Analisis Pendapatan Usahatani Analisis SWOT

Kerjasama Bappekab Jember dengan Lemlit Unej 27 Komoditas Perkebunan Non Tembakau a. Mengingat jenis komoditas sangat banyak, maka terlebih dahulu dilakukan penapisan berdasarkan sepuluh besar nilai perdagangan. Langkah selanjutnya, penentuan komoditas unggulan di tingkat kabupaten. b. Dalam penentuan komoditas di tingkat kabapaten ini dilakukan dengan menggunakan kriteria produksi, yang didekati dengan fraksi produksi, dari komoditas unggulan terhadap kecamatan. Komoditas yang lolos sebagai komoditas unggulan kecamatan pada tahap ini adalah komoditas dengan fraksi produksi termasuk 5 besar.

3.4.3 Analisis Pendapatan Usahatani

Total pendapatan keuntungan dari efisiensi penggunaan biaya dengan memperhatikan teori penyusutan karena yang dianalisis ada unsur investasi dimana keuntungan usahatani adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi. Total penerimaan usahatani perkebunan non tembakau adalah nilai dari total penjualan produk yang dihasilkan. Secara matematik, total pendapatan keuntungan usahatani perkebunan non tembakau di Kabupaten Jember dirumuskan sebagai berikut : = TP TB = TP BV+BT dimana : = Total pendapatan dalam suatu periode pemeliharaan Rp TP = Total Penerimaan dalam suatu periode pemeliharaan Rp TB = Total Biaya dalam suatu periode pemeliharaan Rp BV = Biaya variabel dalam suatu periode pemeliharaan Rp BT = Biaya Tetap dalam suatu periode pemeliharaan Rp Kerjasama Bappekab Jember dengan Lemlit Unej 28 Komoditas Perkebunan Non Tembakau Untuk melihat efisiensi usahatani terhadap penggunaan faktor produksi, digunakan analisis RC. Rasio RC merupakan perbandingan total penerimaan dengan total biaya. Usahatani dikatakan menguntungkan bila RC= 1. Semakin besar nilai RC maka semakin menguntungkan usahatani tersebut. Perhitungan RC dirumuskan, yaitu: RC = Total Penerimaan Total Biaya Py . Y TB dimana : Py = Harga produk dalam satu periode pemeliharaan Rp Y = Total produksi dalam satu periode pemeliharaan Kg TB = Total Biaya dalam suatu periode pemeliharaan Rp Soekartawi. 1995

3.4.4 Analisis SWOT

Untuk permasalahan kelima digunakan analisis SWOT dengan beberapa tahapan. Mengidentifikasi faktor intern dan ekstern pengembangan perkebunan non tembakau, Internal Factor Analysis Summary IFAS dan Eksternal Factor Analysis Summary EFAS. Analisis faktor internal meliputi identifikasi strength kekuatan dan weakness kelemahan, analisis faktor eksternal meliputi identifikasi opportunity peluang dan threats ancaman. Tabel 3.1 Elemen Analisis SWOT S Strenght Apakah kekuatan utama Usaha perkebunan non tembakau Internal dari dulu sampai sekarang W Weakhness Apakah kelemahan utama Usaha perkebunan non tembakau Internal dari dulu sampai sekarang O Opportunity Apakah kesempatan eksternal usaha perkebunan non tembakau mulai sekarang sampai masa datang T Threat Apakah ancaman eksternal Usaha perkebunan non tembakau mulai sekarang sampai masa datang Sumber; Soesilo. NI 2000 Kerjasama Bappekab Jember dengan Lemlit Unej 29 Komoditas Perkebunan Non Tembakau Tindak lanjut dari identifikasi faktor internal dan eksternal adalah melakukan pembobotan terhadap permasalahan, dari Rangkuti 1997. Tabel 3.2 IFAS Internal Factor Analysis Summary No Uraian permaslahan Bobot permasalahan Rating Nilai Bobot x Rating Kekuatan S .. Kelemahan W .. Total nilai IFAS .. Sumber: Soesilo. NI 2000 Tahapannya adalah: 1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan usaha perkebunan non tembakau dalam kolom 1 2. Memberi bobot masing-masing faktor dengan sekala mulai dari 1.0 paling penting sampai 0.0 tidak penting berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap posisi strategis usaha perkebunan non tembakau. semua bobot jumlahnya tidak boleh melebihi skor 1.00 3. Menghitung rating dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 outstanding sampai dengan 1 poor berdasarkan pengaruh faktor terhadap kondisi usaha perkebunan non tembakau bersangkutan. Faktor yang bersifat positif semua faktor yang masuk kategori kekuatan diberi nilai mulai dari +1 sampai +4 sangat baik dengan membandingkan dengan rata-rata usaha perkebunan non tembakau atau pesaing utama. 4. Mengalihkan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor 4.0 outstanding sampai dengan 1.0 poor 5. Menjumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk memperoleh total skor pembobotan bagi usaha perkebunan non tembakau yang bersangkutan. Nilai total menunjukkan bagaimana suatu usaha perkebunan non tembakau bereaksi terhadap faktor strategis internal. Kerjasama Bappekab Jember dengan Lemlit Unej 30 Komoditas Perkebunan Non Tembakau Tabel 3.3 EFAS Eksternal Factor Anaysis Summary No Uraian permasalahan Bobot permasalahan Rating Nilai Bobot x Rating Peluang O .. Ancaman T .. Total nilai EFAS .. Sumber: Soesilo. NI 2000 Tahapannya adalah: 1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman usaha perkebunan non tembakau dalam kolom 1 2. Memberi bobot masing-masing faktor dengan sekala mulai dari 1.0 paling penting sampai 0.0 tidak penting berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap posisi strategis usaha perkebunan non tembakau semua bobot jumlahnya tidak boleh melebihi skor 1.00. 3. Menghitung rating dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 outstanding sampai dengan 1 poor berdasarkan pengaruh faktor terhadap kondisi usaha perkebunan non tembakau. Faktor yang bersifat positif semua faktor yang masuk kategori peluang diberi nilai mulai dari +1 sampai +4 sangat baik dengan membandingkan dengan rata-rata usaha perkebunan non tembakau atau pesaing utama. Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya, jika ancaman sangat besar ratingnya adalah 1, sebaliknya jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4. 4. Mengalihkan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor 4.0 outstanding sampai dengan 1.0 poor. 5. Menjumlahkan skor pembobotan kolom 4 untuk memperoleh total skor pembobotan bagi usaha perkebunan non tembakau. Nilai total menunjukkan bagaimana suatu usaha perkebunan non tembakau bereaksi terhadap faktor strategis eksternal. Kerjasama Bappekab Jember dengan Lemlit Unej 31 Komoditas Perkebunan Non Tembakau Untuk mengetahui posisi kompetitif relatif dipakai matrik yang terdiri atas kuadran Ideal pertumbuhan tinggipersaingan tinggi; dewasa pertumbuhan rendah persaingan tinggi; gawat pertumbuhan rendah persaingan rendah; spekulatif pertumbuhan tinggipersaingan rendah. Selanjutnya untuk memilih dan membuat strategi, yaitu dengan mengawinkan elemen internal dan eksternal dalam matriks SWOT. Tabel 3.4. Matriks SWOT untuk Menyusun Strategi IFAS EFAS Kekuatan S Kelemahan W Peluang O Strategi SO Ciptakan startegi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi WO: Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Ancaman T Strategi ST Ciptakan startegi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber; Soesilo. NI 2000 Kerjasama Bappekab Jember dengan Lemlit Unej 32 F GH GI J K L M N OPQ ORS T L T U GT VO H R L QLS

4.1 Letak Geografis