2015 Lapkir Penyusunan Masterplan Pendapatan Asli Daerah Kab. Jember

(1)

Laporan Akhir

PENYUSUNAN MASTERPLAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH

KABUPATEN JEMBER

Badan Perencanaan Pembangunan

Kabupaten Jember


(2)

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan Laporan Akhir pada kegiatan “Penyusunan Masterplan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Jember.Kegiatan ini bertujuan untuk menyusun masterplan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Jember pada kurun waktu tahun 2015 – 2020, mencakup prediksi penerimaan setiap tahun yang disertai dengan strategi pencapaiannya.

Laporan ini tersusun atas bantuan dari berbagai pihak terkait (stakeholders)

serta tim pendamping (counterpart team) dari pihak BadanPerencanaan

Pembangunan KabupatenJember. Atas kerjasama yang baik selama ini, disampaikan banyak terimakasih.

Atas segala kekurangan yang ada pada penyusunan laporan ini, secara tulus Kami mengharap maaf serta kritik yang konstruktif demi perbaikan.

Terima kasih.

Jember, Juli 2015 Penyusun


(3)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR I SI ... ii

DAFTARTABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR... vi

1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan ... 5

1.4. Manfaat ... 5

1.5. Hasil yang Diharapkan ... 6

2 KERANGKA TEORI TI S... 7

2.1. Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal ... 7

2.2. Pendapatan Asli Daerah... 12

2.3. Permasalahan Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah... 24

2.4. Upaya Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah... 26

3 METODOLOGI ... 31

3.1. Kerangka Pemikiran ... 31

3.2. Metode Kegiatan ... 33


(4)

4.1. Penerimaan Daerah KabupatenJember ... 55

4.2. Pendapatan Asli Daerah ... 57

4.3. Pajak Daerah ... 67

4.4. Retribusi Daerah ... 71

4.5. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan ... 77

4.6. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah ... 80

5 PROYEKSI RENCANA I NDUK ... 84

5.1. Tahapan Peramalan ... 84

5.2. Metode Peramalan... 86

5.3. Hasil Peramalan ... 93

5.4. Tindak Lanjut Hasil Peramalan ... 96

6 PENUTUP... 98

6.1. Kesimpulan ... 98

6.2. Saran ... 100


(5)

Tabel Halaman

1. I nterval Kelayakan Objek PAD... 48

2. Penerimaan Daerah KabupatenJember 2010 – 2014 ... 56

3. Proporsi PAD terhadapPenerimaan Daerah KabupatenJember 2010 – 2014 ... 56

4. Target dan Realisasi PAD Kabupaten Jember ... 58

5. Realisasi PAD Kabupaten Jember Tahun 2005 – 2014 ... 64

6. Kontribusi Komponen PAD terhadap Total PAD ... 66

7. Target dan Realisasi Pajak Daerah Tahun 2005-2014 ... 69

8. Penerimaan Pajak Daerah Tahun 2014 ... 70

9. Target dan Realisasi Retribusi Daerah Tahun 2005-2014 ... 73

10. Penerimaan Retribusi Daerah Tahun 2014... 74 11. Penerimaan Retribusi Jasa Usaha Tahun 2014 ... 76

12. Penerimaan Retribusi Perizinan Tertentu Tahun 2014 ... 77

13. Target dan Realisasi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Tahun 2005-2014... 79

14. Target dan Realisasi Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Tahun 2005-2014 ... 81

15. Penerimaan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Tahun 2014... 83

16. Otokorelasi Pada Lag k dari Komponen PAD ... 85


(6)

21. Hasil Seleksi Metode Peramalan ... 92

22. Prediksi Pajak Daerah 2015-2020 ... 94

23. Prediksi Retribusi Daerah 2015-2020 ... 94

24. Prediksi Hasil Pengelolaan Daerah yang Dipisahkan 2015-2020 ... 95


(7)

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran ... 33

2. Tahapan Penelitian ... 35

3. Diagram Driver Power – Dependence... 47

4. Diagram Alir Model Penilaian Strategi Pencapaian PAD ... 51

5. Perkembangan PAD Kabupaten Jember ... 58

6. Perkembangan Nilai Komponen Penyusun PAD... 63

7. Nilai kontribusi komponen penyusun PAD... 65

8. Perkembangan Penerimaan Pajak Daerah Tahun 2005-2014 ... 68

9. Perkembangan Penerimaan Retribusi Daerah Tahun 2005-2014... 72

10. Perkembangan Penerimaan Hasil Pengelolaan Daerah yang Dipisakan Tahun 2005-2014 ... 78

11. Perkembangan Penerimaan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Tahun 2005-2014 ... 80


(8)

Pendahuluan

1.1.

Latar Belakang

Era baru otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor22 Tahun 1999 yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan keleluasaan kepada daerah kabupaten/ kota untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan adanya otonomi yang lebih luasyang diberikan oleh Undang-Undang tersebut, daerah memiliki kewenangan yang lebihbesar untuk menyelenggarakan berbagai

urusan pemerintahan dan pembangunan dalamrangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan dan sekaligus rohotonomi daerah. Penyerahan urusan pemerintahan dan pembangunan kepada daerah kabupaten/ kotadisertai juga dengan penyerahan kewenangan kepada daerah dalam mencari sumber-sumberpembiayaan untuk menyelenggarakan urusan-urusan tersebut. Sumber-sumberpembiayaan itu berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), bantuan pemerintah pusatdan sumber-sumber lain yang sah. Di


(9)

mempunyai arti penting karena mencerminkankemandirian daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah.

PAD merupakan sumber pembiayaan penting bagi daerah dalam

melaksanakan urusan pemerintahan dan pembangunan. Sumber PAD berasal

dari hasil pajak dan retribusi daerah, hasil perusahaan daerah atau kekayaan daerah yang dipisahkan, serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Untuk meningkatkan PAD, pengelolaan terhadap sumber PAD yang sudah ada perlu ditingkatkan, daerah juga harus kreatif dan inovatif dalam mencari dan mengembangkan potensi sumber-sumber PAD, yang semuanya harus didukung dengan SDM yang handal dan profesional.

Kenyataan menunjukkan banyak daerah yang masih tergantung pada bantuanpemerintah pusat dalam pembiayaannya karena minimnya PAD. Di

kebanyakan kabupaten/ kota, PAD hanya menyumbang 5 – 9% dari penerimaan

APBD kota/ kabupaten, hanya beberapa kota/ kabupaten saja yang memiliki PAD lebih dari 10% . Menurut Kuncoro (2004), beberapa daerah memiliki prosentase penerimaan PAD sangat kecil dibandingkan penerimaan dari sektor fiskal lainnya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah kurang mampu mendayagunakan potensi daerah dalam membangun daerahnya sendiri.Padahal banyak daerahkabupaten/ kota yang memiliki potensi PAD yang cukup besar, tetapi potensi-potensitersebut belum dapat digali dengan baik. Hal ini memberikan tantangan kepada daerahkabupaten/ kota untuk meningkatkan PAD dari sektor-sektor potensial melalui kebijakanintensifikasi maupun ekstensifikasi penggalian PAD dari berbagai sektor yangpotensial.

Pengelolaan PAD yang optimal hingga saat ini masih menjadi permasalahan dan kendala bagi sebagian besar pemerintahan daerah di I ndonesia, termasuk di Kabupaten Jember. Hal ini tercermin dari belum tingginya kontribusi PAD terhadap struktur pendapatan daerah dan belum tercapainya target PAD yang telah ditetapkan.

Pada tahun 2014, kontribusi PAD Kabupaten Jember mencapai 17,8% dari total pendapatan daerah Kabupaten Jember yang mencapai Rp. 2.836.047,8 juta. Struktur pendapatan daerah didominasi oleh dana perimbangan yang


(10)

mencapai 61,7% dan selebihnya merupakan lain-lain pendapatan yang sah. Angka-angka tersebut mengindikasikan bahwa Pemerintah Kabupaten Jember masih menunjukkan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap Pemerintah Pusat. Situasi yang demikian menunjukan pemerintah kabupaten belum memiliki kemandirian dalam pengelolaan pendanaan pembangunan.

Pada struktur PAD Kabupaten Jember, sumber potensial penerimaan PAD berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah. Pajak daerah rata-rata memberikan kontribusi sebesar 24,22% terhadap PAD Kabupaten Jember selama setahun. Retribusi daerah masih memberikan kontribusi yang besar bagi penerimaan‘ PAD Kabupaten Jember, rata-rata selama lima tahun sebesar 23,69% . Potensi pajak dan retribusi di Kabupaten Jember diperkirakan masih sangat besar. Melihat besaran target perolehan pajak dan retribusi pada tahun 2014, terdapat beberapa obyek pajak yang dapat didorong untuk meningkatkan perolehan PAD Kabupaten Jember, tanpa mengabaikan tingkat penerimaan dan penguatan institusi sosial di masa datang. Potensi obyek pajak dan retribusi tersebut adalah Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Tontonan/ Hiburan, untuk obyek retribusinya antara lain Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dan Retribusi Terminal.

Selain itu rendahnya kontribusi PAD terhadap struktur pendapatan daerah, PAD Kabupaten Jember pada Tahun Anggaran 2014 juga masih belum mencapai target yang ditetapkan. Realisasi PAD mencapai 87,58% dari target

yang ditetapkan sebesar Rp. 504.157.202.641,00 terealisasir sebesar Rp.

441.529.163.882,69, sehingga kurang dari target sebesar Rp.62.628.038.758,31. Sampai dengan akhir tahun 2014 realisasi penerimaan pajak daerah sebesar Rp.116.578.557.515,50 atau 93,90% dari target Rp.124.150.000.000,00 sedangkan retribusi daerah terealisasi Rp.62.582.757.396,00 atau 91,40% dari target sebesar Rp.68.473.264.456,00.

Berdasarkan pada kondisi-kondisi empiris tersebut, maka dalam rangka

meningkatkan peran PAD sebagai sumber pembiayaan pelaksanaan


(11)

menjadi pedoman bagi daerah untuk mencapai target PAD yang diharapkan dan strategi untuk mencapainya. Pada rencana induk PAD ini akan memuat potensi penerimaan daerah dalam bentuk PAD berdasarkan sumber-sumber potensial yang dimiliki, baik yang sudah ada maupun yang diharapkan, pada lima tahun ke

depan (2015 – 2020).

1.2. Rumusan Masalah

Pengelolaan PAD Kabupaten Jember masih belum dilakukan secara optimal. Pengelolaan yang belum optimal berimplikasi pada rendahnya kontribusi PAD terhadap struktur pendapatan daerah Kabupaten Jember, serta tidak tercapainya target PAD yang diharapkan. Pemerintah Kabupaten Jember belum memiliki rencana induk (masterplan) yang memuat target PAD berdasarkan kondisi empirik serta bagaimana strategi pencapaiannya dalam kurun waktu 5 tahun ke depan.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menyusun masterplan PAD Kabupaten Jember pada kurun waktu tahun 2015 – 2020. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memprediksi potensi penerimaan daerah yang berasal dari PAD pada tahun 2015 – 2020 berdasarkan kondisi empirik sebagai landasan penetapan target PAD Kabupaten Jember.

2. Merancang strategi pencapaian PAD Kabupaten Jember berdasarkan target yang telah ditetapkan, baik berupa strategi intensifikasi maupun strategi ekstensifikasi dari sumber-sumber PAD yang potensial.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pedoman bagi pihak-pihak yang terlibat dan terkait dalam pengelolaan dan pencapaian target PAD di Kabupaten Jember, seperti Bupati, Dinas, Badan, Kantor, hingga pada level kelurahan atau desa di lingkungan Pemerintah Kabupaten Jember.


(12)

1.5. Hasil yang Diharapkan

1. Diketahuinya peta dan besaran potensi riel objek PAD Kabupaten Jember yang dapat meningkatkan perolehan pendapatan daerah Kabupaten Jember.

2. Ditemukannya strategi pencapaian target PAD dan sistem pengelolaan objek PAD yang efektif, efisien dan berkesinambungan.


(13)

Tinjauan Teoritik

2.1. Otonomi Daerah

Pada masa sekarang ini dengan perubahan paradigma pemerintahan yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah Pusat dan Daerah yang telah dirubah menjadi UU No. 32 tahun 2004 mengenai pemerintahan daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 perimbangan keuangan antara pemerintah Pusat dan Daerah, pemerintah pusat mencoba meletakkan kembali arti penting otonomi daerah pada posisi yang sebenarnya.

Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi daerah didefinisikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan

demikian prinsip dasar otonomi daerah berdasarkan undang-undang tersebut

Bab 2


(14)

mengutamakan desentralisasi dengan adanya kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan adanya pembagian dan pemanfaatan sumberdaya nasional yang berkeadilan serta adanya perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.

Menurut UU No. 32 Tahun 2004,kewenangan daerah mencakup

kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahankecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanankeamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenanganbidang lainnya. Kewenangan bidanglain meliputi

kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalianpembangunan

nasional dan pengendalian pembangunan nasional secaramakro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara danlembaga perekonomian negara, penerimaan dan pemberdayaan sumberdaya manusia, pendayagunaan sumberdaya alamserta teknologi tinggiyang strategis, konservasi dan standarisasi nasional.

Pada prinsipnya otonomi daerah adalah penyerahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Pemberian wewenang kepada daerah yang lebih luas sangat tepat karena daerah adalah yang lebih mengerti tentang kondisinya sendiri. Pembangunan yang dilaksanakan akan sesuai dengan prioritas daerah dan aspirasi masyarakat. Hal ini dikarenakan adanya partisipasi masyarakat dalam aktifitas politik di tingkat daerah serta sistem demokratisasi yang dijalankan sesuai dengan tujuan otonomi itu sendiri ( Prastijo 2001).

Selain itu otonomi daerah lebih berorientasi kepada kepentingan masyarakat (lebih bersifat kerakyatan) dari pada kepentingan Pemerintah Daerah. Dalam arti bahwa kewenangan-kewenangan Pemerintah Daerah tersebut sebagai alat dan fasilitator untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, menyebarkan aspirasi dan kepentingan rakyat, memberikan fasilitas kepada rakyat melalui peran serta dan pemberdayaan masyarakat.

Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah Daerah, tujuan pemberian otonomi daerah adalah untuk memacu pemerataan pembangunan


(15)

dan peran serta aktif masyarakat serta peningkatan pendayagunaan potensi

daerah secara optimal dan terpadu secara nyata, dinamis dan

bertanggungjawab. Nyata berarti pemberian otonomi daerah didasarkan pada factor-faktor perhitungan, tindakan dan kebijaksanaan yang benar-benar menjamin daerah yang bersangkutan, dapat mengurus rumah tangganya sendiri. Dinamis artinya didasarkan pada kondisi perkembangan dan pembangunan. Bertanggungjawab adalah pemberian otonomi yang diupayakan untuk memperlancar pembangunan di pelosok tanah air.

Otonomi daerah merupakan aplikasi dari kebijakan yang menetapkan bahwa kabupaten dan kota menjadi titik beratnya. I nti dari pelaksanaan otonomi daerah adalah upaya untuk memaksimalkan hasil yang akan dicapai daerah

tersebut sekaligus menghindari kerumitan-kerumitan birokrasi yang akan

menghambat perkembangan daerah tersebut. Dengan demikian, tuntutan masyarakat yang ada di daerah tersebut akan dapat diwujudkan secara nyata dengan menerapkan otonomi daerah secara luas tanpa memberatkan keuangan pusat. I nilah pentingnya pelaksanaan otonomi daerah saat ini.

Kewenangan yang begitu luas tentunya akan membawa konsekuensi-konsekuensi tertentu bagi daerah untuk menjalankan kewenangannya itu. Salah satu konsekuensinya adalah bahwa daerah harus mampu membiayai semua kegiatan pemerintahan dan pembangunan yang menjadi kewenangannya Sejalan dengan hal tersebut, Koswara (2000) menyatakan bahwa daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangannya sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup

memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya. Hal ini

mengindikaskan bahwa ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, sehingga pendapatan asli daerah (PAD) harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem pemerintahan negara.

2.2. Pendapatan Asli Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan dari


(16)

pemerintah pusat ke perintah daerah yang bersangkutan. Hal ini dirasakan perlu oleh pemerintah pusat pada saat ini agar masing-masing daerah (kabupaten dan

kota) dapat membiayai pembangunan daerahnya dengan maksimal dan

melaksanakannya berdasarkan kekayaan yang dimiliki oleh daerah itu sendiri.Sumber pembiayaan penting di daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Pasal 1 ayat (13) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah yang dimaksud dengan Pendapatan Daerah adalah hal pemerintah daerah yang diakui sebagai

penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Sumber

pendapatan daerah menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah terdiri atas pendapatan asli daerah yang disebut dengan PAD, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang mendukung kemampuan keuangan daerah. PAD menjadi sangat penting, terutama dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah, di mana kemampuan keuangan yang bersumber dari pendapatan asli daerah di jadikan salah satu variabel untuk mengukur kemampuan daerah guna melaksanakan tugas otonomi yang diserahkan atau yang telah diserahkan pemerintah pusat depada daerah.

Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara pemerintah Pusat dan Daerah, pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperolehdari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasilpengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerahyang sah. Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambahannilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

Dalam rangka memenuhi prinsip otonomi yang nyata dan

bertanggungjawab,kepada daerah diberikan sumber-sumber keuangan untuk membiayai berbagai tugas dantanggungjawabnya sebagai daerah otonom.


(17)

terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasilpengelolaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut objek pendapatan sesuai

denganundang-undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis hasil

pengelolaankekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut objek pendapatan yang mencakupbagian laba atas penyertaaan modal pada perusahaan milik daerah/ BUMD, bagian labaatas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/ BUMN, dan bagian laba ataspenyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.

2.2.1. Pajak Daerah

Berdasarkan UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU Nomor 18Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah iuran wajib yangdilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yangseimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yangberlaku, yang

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah

danpembangunan daerah.

Jenis-jenis pajak daerah untuk kabupaten/ kota menurut Koswara Kertapraja (2010) antara lain:

1. Pajak hotel 2. Pajak restoran 3. Pajak hiburan 4. Pajak reklame

5. Pajak penerangan jalan

6. Pajak pengambilan bahan galian golongan C 7. Pajak parkir

Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaimana dirincimenurut obyek pendapatan yang mencakup:


(18)

2. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/ BUMN, dan

3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompokusaha masyarakat.

Jenis lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang dirinci menurut obyek pendapatanyang mencakup:

1. Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan, 2. Jasa Giro,

3. Pendapatan Bunga,

4. Penerimaan atas Tuntutan Ganti Kerugian Daerah,

5. Penerimaan Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualandan/ atau pengadaan barang dan/ atau jasa oleh Daerah,

6. Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar Rupiah terhadap Mata Uang Asing,

7. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, 8. Pendapatan denda pajak,

9. Pendapatan denda retribusi,

10. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, 11. Pendapatan dari pengembalian,

12. Fasilitas sosial dan fasilitas umum,

13. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, dan 14. Pendapatan dari angsuran/ cicilan penjualan.

Dana perimbangan dibagi menurut jenis pendapatan.

1. Dana Bagi Hasil. Jenis Dana Bagi Hasil dirinci menurut objek pendapatan yangmencakup:

a. Bagi Hasil Pajak, b. Bagi Hasil Bukan Pajak, 2. Dana Alokasi Umum. 3. Dana Alokasi Khusus.


(19)

Menurut Koswara (2010), retribusi adalahpungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khususdisediakan dan atau diberikan oleh Pemda untuk kepentingan orang pribadi atau badan.Retribusi untuk kabupaten/ kota dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Retribusi untuk kabupaten/ kota ditetapkan sesuai kewenangan masing-masingdaerah, terdiri dari: 10 jenis retribusi jasa umum, 4 jenis retribusi perizinan tertentu,

2. Retribusi untuk kabupaten/ kota ditetapkan sesuai jasa/ pelayanan yang diberikanoleh masing-masing daerah, terdiri dari: 13 jenis retribusi jasa usaha.

Jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten/ kota meliputi objek

pendapatanberikut:

1. Retribusi pelayanan kesehatan

2. Retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan 3. Retribusi pergantian biaya cetak KTP

4. Retribusi pergantian cetak akta catatan sipil 5. Retribusi pelayanan pemakaman

6. Retribusi pelayanan pengabuan mayat 7. Retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum 8. Retribusi pelayanan pasar

9. Retribusi pengujian kendraan bermotor

10. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran 11. Retribusi penggantian biaya cetak peta

12. Retribusi pengujian kapal perikanan 13. Retribusi pemakaian kekayaan daerah

14. Retribusi jasa usaha pasar grosir atau pertokoan 15. Retribusi jasa usaha tempat pelelangan

16. Retribusi jasa usaha terminal

17. Retribusi jasa usaha tempat khusus parkir

18. Retribusi jasa usaha tempat penginapan/ pesanggrahan/ villa 19. Retribusi jasa usaha penyedotan kakus


(20)

20. Retribusi jasa usaha rumah potong hewan 21. Retribusi jasa usaha pelayaran pelabuhan kapal 22. Retribusi jasa usaha tempat rekreasi dan olah raga 23. Retribusi jasa usaha penyebrangan diatas air 24. Retribusi jasa usaha pengolahan limbah cair

25. Retribusi jasa usaha penjualan produksi usaha daerah 26. Retribusi izin mendirikan bangunan

27. Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol 28. Retribusi izin gangguan

29. Retribusi izin trayek.

2.2.3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan MilikDaerah yang Dipisahkan

Menurut Haris (2005), hasil perusahaan milikDaerah dan hasil

pengelolaan kekayaan milik Daerah yang dipisahkan merupakanpenerimaan

Daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik Daerah dan

pengelolaanKekayaan Daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini meliputi

objek pendapatan: (i) bagian laba Perusahaanmilik Daerah, (ii) bagian laba lembaga keuangan bank, (iii) bagian laba lembaga keuangannon bank, (iv) bagian laba atas penyertaan modal/ investasi.

2.2.4. Lain- Lain PAD yang Sah

Menurut Haris (2005), lain-lain PAD yang sah merupakanpenerimaan Daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah Daerah. Jenispendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut : (i) hasil penjualan aset Daerah yangtidak dipisahkan, (ii) penerimaan jasa giro, (iii) penerimaan bunga deposito, (iv)denda

keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, (v) penerimaan ganti rugi

ataskerugian/ kehilangan kekayaan Daerah.

2.3. Permasalahan Pendapatan Asli Daerah

PAD diharapkan dapat menjadi variabel utama dalam struktur penerimaan daerah yang menjadi indikasi kemandirian suatu daerah. PAD diharapkan dapat


(21)

otonomi daerah. Namun, pada kenyataannya kontribusi PAD dalam struktur penerimaan daerah masih relatif kecil. Kenyataan menunjukkan banyak daerah yang masih tergantung pada bantuanpemerintah pusat dalam pembiayaannya karena minimnya PAD.

Pada umumnya, pada sebagian besar kabupaten/ kota, PAD hanya

menyumbang 5 – 9% dari penerimaan APBD kota/ kabupaten. Hanya beberapa

kota/ kabupaten saja yang memiliki PAD lebih dari 10% . Menurut Kuncoro (2004), beberapa daerah memiliki prosentase penerimaan PAD sangat kecil dibandingkan penerimaan dari sektor fiskal lainnya.

Menurut Kuncoro (2004) beberapa hal yang dianggap menjadi penyebab utama rendahnyaPAD sehingga menyebabkan tingginya ketergantungan daerah terhadap pusat, adalah sebagaiberikut:

1. Kurang berperannya Perusahaan Daerah sebagai sumber pendapatan daerah.

2. Tingginya derajat sentralisasi dalam bidang perpajakan, karena semua jenis pajak utama yang paling produktif baik pajak langsung maupun tidak langsung ditarik oleh pusat .

3. Kendati pajak daerah cukup beragam, ternyata hanya sedikit yang bisa diandalkan sebagai sumber penerimaan.

4. Alasan politis di mana banyak orang khawatir apabila daerah mempunyai sumber keuangan yang tinggi akan mendorong terjadinya disintegrasi dan separatisme.

5. Kelemahan dalam pemberian subsidi Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah yang hanya memberikan kewenangan yang lebih kecil kepada Pemerintah Daerah merencanakan pembangunan di daerahnya. Dibalik tingginya ketergantungan daerah terhadap pusat dalam pelaksanaan otonomidaerah, Widayat (1994) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnyapenerimaan PAD antara lain adalah :

1. Banyak sumber pendapatan di kabupaten/ kota yang besar, tetapi digali oleh instansi yang lebih tinggi, misalnya pajak kendaraan bermotor (PKB),


(22)

2. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) belum banyak memberikan keuntungan kepada Pemerintah Daerah.

3. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, retribusi, dan pungutan lainnya.

4. Adanya kebocoran-kebocoran. 5. Biaya pungut yang masih tinggi.

6. Banyak Peraturan Daerah yang perlu disesuaikan dan disempurnakan. 7. Kemampuan masyarakat untuk membayar pajak yang masih rendah.


(23)

Metodologi

1.1. Kerangka Pemikiran

Pada hakekatnya tujuan otonomi daerah adalah meningkatkan

kemampuan daerah dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan potensi yang dimilikinya.Di era otonomi daerah, pemerintah daerah harus mampu untuk mandiri di bidang keuangan tanpa harus menggantungkan diri terhadap bantuan dan pemberian dari pusat. Hal ini berarti pemerintah daerah akan memiliki diskresi yang lebih besar dalam pengelolaan keuangannya. Karena itu, setiap pemerintah daerah harus jeli dalam memandang potensi daerahnya sebagai sumber penerimaan daerah.

Salah satu sumber penerimaan daerah yang sangat potensial adalah pendapatan asli daerah (PAD).PAD diharapkan dapat menjadi modal utama bagi

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi daerah. Kemampuan

daerah dalam menghasilkan PAD dapat mencerminkan kemandirian daerah

dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan. Secara teoritis,


(24)

diperolehnya. Semakin besar PAD suatu daerah maka semakin mampu daerah tersebut membiayai belanjanya sehingga daerah tersebut akan semakin mandiri atau terlepas dari bantuan pusat. Hal ini mengindikasikan bahwa pengelolaan sumber-sumber PAD menjadi sangat penting untuk dilakukan.

Penelitian ini pada hakekatnya bertujuan untuk menyusun strategi pencapaian peningkatan target PAD di Kabupaten Jember dalam suatu rencana

induk (masterplan) yang tersusun pada periode tahun 2015 – 2020. Strategi

pencapaian PAD dirancangberdasarkan target yang telah ditetapkan. Strategi pencapaian mencakup strategi intensifikasi dan strategi ekstensifikasi dari sumber-sumber PAD yang potensial, yang dilakukan secara kreatif dan inovatif, dengan prinsip efisien, ekonomis, dan produktif. Berdasarkan strategi-strategi tersebut selanjutnya dapat diprediksipotensi penerimaan daerah yang berasal dari PAD pada tahun 2015 – 2020 berdasarkan kondisi empirik sebagai landasan penetapan target PAD Kabupaten Jember.


(25)

3.2. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitiandeskriptif kuantitatif menggunakan metode survei yang berupaya menggambarkan secara utuh pengelolaan PAD di Kabupaten Jember dalam rangka penyusunan masterplan PAD Kabupaten Jember. Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

Survey dapat memberikan manfaat untuk tujuan-tujuan deskriptif,

membantu dalam hal membandingkan kondisi-kondisi yang ada dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, dan juga untuk pelaksanaan evaluasi. Survey dapat dilakukan dengan cara sensus maupun sampling terhadap hal-hal yang nyata dan tidak nyata.

Penelitian survei dilakukan terhadap objek-objek potensi penerimaan PAD di Kabupaten Jember. Secara spesifik, kegiatan survei dilakukan untuk mengetahui:

1. Jenis objek potensi sumber-sumber penerimaan PAD di Kabupaten

Jember, baik existingmaupun expected.

2. Prediksi jumlah besaran objek potensi sumber-sumber penerimaan PAD di Kabupaten Jember.

3. Strategi pencapaian target PAD pada setiap objek PAD di Kabupaten Jember.

3.3. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan yang sistematis, logis, dan komprehensif. Tahapan penelitian menunjukkan urutan kegiatan yang akan dilakukan pada penelitian dalam rangka mencapai tujuan penelitian yaitu

menyusun rencana induk (masterplan) pengelolaan PAD di Kabupaten Jember.

Tahapan penelitian disajikan secara diagramatis sebagaimana terlihat pada Gambar 2.


(26)

Gambar 2. Tahapan Penelitian

Penjelasan rincian tahapan kegiatan penelitian sesuai diagram pada Gambar 2 adalah sebagai berikut:

1. Kajiulangjenisobjekpotensi PAD saatini (existing). Tahap ini bertujuan untuk menginventarisasi dan menganalisis objek PAD yang ada saat ini, mencakup:

Analisis Kendala Evaluasi Objek PAD Saat I ni

Optimal?

I nventarisasi Objek Potensi PAD Saat I ni

( )

I dentifikasi Objek PAD Baru

( )

Objek PAD Baru

Analisis Kelayakan

Layak?

Stop

Strategi Pencapaian Target PAD Proyeksi Penerimaan PAD

Penetapan Target PAD

Proyeksi Penerimaan PAD

Penetapan Target PAD

Pembuatan Sistem I nformasi Pengelolaan PAD

Masterplan PAD Kabupaten Jember 2015– 2020


(27)

a. Pemetaanpotensiobjek-objek PAD saat ini. Data yang digunakan

adalah data time seriesselama 10 tahunke belakang, yaitu dari tahun

2005 hingga 2014. Pemetaan potensi mencakup jenis-jenis objek

potensi dan besaran penerimaan yang diperoleh dari objek-objek potensi tersebut.

b. Mengevaluasi potensi objek-objek PAD saat ini. Tahap ini bermaksud

untuk mengukur keberhasilankinerja pemungutan objek PAD dengan menghitung indikator keuangan yang terdiri dari:

- Daya pajak (tax effort), yaitu ratio antara penerimaan pajak dengan kapasitas atau kemampuan bayar pajak di suatu daerah.

- Efektifitas pajak (tax effectivity), yaitu mengukur hubungan

antara hasil pungut suatu pajak dengan potensi pajak itu sendiri.

- Efisiensi pajak (tax eficiency), yaitu mengukur bagian dari hasil pajak yang digunakan untuk menutup biaya pemungutan pajak yang bersangkutan.

c. Analisiskendaladanpermasalahan. Tahap ini bertujuan untuk

mengidentifikasi kendala dan permasalahan yang dihadapi terkait dengan belum tercapainya target PAD pada setiap objek PAD yang belum memberikan penerimaan sebagaimana diharapkan.

2. I dentifikasidananalisisobjekpotensi PAD baru(expected). Tahap ini

bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis objek potensi PAD baru yang potensial untuk dijadikan sebagai sumber penerimaan baru bagi daerah.Tahapan ini mencakup kegiatan:

a. I dentifikasi objek-objek PAD baru yang berpotensi dapat dijadikan sebagai sumber penerimaan daerah baru yang potensial di Kabupaten

Jember. Kegiatan ini dilakukan dengan brainstorming dengan para

pemangku kepentingan serta benchmarking dengan daerah-daerah

lain melaluidesk study.

b. Menganalisis kelayakan sumber potensi PAD baru yang telah

teridentifikasi sebelumnya berdasarkan kriteria-kriteria sebagai


(28)

- Hasil (Yield), yaitu memadai tidaknya suatu pajak dalam

kaitannya dengan berbagai layanan yang dibiayainya, stabilitas dan mudah tidaknya memperkirakan besarnya hasil pajak tersebut.

- Keadilan (Equity), dasar pajak dan kewajiban membayarnya

harus jelas dan tidak sewenang-wenang. Pajak harus adil secara horizontal, artinya beban pajak harus sama antara berbagai kelompokyang berbeda tetapi dengan kedudukan ekonomi yang sama. Pajak harus adil secara vertical, artinya beban pajak harus lebih banyak ditanggung oleh kelompok yang memiliki sumber daya yang lebih besar.

- Efisiensi ekonomi(Efficiency), yaitu beban pajak/ retribusi jangan

sampai menjadi penghambat para produsen berhenti berproduksi atau mengalihkan bidang usahanya atau bagi konsumen mengurangi konsumsi atau beralih ke barang alternatif lainnya.

- Kemampuan untuk melaksanakan (Abiliy to implement), pajak

harus dapat dilaksanakan baik dari aspek politik maupun administratif.

- Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah (Suitability as

local evenue sources), adanya kejelasan kepada daerah mana suatu pajak harus dibayarkan dan tempat memungut pajak hendaknya sama dengan tempat akhir beban pajak.

3. Menetapkan target PAD. Tahap ini bertujuan untuk menetapkan target PAD Kabupaten Jember setiap tahun selama 5 tahunkedepan, yaitu tahun 2015 hingga 2020, dengan memprediksi penerimaan daerah yang diperoleh dari objek PADsecara:

a. I ntensifikasi.Pencapaian target PAD melalui intensifikasi adalah target PAD yang diperoleh dari potensi objek PAD saat ini pada kondisi yang dianggap ideal dengan asumsi-asumsi yang logis, yang merupakan sinergi dan potensi secara teoritis maupun potensi normal.


(29)

- Potensi teoritis (dengan menggunakan pendekatan input) adalah kemampuan maksimal suatu fasilitas dalam menghasilkan pendapatan jika seluruhnya didayagunakan secara maksimal.

- Potensi normal (dengan menggunakan pendekatan potensi

output), artinya mengukur potensi suatu fasilitas berdasarkan

kemampuan rata-rata pendapatan yang dapat dicapai

berdasarkan pengalaman yang lalu tanpa memandang berapa besar fasilitas yang tersedia.

b. Ekstensifikasi. Pencapaian target PAD melalui ekstensifikasi adalah target PAD yang diperoleh dari objek PAD baru berdasarkan hasil proses identifikasi dan kelayakannya pada kondisi yang dianggap ideal dengan asumsi-asumsi yang logis. Proyeksi obyek potensi PAD secara esktensifikasi, sama halnya dengan dengan intensifikasi, didasarkan pada potensi teoritis dan potensi normal.

4. Merumuskanstrategipencapaian target PAD. Tahap ini bertujuan untuk merancang strategi pencapaian target PADyang telah ditetapkan

sebelumnya padatahun 2015 – 2020.

a. Strategi intensifikasi. Strategi intensifikasi adalah strategi yang dirancang untuk mengoptimalkan pencapaian target objek PAD saat ini pada kondisi ideal, baik objek PAD yang masih mengalami kendala atau permasalahan dalam pencapaiannya maupun objek PAD yang tanpa kendala .

b. Strategi ekstensifikasi. Strategi ekstensifikasi adalah strategi yang dirancang untuk mencapai target objek PAD baru pada kondisi yang dianggap ideal dengan asumsi-asumsi yang logis.

5. Merancang model pengelolaanpotensi PAD

KabupatenJemberberbasiskomputersebagairencanaindukpengelolaan PAD Kabupaten Jember. Tahapan ini mencakup kegiatan:

a. I dentifikasi sistem pengelolaan PAD Kabupaten Jember

b. Pemodelan sistem berdasarkan elemen-elemen penting yang


(30)

c. Pembuatan program komputer menggunakan bahasa pemrograman visual basic ver. 6 yang memuat sistem manajemen basis data dan sistem manajemen basis model, yang dilengkapi dengan sistem pengolahan terpusat untuk memproses data menjadi informasi yang diperlukan oleh pengguna. Program tersebut dilengkapi dengan

sistem manajemen dialog yang berguna untuk memudahkan

pengguna dalam mengentry, mengubah, menambahkan, menghapus data, dan melakukan simulasi.

d. Verifikasi dan validasi model

3.4. Objek Penelitian

Objek penelitian mencakup potensi sumber-sumber penerimaan PAD di Kabupaten Jember, baik potensi objek PAD yang sudah ada maupun objek PAD baru, mengacu pada Sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,meliputi:

1. Pajak daerahmencakup 11 (sebelas) jenis, yaitu(a) pajak hotel, (b) pajak restoran, (c) pajak hiburan, (d) pajak reklame, (e) pajak penerangan jalan (PPJ), (f) pajak parkir, (g) pajak air tanah, (h) pajak sarang burung walet, (i) pajak mineral bukan logam dan batuan, (j) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBBP2), (k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

2. Retribusi daerah, terdiri dari:

a. Retribusi jasa umum, meliputi retribusi pelayanan kesehatan, retribusi

pelayanan persampahan/ kebersihan, retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, retribusi pelayanan parkir berlangganan, retribusi pelayanan pasar, retribusi pengujian kendaraan bermotor, retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran, retribusi penyedotan

dan penyediaan kakus, retribusi pengendalian menara

telekomunikasi, retribusi sewa tanah dan bangunan kantor, retribusi sewa rumah dinas;


(31)

UU No. 28/ 2009

Retribusi jasa umum ada 14 (empat belas) jenis, yaituretribusi: 1)

pelayanankesehatan; 2) pelayananpersampahanataukebersihan; 3)

penggantianbiayacetakkartutandapenduduk; 4)

pengurusanaktacatatansipil; 5)

pelayananpemakamandanpengabuanmayat; 5) pelayananparkir di tepijalanumum; 6) pelayananpasar; 7) pengujiankendaraanbermotor;

8) pemeriksaanalatpemadamkebakaran; 9)

penggantianbiayacetakpeta; 10)

penyediaandanataupenyedotankakus; 11) pengolahanlimbahcair; 12)

pelayananteraatauteraulang; 13) pelayananpendidikan; sertaretribusi 14) pengendalianmenaratelekomunikasi.

b. Retribusi jasa usaha meliputi retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi pasar grosir/ pertokoan, retribusi terminal, retribusi tempat khusus parkir, retribusi tempat penginapan/ pesanggrahan/ villa,

retribusi rumah potong hewan (RPH), retribusi tempat

rekreasi/ olahraga;

UU No. 28/ 2009

Retribusiuntukjasausahaada 11 (sebelas) jenis, yaituretribusi: 1)

pemakaiankekayaandaerah, retribusi 2)

pasargrosirdanataupertokoan; 3) tempatpelelangan; 4) terminal; 5) tempatkhususparkir; retribusi 6) penginapan, pesanggrahanatauvila;

7) rumahpotonghewan; 8) pelayanankepelabuhanan; 9)

tempatrekreasidanolahraga; 10) penyeberangan di air; sertaretribusi 11) penjualanproduksiusahadaerah.

c. Retribusi perizinan tertentu meliputi retribusi izin mendirikan

bangunan (I MB), retribusi pendirian menara telekomunikasi, retribusi ijin gangguan, retribusi izin trayek, dan retribusi izin usaha perikanan.

UU No. 28/ 2009

Retribusiperizinantertentuada lima jenisretribusi, yaituretribusi: 1) izinmendirikanbangunan; 2) izintempatpenjualanminumanberalkohol;


(32)

3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, terdiri dari bagian laba atas peneyertaan modal pada perusahaaan milik daerah (BUMD). 4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, terdiri dari hasil penjualan

asset daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro, pendapatan bunga deposito dan penerimaan lain-lain PAD.

3.5. MetodeAnalisisData

Analisis data penelitian dilaksanakan dengan metode deskriptif

kuantitatif untuk memperoleh gambaran sumber-sumber potensi PAD yang

terdapat di Kabupaten Jember, kecenderungan atau

trend

komponen-komponen PAD serta menggambarkan efektifitas pemungutan PAD.

Analisis

data penelitian menggunakan metode-metode yang relevan pada setiap tahapan penelitian. Metode analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Pemetaanpotensiobjek-objek PAD saat ini. Pemetaanpotensiobjek-objek

PAD saat ini menggunakan teknik deskriptif menggunakan data time

series penerimaan daerah Kabupaten Jember selama 10 tahunke

belakang, yaitu dari tahun 2005 hingga 2014. Objek potensi PAD

diklasifikasikan menurut jenisnya kemudian divisualisasikan kedalam tabel-tabel dan gambar-gambar.

- Grafik perkembangan penerimaan pajak daerah 2005 – 2014

- Grafik perkembangan penerimaan retribusi daerah 2005 – 2014 - Grafik perkembangan penerimaanhasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan 2005 – 2014

- Grafik perkembangan penerimaanlain-lain pendapatan asli daerah

yang sah 2005 – 2014

- Grafik gabungan perkembangan penerimaan daerah dari pajak

daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah tahun 2005 – 2014

- Tabel kontribusi penerimaan pajak daerah terhadap PAD 2005 – 2014 - Tabel kontribusi penerimaan retribusi daerah terhadap PAD 2005 –


(33)

- Tabel kontribusi penerimaan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan terhadap PAD 2005 – 2014

- Tabel kontribusi penerimaan lain-lain pendapatan asli daerah yang

sah terhadap PAD 2005 – 2014

- Pie diagramrata-rata kontribusi penerimaan daerah dari pajak

daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah tahun terhadap PAD 2005 – 2014

2. Evaluasi potensi objek-objek PAD saat ini. Evaluasi potensi objek-objek PAD tahun 2005 – 2014 menggunakan indikator-indikator sebagai berikut:

a. Daya pajak (tax effort)

Kemampuan Pajak Penerimaan Pajak

Daya Pajak = --- = --- X 100 %

Kemampuan Bayar Pajak PDRB

b. Efektifitas pajak (tax effectivity)

Penerimaan Pajak

Efektivitas = --- X 100% Potensi Pajak

c. Efisiensi pajak (tax eficiency)

Biaya Pemungutan

Efisiensi = --- X 100 % Penerimaan Pajak yang Dipungut

3.

d. Analisiskendaladanpermasalahan. Tahap ini bertujuan untuk


(34)

dengan belum tercapainya target PAD pada setiap objek PAD yang belum memberikan penerimaan sebagaimana diharapkan.

6. I dentifikasidananalisisobjekpotensi PAD baru(expected). Tahap ini

bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis objek potensi PAD baru yang potensial untuk dijadikan sebagai sumber penerimaan baru bagi daerah.Tahapan ini mencakup kegiatan:

c. I dentifikasi objek-objek PAD baru yang berpotensi dapat dijadikan sebagai sumber penerimaan daerah baru yang potensial di Kabupaten

Jember. Kegiatan ini dilakukan dengan brainstorming dengan para

pemangku kepentingan serta benchmarking dengan daerah-daerah

lain melaluidesk study.

d. Menganalisis kelayakan sumber potensi PAD baru yang telah

teridentifikasi sebelumnya berdasarkan kriteria-kriteria sebagai

berikut:

- Hasil (Yield), yaitu memadai tidaknya suatu pajak dalam

kaitannya dengan berbagai layanan yang dibiayainya, stabilitas dan mudah tidaknya memperkirakan besarnya hasil pajak tersebut.

- Keadilan (Equity), dasar pajak dan kewajiban membayarnya

harus jelas dan tidak sewenang-wenang. Pajak harus adil secara horizontal, artinya beban pajak harus sama antara berbagai kelompokyang berbeda tetapi dengan kedudukan ekonomi yang sama. Pajak harus adil secara vertical, artinya beban pajak harus lebih banyak ditanggung oleh kelompok yang memiliki sumber daya yang lebih besar.

- Efisiensi ekonomi(Efficiency), yaitu beban pajak/ retribusi jangan

sampai menjadi penghambat para produsen berhenti berproduksi atau mengalihkan bidang usahanya atau bagi konsumen mengurangi konsumsi atau beralih ke barang alternatif lainnya.

- Kemampuan untuk melaksanakan (Abiliy to implement), pajak


(35)

- Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah (Suitability as

local evenue sources), adanya kejelasan kepada daerah mana suatu pajak harus dibayarkan dan tempat memungut pajak hendaknya sama dengan tempat akhir beban pajak.

7. Menetapkan target PAD. Tahap ini bertujuan untuk menetapkan target PAD Kabupaten Jember setiap tahun selama 5 tahunkedepan, yaitu tahun 2015 hingga 2020, dengan memprediksi penerimaan daerah yang diperoleh dari objek PAD secara:

a. I ntensifikasi. Pencapaian target PAD melalui intensifikasi adalah target PAD yang diperoleh dari potensi objek PAD saat ini pada kondisi yang dianggap ideal dengan asumsi-asumsi yang logis, yang merupakan sinergi dan potensi secara teoritis maupun potensi normal.

- Potensi teoritis (dengan menggunakan pendekatan input) adalah

kemampuan maksimal suatu fasilitas dalam menghasilkan pendapatan jika seluruhnya didayagunakan secara maksimal.

- Potensi normal (dengan menggunakan pendekatan potensi

output), artinya mengukur potensi suatu fasilitas berdasarkan

kemampuan rata-rata pendapatan yang dapat dicapai

berdasarkan pengalaman yang lalu tanpa memandang berapa besar fasilitas yang tersedia.

b. Ekstensifikasi. Pencapaian target PAD melalui ekstensifikasi adalah target PAD yang diperoleh dari objek PAD baru berdasarkan hasil proses identifikasi dan kelayakannya pada kondisi yang dianggap ideal dengan asumsi-asumsi yang logis. Proyeksi obyek potensi PAD secara esktensifikasi, sama halnya dengan dengan intensifikasi, didasarkan pada potensi teoritis dan potensi normal.

8. Merumuskanstrategipencapaian target PAD. Tahap ini bertujuan untuk merancang strategi pencapaian target PADyang telah ditetapkan

sebelumnya padatahun 2015 – 2020.

a. Strategi intensifikasi. Strategi intensifikasi adalah strategi yang dirancang untuk mengoptimalkan pencapaian target objek PAD saat


(36)

ini pada kondisi ideal, baik objek PAD yang masih mengalami kendala atau permasalahan dalam pencapaiannya maupun objek PAD yang tanpa kendala .

b. Strategi ekstensifikasi. Strategi ekstensifikasi adalah strategi yang dirancang untuk mencapai target objek PAD baru pada kondisi yang dianggap ideal dengan asumsi-asumsi yang logis.

Analisis pada setiap objek akan diarahkan untuk mengetahui besarnya potensi teoritis (dengan menggunakan pendekatan input) adalah kemampuan maksimal suatu fasilitas dalam menghasilkan pendapatan jika seluruhnya didayagunakan secara maksimal. Serta, potensi normal (dengan menggunakan pendekatan potensi output), artinya mengukur potensi suatu fasilitas berdasarkan kemampuan rata-rata pendapatan yang dapat dicapai berdasarkan pengalaman yang lalu tanpa memandang berapa besar fasilitas yang tersedia.

Alat analisis yang dipergunakan dalam menganalisis data hasil survei ini adalah gabungan antara metode matematis, statistik dan ekonomik.

1. Metode statistik yang dipergunakan antara lain angka index bulanan, tahunan dan musiman, deskriptif analisis, proyeksi serta regresi.

2. Metode matematis, dipergunakan untuk tabulasi, menghitung besarnya PAD dan penentuan target pada tahun berikutnya.

3. Metode ekonomik, dipergunakan untuk menganalisis potensi, pengembangan dan rancangan system.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Beberapa metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(37)

Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data (sekunder) dengan cara meneliti dokumen-dokumententang gejala-gejala atau fenomena yang akan diteliti di lapanganyang ada kaitannya dengan obyek yang diteliti, baik di KantorPemerintah Daerah maupun pustaka. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang diperoleh dari berbagai dinas, kantor, badan, atau instansi lainnya di lingkungan Pemerintah Kabupaten Jember yang mengelola PAD di Kabupaten Jember.Data sekunder bisa berupa dokumen-dokumen, laporan, hasil kajian, dan berbagai bentuk dokumentasi lainnya, misalnya dokumen Rencana Strategis (Renstra), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendapatan Daerah, Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah, dan peraturan perundangan lainnya yang terkait dengan masalah penelitian.

2. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan mendatangi obyek penelitian secara langsung yang disesuaikan dengan obyek yang diteliti. Teknik observasi

merupakan penelitian lapangan (field research) yang bertujuan untuk

mendapatkan informasi yang seobyektif mungkin. 3. Teknik Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi yang tidak didapat dari sekedar observasi, berupa data primer, sekaligus sebagai upaya klarifikasi terhadap data sekunder yang disajikan dalam dokumen yang telah ada. Wawancara dilakukan dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) terkait dengan pengelolaan PAD di Kabupaten Jember. Teknik wawancara menggunakan instrumen berupa kuesioner untuk mempermudah pengambilan data.


(38)

Rencana Kerja

4.1. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan

Untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan, terdapat empat tahapan pokok dalam pelaksanaan pekerjaanpenyusunan masterplan PAD Kabupaten Jember. Rincian tahapan pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut:

4.1.1. Tahap Persiapan

Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan kesamaan pandang antara pelaksana pekerjaan (Lembaga Penelitian Universitas Jember / Lemlit) dengan pihak pemberi kerja (Badan Perencanaan dan Pembangunan Kabupaten Jember/

Bappekab). Lemlit mempelajari pedoman dan mekanisme yang berlaku

sebagaimana tertuang dalam kerangka acuan kegiatan (KAK) , kemudian menyajikan rancangan program kerja dan mekanisme pelaksanaannya. Mekanisme yang disepakati bersama akan menjadi acuan bagi proses pelaksanaan pekerjaan. Dalam hal ini, pemberi kerja dapat menjadi pendamping


(39)

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada tahap persiapan ini terdiri dari:

a. Penyamaan tujuan dan desain penelitian melalui diskusi terbatas dengan

stakeholder terkait.

b. Penyusunan rencana kerja terinci (RKT) untuk memudahkan pelaksanaan penelitian.

c. Pembuatan instrumen penelitian, berupa kuesioner, panduan observasi,

dan panduan wawancara.

d. Pengorganisasian tim kerja, baik untuk kepentingan penggalian data lapangan dan kegiatan lapangan lainnya, serta perancangan kerangka kerja, pengolahan, analisis, dan penyajian hasil.

e. Analisis kebutuhan sumberdaya dan penyiapan strategi pemenuhannya terkait dengan waktu dan sumberdaya yang disepakati.

f. Pembuatan rancangan sistem (system design) menggunakan bahasa

pemrograman yang mudah digunakan (user friendly), serta desain model sistem informasi manajemen pelaksanaan penyusunan masterplan PAD Kabupaten Jember.

4.1.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dalam rangka penyusunan masterplan PAD Kabupaten Jember dilakukan melalui beberapa tahapan, meliputi:

a. Studi dokumentasi. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi eksisting penerimaan daerah melalui PAD Kabupaten Jember melalui penelusuran berbagai pustaka dan referensi terkait lainnya.

b. Diskusi pendahuluan. Kegiatan ini bertujuan untuk menggali data atau

informasi awal dengan para pemangku (stakeholders) kepentingan

mengenai kondisi kekinian dan permasalahan PAD di Kabupaten Jember. c. Pengumpulan data lapangan. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh

data dan informasi di lapangan secara langsung di dinas, kantor, badan, atau instansi lainnya di lingkungan Pemerintah Kabupaten Jember yang


(40)

mengelola PAD di Kabupaten Jember. Data yang dikumpulkan mencakup data sekunder dan data primer.

d. Verifikasi data. Seluruh data yang diperoleh dari lapangan kemudian dilakukan verifikasi untuk mendapatkan kesahihan dan validitas data. Setelah melewati tahap verifikasi, selanjutnya data ditabulasi untuk mempermudah mengintepresikan data.

4.1.3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Tahap pengolahan data dan analisis data mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Pemasukan data. Pemasukan data hasil kegiatan di lapangan (data entry) ke dalam sistem sistem informasi manajemen pengelolaan PAD Kabupaten Jember.

b. Pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan mengacu pada metode yang telah ditentukan sebagaimana dijelaskan pada bagian metodologi. Pada tahap ini, data dikelompok-kelompokkan sesuai jenisnya dan ditabulasi untuk mempermudah menginteprestasikan data. c. Analisis data. Data yang telah diolah dengan metode yang sesuai perlu

dianalisis dan diintepretasikan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan informasi terkait dengan maksud dan tujuan analisis data. d. Penyusunan rekomendasi. Hasil pengolahan dan analisis data kemudian

menjadi masukan bagi proses penyusunan rekomendasi pada kajian ini yang nantinya akan tercantum pada laporan akhir kegiatan.

e. Pembahasan dan klarifikasi. Setelah data diolah dan dianalisis, hasilnya akan dibahas dan diklarifikasi dalam suatu forum diskusi yang akan

ditentukan kemudian berdasarkan kesepakatan dengan tetap

memperhatikan kebutuhan kesahihan (validity) dan keterandalan

(reliability) data/ informasi dan hasil pengolahannya.

4.1.4. Tahap Finalisasi dan Presentasi Akhir


(41)

rekomendasi sebagai hasil kajian pekerjaan ini. Semua itu kemudian akan

dipresentasikan. Hasil presentasi akan dijadikan sebagai masukan bagi

penyempurnaan laporan sebelum kemudian dijilid dan diserahkan kepada pengguna jasa.

4.2. Organisasi Pelaksana

Organisasi pelaksana kegiatan penyusunan masterplan PAD Kabupaten Jember terdiri dari pelaksana kegiatan dan pemberi kerja. Pemberi kerja

sekaligus sebagai tim pendamping (counterpart team) adalah Badan

Perencanaan Pembangunan Kabupaten Jember (Bappekab), sementara

pelaksana pekerjaan adalah Lembaga Penelitian Universitas Jember (Lemlit). Untuk melaksanakan pekerjaan kajian ini, pihak Lemlit membentuk tim kerja yang terdiri dari kelompok tenaga ahli yang memiliki kompetensi di bidangnya.

Kelompok tenaga ahli yang menjadi tim kerja dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut:

1. Dr. Zainuri, MSi. (Ketua Tim/ Ahli Ekonomi Daerah)

2. Hadi Paramu, SE., MBA., PhD. (Anggota/ Ahli Ekonomi Manajemen)

3. Dr. Yuli Wibowo, MSi. (Anggota/ Ahli Teknologi I nformasi)

4.3. Jadw al Kegiatan

Jadwal pelaksanaan pekerjaan dibuat untuk masing-masing tahapan kegiatan pekerjaan yang diusulkan. I ni dimaksudkan agar tercapai sasaran sebagai berikut:

a. Agar pelaksanaan pekerjaan dapat terkoordinir dengan baik sehingga dapat selesai tepat waktu dan memenuhi sasarannya.

b. Dengan koordinasi dari ketua tim maka setiap tahapan kegiatan pekerjaan diusahakan untuk saling berkesinambungan, sehingga waktu pelaksanaan pekerjaan akan lebih efektif.


(42)

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

I . Tahap Persiapan

1.1. Penyamaan tujuan dan desain penelitian

1.2. Penyusunan rencana kerja terinci

1.3. Pembuatan instrumen penelitian

1.4. Pengorganisasian tim kerja

1.5. Analisis kebutuhan sumberdaya

1.6. Pembuatan rancangan sistem

I I . Tahap Pelaksanaan Penelitian

2.1. Studi dokumentasi

2.2. Diskusi pendahuluan

2.3. Pengumpulan data lapangan

2.4. Verifikasi data

I I I . Tahap Pengolahan dan Analisis Data

3.1. Pemasukan data

3.2. Pengolahan data

3.3. Analisis data

3.4. Penyusunan rekomendasi

3.5. Pembahasan dan klarifikasi

I V. Tahap Finalisasi dan Presentasi Akhir

4.1. Pembuatan laporan kegiatan

4.2. Presentasi hasil kegiatan

Bulan 5


(43)

Gambaran Umum

5.1. I ntensifikasidanEkstensifikasiPendapatan Daerah

Pendapatan Daerah meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.

1. Pendapatan Asli Daerah.

Sumber-sumber PAD selama ini masih didominasi oleh retribusi daerah dan pajak daerah, sementara bagian laba dari perusahaan daerah masih belum optimal kontribusinya.

Dalam rangka mengoptimalkan penerimaan yang bersumber dari PAD, dengan tanpa harus membebani masyarakat, maka kebijakan yang dilakukan adalah :

a. Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah melalui pengkajian potensi PAD.

b. Melakukan penertiban dan pengelolaan aset daerah serta

memaksimalkan fungsi perusahaan daerah.

Bab 5


(44)

2. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan yang merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari APBD Provinsi dan APBN terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Alokasi Cukai, yang kebijakannya ditentukan oleh pemerintah atasan (disesuaikan dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku).

3. Lain-lain Pendapatan Yang Sah

Pendapatan daerah yang diperoleh dari Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah meliputi Dana Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus dan Batuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya, serta Dana Bagi Hasil Retribusi.

Penerimaan daerah Kabupaten Jember mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Jika pada tahun 2010 penerimaan daerah Kabupaten Jember adalah sebesar Rp. 1.532.243,6 juta, maka pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar Rp. 2.836.047,7 juta, atau rata-rata setiap tahun mengalami peningkatan sebesar 17,02% . Tabel 2 menunjukkan jumlah

penerimaandaerahKabupatenJember 2010– 2014.

Tabel 2. Penerimaan Daerah KabupatenJember 2010 – 2014 (dalam juta rupiah)

Struktur penerimaan daerah Kabupaten Jember sebagian besar diperoleh dari dana perimbangan. Proporsi penerimaan daerah dari dana perimbangan rata-rata selama 5 tahun adalah sebesar 67,5% pada periode tahun 2010-2014. Proporsi PAD pada struktur penerimaan daerah Kabupaten Jember relatif lebih kecil dibandingkan dengan sumber penerimaan daerah lainnya, dimana nilainya rata-rata hanya sebesar 12,2% pada periode tahun 2010-2014. Namun jika dilihat dari kecenderungannya, sumber penerimaan daerah yang berasal dari

Rincian 2010 2011 2012 2013 2014 Pendapatan asli daerah 149.343,5 172.299,3 237.881,7 303.845,1 504.157,2 Dana perimbangan 1.117.118,9 1.237.545,9 1.461.556,2 1.595.981,1 1.749.076,5 Lain-lain pendapatan yang sah 265.781,2 444.200,8 410.588,8 478.798,0 582.814,0 Jumlah 1.532.243,6 1.854.046,0 2.110.026,7 2.378.624,2 2.836.047,7


(45)

Proporsi PAD terhadapPenerimaan Daerah KabupatenJember 2010 – 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Proporsi PAD terhadapPenerimaan Daerah KabupatenJember 2010 – 2014(dalam % )

5.2. Target dan Realisasi Pendapatan

Secara umum Kabupaten Jember masih belum mampu merealisaskan target pendapatan, sebagaimana terjadi pada tahun anggaran 2014. Pada rahun anggaran 2014, target pendapatan daerah Kabupaten Jember ditentukan Rp.

3.139.934.053.035,95 namun dapat direalisasikan sebesar Rp.

3.102.535.947.113,64 atau tercapai 98,80% .Rencana dan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Jember Tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Secara umum PAD pada Tahun Anggaran 2014 masih kurang dari target yang ditetapkan. Realisasi PAD mencapai 87,58% dari target yang

ditetapkan sebesar Rp. 504.157.202.641,00 terealisasir Rp.

441.529.163.882,69, sehingga kurang dari target sebesar

Rp.62.628.038.758,31, dengan penjelasan sebagai berikut : a. Pajak Daerah

Realisasi pajak daerah tercapai 93,90% dari target yang ditetapkan

Rp. 124.150.000.000,00 dapat terealisasir sebesar Rp.

116.578.557.515,50. Hal ini berarti masih kurang dari target yang ditetapkan sebesar Rp. 7.571.442.484,50 yang diperoleh dari pos :

 Pajak Hotel sebesar Rp. 3.309.254.720,00

 Pajak Restoran sebesar Rp. 7.557.470.425,00

 Pajak Hiburan sebesar Rp. 929.201.239,00

 Pajak Reklame sebesar Rp. 5.408.722.902,00

 Pajak Penerangan Jalan sebesar Rp. 44.850.483.244,00

Rincian 2010 2011 2012 2013 2014 Pendapatan asli daerah 9,7 9,3 11,3 12,8 17,8 Dana perimbangan 72,9 66,7 69,3 67,1 61,7 Lain-lain pendapatan yang sah 17,3 24,0 19,5 20,1 20,6 Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0


(46)

 Pajak Air Tanah sebesar Rp. 387.032.998,00

 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan sebesar

Rp.642.938.651,00

 Pajak Bumi dn Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebesar

Rp.35.523.880.818,00

 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan sebesar

Rp.17.765.669.968,50

Tabel 4. Rencana dan Realisasi Pendapatan DaerahKabupaten Jember Tahun

2014(Dalam Jutaan Rupiah)

NO. URAIAN RENCANA REALISASI SISA LEBIH %

1 PENDAPATAN

1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 504.157,20 441.529,16 (62.628,04) 87,58

1.1.1 Pajak Daerah 124.150,00 116.578,56 (7.571,44) 93,90

1.1.2 Retribusi Daerah 68.473,26 62.592,17 (5.881,09) 91,41

1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan 8.493,91 8.591,23 97,32 101,15

Daerah Yg Dipisahkan

1.1.4 Lain-lain PAD Yang Sah 303.040,03 253.767,20 (49.272,83) 83,74

1.2 DANA PERIMBANGAN 1.749.076,59 1.746.847,37 (2.229,22) 99,87

1.2.1 BHP / BHBP 121.402,99 119.173,77 (2.229,22) 98,16

1.2.2 Dana Alokasi Umum (DAU) 1.539.722,51 1.539.722,51 - 100,00

1.2.3 Dana Alokasi Khusus (DAK) 87.951,09 87.951,09 - 100,00

1.3 LAIN-LAIN PEND. DAERAH YG SAH 582.814,02 610.159,17 27.345,15 104,69

1.3.1. Hibah 3.331,00 1.427,03 (1.903,97)

-1.3.2. Dana Darurat - - -

-1.3.3. Dana BHP dari Provinsi & Pemda Lainnya 139.913,65 170.864,41 30.950,76 122,12

1.3.4 Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 416.974,17 414.816,35 (2.157,82) 99,48

1.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi/ 22.555,52 22.707,57 152,05 100,67

Kabupaten/Kota Lainnya

1.3.6 Dana Bagi Hasil Retribusi 39,68 343,81 304,13 866,46

JUMLAH 2.836.047,81 2.798.535,70 (37.512,11) 98,68

3 PEMBIAYAAN

3.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH

3.1.1 SiLPA Tahun Anggaran Sebelumnya 303.886,23 303.886,23 - 100,00

3.1.2 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 114,00 114,00

JUMLAH 303.886,23 304.000,23 114,00 100,04

JUMLAH PENDAPATAN DAN

PENERIMAAN DAERAH 3.139.934,04 3.102.535,93 (37.398,11) 98,81

b. Retribusi Daerah

Realisasi retribusi daerah mencapai 91,41% dari target yang

ditetapkan Rp. 68.473.264.456,00 dapat terealisasir

sebanyakRp.62.592.167.396,00 sehingga masih kurang dari target sebesar Rp. 5.881.097.060,00. Retribusi daerah diperoleh dari tiga


(47)

pos pendapatan, yaitu Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan Tertentu.

Untuk Retribusi Jasa Umum, terdapat beberapa pos diantaranya adalah:

- Retribusi Pelayanan Kesehatan dari target Rp.42.217.213.000,00

terealisir Rp.37.562.175.750,00 atau tercapai 88,97% .

- Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan dari target

Rp. 290.400.000,00 terealisir Rp.504.181.500,00 atau tercapai 173,62% .

- Retribusi Pelayanan Permakaman dan Pengabuan Mayat dari

target Rp. 600.000,00 terealisasi sebesar Rp. 6.010.000,00 atau 1001,67% .

- Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum dari

target Rp. 9.226.226.100,00 dapat terealisasi sebesar

Rp. 9.024.768.000,00 atau 97,81% .

- Retribusi Pelayanan Pasar dari target Rp. 4.720.000.000,00

dapat direalisasikan Rp. 4.571.887.290,00 atau tercapai 96,86% .

- Retribusi Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor dari target

Rp.1.418.991.000,00 dapat direalisasikan Rp.1.418.118.600,00 atau tercapai 99,94% .

- Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran dari target

Rp.4.000.000,00 dapat terealisasi sebesar Rp.4.000.000,00 atau tercapai 100% .

- Retribusi Penyediaan dan Penyedotan Kakus dari target

Rp.60.750.000,00 dapat terealisasi sebesar Rp.88.852.000,00 atau tercapai 146,26% .

- Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi dari target

Rp.2.000.000.000,00 terealisir Rp.2.010.649.800,00 atau tercapai 100,53% .

- Retribusi Sewa Tanah dan Bangunan Kantor dari target

Rp.661.000.000,00 dapat terealisasi sebesar Rp.369.253.975,00 atau tercapai 55,86% .


(48)

- Retribusi Sewa Rumah Dinas dari target Rp.45.720.000,00 dapat

terealisasi sebesar RP.53.900.000,00 atau 117,89% . Untuk Retribusi Jasa Usaha, beberapa pos diantaranya adalah:

- Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dari target

Rp.1.406.704.356,00 terealisasi sebesar Rp.808.892.589,00 atau 57,50% .

- Retribusi Pasar Grosir/ Pertokoan dari target Rp.150.000.000,00

terealisasi sebesar Rp.56.100.000,00 atau 37,4% .

- Retribusi Terminal dari target Rp.835.000.000,00 terealisasi

sebesar Rp.819.571.500,00 atau 98,15% .

- Retribusi Tempat Khusus Parkir dari target Rp.282.400.000,00

terealisasi sebesar Rp.283.649.000,00 atau 100,44% .

- Retribusi Tempat Penginapan/ Pesanggrahan/ Villa dari target

Rp.975.000.000,00 terealisasi sebesar Rp.855.470.950,00 atau 87,74% .

- Retribusi Rumah Potong Hewan dari target Rp.150.000.000,00

terealisasi sebesar Rp.149.978.000,00 atau 99,98%

- Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga dari target

Rp.1.762.000.000,00 terealisasi sebesar Rp.1.810.506.000,00 atau 102,75% .

Sedangkan untuk Retribusi Perijinan Tertentu, jenis retribusi yang memiliki kontribusi cukup besar adalah:

- Retribusi I jin Mendirikan Bangunan dari target sebesar

Rp.2.017.000.000,00terealisasi sebesarRp.1.994.438.290,00 atau 98,88% .

- Retribusi I jin Gangguan/ Keramaian dari target

Rp.200.000.000,00 terealisasi sebesar Rp.152.400.352,00 atau 76,20% .

- Retribusi I jin Trayek dari target sebesar Rp.45.260.000,00 dapat


(49)

- Retribusi I jin Usaha Perikanan dari target sebesar

Rp.5.000.000,00 terealisasi sebesar Rp.5.275.000,00 atau

105,5%

2. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan.

Dari target yang ditetapkan sebesar Rp.8.493.910.185,50 dapat terealisasir 101,14% atau Rp.8.591.234.367,63 yang berasal dari Penyertaan Modal (Deviden) Bank Jatim, Perusahaan Daerah Air Minum dan pengelolaan Perusahaan Daerah Perkebunan.

3. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

Realisasi Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah mencapai 83,74% dari target Rp.303.040.028.000,00 terealisasi Rp.253.767.204.603,56

terdapat kekurangan sebesar Rp.49.272.823.396,44. Adapun

pendapatan yang terbesar diperoleh dari beberapa pos anggaran, yaitu :

 Pendapatan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD dari target

sebesar Rp.220.000.000.000,00 terealisir Rp.177.552.100.499,40 atau 80,70%

 Penerimaan Bunga Deposito dari target sebesar

Rp.12.500.000.000,00 terealisir Rp.32.797.088.985,68 atau

262,37% .

 Penerimaan Jasa Giro memperoleh target pendapatan sebesar

Rp.3.500.000.000,00 dan dapat terealisasi

Rp.7.443.201.350,34 atau 212,66%

4. Dana Perimbangan

Realisasi dana perimbangan adalah 99,87% dari target yang ditetapkan, dari target sebesar Rp.1.749.076.588.581,00 dapat terealisasir Rp.

1.746.847.365.217,00 sehingga ada kekurangan sebesar Rp.

2.229.223.364,00, dengan rincian sebagai berikut :

a. Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak.

Untuk Bagi Hasil Pajak ditargetkan Rp.121.402.990.581,00 terealisir Rp.119.173.767.217,00 sehingga terdapat kekurangan sebesar Rp.2.229.223.364,00 atau 98,16% . Adapun kontribusi dari pos


(50)

 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebesar Rp.27.191.205.703,00

 Pajak Penghasilan sebesar Rp. 25.082.239.750,00

 Cukai Hasil Tembakau sebesar Rp. 43.204.627.501,00

Realisasi Bagi Hasil Bukan Pajak/ Sumber Daya Alam adalah 81,68% dari target Rp. 29.010.702.587,00 terealisasi Rp. 23.695.694.263,00 sehingga terdapat kekurangan sebesar Rp. 5.315.008.324,00. Adapun kontribusi dari pos pendapatan Bagi Hasil Bukan Pajak diantaranya adalah :

- Bagi Hasil dari Provisi Sumberdaya Hutan sebesar

Rp.2.438.338.972,00

- Bagi Hasil I uran Tetap (Land Rent) sebesar Rp.97.346.192,00

- Bagi Hasil dari I uran Eksplorasi dan I uran Eksploitasi (Royalti)

sebesar Rp.106.137.803,00

- Bagi Hasil dari Pungutan Pengusahaan Perikanan sebesar

Rp.383.182.410,00

- Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi sebesar

Rp.18.283.783.314,00

- Bagi Hasil dari Pertambangan Gas Bumi sebesar

Rp.2.374.891.304,00

- Bagi Hasil dari Pertambangan Panas Bumi sebesar

Rp.12.014.268,00

b. Dana Alokasi Umum (DAU)

Realisasi Dana Alokasi Umum pada Tahun Anggaran 2014 sebesar 100% dari target Rp. 1.539.722.508.000,00 atau sebesar Rp. 1.539.722.508.000,00

c. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Realisasi Dana Alokasi Khusus pada Tahun 2014 dapat direalisasi

100,00% dari target yang ditetapkan sebesar Rp.

87.951.090.000,00 atau sebesar Rp. 87.951.090.000,00


(51)

Realisasi lain-lain pendapatan daerah yang sah sebesar 97,97% dari target Rp. 582.814.025.562,00 dapat terealisasi Rp. 609.855.048.488,00 sehingga terjadi kenaikan sebesar Rp. 27.041.022.926,00 dengan rincian sebagai berikut :

a. Pendapatan Hibah dari target yang ditetapkan sebesar

Rp.3.331.000.000,00 dapat terealisasi sebesar Rp.1.427.032.450,00 atau 42,84%

b. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi atau Pemerintah Daerah

Lainnya. Dari target yang ditetapkan sebesar Rp.

139.913.653.358,00 dapat direalisasikan sebesar Rp.

170.864.414.334,00 atau tercapai 122,12% yang berasal dari :

 Bagi Hasil Pajak Kendaraan Bermotor sebesar

Rp. 42.882.067.980,00

 Bagi Hasil Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor sebesar Rp.

40.105.493.057,00

 Bagi Hasil Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebesar Rp. 52.644.935.358,00

 Dana Bagi Hasil dari Pajak Rokok sebesar Rp.

34.864.100.939,00

 Bagi Hasil Pajak Air Permukaan sebesar Rp.220.650.566,00

c. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

Pos pendapatan ini memperoleh target Rp. 416.974.168.500,00 dan terealisir sebesar Rp.414.816.348.000,00 atau tercapai 99,486% dengan rincian pendapatan diantaranya adalah :

 Dana Penyesuaian Tambahan Penghasilan Bagi Guru PNS

sebesar Rp. 0,00

 Pendapatan Tunjangan Profesi Guru PNSD sebesar

Rp.410.825.931.000,00

 Dana I nsentif Daerah sebesar Rp. 3.000.000.000,00.

 Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi sebesar Rp.

990.417.000,00


(52)

Sumber dana pada pos pendapatan ini berasal dari bantuan keuangan dan Provinsi Jawa Timur dari yang ditargetkan sebesar Rp. 22.555.520.000,00 dapat direalisasikan Rp. 22.707.570.000,00 atau tercapai 100,67%

e. Dana Bagi Hasil Retribusi

Realisasi dana bagi hasil retribusi tercapai 866,46% dari target Rp. 39.683.704,00 terealisir Rp. 343.816.978,00 yang berasal dari dana bagi hasil dari Provinsi Jawa Timur, yaitu Retribusi Penjualan Kayu Jati sebesar Rp. 343.816.978,00.

5.3. Permasalahan dan Solusi

Dalam pelaksanaan penerimaan daerah di Kabupaten Jember secara umum tidak terdapat permasalahan yang berarti namun ada beberapa persoalan diantaranya tidak tercapainya target disebabkan:

1. Belum optimalnya proses pemungutan pajak dan retribusi daerah, karena koordinasi internal maupun eksternal dengan instansi terkait baik dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Jember maupun dengan Pemerintah Pusat kurang optimal.

2. Belum meratanya tingkat pemahaman dasar pemungutan pajak dan retribusi oleh pelaksana pemungut pajak dan retribusi daerah sehingga pelaksanaan pemungutan belum dilaksanakan secara optimal.

3. Belum optimalnya pelayanan pajak dan pemungutan pajak dikarenakan keterbatasan sarana dan prasarana penunjang operasional pajak

Beberapa solusinya yang dapat diberikan dalam mengatasi berbagai persoalan tersebut adalah:

1. Menyelenggarakan koordinasi secara sistematik dan rutin dengan unit penghasil dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Jember.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan pola pikir yang lebih kreatif dan produktif melalui bimbingan teknis, pelatihan khusus yang berkaitan dengan peningkatan penerimaan pendapatan.


(53)

3. Meningkatkan pelayanan kepada para wajib pajak dengan jalan menyederhanakan administrasi perijinan dan pendaftaran pajak/ retribusi daerah.

4. Peningkatan sarana dan prasarana pada unit penghasil untuk mendukung percepatan pelayanan pajak, pemungutan pajak dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Haris S. 2005. Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Jakarta: LI PI Press Koswara K. 2010. Pemerintahan Daerah. Jakarta: I nner

Kuncoro M. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Jakarta: Erlangga.

____________. 2004. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 32 Tahun

2004 tentang PemerintahanDaerah.

____________. 2004. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 33 Tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah.

No.

Tahapan

Waktu

1.

Penyelesaian Laporan Dummy

24 30 Juli 2015

2.

Penyerahan Laporan Dummy

31 Juli 2015

3.

Pengambilan data awal di SKPD pemungut

27

31 Juli 2015

4.

Persiapan FGD (klasifikasi SKPD, pedoman

FGD, draft masterplan)

1

8 Agustus 2015

5.

FGD sesuai klasifikasi

10

21 Agustus 2015

6.

Pengolahan data dan Penyusunan Laporan

Akhir

24

29 Agustus 2015

- RPJMD, Renstra SKPD, Laporan Tahunan, Renja, Program Kerja RKA-KL

- Arah dan strategi pencapaian target PAD

- Penyusunan masterplan PAD (target PAD berapa, tahun berapa, apa


(55)

Tinjauan Teoritik

2.1.

Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal

Sebagai Negara Kesatuan Republik I ndonesia (NKRI ) yang menganut azas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah berdasarkan Undang-undang Dasar 1945, merupakan landasan kuat untuk penyelenggaraan otonomi dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada daerah, sebagaimana terformulasikan dalam ketetapan MPR RI Nomor XV/ MPR/ 1998, tentang penyelenggaraan otonomi daerah, pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik I ndonesia.


(1)

UABVWAXYZ[ Y\BY] ^AW _ ]AZAU` a ] Badan Perencanaan Pembangunan Penyusunan Materplan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Jember

bc dcec fg h

VZaiY]jaXAj[Y\BY] Lembaga Penelitian

Penutup

6.1. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan Penyusunan Materplan PAD Kabupaten Jember adalah sebagai berikut:

1. Kontribusi PAD terhadap struktur penerimaan daerah Kabupaten Jember masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan komponen penerimaan daerah lainnya. Saat ini kontribusi terbesar penerimaan daerah Kabupaten Jember berasal dari dana perimbangan.

2. Dari semua komponen penyusun PAD, objek retribusi daerah masih merupakan objek potensial penghasil PAD terbesar, meskipun perannya mulai menurun beberapa tahun terakhir. Komponen PAD yang beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan adalah


(2)

kABlmAnopq orBos tAm u sApAkv w s Badan Perencanaan Pembangunan Penyusunan Materplan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Jember

xy zy{y |} }

lpw~oswnAqorBos Lembaga Penelitian

Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Sementara, komponen PAD yang dianggap masih memiliki kontribusi yang relatif rendah dalam PAD adalah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan.

3. PAD Kabupaten Jember dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hingga tahun 2020, penerimaan PAD Kabupaten Jember diprediksi masih terus akan meningkat. Secara keseluruhan, PAD Kabupaten Jember diproyeksi akan menjadi Rp564.416.232.135 pada tahun 2020. Menggunakan acuan PAD pada tahun 2014, nilai prediksi PAD Kabupaten Jember tahun 2020 mengalami pertumbuhan sebesar 28% .

4. Dalam pelaksanaan penerimaan daerah di Kabupaten Jember secara umum tidak terdapat permasalahan yang berarti namun ada beberapa persoalan diantaranya tidak tercapainya target disebabkan:

a. Belum optimalnya proses pemungutan pajak dan retribusi daerah, karena koordinasi internal maupun eksternal dengan instansi terkait baik dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Jember maupun dengan Pemerintah Pusat kurang optimal.

b. Belum meratanya tingkat pemahaman dasar pemungutan pajak dan retribusi oleh pelaksana pemungut pajak dan retribusi daerah sehingga pelaksanaan pemungutan belum dilaksanakan secara optimal.

c. Belum optimalnya pelayanan pajak dan pemungutan pajak dikarenakan keterbatasan sarana dan prasarana penunjang operasional pajak


(3)

€AB‚Aƒ„…† „‡B„ˆ ‰A‚ Š ˆA…A€‹ Œ ˆ Badan Perencanaan Pembangunan Penyusunan Materplan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Jember

Ž ŽŽ ‘100

…Œ’„ˆ“ŒƒA“†„‡B„ˆ Lembaga Penelitian

Saran yang diberikan pada kegiatan Penyusunan Masterplan PAD Kabupaten Jember mencakup rekomendasi program dan kegiatan serta rekomendasi dan solusi terhadap berbagai permasalahan yang selama menjadi kendala umum dalampelaksanaan penerimaan daerah khususnya tidak tercapainya target PAD.

1. Rekomendasi program dan kegiatan

Hasil peramalan harus dijadikan arah target potensial. Masing-masing unit kerja atau SKPD yang menjadi pemungut komponen PAD dapat mengacu pada hasil peramalan dan merumuskan berbagai program dan kegiatan yang berorientasi pada pencapaian target potensial tersebut. Berbagai program dan kegiatan yang mungkin bisa dilakukan antara lain:

a. Program I ntensifikasi

Program intensifikasi bisa dilakukan dengan kegiatan antara lain (i) update kondisi existing obyek PAD dan (ii) identifikasi obyek PAD baru. Kegiatan pertama dimaksudkan untuk menyelaraskan kondisi mutakhir dari obyek PAD sehingga penerimaan PAD bisa ditingkatkan. Kegiata kedua dimaksudkan untuk menambah obyek PAD baru sehingga potensi penerimaan PAD juga bisa ditingkatkan

b. Program Ekstensifikasi

Program ekstensifikasi bisa dilakukan dengan melakukan kajian-kajian terhadap kemungkinan sektor atau jenis sumber PAD baru. Kajian ini perlu dilakukan untuk menilai apakah ekstensifikasi pada sektor atau jenis sumber PAD baru tidak memberatkan masyarakat. Secara prinsip, program ekstensifikasi dapat dilakukan jika program ini dinilai tidak akan memberatkan masyarakat.


(4)

”AB•–A—˜™š ˜›B˜œ A– ž œA™A”Ÿ   œ Badan Perencanaan Pembangunan Penyusunan Materplan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Jember

¡¢ £¢¤¢ ¥101

•™ ¦˜œ§ —A§š˜›B˜œ Lembaga Penelitian

Program penyadaran masyarakat tentang pentingnya dan manfaat dari PAD bagi pembangunan daerah Kabupaten Jember perlu dilakukan secara periodik melalui kegiatan sosialisasi. Ruang lingkup program ini juga dapat diperluas ke arah penyebarluasan tentang proses dan prosedur pembayaran, kemudahan dalam melakukan pembayaran, dan pemberian insentif bagi masyarakat.

2. Rekomendasi penyelesaian masalah

Beberapa solusinya yang dapat diberikan dalam mengatasi berbagai persoalan tidak tercapainya target PAD adalah:

a. Menyelenggarakan koordinasi secara sistematik dan rutin dengan unit penghasil dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Jember.

b. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dengan pola pikir yang lebih kreatif dan produktif melalui bimbingan teknis, pelatihan khusus yang berkaitan dengan peningkatan penerimaan pendapatan.

c. Meningkatkan pelayanan kepada para wajib pajak dengan jalan menyederhanakan administrasi perijinan dan pendaftaran pajak/ retribusi daerah.

d. Peningkatan sarana dan prasarana pada unit penghasil untuk mendukung percepatan pelayanan pajak, pemungutan pajak dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait.


(5)

¨AB©ªA«¬­® ¬¯B¬° ±Aª ² °A­A¨³ ´ ° Badan Perencanaan Pembangunan Penyusunan Materplan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Jember

µ¶ ·¶¸¶ ¹102

©­´º¬°»´«A»®¬¯B¬° Lembaga Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Bird RM. 2000. Subnational Revenues: Realities and Prospect . Paper yang disampaikan pada I ntergovernmental Fiscal Relations and Local Financial Management: World Bank.

Davey KJ. 1988.Pembiayaan Pemerintah Daerah, Praktek dan Relevansinya bagi Dunia Ketiga, terjemahan Amanullah, UI Press, Jakarta.

Haris S. 2005. Desentralisasi dan Otonomi Daerah. LI PI Press. Jakarta. Mardiasmo. 2004.Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah (Serial

Otonomi Daerah dan Good Governance).Andi Offset. Yogyakarta. Kaho JR. 1997.Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik I ndonesia, PT.

Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Koswara K. 2010. Pemerintahan Daerah. I nner. Jakarta.

Kuncoro M. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Erlangga.Jakarta.

Radianto E. 1997.Otonomi Keuangan Daerah Tingkat I I Suatu Studi di Maluku, Jurnal: Prisma, Vol. I X, No. 3. Hal. 24-37.

Saragih P. 2003.Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi.Cetakan Pertama. Penerbit Ghalia I ndonesia. Jakarta. Sidik M. 2000. Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dalam

rangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah. Disampaikan dalam Acara Orasi I lmiah dengan Tema “ Strategi Meningkatkan Kemampuan Keuangan daerahMelalui Penggalian Potensi Daerah Dalam Rangka Otonomi Daerah” Acara Wisuda XXI STI A LAN Bandung Tahun Akademik 2001/ 2002 - di Bandung, 10 April 2002. ____________. 2003. Format Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan

Daerah Yang Mengacu Pada Pencapaian Tujuan Nasional. Bunga Rampai Desentralisasi Fiskal. Departemen Keuangan.Jakarta.

Sutrisno PH. 1982.Dasar-dasar I lmu Keuangan Negara.Cetakan Ketiga. BPFE UGM. Yogyakarta.

Yuwono S. 2008.Memahami APBD dan Permasalahannya (Panduan Pengelolaan Keuangan Daerah).Bayumedia Publishing. Jawa Timur.


(6)

¼AB½¾A¿ÀÁ ÀÃBÀÄ ÅA¾ Æ ÄAÁA¼Ç È Ä Badan Perencanaan Pembangunan Penyusunan Materplan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Jember

ÉÊ ËÊÌÊ Í103

½ÁÈÎÀÄÏÈ¿AÏÂÀÃBÀÄ Lembaga Penelitian

Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah. Undang-Undang Republik I ndonesiaNomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Republik I ndonesiaNomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah.

Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 4 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum.

Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 5 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha.