Pelajaran tersebut dimaksudkan untuk melatih siswa agar
menyelesaikan masalah- masalah yang bersifat psikologis.
3) Untuk melatih siswa agar dapat bergaul dan memberikan kemungkinan bagi pemahaman terhadap oranglain beserta permasalahannya.19
b. Kelebihan Sosiodrama
Beberapa kelebihan dari metode sosiodrama, yaitu :20
1) Dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
18
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana 2011, hal.160
19
M. Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta : Ciputat Press, 2010, hlm. 51
20
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana 2011, hal.160
(28)
2) Mengembangkan kreativitas siswa, karena siswa diberi kesempatan untuk memainkan peran sesuai dengan topik yang disimulasikan. 3) Memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
4) Memperkaya pengetahua, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematik.
5) Dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
c. Kelemahan Metode Sosiodrama
Beberapa kelemahan metode sosiodrama yaitu:
1) Pengalaman yang diperoleh tidak selalu tepat dengan kenyataan di lapangan.
2) Pengelolaan yang kurang baik, sering dijadikan alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3) Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa.
d. Langkah-langkah dalam bermain Sosiodrama
Sosiodrama (Bermain peran) sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain. Proses bermain peran ini dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa untuk:
1) menggali perasaannya
2) memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai, dan persepsinya
3) mengembangkan keteramilan dan sikap dalam memecahkan masalah, dan
4) mendalami mata pelajaran dengan berbagai macam cara.21
21
(29)
a) Prosedur pembelajaran
Keberhasilan model pembelajaran melalui bermain peran tergantung pada kualitas permainan peran yang diikuti dengan analisis terhadapnya. Di samping itu, tergantung pula pada persepsi siswa tentang peran yang dimainkan terhadap situasi yang nyata.
Prosedur bermain peran terdiri atas Sembilan langkah, yaitu: (1) Pemanasan
(2) Memilih partisipan
(3) Menyiapkan pengamat (observer) (4) Menata panggung
(5) Memainkan peran (6) Diskusi dan evaluasi (7) Memainkan peran ulang
(8) Diskusi dan evaluasi kedua, dan (9) Berbagi pengalaman dan kesimpulan.
Langkah pertama, pemanasan. Guru berupaya memperkenalkan siswa
pada permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua orang perlu mempelajari dan menguasainya.
Langkah kedua, memilih permainan (partisipan). Siswa dan guru
membahas karakter dari setiap pemain dan menentukan siapa yang akan memainkannya.
Langkah ketiga, menata panggung. Dalam hal ini guru mendiskusikan
dengan siswa dimana dan bagaimana peran itu akan dimainkan. Apa saja kebutuhan yang diperlukan.
Langkah keempat, guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat.
Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa pengamat di sini harus juga terlibat aktif dalam permainan peran.
Langkah kelima, permainan peran dimulai. Permainan peran dilaksanakan
secara spontan. Pada awalnya akan banyak siswa yang masih bingung memainkan perannya atau bahkan tidak sesuai dengan peran yang seharusnya
(30)
ia lakukan. Bahkan, mungkin ada yang memainkan peran yang bukan perannya.
Langkah keenam, guru bersama siswa mendiskusikan permainan tadi dan
melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan.
Langkah ketujuh, permainan peran ulang. Seharusnya, pada permainan
peran kedua ini akan berjalan lebih baik. Siswa dapat memainkan peran lebih sesuai dengan skenario.
Dalam diskusi dan evaluasi pada langkah kedelapan, pembahasan diskusi dan evaluasi lebih diarahkan pada realitas.
Pada langkah kesembilan, siswa diajak untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan.
b) Aplikasi
Melalui permainan peran, siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk mengenal perasaannya sendiri dan perasaan orang lain. Mereka memperoleh cara berprilaku baru untuk mengatasi masalah seperti dalam permainan perannya dan dapat meningkatkan keterampilan memecahkan masalah.
Maka alasan peneliti memilih metode sosiodrama bermain peran adalah siswa lebih aktif dalam pembelajaran dengan bermian peran sesuai dengan pokok bahasan dan lebih mudah untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru.
e. Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Pembelajaran aktif adalah seseorang yang kecendrungan alamiahnya selalu tertuju pada ekseperimentasi aktif dan tidak menyukai obervasi reflektif yang menjadi idola pembelajaran reflektif. Pembelajaran aktif akan belajar lebih baik dalam situasi-situasi yang membuat ia mampu untuk melakukan sesuatu secara fisik.22
Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung, dan secara pribadi menarik hati. Sering kali, peserta didik tidak hanya terpaku di
22
Dina Indriani, Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif, cet.1, Yogyakarta: Diva Press 2011.
(31)
tempat-tempat duduk mereka, berpindah-pindah dan berpikir keras. Belajar aktif merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategi pembelajaran yang komprehensif (mampu menangkap). Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran.23
Pembelajaran aktif atas informasi, keterampilan, dan sikap berlangsung melalui proses penyelidikan atau proses bertanya. Siswa dikondisikan dalam sikap mencari (aktif) bukan sekedar menerima (reaktif). Dengan kata lain, mereka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada mereka atau pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan sendiri. Mereka mengupayakan pemecahan atas permasalahan yang diajukan oleh guru. Mereka tertrik untuk mendapatkan informasi atau menguasai keterampilan guna menyeleasaikan tugas yang diberikan kepada mereka. Dan mereka dihadapkan dengan persoalan yang membuat mereka tergerak untuk mengkaji apa yang mereka nilai dan yakini. Semua ini terjadi bila siswa dilibatkan dalam tugas dan kegiatan yang secara halus mendesak mereka untuk berfikir, bekerja, dan merasa. Kita dapat membuat jenis-jenis kegiatan ini dengan menggunakan banyak strategi.24
3. Pengertian Hasil Belajar a. Pengertian Belajar
Belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. 25Belajar adalah aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keteramilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains
23
Mel Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Pustaka Insan Madani cet.6 2009
24
Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Edisi Revisi, Penerbit Nuansa, hal.116
25
(32)
konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman. Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan. Definisi ini merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains secara konvensional, dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah terserak di alam, tinggal bagaimana siswa atau pembelajar bereksplorasi, menggali dan menemukan kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan.26
b. Tujuan Belajar
Tujuan belajar yaitu membentuk makna. Makna diciptakan para pembelajar dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.
Proses belajar adalah proses kontruksi makna yang berlangsung terus menerus, setiap kali berhadapan dengan fenomena atau pengalaman baru diadakan rekonstruksi, baik secara kuat atau lemah. Proses belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih sebagai pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan perkembanga itu sendiri.
Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebagai hasil interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung kepada apa yang telah diketahui pembelajar konsep-konsep, tujuan-tujuandan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari. 27
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru.28
Selanjutnya, dalam perspektif keagamaan pun (dalam hal ini Islam), belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh
26
Suyono & Hariyanto, Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya hal.9
27
Ibid, h. 127
28
(33)
ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupannya meningkat. Hal ini dinyatakan dalam Q.S Mujadilah : 11
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu.,
“Berilah kelapangan didalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatan, “Berdirilah
kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang
-orang yang beriman diantaramu dan -orang--orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al-Mujadilah :11)29
Untuk mencapai hasil belajar yang ideal seperti di atas, kemampuan para pendidik teristimewa guru dalam membimbing belajar murid-muridnya amat dituntut. Jika guru dalam keadaan siap dan memilki profisiensi (berkemampuan tinggi) dalam menunaikan kewajibannya, harapan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas sudah tentu akan tercapai.30
Penganalisisan terhadap tes hasil belajar sebagai suatu totalitas dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, penganalisisian yang dilakukan dengan jalan berpikir secara rasional atau penganalisisian dengan menggunakan logika. Kedua, penganalisisian yang dilakukan dengan mendasarkan diri kepada kenyataan empiris.31
29
Ibid, hal.544.
30
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya. cet. Ke-18 Hal.94
31
Sudaryono, Dasara-dasar Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Graha Ilmu 2012, hal.140
(34)
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan.
c. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang telah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil pada dasarnya merupakan sesuatu yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan perubahan pada individu, yakni perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Hasil belajar merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha tertentu. Dalam hal ini hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu setelah mengikuti proses belajar mengajar.
Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.32
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita.
Masing-masing jenis belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris.
Dalam system pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya ke dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.33
32
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.30.
33
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosadakarya, 2010), h.22
(35)
1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
a) Tipe hasil belajar: Pengetahuan
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemah dari kata
knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian,
maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama-nama-nama kota.
b) Tipe hasil belajar: Pemahaman
Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau di dengarnya. c) Tipe hasil belajar: Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.
d) Tipe hasil belajar: Analisis
Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi undur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaakan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.
e) Tipe hasil belajar: Sintesis
Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berfikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif.
(36)
Berfikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan.
f) Tipe hasil belajar: Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gahasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materil,dll.
2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,
yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin,motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.
3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan
dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yaitu: gerakan reflex, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam meguasai isi bahan pengajaran. Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dalam diri siswa itu sendiri dan faktor dari luar siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri siswa terutama kemampuan kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan
(37)
kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan lain-lain.
4. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses atau cara perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.34 Pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan yang teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran.35
Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut tarikh, yang menurut bahasa berarti ketentuan masa, sedangkan menurut istilah berarti “keterangan yang terjadi dikalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa yang
masih ada”. Dalam bahasa Inggris disebut history, yang berarti “pengalaman
masa lampau dari umat manusia”.36
Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud.
a. Wujud ideal yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan.
b. Wujud kelakuan yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
c. Wujud benda yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya.
Landasan Kebudayaan Islam adalah Agama. Jadi dalam Islam, tidak seperti masyarakat yang menganut agama, agama bukanlah kebudayaan tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Kalau kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia, maka agama Islam adalah wahyu dari Tuhan.37
34
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, Departemen Pendidikan Nasional.
35
Suyono&Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2012, hal.19
36
Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Proyek Pembinaan dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam 1986, hal 1
37
(38)
Islam adalah akidah yang langsung berbicara dengan ruh dan akal. Ia mengajak manusia agar mengarahkan ruh dan akalnya serta membersihkan keduanya dari pengaruh-pengaruh negatif dan ulah orang-orang jahiliyah.38
Sedangkan SKI adalah singkatan dari Sejarah Kebudayaan Islam yang merupakan sebuah mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, keteladanan, pengguanaan pengalaman dan pembiasaan.
Pada Prinsipnya pembelajaran sejarah islam, yang tertera pada ayat
Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 27-31 dalam menenerapkan metode sosiodrama ini yaitu sebagai berikut:
27. “Dan diceritakan (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang
kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka kurban salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang
lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti
38
(39)
membunuhmu!” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakqa.”
28. “Sungguh, jika engkau (Qabil) menggeraka tanganmu kepadaku untuk
membunuhku, aku tidak akan menggerakan tanganku kepadamu untuk
membunuhmu. Aku takut kepada Allah, Tuhan selurih alam.”
29. “Sesungguhnya aku ingin agar engkau kembali dengan (membawa) dosa
(membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni
neraka dan itulah balasan bagi orang yang zalim.”
30. “Maka nafsu (Qabil) mendorong untuk mebunuh saudaranya, maka jadilah dia termasuk orang yang rugi.”
31. “ Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk
diperlihatkan kepadanya(Qabil) bagaimana dia seharunyamenguburkan mayat saudaranya. Qabil berkata, :Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan
mayat saudaraku ini?” Maka jadilah dia termasuk orang yang menyesal.39
Ayat diatas menjelaskan kepada kita bahwa kisah yang terjadi sejak dahulu kala. Hal ini terbukti putra Nabi Adam As telah melakukan kejahatan pembunuhan terhadap saudaranya sendiri. Dalam Ayat tersebut juga diterangkan bahwa kita berkewajiban untuk mennceritakan kisah-kisah itu dengan yang sebenarnya, karena sesuai dengan keterangan dalam surat Yusuf Ayat 111, bahwa setiap kisah itu mengandung pelajaran-pelajaran yang berarti bagi umat manusia, khususnya umat islam yang mau menggunakan akhlaknya untuk berfikir.
39
(40)
QS. Yusuf ayat 111 sebagai berikut:
Artinya: sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran
bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman. (Q.S Yusuf :111)40
Pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), banyak sekali kisah-kisah atau permasalahan yang terjadi pada masa lalu/zaman Nabi yang bisa diterapkan pada metode sosidrama yang diperankan kepada siswa untuk melatih siswa agar aktif dalam pembelajaran SKI dan mengajak siswa untuk merasakan dan mengalami peristiwa sejarah pada masa lampau.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebelum mengajukan penelitian dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, peneliti terlebih dahulu melakukan survey terhadap hasil penelitian yang membahas tentang metode Sosiodrama, yaitu dengan cara membaca dan memahami hasil penelitian yang telah ada di perpustakaan, terutama hasil yang berkaitan dengan tema penelitian ini. Dalam hasil yang Relevan ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa penelitianyang dilakukan terdahulu relevansinya dengan judul skripsi ini. Adapun karya-karya skripsi tersebut adalah:
1. Penelitian yang dilakukan Shidiq Anshori (109011000274) Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta dalam skripsinya yang
40
(41)
berjudul Pengaruh Penerapan Metode Sosiodrama Terhadap Minat Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Siswa di MTS Yatamu
Pasawahan Kabupaten Cirebon. menyimpulkan bahwa pembelajaran
dengan metode sosiodrama berpengaruh terhadap minat belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan pada nilai R Squer = 0,318 atau 31,8% sisanya 68,2% adalah pengaruh dari faktor lain.
Persamaan yang ada pada skripsi ini adalah penggunaan metode sosiodrama. Perbedaan yang terdapat pada skripsi Shidiq Anshori yakni meneliti tentang minat belajar siswa. Dan hasil dari skripsi Shidiq Anshori tersebut menunjukan bahwa adanya peningkatan minat belajar siswa dengan menggunakan metode sosiodrama.41
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Hubbudin (1070 11000061) Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri Syarif Hidatullah Jakarta yang berjudul Analisis Pencapaian Tujuan Pembelajaran Dalam Perspektif PAIKEM : Implementasi Sosiodrama dalam Pembelajaran PAI.
Persamaan yang terdapat pada skripsi ini sama-sama menggunakan metode Sosiodrama. Perbedaan pada skripsi Ahmad Hubbudin tersebut menggunakan tujuan pembelajaran PAIKEM. Dan hasil dari skripsi Ahmad Hubbudin tersebut menunjukan adanya Pencapaian Tujuan Pembelajaran Dalam Perspektif PAIKEM.42
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut, dengan menerapkan metode Sosiodrama pada siswa kelas VI MI Baitul Muttaqin Bekasi, maka diharapkan akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
41
Shidiq Anshori Pengaruh Penerapan Metode Sosiodrama Terhadap Minat Belajar
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Siswa di MTS Yatamu Pasawahan Kabupaten Cirebon, Skripsi
S1UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
42
Ahmad Hubbudin, Analisis Pencapaian Tujuan Pembelajaran Dalam Perspektif
PAIKEM : Implementasi Sosiodrama dalam Pembelajaran PAI. Skripsi S1UIN Syarif
(42)
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian di MI Baitul Muttaqin medan satria Bekasi. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2015 sampai dengan 24 September 2015. Kegiatan pelaksanaan siklus I pada tanggal 27 Agustus 2015 sampai Tanggal 3 September 2015 Pelaksanaan siklus II pada tanggal 10 September 2015 sampai 24 September 2015.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian 1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan (action research). Penelitian menunjukan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodelogi tetentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.43
Penelitian Tindakan Kelas memilki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam PTK (guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Diimplementasikan dengan benar, artinya sesuai dengan kaidah-kaidah PTK. Upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar dikalangan para guru.44
43
Suharsimi Arikunto,dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2007, hlm.2
44
(43)
Secara ringkas tujuan utama penelitian tindakan adalah untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan praktik atau layanan pembelajaran.) Penelitian tindakan menekankan kepada kegiatan (tindakan) dengan menguji cobakan suatu ide ke dalam praktek atau situasi nyata dalam skala mikro, yang diharapkan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. 45
Fokus penelitian ini adalah terletak pada tindakan-tindakan alternatif yang dibuat oleh peneliti, kemudian diuji cobakan dan di evaluasi apakah tindakan itu dapat memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa.
Beberapa keunikan dari Penelitian Tindakan Kelas, diantaranya sebagai berikut :
a. PTK merupakan kegiatan penelitian yang tidak saja berupaya untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiahnya.
b. PTK merupakan bagian penting dari upaya pengembangan profesional guru (tumbuhnya sikap profesional dalam diri guru) karena PTK mampu membelajarkan guru untuk berpikir kritis dan sistematis, mampu membiasakan–membelajarkan guru untuk menulis dan membuat catatan.
c. Hal yang dipermasalahkan bukan dihasilkan dari kajian teoritis atau dari hasil penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya permasalahan yang nyata dan aktual yang terjadi dalam pembelajaran di kelas.
d. PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata dan jelas mengenai hal- hal yang terjadi di dalam kelas.
e. Adanya kolaborasi (kerja sama) antara praktisi (guru, kepala sekolah, siswa, dan lain- lain) dan peneliti dalam pemahaman kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action).
45
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan , Jakarta : Bumi Aksara, 2006,hlm.70
(44)
f. PTK dilakukan hanya apabila ada keputusan kelompok dan komitme untuk pengembangan, untuk meningkatkan profesionalisme guru dan untuk memperoleh pengetahuan sebagai pemecahan masalah. 46
2. Intervensi Tindakan Rancangan Siklus Penelitian
Rancangan Penelitian yang dirancang oleh peneliti adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pelaksanaan penelitian diawali dengan observasi yang dilaksanakan pada minggu ke-tiga bulan Juli yang berawal dengan mencari masalah yang ada di sekolah, dilanjutkan pada minggu ke-dua bulan Agustus dengan melakukan pre tes untuk mengamati hasil observasi. Setelah melakukan pre tes, peneliti melakukan perencanaan pembelajaran dan dilaksanakan penelitian pada minggu ke-empat bulan Agustus, yang terdiri dari sati siklus dengan dua kali pertemuan. Kemudian penelitian dilanjutkan pada minggu ke-dua pada bulan September, yang terdiri dari satu siklus dan termasuk dalam siklus ke-dua dalam penelitian. Perencanaan ini dilaksanakan untuk mengetahui berbagai permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran SKI. Dan melaui metode Sosiodrama dalam pembelajaran SKI dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran SKI. Kemudian melakukan focus masalah dan merumuskannya. Selanjutnya disusunlah rencana desain pembelajaran melalui metode sosiodrama.
b. Tindakan
Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajran SKI melalui metode sosidrama dilakukan setelah melalui pra penelitian, menemukan solusi dan membuat rencana, maka pelaksanaan kegiataan perencanaan yang sudah disusun dan yang akan
46
(45)
dilaksanakan oleh peneliti disesuaikan dengan langkah-langkah yang telah dibuat, kemudian menetapkan aturan dalam pelaksanaan kegiatan dan selanjutnya mengamati dan menganalisa.
c. Observasi
Peneliti dilakukan sebanyak du siklus, dan dalam setiap tindakan peneliti mengamati dan mencatat semua peristiwa penting yang terjadi dalam proses pelaksanaan penelitian, yang dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi. Observasi dilakukan pada waktu bersama dengan kegiatan belajar siswa.
d. Refleksi
Setelah peneliti melakukan kegiatan pengamatan, kemudian dianalisa dan diskusi dengan kolaborator, dan lain-lain, tentang apa yang telah berlangsung. Selanjutnya kembali diadakan perenungan, menganalisa kembali segi-segi tindakan mana yang perlu diperbaiki, berdasarkan hasil penelitian, meliputi kegiatan analisa hasil pengukuran, sekaligus menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah keaktifan dan kemampuan siswa dalam bermain peran (sosiodrama) dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran SKI kelas VI MI Baitul Muttaqin, dengan jumlah siswa 16 anak yang terdiri dari 13 perempuan dan 3 laki-laki. dengan subyek penelitian yang dikenai tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
(46)
Siswa kelas VI MI Baitul Muttaqin Bekasi Tahun Ajaran 2015/2016.
Tabel 3.1
Daftar nama siswa siswi MI Baitul Muttaqin
No Nama Tempat, tgl lahir Nama Orang tua
1 Alya Syamsal Hawa Bekasi, 09-12-03 Oman S 2 Dea Oktaviani Bekasi, 29-10-04 Sahrul 3 Dela Aulia Bekasi, 05-12-04 Deden 4 Dinda Mutiara A Bekasi, 10-11-04 Hadi Ismail 5 Hafidz Maulana Bekasi, 12-09-03 Anwar 6 Indah Rosalia Bekasi, 20-12-04 Sadar
7 Maulida Rahma Bekasi, 16-05-04 Jamaluddin Yusuf 8 M. Riyadis Solihin Bekasi, 09-09-04 Soleh
9 Nabila Putri Atira Bekasi, 17-02-04 Nurdin 10 Nisa Nurfarisa Bekasi, 31-03-04 Diding 11 Nur Aulia Firli Bekasi, 11-11-04 Ikhsan 12 Pasha Shabrina Aulia Bekasi, 09-10-04 Bagus Aryo 13 Prihatin Nur Aeni Bekasi, 09-11-03 Amat 14 Sabilatus Syifa Bekasi, 25-05-05 Sudarno 15 Sabiq Rejib Aulia Bekasi, 17-09-03 Anas Fuadi 16 Syahla Febriyanti Bekasi, 24-02-04 Sugiharto
D. Peran dan Posisi Dalam Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran SKI MI Baitul Muttaqin Bekasi. Peneliti berperan dalam merancang rencana pembelajaran dan mengolah data hasil penelitian. Peneliti dan guru mata pelajaran SKI berperan sebagai pengajar dan berkolaborasi mengevaluasi hasil kegiatan belajar mengajar.
(1)
24. t7
Sudaryono, Dasara-dasar
EvaluasiPembelajaran, Yogyakarta:
Graha
Ilmu2012
/
25.
l8
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar,(Jakarta: Burui Aksara,
20ll)
26.
l9
Nana
Sudjana,Penilaian
Hasil
ProsesBelajar
Mengajar, (Bandung:
Remaja Rosadakarya, 2010)27. 21
Suyono&Hariyanto,
Belajar
danPentbelajoran, Bandung:
PT
RemajaRosdakarya 2012
28 2t
Zuhairini
dl<k, Sejarah Pendiclikan Islaru, Proyek Pembinaandan
Sarana PerguruanTinggi
Agama/IAIN
di
Jakarta DirektoratJendral
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam 198629 22
Badri Yatim,
Sejarah
Peradaban Islam, .Iakafta: PT Grafindo Persada30 22
Ali
HusniAl-Khurbutly,
Peradaban Islam Kon tep or er, Granada Nadia3l
25Shidiq
Anshori
Pengaruh
PenerapanMetode
Sosiodrama Terhadap
MinotBelaiar
Sejarah KebudayaanIslam
(SKI)Siswa
di MTS
Yata:mu
Pasowahan Kabupaten Cirebon, SkripsiSIUIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.J1- 26
Ahmad Hubbudin,
Analisis
Pencapaian Tu.iuon PembelajoronDalom
Perspektif PAIKEM;
lmplementasi Sosiodrama dalam PembelajaranPAI.
Skripsi
SIUIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.BAB
III
JJ 27 Suharsimi Arikunto,dkk, P e n e I iti on
Tindakan Kelas, Jakafia: Bumi Aksara,
2007
34 21 Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas, .Iakarla: PT RajaGrafindo Persada, 2008
35 27 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial clan Pendidikan
,
Jakarta : Bunri Aksara,(2)
36 28 Suharsimi Arikunto dkk, Opcit BAB
IV
37 43
ffiffir"kumentasi
Arsip
Mr
Baitut
l4l
Jakarta, 11Maret2016
Dosen Pembimbing Skripsi
Ahmad lrfan Mufid.
MA
(3)
KEMENTERIAN AGAMA
-*
Hrr+rr(JAKARTA{al]-U
),',,i-t**"
*ossciputat 15412 tndonesiaFORM (FR)
No. Dokumen
:
FITK-FR-AKD-082 Tgl.Terbit :
1 Maret 2010No.
Revisi: :
01Hal 1t1
SURAT PERMOHONAN
IZIN
PENELITIAN
Nomor : Un.01lF. 1/KM.01 .31.081
6
1201 5Lamp.
: OuflrnezSkripsiHal
:Permohonan lzin Penelitian
Tembusan:
1.
Dekan FITK2.
Pembantu Dekan Bidang Akademik3.
Mahasiswa yang bersangkutanJakarta, 3 Agustus 2015
Kepada Yth.
Kepala Sekolah Ml Baitul Muttaqin Kota Bekasi.
DiTempat.
Assal am u' al aiku m wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nama
:
Meyti MinhatiNIM
:
1812011000030Jurusan
:
Pendidikan Agama lslamSemester
:
Vlll(Delapan)
Judul
Skripsi :
lmplementasi Metode Sosiodrama Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa PadaMata
Pelajaran Sejarah Kebudayaan lslam KelasVl
Ml Baitul Muttaqin Kota Bekasi.Adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah
dan
Keguruan UIN Jakartayang
sedang
menyusunSkripsi,
dan akan
mengadakanpenelitian (riset)
di instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.Untuk
itu
kami
mohon Saudara dapat
mengizinkan mahasiswa
tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassal am u' al aiku m wr.wb.
a.n. Dekan
Majid Khon,M.Ag. 95807071 987031 005
(4)
KEMENTERIAN AGAMA
-,.dh
UTN.JAKARTALiiDf
1,.',)f;r,,,0" r" ss cipdat 1b412 tndonesiaFORM (FR)
No. Dokumen
:
FITK-FR-AKD-081 Tgl.Terbit :
1 Maret 2010No.
Revisi: :
01Hal 111
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI
Nomor : Un.O 1/F. 1/KM.01.3/. .../2015
Lamp.
: Abstraksi/
OutlineHal
:Bimbingan Skripsi
Kepada Yth.
Ahmad
Irfan
Mufidn
MA
Pembimbing Skripsi
Fakultas
Ilmu
Tarbiyah dan KeguruanUIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.Nama
NIM
Jurusan Semester Judul Skripsi
Tembusan:
1.
DekanFITK
2.
Mahasiswa ybs.Jakarta,
0l
Oktober
2015As s al amu' al aikum wr.w b.
Dengan
ini
diharapkan kesediaan Saudarauntuk menjadi
pembimbingIAI
(materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:MEYTI MINHATI
181201 1000030Pendidikan Agama Islam
(PAI)
VIII
(Delapan)Implementasi
Metode
Sosiodrama
dalamMeningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Sejarah
Kebudayaan
Islam
Kelas
VI
MI
Baitul
Muttaqin Kota Bekasi.Judul tersebut telah
disetujui oleh
Jurusan yang bersangkutan pada tanggaL 24April
2015,
abstraksiloutlineterlampir.
Saudara dapat melakukan perubahan redaksional padajudul
tersebut.Apabila
perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.Bimbingan skripsi
ini
diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Was s al amu' alaikum wr. w b.
a.n: Dekan
Dr. H.
Majid
Khon,M.Ag
(5)
YAYd\t$du
Fd ft$dr$'['fl-l
t.
tuTU
TT/uQtr
h,lMAffiffiAftiAH
IBTIDANYAH
Jl.
SultanAgung
Porrdok t.Jngu-
Medan
Satria-
tsekasi
17182
I'elp (02i
)8Bg5
1454,9325
1365Enraril: baitulmuttaqinmi@gmaii.com
Surat Kctcrangan
Nonror:
11I IL31MIKNIII120|6
Nama
T.T.L
Yang bertanda tangan dibawah
ini
::
Umroh,S
Ag
:
Bekasi,18.luli
1966Pedidikan .
S lNIP
.
1966071819880 i2001Jabatan
:
KcpalaMI
BaitulMuttaqin
Kota RekasiAlamat
:
Jl. SultanAgung pondokLlngu
KM.,zi
Medan Satria Bekasi.Dengan
ini
menerangkan bahwa,:Meyi
Minhati
:
181201 I 1000030Jurusan
: Pendidikan Aganta Islam(irAI)
Semester
:IX
(
Sembilan )Judul
Skripsi
:
Implementasi Metode Sosiodrama Dalarn MeningkatkanHasil Belajar
Siswa PadaMata
Pelaiaran Sejarah Kebudayaan IslamKelas
vI
MI
Baitul
Muttaqin
Kota Bekasi.Telah
melaksanakanpenelitian
dan observasidi
MI
Baitut Muttaqin Kota
Bekasi, Demikian suratini
saya buat dengan sebenarnya,Bekasi, 20 Septemb er 20 t5
{epak MI
Baitul
Muttaqin Bekasi NamaNIM
.(,/'",\
/'/ <br,-'
M
$w
\\*rt
'\
/rrr,.a
)i
lt
-.--U
*-l-s
'i/(6)
TENTAi\G PENULIS
Nama lengfuap
Meyti
Minhati. Lahir
di
Bekasi 05Juli
1991. Adalah seorang mahasiswi Pendidikan Agama Islam Pada FakultasIlmu
Tarbiyah dan KeguruanUIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.Anak
pertamadari
empat bersaudaradari
pasangan ayah bernama bapak SyalrBandar dan
ibu
BernamaLala Latifah,
dan
berasaldari Kota
Bekasi, Propinsi Jawa Barat.Menamatkan sekolah dasar
pada tahun
2003
di
MI
Baitul
Muttaqin
Bekasi kemudian melanjutkan
MTS. Negeri
20
JakartaTimur
sampai tahun2006,lalu lanjut di MA.
Annida
Al-Islamy
Bekasidan
lulus
tahun 2009, lalu
lanjut
di
PPGTKI
Gema
Pertiwi
sampaitahun 2011,
dan
Sl
di
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta sejak tahun 2012.Menikah
pada tahun 2013 dengan Wondo Setiawan, tahun2015
dikaruniai anak pertamayarlg bernama Carissa Azka Nafisah. Saatini
berdomisilidi
PondokUrgu,
Jl.
SultanAgung
Bekasi
BaratNo.04,
RT.06iRW.07, Kelurahan MedanSati4
Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi.Pengalaman