2015 Lapkir Penyusunan Masterplan Pertanian

(1)

LAPORAN AKHIR

PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN

Kerjasama Antara

BADAN KERJASAMA

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

Dengan

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

KABUPATEN JEMBER

LAPORAN AKHIR

PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN

Kerjasama Antara

BADAN KERJASAMA

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

Dengan

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

KABUPATEN JEMBER

2 0 1 5

LAPORAN AKHIR

PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN

Kerjasama Antara

BADAN KERJASAMA

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

Dengan

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

KABUPATEN JEMBER


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya, atas selesainya laporan akhiryang berjudul Masteplan Pertanian Kabupaten Jember Tahun2015-2020 . Disadari bahwa Kabupaten Jember dengan semua potensi sumberdaya pertaniannya yang begitu melimpah telah membuat wilayah ini akan selalu menfokuskan pembangunan daerahnya pada sektor pertanian hingga beberapa dekade ke depan.

Walaupun hingga saat ini, Pemerintah Kabupaten Jember telah menetapkan arah pembangunan strategis sektor pertanian setiap lima tahun sekali, namun tantangan yang di hadapi sektor pertanian selama lima tahun ke depan sangatlah berat. Sejumlah isu mengemuka dan menjadi perhatian utama, diantaranya jumlah penduduk Kabupaten Jember yang hampir menembus 2.5 juta jiwa dan akan terus tumbuh, penurunan luas lahan pertanian akibat alih fungsi lahan, kesuburan lahan karena budidaya yang selalu mengandalkan penggunaan pupuk kimia secara berlebihan, mutu hasil panen atau produk yang relatif masih rendah, harga-harga komoditas tanaman pangan yang relatif rendah, pemasaranan hasil panen yang tidak pasti, ketidakpastian musim yang membuat resiko budidaya tanaman pangan dan hortikultura menjadi lebih tinggi, sumberdaya manusia petani yang relatif masih rendah, dan sejumlah permasalahan klasik lainnya yang belum sepenuhnya terselesaikan hingga saat ini, telah membuat minat generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian menjadi menurun. Berlakunya liberasisasi perdagangan dewasa ini telah membuat tekanan yang luar biasa berat bagi suksesnya sektor pertanian nasional, termasuk di Kabupaten Jember. Oleh karena itu diperlukan kerangka kerja pembangunan sektor pertanian yang sistematis dan terarah agar pembangunan sektor pertanian bukan hanya mampu menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi dan kerap terjadi, namun lebih dari itu agar mampu menghadapi tantangan-tantangan baru yang muncul dan berkembang selama


(3)

Laporan Akhir ini berisi RencanaInduk Pembangunan Pertanian Kabupaten Jember selama lima tahun ke depan yang disusun berdasarkan masalah-masalah faktual yang terjadi dan berkembangnya isu serta tantangan yang dihadapi oleh sektor pertanian yang disesuaikan dengan Visi dan Misi Pembangunan Pertanian Kabupaten Jember lima tahun ke depan. Laporan akhir dimulai dengan memberikan landasan teoritis tentang arah pembangunan nasional dan penjelasan tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan pembangunan pertanian yang berdaya saing.Landasan teori yang telah tersusun disinergikan dengan kondisi faktual yang ada, kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis yang tepat dan relevan hingga menghasilkan strategi dan Rencana Induk Pembangunan Pertanian Kabupaten Jember tahun 2015 2020.

Akhirnya kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan akhir ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Jember, Juli 2015 Penyusun


(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ... 6

1.3 Sasaran ... 6

1.4 Manfaat ... 6

1.5 Lingkup Kegiatan ... 6

BAB II. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN ... 8

BAB III. GAMBARAN UMUM WILAYAH ... 17

3.1 Kondisi Geografis ... 17

3.2 Kondisi Demografis ... 23

3.3 Kondisi Ekonomi ... 26

BAB IV. METODE PELAKSANAAN KAJIAN ... 32

4.1 Desain dan Lokasi Kajian ... 32

4.2 Tahapan Kegiatan ... 32

4.3 Metode Pengumpulan data ... 36

4.3 Metode Analisis ... 36

4.4 Pelaporan ... 48

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN KAJIAN ... 50

5.1 Potensi Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Jember ... 50

5.2 Karakteristik Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Jember ... 73

5.3 Komoditas Tanaman Pangan dan Hortikultura Unggulan di Kabupaten Jember ... 81


(5)

5.5 Strategi Pengembangan Komoditas

Unggulan di kabupaten Jember ... 135 5.6 Visi dan Misi Pengembangan

Komoditas Unggulan Kabupaten

Jember ... 164 5.7 Masterplan Pembangunan Pertanian

Kabupaten Jember ... 167 BAB VI. PENUTUP ... 198 DAFTAR PUSTAKA ... 201


(6)

DAFTAR TABEL

No Uraian Halaman

1.1 Evaluasi luas panen, produktifitas dan produksi komditas padi, jagung dan

kedelai di Kabupaten Jember ... 4

3.1 Penggunaan Lahan di Kabupaten Jember ... 20

3.2 Pembagian Wilayah Administratif di Kabupaten Jember ... 22

3.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Jember ... 24

3.4 Perkembangan Indeks Makro Ekonomi Kabupaten Jember ... 27

3.5 Kontribusi Masing-masing Sektor dalam Pembentukan PDRB Kabupaten Jember ... 27

3.6 Peranan Perekonomian Masing-masing Sektor di Kabupaten Jember Atas Harga Berlaku ... 28

3.7 Sumbangan Masing-masing Sektor terhadap Pertumbuhan PDRB Kabupaten Jember ... 30

3.8 Pendapatan Regional Per Kapita dan PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan ... 31

4.1 Karakteristik Profil Tanaman Pangan dan Hortikultura yang dianalisis secara deskriptif ... 37

4.2 Matriks IFE ... 43

4.3 Matriks EFE ... 45

4.4 Matrik QSPM ... 48

5.1 Produksi, Luas Tanam dan Produktivitas Padi Kabupaten Jember Tahun 1999 2014 ... 52

5.2 Wilayah Produsen Padi di Kabupaten Jember ... 52

5.3 Wilayah Produsen Jagung di Kabupaten Jember ... 54

5.4 Wilayah Produsen Kedelai di Kabupaten Jember ... 56

5.5 Wilayah Produsen Ubi Kayu di Kabupaten Jember ... 58

5.6 Wilayah Produsen Ubi Jalar di Kabupaten Jember ... 60

5.7 Wilayah Produsen Kacang Tanah di Kabupaten Jember ... 61

5.8 Produksi Buah-buahan di Kabupaten Jember ... 62


(7)

5.10 Wilayah Produksi Sayuran Dominan di

Kabupaten Jember ... 68 5.11 Produksi Tanaman Hias di Kabupaten

Jember ... 69 5.12 Wilayah Produksi Tanaman Hias

Dominan di Kabupaten Jember ... 70 5.13 Produksi Tanaman Obat/Rempah di

Kabupaten Jember ... 71 5.14 Wilayah Produksi Tanaman Obat/Rempah

Dominan di Kabupaten Jember ... 73 5.15 Katagorisasi Nilai Kontribusi Produksi ... 74 5.16 Sebaran Wilayah Produksi Tanaman

Buah-buahan di Kabupaten Jember ... 79 5.17 Sebaran Wilayah Produksi Tanaman

Sayuran di Kabupaten Jember ... 80 5.18 Sebaran Wilayah Produksi Tanaman Obat

di Kabupaten Jember ... 80 5.19 Sebaran Wilayah Produksi Tanaman Hias

di Kabupaten Jember ... 81 5.20 Bobot Kriteria Pemilihan Komoditas

Unggulan Hortikultura ... 83 5.21 Nilai Indeks Komoditas Buah-buahan

untuk Faktor Daya tarik ... 84 5.22 Nilai Indeks Komoditas Buah-buahan

untuk Faktor Daya Saing ... 85 5.23 Nilai Indeks Komoditas Sayuran untuk

Faktor Daya Tarik ... 88 5.24 Nilai Indeks Komoditas Sayuran untuk

Faktor Daya Saing ... 88 5.25 Neraca Produksi dan Konsumsi Beras,

Jagung, dan Kedelai ... 90 5.26 Target dan Realisasi Komoditas Tanaman

Pangan ... 91 5.27 Keragaan Produksi Padi, Jagung, dan

Kedelai di Kabupaten Jember ... 93 5.28 Perkembangan Produksi Benih ... 95 5.29 Luas dan Tata Guna Lahan Pertanian di

Kabupaten Jember ... 97 5.30 Pola Tanam Padi di Kabupaten Jember ... 98 5.31 Perkembangan Produksi Pupuk Organik ... 101 5.32 Perkembangan Kehilangan Hasil Produksi

Berdasarkan OPT ... 102 5.33 Kelembagaan Pertanian di Kabupaten

Jember ... 105 5.34 Alat dan Mesin Pertanian di Kabupaten

Jember ... 106 5.35 Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten


(8)

5.36 Produsen dan Perdagangan Benih Hortikultura Unggulan di kabupaten

JemberTahun 2014 ... 127

5.37 Penggunaan Benih dan Wilayah Produsen Benih Hortikultura di kabupaten Jember ... 128

5.38 IFAS Komoditas Hortikultura Unggulan ... 140

5.39 EFAS Komoditas Padi, Jagung, Kedelai ... 143

5.41 EFAS Komoditas Hortikultura Unggulan ... 145

5.42 Analisis QSPM untuk Menentukan Strategi Prioritas bagi Pengembangan Komoditas Tanaman Pangan ... 159

5.43 Analisis QSPM untuk Menentukan Strategi Prioritas bagi Pengembangan Komoditas Tanaman Pangan ... 163


(9)

DAFTAR GAMBAR

No Uraian Halaman

2.1 Rangkaian Proses Produksi dalam Kegiatan

Pertanian dan Standar Mutu yang menyertainya ... 11

2.2 Isu Global yang Dihadapi dalam Pembangunan

Pertanian Modern ... 12

2.3 Masalah Internal yang Dihadapi dalam

Kegiatan Pertanian Modern ... 13

3.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten

Jember ... 23

3.2 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang

Bekerja Menurut Lapangan Usaha ... 25

4.1 Tahap Pelaksanaan Kegiatan dan Metode

Analisisnya ... 35

4.2 Kuadran Analisis Daya Tarik–Daya Saing ... 38 4.3 Matrik SWOT

... 46

4.4 Matrik QSPM ... 48

5.1 Perkembangan Produksi Jagung di Kabupaten

Jember ... 53

5.2 Perkembangan Produksi Kedelai di Kabupaten

Jember ... 55

5.3 Perkembangan Produksi Ubi Kayu di

Kabupaten Jember ... 57

5.4 Perkembangan Produksi Ubi Jalar di

Kabupaten Jember ... 59

5.5 Perkembangan Produksi Kacang Tanah di

Kabupaten Jember ... 61

5.6 Jenis Buah-buahan Dominan di Kabupaten

Jember ... 63

5.7 Jenis Sayuran Dominan di Kabupaten Jember ... 66

5.8 Jenis Sayuran Tanaman Hias di Kabupaten

Jember ... 69

5.9 Jenis Sayuran Obat/Rempah di Kabupaten

Jember ... 72

5.10 Peta Keunggulan Buah-buahan Berdasarkan

Faktor Daya Tarik dan Daya Saing ... 86

5.11 Peta Keunggulan Sayuran Berdasarkan Faktor

Daya Tarik dan Daya Saing ... 89

5.12 Matrik SWOT Strategi Pengembangan Komoditas Padi, Jagung, dan Kedelai di Kabupaten Jember

... 147

5.13 Matrik SWOT Strategi Pengembangan Komoditas Hortikultura Unggulan di Kabupaten Jember

... 152

5.14 Matrik Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis Pembangunan Pertanian Tahun 2016

–2020


(10)

5.15 Matrik Rencana Pelaksanaan Program Induk Komoditas Padi, Jagung, Kedelai Tahun 2016 -2020

... 193

5.16 Matrik Rencana Pelaksanaan Program Induk Komoditas Padi, Jagung, Kedelai Tahun 2016 -2020


(11)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Hingga tahun 2013, sektor Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang mempunyai kontribusi besar dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor ini mempunyai kontribusi tertinggi kedua (14.4%) setelah sektor industri pengolahan (23.7%)dari total PDB sebesar 9,084 triliun rupiah. Kontribusi sektor pertanian masih di atas sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (14.32%), sektor Pertambangan & Penggalian (11.24%), dan sektor jasa (11.02%).

Sektor pertanian menjadi penggerak utama perekonomian (leading sector) di pedesaan karena beberapa hal, yaitu 1) mampu menyerap banyak tenaga kerja (sekitar 40%) walaupun kecenderungannya terus menurun dari waktu ke waktu; 2) sebagai penghasil devisa negara; 3) memenuhi kebutuhan pangan dan tumpuan ketahanan pangan nasional; 4) Mendukung tumbuh dan berkembangnya sektor industri mulai hulu maupun hilir; dan 5) sesuai dengankodrat bangsa Indonesia sebagai negara agraris dan bahari.

Kabupaten Jember merupakan daerah agraris dimana sektor pertanian menjadi tumpuan utama perekonomian daerah. Pada tahun 2013, sektor ini menyumbang 10.1 triliun atau 41% dari total PDRB sebesar 24.5 triliun rupiah. Dari jumlah tersebut, kontribusi sub sektor tanaman pangan yang meliputi padi, palawija dan tamanan hortikultura adalah yang terbesar, yaitu 49.5% dari PDRB sektor pertanian, diikuti perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.Lebih dari 50% penduduk Kabupaten Jember atau sekitar 587.5 ribu orang bekerja pada sektor pertanian, jauh melebihi tenaga kerja di sektor industri pengolahan sebesar 8% dan sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Hotel yang hanya 19.2%.

Seiring dengan tantangan pembangunan pertanian dewasa ini yang tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan produksi dan nilai tambah hasil

pertanian semata, namun juga menuntut untuk meningkatkan


(12)

dan kawasan. Perkembangan tersebut disikapi dengan bijaksana oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Jember dengan menuangkannya ke dalam salah satu Misi Kabupaten Jember sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jember 2010-2015, yaitu Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang mengarahpada peningkatan kualitas hidup masyarakat . Tindak lanjut dari misi tersebut diharapkan bermuara padapeningkatansarana dan prasarana pembangunan untuk memperlancar dan meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat, yang ditandai dengan meningkatnya Pendapatan Asli Daerah, tumbuhnya investasi, meningkatnya kualitas dan kuantitas produksi serta berkembangnya usaha ekonomi produktif di masyarakat, sehingga akan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat secara luas dan berkelanjutan.

Kabupaten Jember kaya akan potensi tanaman pangan. Wilayah ini telah lama dikenal sebagai lumbung padi bagi Provinsi Jawa Timur, bahkan nasional, karena mampu menyumbang hingga 23% dari total produksi beras Jawa Timur. Walaupun produksinya tidak sebesar tanaman padi, Kabupaten Jember juga menjadi salah satu produsen utama jagung yang mampu menyumbang sekitar 19% total produksi jagung Jawa Timur, serta kedelai yang kontribusinya sekitar 8%. Sementara untuk komoditas hortikultura, Kabupaten Jember telah dikenal sebagai produsen utama jeruk siam dan cabai di Jawa Timur.

Pada tahun 2014, produksi padi Kabupaten Jembermencapai 971.261 ton gabah kering giling atau di bawah target produksi 2014 sebanyak satu juta ton.Kabupaten Jember menjadi penyumbang nomor satu di Jawa Timur pada 2013 dan realisasi tahun 2014 sebanyak 97.261 ton lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan warga Kabupaten Jember (Diperta, 2015). Sentra produksi padi ada di kecamatan Gumukmas, Sumberbaru, Tanggul, dan Bangsalsari.


(13)

ton, kedelai dengan luas panen 9.456 Ha dengan produksi total 21.348 ton, kacang dengan luas panen 2.805 Ha dengan produksi total 4.035 ton, singkong dengan luas panen 2.714 Ha dengan produksi total 47.803 ton, dan ubi jalar dengan luas panen 813 Ha dengan produksi total 47.803 ton (Jember dalam Angka 2014).

Kondisi Kabupaten Jember di Tahun 2015 dengan prediksi jumlah penduduk sebanyak 2.393.520 membutuhkan lahan pertanian sebesar 60.486 Ha untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan sebanyak 3.350.928 kuintal. Sementara itu ketersediaan lahan pertanian yang mampu diadakan sebesar 91.280 Ha. Dengan pertumbuhanpenduduk sebesar 0,54% maka dapat diproyeksikan padatahun 2031 Kabupaten Jember membutuhkanlahan pertanian sebesar 65.929ha. Dengan lajukonversi 2,12% maka ketersediaan lahanpertanian hanya64.786 ha (defisitketersediaan lahanpertanian 1.143 ha).

Potensi sumberdaya lahan pertanian di Kabupaten Jember hingga tahun 2012 terdiri atas lahan sawah sebesar 36%; lahan pertanian bukan sawah sebesar 42% dan lahan bukan pertanian sebesar 22%. Sumberdaya lahan sawah sebesar 36% 85.433 Ha (36%) tersebut terbagi atas lahan sawah dengan penen padi sebanyak 1 kali sebesar 20.312 Ha (24%); panen padi 2 kali sebesar 33.299 Ha (39%); penen padi 3 kali sebesar 25.656 (30%) dan tanaman lainnya sebesar 6.166 Ha (7%). Evaluasi terhadap luas panen, produktivitas, dan produksi terhadap komoditas padi, jagung dan kedelai di Kabupaten Jember Tahun 2013 tertera pada Tabel 1.1.

Dalam RPJMD Kabupaten Jember, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan melakukan pengembangan Pertanian dan Perkebunan di Kabupaten

Jember melalui pendekatan agribisinis yang berbentuk sentra

pengembangan agribisnis komoditas unggulan (SPAKU) lokalita. Begitu pula dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Penanaman Modal Kabupaten Jember juga mencanangkan pertumbuhan industri yang salah satunya dengan mendorong perkembangan agroindustri dan industri pengolahan lainnya mengingat potensi dari sektor pertanian yang sangat besar.


(14)

Tabel 1.1 Evaluasi Luas Panen, Produktifitas dan Produksi Komoditas Padi, Jagung dan Kedelai di Kabupaten Jember

No Uraian Target

2013 Realisasi 2013 Prosentase realisasi terhadap target

1 Komoditas Padi

a. Luas panen (Ha) b. Produktivitas (Ku/Ha) c. Produksi (Ton)

154,560 66.25 1,023,960 166,418 57.04 949,327 107.67 86.10 92.71

2 Komoditas Jagung

a. Luas panen (Ha) b. Produktivitas (Ku/Ha) c. Produksi (Ton)

59,750 76.00 454,100 48,194 63.48 310,505 80.66 83.53 68.38

3 Komoditas Kedelai

a. Luas panen (Ha) b. Produktivitas (Ku/Ha) c. Produksi (Ton)

15,575 17.80 27,724 10,061 16.04 16,140 64.60 90.11 58.22

Pembangunan pertanian di Kabupaten Jember menghadapi berbagai permasalahan serius yang berpotensi mengancam keberlanjutan produksi tanaman pangan. Permasalahan yang muncul, diantaranya adalah :

(a) Adanya konversi lahan pertanian ke non-pertanian atau lahan sawah berkurang 68.85 Ha atau 2,12 % setiap tahunnya (Dinas Pertanahan Kabupaten Jember, 2008);

(b) Menurunnya kesuburan lahan. Hal ini ditandai dengan : (1) rendahnya kandungan bahan organic tanah 1 3%, idealnya untuk usaha budidaya 5%, (2) Meningkatnya penggunakan pupuk anorganik, mengakibatkan tercemarnya lahan pertanian sehingga kesuburan tanah semakin turun, (3) Penggunaan pestisida anorganik yang semakin tinggi yang menyebabkan pencemaran lingkungan pertanian.

(c) Belum efektifnya perlindungan lahan pertanian. Kondisi ini tidak sejalan dengan : (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Pertanian Pangan Berkelanjutan; (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan


(15)

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; (4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 25 Tahun 2012 tenatng Sistem Informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; (5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 30 Tahun 2012 tentang Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

(d) Masih rendahnya kesejahteraan petani karena tingkat kepemilikan lahan pertanian yang sempit, kepemilikan modal yang rendah, nilai tambah komoditas pertanian masih kecil karena belum ada industriyang berbasis pada komoditas prioritas/unggulan.

Untuk mendukung pembangunan pertanian di Kabupaten Jember perlu disusun kerangka kerja yang terencana dan terarah, dan untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan landasan kuat baik dalam tataran konsep maupun pelaksanaannya. Kesesuaian wilayah pengembangan budidaya, kemampuan petani dalam menerapkan usaha tani yang baik, kelengkapan sarana pertanian, irigasi, dan sosiologi petani merupakan dasar

perencanaan pembangunan pertanian. Hal ini semata-mata untuk

menempatkan kawasan pertanian menjadi lebih produktif dan berkelanjutan. Pembangunan sektor pertanian memerlukan kerangka kerja yang terencana dan terarah tertuang dalam Masterplan Pertanian Kabupaten Jember. Masterplan Pertanian Kabupaten Jember merupakan suatu rencana strategis untuk menempatkan pertanian yang tangguh sebagai bisnis inti Kabupaten Jember. Masterplan Pertanian berisikan pedoman pembangunan pertanian sebagai acuan penataan pertanian melalui pengembangan komoditas unggulan untuk menciptakan sistem pertanian yang lebih produktif, aman dan berkelanjutan.

Pemanfaatan dan pengembangan potensi ekonomi di Kabupaten Jember harus disesuiakan dengan potensi sumberdaya alam yang dimiliki. Hal ini merupakan salah satu kebijakan yang telah diambil. Pengembangan kawasan pertanian merupakan inti perekonomian daerah yang secara alami mempunyai prospek baik skala lokal, regional, nasional bahkan internasional.


(16)

1.2 Maksud dan Tujuan

a) Maksud

Maksud dari kegiatan ini adalah melakukan identifikasi,

mengumpulkan data-data, melakukan analisis data, dan

merumuskan strategi pengembangan pertanian yang prospektif dan berkelanjutan yang dituangkan dalam Masterplan Pertanian Kabupaten Jember 2015 2020.

b) Tujuan

Tujuan dari kegiatan Masterplan Pertanian Kabupaten Jember tahun 2015 - 2020 yang mendukung pelaksanaan Program Pengelolaan dan Pengembangan Pertanian Kabupaten Jember sesuai dengan arah kebijakan dan program prioritas RPJMD Kabupaten Jember.

1.3Sasaran

Sasaran dari kegiatan ini adalah tersusunnya Buku Masterplan Pertanian Kabupaten Jember tahun 2015 - 2020 yang mendukung pelaksanaan Program Pengelolaan dan pengembangan Pertanian Kabupaten Jember sesuai dengan arah kebijakan dan program prioritas RPJMD Kabupaten Jember.

1.4 Manfaat Kegiatan

Kegiatan ini bermanfaat bagi para pengambil kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Jember sebagai rujukan dalam menentukan rencana program peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui sektor pertanian, sedangkan bagi masyarakat/petani maupun investor menjadi rujukan komoditas unggulan yang layak diusahakan.

1.5. Lingkup Kegiatan

Sesuai dengan permasalahan, tujuan dan sasaran kegiatan ini, secara garis besar ruang lingkup kegiatan dari Masterplan Pertanian Kabupaten


(17)

a. Identifikasi potensi tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Jember

b. Identifikasi tanaman atau komoditas tanaman pangan dan hortikultura unggulan di Kabupaten Jember.

c. Identifikasi kendala dan masalah komoditas pangan dan hortikultura unggulan di Kabupaten Jember

d. Strategi pengembangan tanaman pangan dan hortikultura unggulan di Kabupaten Jember

e. Penyusunan rencana induk pengembangan tanaman pangan dan


(18)

BAB II. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

Pengertian pembangunan pertanian dapat dirunut berdasarkan kata yang membentuknya, yaitu Pembangunan dan Pertanian . Istilah pertanian mempunyai pengertian yang hampir seragam. ILO (1999) mendefinisikan pertanian sebagai kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.

Sementara itu, istilah pembangunan mengandung lebih banyak penafsiran. Menurut Soetomo (2008), pembangunan sebagai proses perubahan dapat dipahami dan dijelaskan dengan cara yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam hal sumber atau faktor yang mendorong perubahan tadi, misalnya yang ditempatkan dalam posisi lebih dominan, sumber perubahan internal atau eksternal. Disamping itu, sebagai proses perubahan juga dapat dilihat dari intensitas atau fundamental tidaknya perubahan yang diharapkan, melalui transformasi struktural ataukah tidak. Sebagai proses mobilisasi sumberdaya juga dapat dilihat pandangan dan penjelasan yang berbeda, misalnya pihak yang diberi kewenangan dalam pengelolaannya diantara tigastakeholderspembangunan, yaitu negara, masyarakat, dan swasta. Perbedaan pandangan juga menyangkut level pengelolaan sumber daya tersebut, tingkat lokal, regional, atau nasional. Perspektif yang berbeda juga dapat menyebabkan pemberian perhatian yang berbeda terhadap sumber daya yang ada. Perspektif tertentu lebih memberikan perhatian pada sumber daya alam dan sumber daya manusia, sedangkan perspektif yang lain disamping kedua jenis sumber daya tersebut juga mencoba menggali, mengembangkan dan mendayagunakan sumber daya sosial yang sering disebut juga dengan modal sosial atau energi sosial. Bahkan dalam masing-masing perspektif yang bersikap terhadap sumber daya manusia juga dapat dijumpai pandangan dan perlakuan yang berbeda. Disatu pihak dijumpai perspektif yang melihatnya sebagai sekedar


(19)

dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pembangunan, dan dilain pihak melihatnya sebagai aktor atau pelaku dari proses pembangunan itu sendiri.

Selanjutnya, Nawawi (2009) menjelaskan bahwa pengertian

pembangunan harus dilihat secara dinamis, bukan dilihat sebagai konsep statis yang selama ini sering dianggap sebagai suatu kesalahan yang wajar. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing , artinya juga bisa dikatakan bahwa pembangunan itu sebagai never ending goal . Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan supaya menjadi suatu proses yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri (self sustainingproces) tergantung kepada manusia dan struktur sosialnya. Jadi bukan hanya yang dikonsepsikan sebagai usaha pemerintah belaka. Pembangunan tergantung dari suatu innerwill , danproses emansipasi diri kreatif dalam proses pembangunan hanya menjadi mungkin karena proses pendewasaan.

Dengan demikian, Pembangunan Pertaniandapat diartikan sebagai proses yang ditujukan untuk selalu menambah produksi pertanian bagi tiap-tiap konsumen, yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha masing-masing petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar turut campur tangannya manusia di dalam perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan Hadisapoetro (1975). Mosher menyatakan bahwa pembangunan pertanian adalah suatu bagian integral dari pada pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum (Sudalmi, 2010).

Secara luas pembangunan pertanian bukan hanya proses atau kegiatan menambah produksi pertanian melainkan sebuah proses yang menghasilkan perubahan sosial baik nilai, norma, perilaku, lembaga, sosial dan sebagainya demi mencapai pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat yang lebih baik.Pertanian merupakan sektor utama penghasil bahan-bahan makanan dan bahan-bahan industri yang dapat diolah menjadi bahan sandang, pangan, dan papan yang dapat dikonsumsi


(20)

maupun diperdagangkan, maka dari itu pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi.

Dalam perkembangannya, pembangunan pertanian melalui tiga tahapan penting. Tahap pertama adalah pertanian tradisional yang produktivitasnya rendah. Tahap kedua adalah tahap penganekaragaman produk pertanian sudah mulai terjadi di mana produk pertanian sudah ada yang dijual ke sektor komersial, tetapi pemakaian modal dan teknologi masih rendah. Tahap yang ketiga adalah tahap yang menggambarkan pertanian modern yang produktivitasnya sangat tinggi yang disebabkan oleh pemakaian modal dan teknologi yang tinggi pula. Pada tahap ini produk pertanian ditujukan untuk melayani keperluan pasar komersial.

1. Tahap Pertanian Tradisional (Subsisten)

Dalam pertanian tradisional, produksi pertanian dan konsumsi sama banyaknya dan hanya satu atau dua macam tanaman saja (biasanya jagung atau padi) yang merupakan makanan pokok. Produksi dan produktivitas rendah karena hanya menggunakan modal hanya sedikit sekali, sedangkan tanah dan tenaga kerja manusia merupakan faktor produksi yang dominan. 2. Tahap Pertanian Tradisional Menuju Pertanian Modern

Penganekaragaman pertanian(diversified farming)merupakan suatu langkah pertama yang cukup logis dalam masa transisi dari pertanian tradisional (subsisten) ke pertanian modern (komersil). Pada tahap ini, tanaman-tanaman pokok tidak lagi mendominasi produk pertanian, karena tanaman-tanaman perdagangan yang baru seperti buah-buahan, kopi, teh dan lain-lain sudah mulai dijalankan bersama dengan usaha peternakan yang sederhana. Selain hal tersebut di atas, pemakaian alat-alat sederhana seperti traktor kecil, hewan penarik bajak bisa digunakan untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

3. Tahap Pertanian Modern

Pertanian modern atau dikenal juga dengan istilah pertanian spesialisasi menggambarkan tingkat pertanian yang paling maju. Keadaan demikian bisa


(21)

ini berkembang sebagai respon terhadap dan sejalan dengan pembangunan yang menyeluruh di bidang-bidang lain dalam ekonomi nasional.

Di era modern dan perdagangan bebas seperti sekarang ini, pembangunan pertanian menghadapi tantangan yang sangat besar. Pembangunan pertanian dihadapkan pada kondisi persaingan yang sangat ketat dan mengglobal. Di tengah situasi seperti itu, maka pembangunan pertanian harus dapat menghasilkan luaran yang mempunyai mutu tinggi agar dapat memenangkan persaingan. Upaya untuk mencapai hal tersebut memerlukan perangkat standar yang dewasa ini telah menjadi syarat bagi seluruh berlangsungnya proses mulai dari hulu hingga hilir. Oleh karena pembangunan pertanian pada hakekatnya adalah membangun serangkaian proses mulai dari hulu hingga hilir, maka standar mutu dari setiap tahapan proses harus dapat diaplikasikan . Gambar 2.1 menunjukkan rangkaian proses dan standar mutu yang ada pada setiap tahapan. Standar itulah yang harus dikuasai dan diterapkan agar dapat menghasilkan komoditas maupun produk yang bermutu tinggi dan berdaya saing.

Gambar 2.1. Rangkaian Proses Produksi dalam Kegiatan Pertanian dan Standar Mutu yang Menyertainya (Sumber: Kementerian Pertanian, 2014)


(22)

Kompleksitas permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pertanian semakin tinggi karena munculnya faktor eksternal yang mempengaruhi produktivitas, harga, dan permintaan pasar sehingga menjadi isu global. Faktor tersebut adalah 1) perubahan iklim; 2) kondisi perekonomian global; 3) gejolak harga pangan global; 4) bencana alam; 5) peningkatan jumlah penduduk; 6) aspek distribusi; 7) Laju urbanisasi (Kementerian Pertanian, 2014). Grafis isu global yang dihadapi dalam pembangunan pertanian modern dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Isu Global yang Dihadapi dalam Pembangunan Pertanian Modern (Sumber: Kementerian Pertanian, 2014)

Lebih lanjut, Kementerian Pertanian (2014) juga menyatakan bahwa sejumlah isu mutakhir juga harus dipertimbangkan dalam menentukan rencana pembangunan pertanian, yaitu swasembada, daya saing produk berstandar internasional, diversifikasi pangan, dan kesejahteraan masyarakat petani.


(23)

Selain menghadapi isu global, pembangunan pertanian juga mempunyai sejumlah permasalahan yang harus diselesaikan agar dapat mewujudkan tujuan dan target pembangunan. Permasalahan tersebut bersumber dari faktor internal sumberdaya pertanian, antara lain kondisi lahan yang semakin sempit, infrastruktur yang kurang baik, keterbatasan penyediaan dan penggunaan benih unggul, kelembagaan pertanian yang belum dapat dikelola dengan baik, sumberdaya manusia (SDM) yang masih rendah, dan kapasitas dan akses permodalan yang sering kali mengalami hambatan. Hal tersebut menyebabkan pencapaian tujuan pembangunan pertanian seringkali tidak sesuai harapan. Masalah internal yang dihadapi dalam kegiatan pertanian dan penjelasannya ditunjukkan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Masalah Internal yang Dihadapi dalam Kegiatan Pertanian Modern (Sumber: Kementerian Pertanian, 2014)

Adanya tantangan, isu, dan permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pertanian di Indonesia, maka Kementerian Pertanian menetapkan arah dan kebijakan pembangunan pertanian selama lima tahun ke depan, yaitu:

1. Kebijakan peningkatan ketahanan pangan (padi, jagung, kedelai, tebu, sapi, cabai dan bawang merah) yang berdampak bagi perekonomian.


(24)

2. Kebijakan pengembangan komoditas ekspor dan substitusi impor serta komoditas penyedia bahan baku bio energi.

3. Kebijakan peningkatan daya saing produk pertanian melalui standarisasi produk dan proses, peningkatan rantai pasok, mutu dan keamanan pangan

4. Kebijakan pengembangan infrastruktur (lahan, air, sarana dan prasarana) dan agro industri di perdesaan, sebagai dasar / landasan pengembangan bio industri berkelanjutan

5. Kebijakan re orientasi memproduksi dari satu jenis produk menjadi multi produk (produk utama, bioenergi, produk sampingan, produk dari limbah, zero waste dan lainnya).

6. Kebijakan pengembangan klaster/kawasan, yaitu pada kawasan tertentu yang mengungkit pencapaian target nasional.

7. Kebijakan sistem perbenihan/pembibitan, perlindungan petani, kelembagaan petani, inovasi dan diseminasi teknologi, penyuluhan, dan kebijakan sistem perkarantinaan pertanian.

8. Kebijakan mendukung program tematik: MP3EI, MP3KI, PUG, KSS, ketenagakerjaan, percepatan daerah tertinggal, kawasan khusus dan wilayah perbatasan.

9. Adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta penanganan pasca bencana alam

10. Kebijakan subsidi: (1) subsidi pupuk tetap diperlukan dengan cara mengurangi pupuk tunggal, menaikan subsidi pupuk majemuk, (2) pupuk organik tetap dikembangkan bukan dengan dukungan subsidi, tetapi dialihkan menjadi kegiatan pengembangan pupuk organik, (3) subsidi benih ditiadakan dan dialihkan menjadi kegiatan penguatan penangkar benih/bibit.

11. Kebijakan kredit: (1) kredit ketahanan pangan akan terus dilanjutkan untuk mendorong dn meningkatkan produksi dan produktivitas pangan guna mendukung ketahanan pangan, (2) untuk lebih menjamin


(25)

menurut subsektor, (3) untuk memecahkan kelangkaan tenaga kerja & menjamin pengelolaan pangan skala luas, maka Kredit Mekanisasi pertaniaan sangat diperlukan, (4) kegiatan sertifikasi tanah diperlukan. sehingga layak kredit

Kebijakan tersebut ditindaklanjuti dengan menetapkan fokus pengembangan komoditas pertanian yang dinilai unggul dan memberikan dampak besar terhadap kesejahteraan masyarakat luas, yaitu:

1. Bahan Makanan Pokok Nasional: Beras, Jagung, Kedelai, Gula, Daging Unggas, Daging Sapi Kerbau

2. Bahan Makanan Pokok Lokal: Sagu, Jagung (NTT Madura), Umbi Umbian (ubi kayu, ubi jalar)

3. Produk Pertanian Penting Pengendali Inflasi: Cabai, Bawang Merah, Bawang Putih, CPO/Minyak Goreng

4. Bahan Baku Industri (Konvensional): CPO, Karet, Kakao, Kopi, Susu, Ubi kayu

5. Bahan Baku Industri: Sorgum, Gandum, Tanaman Obat, Minyak Atsiri 6. Produk Industri Pertanian (Prospektif): Aneka Tepung dan Jamu

7. Produk Energi Pertanian (prospektif): Biodiesel, Bioetanol, Biogas 8. Produk Pertanian Berorientasi Ekspor (prospektif): Buah buahan (Nanas, Manggis, Salak, Mangga), Kambing/Domba, Babi, Florikultura

Bertolak dari hal tersebut, maka pembangunan pertanian haruslah direncanakan secara sistematis agar dapat dijalankan secara efektif dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Rencana pembangunan pertanian dituangkan dalam bentuk masterplan pertanian yang pada hakikatnya adalah pedoman yang menjadi arah bagi kebijakan pertanian pada jangka menengah atau panjang. Masterplan pertanian merupakangrand desainyang disusun berdasarkan analisis yang mendalam tentang potensi, peluang, permasalahan, dan isu-isu pertanian yang sedang dan akan dihadapi pada masa mendatang. Masterplan pertanian merupakan dokumen penting yang memberikan garis kebijakan pembangunan pertanian secara sistematis,


(26)

komprehensif, dan efektif guna mencapau tujuan-tujuan straregis dalam pembangunan pertanian.

Kompleksitas permasalahan dalam pembanguanan pertanian

memerlukan strategi unggul agar dapat menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi dan menghindarkan dari ancaman yang akan terjadi. Saragih (2001) menyatakan bahwa strategi yang dipilih haruslah memliki ciri keunggulan, yaitu 1) memiliki jangkauan kemampuan memecahkan masalah pertanian dan ketika strategi ini diimplementasikan maka persoalan akan dapat diatasi, 2) strategi yang dipilih harus dapat memanfaatkan hasil-hasil pembangunan sebelumnya sehingga pembangunan sebelumnya tidak menjadi sia-sia, 3) strategi yang dipilih harus mampu membawa masa depan pertanian yang lebih cerah dan menjadi sinergis (interdepency economy) dengan sektor lainnya.

Di antara pilihan strategi pembangunan pertanian yang ada, strategi pembangunan yang memenuhi karakteristik tersebut adalah Pembangunan Agribisnis (agribusiness led development) yaitu strategi pembangunan pertanian yang mengintegrasikan pembangunan pertanian berkelanjutan (perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) dengan pembangunan industri hulu dan hilir pertanian serta sektor-sektor jasa yang terkait di dalamnya (Saragih, 1998). Strategi pengembangan sistem agribisnis tersebut adalah berbasis pada pemberdayagunaan keragaman sumberdaya pada setiap daerah (domestic resources based), akomodatif terhadap keragaman kualitas sumberdaya manusia, tidak mengandalkan pinjaman luar negeri, berorientasi ekspor maka strategi pembangunan sistem agribisnis akan bergerak menuju pembangunan agribisnis yang digerakkan oleh barang modal dan SDM yang lebih terampil (capital driven) sehingga mampu beralih pada proses pembangunan agribisnis yang digerakkan oleh ilmu pengetahuan, teknologi dan SDM terampil (innovation-driven), sehingga diyakini mampu mengantarkan pertanian Indonesia memiliki daya saing yang tinggi.


(27)

BAB III. GAMBARAN UMUM WILAYAH

3.1 Kondisi Geografis

Kabupaten Jember terletak di bagian timur wilayah Provinsi Jawa Timur tepatnya berada pada posisi 7059 6 sampai 8033 56 Lintang Selatan

dan 113016 28 sampai 114003 42 Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Jember

disebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang di sebelah barat, dan Kabupaten Banyuwangi di sebelah timur, sementara di sebelah selatan berbatasan langsungdengan Samudera Indonesia.

Kabupaten Jember memiliki luas wilayah kurang lebih 3.293,34 Km2,

dengan panjang pantai lebih kurang 170 Km. Sedangkan luas perairan Kabupaten Jember yang termasuk ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) kurang lebih 8.338,5 Km2.

Topografi Kabupaten Jember terdiri atas dataran rendah, sedang hingga dataran tinggi dengan ketinggian wilayah berkisar antara 0 3.300 meter di atas permukaan laut (dpl). Sebagian besar wilayah berada pada ketinggian antara 100 hingga 500 meter di atas permukaan laut (37,75%), selebihnya pada ketinggian 0 sampai dengan 25 m (17,95%), ketinggian 25 sampai dengan 100 m dpl (20,70%), ketinggian 500 sampai dengan 1.000 m dpl (15,80% ),dan ketinggian lebih dari 1.000 m dpl (7,80%). Wilayah barat daya memiliki dataran dengan ketinggian 0 25 meter dpl. Sedangkan daerah timur laut yang berbatasan dengan Bondowoso dan tenggara yang berbatasan dengan Banyuwangi memiliki ketinggian di atas 1.000 meter dpl.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Jember berada pada wilayah datar dengan kemiringan lahan 0 2%(36,60%), sehingga daerah ini baik untuk kawasan permukiman dan kegiatan pertanian tanaman semusim. Wilayah yang bergelombang sampai berbukit dengan kemiringan sangat curam di atas 40% menempati wilayah 31,28%, selebihnya merupakan wilayah landai sampai bergelombang, dengan kemiringan antara 2 15% menempati wilayah 20,46%, yang digunakan untuk usaha pertanian dengan tanpa


(28)

memperhatikan usaha pengawetan tanah dan air. Sedangkan daerah bergelombang dengan kemiringan 15 40% menempati wilayah 11,66%, daerah tersebut mudah terkena erosi, maka diperlukan usaha pengawetan tanah dan air.

Morfologi wilayah Kabupaten Jember didominasi oleh kawasan perbukitan. Daerah dengan kemiringan antara 8 15% dimanfaatkan sebagai kawasan permukiman. Daerah dengan kemiringan di atas 30% merupakan daerah perbukitan yang terletak di sebagian utara dan timur cocok untuk kawasan lindung. Daerah sebelah selatan-barat merupakan daerah landai dan dekat dengan laut yang berpotensi untuk pengembangan kegiatan perikanan, pertanian, dan perkebunan.

Kabupaten Jember mempunyai jenis tanah yang sangat bervariasi dan tersebar di seluruh wilayah.Jenis-jenis tanah di Kabupaten Jember, yaitu : 1. Asosiasi andosol coklat kekuningan dan regosol coklat kekuningan.

- Komplek mediteran merah dan litosol.

- Alluvial coklat kekelabuan. - Alluvial hidromort.

- Asosiasi alluvial kelabu dan alluvial coklat kekelabuan. 2. Asosiasi gley humus rendah dan alluvial kelabu.

- Regosol kelabu.

- Komplek regosol kelabu dan litosol.

- Regosol coklat kekelabuan.

- Regosol coklat, bahan indusk endapan pasir.

- Regosol coklat.

- Komplek regosol dan litosol.

- Komplek latosol kemerahan dan litosol.

- Latosol coklat kemerahan.

3. Asosiasi latosol coklat dan regosol kelabu.


(29)

Tingkat erosi di Kabupaten Jember cukup rendah. Sekitar 94,12% merupakan daerah bebas erosi dengan jenis tanah alluvial, gley, regosol, andosol, mediteran, dan latosol. Ditinjau dari segi drainase, 99,60% dari wilayah Kabupaten Jember merupakan daerah bebas genangan. 0,39% merupakan daerah tergenang periodik, dan hanya 0,01% merupakan daerah tergenang rawa.

Secara keseluruhan sungai-sungai di wilayah Jember mengalir ke selatan dan umumnya berasal dari G. Argopuro, G. Raung dan Pegunungan Meru Betiri. Pola aliran sungainya, mendaun sejajar dan memancar, dengan sifat perenial hingga epimeral atau periodik.

Kabupaten Jember mempunyai banyak sungai/kali yang bermanfaat untuk pertanian. Beberapa sungai yang cukup besar adalah :

1. Kali Bedadung, merupakan sungai yang membelah Kabupaten Jember di tengah-tengah. Hulu sungai berasal dari pegunungan Hyang yang banyak terdapat mata air.

2. Kali Mayang, merupakan sungai yang bermata air dan hulu sungai berasal dari Pegunugan Raung yang berbatasan dengan Kabupaten Banyuwangi. 3. Kali Sanen, merupakan sungai yang bermata air dan hulu sungai berasal

dari Pegunugan Raung. Kali Sanen bertemu dengan Kali Mayang di Desa Sumberrejo dan bermuara di Samudera Indonesia.

4. Kali Jatiroto, merupakan perbatasan dengan Kabupaten Lumajang yang bermata air dan hulu sungai dari Pegunungan Hyang, bermuara di Samudera Indonesia.

Kabupaten Jember mempunyai iklim tropis dengansuhu berkisar antara 23ºC 31ºC. Musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai bulan Oktober dan musim hujan terjadi pada bulan November sampai bulan April. Curah hujan bervariasi dan tidak merata tergantung lokasinya. Curah hujan di Kabupaten Jember terbagi menjadi 5 kelompok yaitu :

0 1.500 mm/tahun, terdapat di Kecamatan Puger, Wuluhan dan Kecamatan Gumukmas.


(30)

1.750 2.000 mm/tahun, terdapat di Kecamatan Sumbersari, Patrang, Arjasa, Mayang, Silo, Mumbulsari, Rambipuji, Jenggawah, Umbulsari, dan Kecamatan Balung.

2.000 2.500 mm/tahun, terdapat di Kecamatan Kaliwates, Pakusai, Kalisat, Sumberjambe, Ledokombo, Tempurejo, Sukorambi, dan Kecamatan Bangsalsari.

 Lebih dari 2.500 mm/tahun, terdapat di Kecamatan Tanggul, Panti, dan Kecamatan Sumberbaru.

Wilayah yang terletak dibagian selatan, yang meliputi wilayah Kecamataan Kencong, Gumukmas, Puger, Ambulu, Wuluhan, dan Tempurejo yang juga merupakan daerah pesisir pantai selatan memiliki hari hujan dan curah hujan yang lebih kecil dibandingkan dengan daerah yang berada cukup jauh dari pesisir pantai.

Wilayah Kabupaten Jember seluas 3,293.34 Km2 atau 329,334 Ha

mempunyai luas sawah sebesar 86,568.18 ha atau 26.29% dari luas wilayah keseluruhan dan tegal sebesar 43,522.84 ha atau 13.22%. Sebagian besar wilayahnya masih berupa hutan, yaitu 121,039.61 ha atau 36.75%. Penggunaan lahan di Kabupaten Jember ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Penggunaan Lahan di Kabupaten Jember

No. Penggunaan Lahan Luas

Ha %

1 Hutan 121.039,61 36,75

2 Perkampungan 31.877,00 9,68

3 Sawah 86.568,18 26,29

4 Tegal 43.522,84 13,22

5 Perkebunan 34.590,46 10,50

6 Tambak 368,66 0,11

7 Rawa 35,62 0,01

8 Semak/padang rumput 289,06 0,09


(31)

Lahan sawah dan tegalan, dan pinggiran hutan banyak dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya pertanian sehingga membentuk kawasan pertanian produktif. Kawasan budidaya tanaman pangan berada di seluruh kawasan kecuali pusat kota, sedangkan kawasan perkebunan berada di lereng Gunung Argopuro dengan komoditas teh, kopi, kakao, karet; lereng Gunung Raung dengan komoditas kopi dan tembakau; kawasan tengah hingga selatan dengan komoditas tembakau, tebu dan kelapa.

Kondisi lahan pertanian dan perkebunan di Kabupaten Jember sangat subur. Oleh karena itu, mayoritas penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Jember didominasi oleh lahan pertanian dan perkebunan. Kondisi ini sangat sesuai mengingat mata pencaharian utama penduduk Kabupaten Jember adalah di sektor pertanian.

Kawasan hutan produksi yang ada di Kabupaten Jember adalah berupa hutan jati dan hutan kayu lainnya. Persebaran kawasan hutan produksi ini berada di kawasan perbatasan Kabupaten Jember dengan kabupaten-kabupaten lainnya. Misalnya, pada sebelah utara Kabupaten Jember yang berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso dan sebelah timur yang berbatasan dengan Kabupaten Banyuwangi. Selain itu, kawasan hutan produksi juga banyak ditemui di bagian selatan Kabupaten Jember yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia

Untuk kawasan industri, di Kabupaten Jember mayoritas berupa industri pengolahan hasil pertanian dan pergudangan yang mengolah tembakau. Persebaran lokasi industri ini berada di wilayah bagian barat dan timur Kabupaten Jember, yaitu di Kecamatan Bangsalsari, Rambipuji, Balung, Jenggawah, Arjasa, Pakusari, Kalisat, dan Sukowono.

Secara administratif wilayah Kabupaten Jember terbagi menjadi 31 kecamatan terdiri atas 28 kecamatan dengan 226 desa dan 3 kecamatan dengan 22 kelurahan, 972 dusun/lingkungan, 4.201 RW dan 14.208 RT. Kecamatan terluas adalah Tempurejo dengan luas 524,46 Km2 atau 15,9%


(32)

Kaliwates, seluas 24,94 Km2 atau 0,76%. Pembagian wilayah administrasi

Kabupaten Jember sebagai berikut:

Tabel 3.2. Pembagian Wilayah Administratif di Kabupaten Jember

No. Kecamatan Jumlah

Desa/Kelurahan

Jumlah

Dusun/Lingkungan Luas (Km2)

1 Kencong 5 24 65,92

2 Gumukmas 8 24 82,98

3 Puger 12 37 148,99

4 Wuluhan 7 25 137,18

5 Ambulu 7 27 104,56

6 Tempurejo 8 29 524,46

7 Silo 9 41 309,98

8 Mayang 7 24 63,78

9 Mumbulsari 7 26 95,13

10 Jenggawah 8 36 51,02

11 Ajung 7 33 56,61

12 Rambipuji 8 42 52,80

13 Balung 8 27 47,12

14 Umbulsari 10 28 70,52

15 Semboro 6 14 45,43

16 Jombang 6 17 54,30

17 Sumberbaru 10 36 166,37

18 Tanggul 8 24 199,99

19 Bangsalsari 11 41 175,28

20 Panti 7 29 160,71

21 Sukorambi 5 16 60,63

22 Arjasa 6 25 43,75

23 Pakusari 7 26 29,11

24 Kalisat 12 53 53,48

25 Ledokombo 10 38 146,92

26 Sumberjambe 9 58 138,24

27 Sukowono 12 27 44,04

28 Jelbuk 6 42 65,06

29 Kaliwates 7 32 24,94

30 Sumbersari 7 33 37,05

31 Patrang 8 38 36,99


(33)

3.2 Kondisi Demografis

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2013, menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Jember adalah sebesar 2.369.250 jiwa, meningkat 0,30% bila dibandingkan Tahun 2012 sebesar 2.362.179 jiwa, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Jember (Sumber: Jember dalam Angka 2014)

Peningkatan jumlah penduduk tersebut mempengaruhi tingkat kepadatan penduduk. Tabel 3.3 menunjukkan bahwa tingkatkepadatan penduduk mengalami peningkatan dari 717,26 jiwa/km² pada tahun 2012 menjadi 719,41 jiwa/km² pada tahun 2013. Kepadatan penduduk yang cukup tinggi terjadi pada wilayah ibu kota kabupaten seperti Kecamatan Kaliwates, Sumbersari, Patrang dengan tingkat kepadatan masing-masing 4.485,20 jiwa/km², 3.408,34 jiwa/km² dan 2.553,96 jiwa/km². Padahal ketiga wilayah tersebut memiliki persentase luas wilayah yang relatif kecil tehadap luas Kabupaten Jember, dengan proporsi luas masing-masing sebesar 0,76%, 1,12% dan 1,12%. Sementara itu, kepadatan penduduk yang terendah berada di Kecamatan Tempurejo dengan kepadatan 134,73 jiwa/km² dan Kecamatan Silo dengan kepadatan 335,02 jiwa/km² dengan proporsi luas wilayah masing-masing 15,95% dan 9,41%.

2 .3 2 7 .9 5 7 2 .3 3 4 .5 7 9 2 .3 4 5 .8 5 1 2 .3 6 2 .1 7 9 2 .3 6 9 .2 5 0 2.300.000 2.310.000 2.320.000 2.330.000 2.340.000 2.350.000 2.360.000 2.370.000


(34)

Tabel 3.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Jember 2010

Berdasarkan komposisi penduduknya, jumlah penduduk laki-laki sebesar 1,164,772 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebesar 1,204,478 jiwa, sehingga rasio jenis kelamin sebesar 96.70. Angka tersebut

No. Kecamatan Jml Penduduk

(Jiwa) Luas (Km²)

Kepadatan Penduduk

1 Kencong 65.173 65,92 988,67

2 Gumukmas 79.224 82,98 954,74

3 Puger 114.506 148,99 768,55

4 Wuluhan 114.695 137,18 836,09

5 Ambulu 105.103 104,56 1.005,19

6 Tempurejo 70.663 524,46 134,73

7 Silo 103.850 309,98 335,02

8 Mayang 48.362 63,78 758,26

9 Mumbulsari 62.339 95,13 655,30

10 Jenggawah 81.318 51,02 1.593,85

11 Ajung 74.416 56,61 1.314,54

12 Rambipuji 78.934 52,80 1.494,96

13 Balung 77.005 47,12 1.634,23

14 Umbulsari 69.539 70,52 986,09

15 Semboro 43.475 45,43 956,97

16 Jombang 50.003 54,30 920,87

17 Sumberbaru 99.416 166,37 597,56

18 Tanggul 82.760 199,99 413,82

19 Bangsalsari 113.905 175,28 649,85

20 Panti 59.399 160,71 369,60

21 Sukorambi 37.950 60,63 625,93

22 Arjasa 38.055 43,75 869,83

23 Pakusari 41.713 29,11 1.432,94

24 Kalisat 74.962 53,48 1.401,68

25 Ledokombo 62.528 146,92 425,59

26 Sumberjambe 60.126 138,24 434,94

27 Sukowono 58.734 44,04 1.333,65

28 Jelbuk 31.962 65,06 491,27

29 Kaliwates 111.861 24,94 4.485,20

30 Sumbersari 126.279 37,05 3.408,34

31 Patrang 94.471 36,99 2.553,96


(35)

Hingga tahun 2010 sektor kegiatan perdagangan, industri, dan pertanian merupakan kegiatan yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Kabupaten Jember. Keadaan ini sesuai dengan pola pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian merupakan yang terluas,diikuti dengan kawasan perdagangan dan industri yang mulai berkembang di wilayah Jember, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Hasil Susenas Tahun 2010

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, sebanyak 56,35% penduduk Kabupaten Jember merupakan penduduk perdesaan dan sisanya sebesar 43,65% adalah penduduk perkotaan. Lebih lanjut masih menurut data hasil Sensus Penduduk 2010 dari seluruh penduduk yang bekerja (usia 15 tahun ke atas) sebanyak 51,89% bekerja di sektor pertanian, 16,59% bekerja pada sektor perdagangan dan 5,20% bekerja di sektor industri pengolahan.

Sehingga tidak mengherankan apabila sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor industri pengolahan merupakan the main driving sector bagi roda perekonomian di Kabupaten Jember. Andil ketiga sektor tersebut dalam pembentukan nilai tambah di Kabupaten Jember mencapai 73,02%.


(36)

3.3. Kondisi Ekonomi

Kabupaten Jember sebagai kabupaten agraris, memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup prospektif bagi pengembangan perekonomian wilayah. Sesuai dengan potensi wilayah yang ada, perekonomian Kabupaten Jember masih mengandalkan pada sektor pertanian sebagai basis dan penggerak roda perekonomian wilayah. Pertanian sebagai sektor basis hingga saat ini masih memiliki peran yang dominan dan strategis bagi pembangunan perekonomian baik sebagai: penyedia bahan pangan, penyedia bahan baku industri, bahan ekspor, pendapatan daerah dan masyarakat, menyerap tenaga kerja maupun katub pengamanan bagi masalah-masalah sosial yang timbul.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jember tidak berbeda jauh dengan yang terjadi pada level nasional maupun regional Jawa Timur. Secara absolut terjadi peningkatan nilai tambah di semua sektor baik menurut harga konstan maupun harga berlaku, seluruh sektor ekonomi juga mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor konstruksi dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu lebih dari 10%. Pertumbuhan terendah dialami sektor pertanian.

Besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Jember tahun 2013 menurut harga berlaku adalah sebesar 36,87 trilyun rupiah, sedangkan atas dasar harga konstan mencapai 14,16 trilyun rupiah, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.4. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Kabupaten Jember tahun 2013 adalah sebesar 6,90%, sedikit menurun dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 7.21%.


(37)

Tabel 3.4. Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Jember Tahun 2009 2013

Hingga tahun 2013, Sektor pertanian mempunyai kontribusi tertinggi dalam PDRB Kabupaten Jember, diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel & Restoran, dan Sektor Industri Pengolahan, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.5. Sektor yang mempunyai kontribusi terkecil adalah Listrik dan Air Bersih, diikuti oleh sektor Bangunan, dan Sektor Pertambangan dan Galian.

Tabel 3.5. Kontribusi Masing-masing Sektor dalam Pembentukan PDRB Kabupaten Jember

Sektor pertanian masih memegang peran utama dalam menggerakkan perekonomian di Kabupaten Jember. Tabel 3.6 menunjukkan bahwa walaupun sumbangan peran dari sektor ini cenderung terus menurun, namun hingga tahun 2013 peranannya tetap paling dominan.

2009 2010 2011 2012 2013

1. PDRB Kab. Jember

Atas Dasar Harga Berlaku (Rp. Milyar) 22.609,24 25.285,25 28.389,36 32.167,44 36.875,27 Atas Dasar Harga Konstan (Rp. Milyar) 10.891,61 11.550,55 12.359,52 13.250,98 14.165,90 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi 5,55 6,05 7,00 7,21 6,90 Atas Dasar Harga Konstan (%)

3. PDRB per Kapita

Atas Dasar Harga Berlaku (Rp. Ribu) 9.712,05 10.815,33 12.065,05 13.587,19 15.484,70 Atas Dasar Harga Konstan (Rp. Ribu) 4.678,61 4.940,55 5.252,61 5.597,08 5.948,56

4. Inflasi 5,72 5,46 4,93 5,69 7,23

5. Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2.327.957 2.337.909 2.353.025 2.367.482 2.381.400

Tahun Uraian

2009 2010 2011 2012 2013 1 Pertanian 9.142,87 9.796,54 10.633,46 11.416,10 12.629,39 2 Pertambangan dan Galian 654,80 724,77 789,08 875,87 977,10 3 Industri Pengolahan 2.403,77 2.708,96 3.069,57 3.558,63 4.079,66 4 Listrik dan Air Bersih 187,41 216,72 241,56 271,55 311,07

5 Bangunan 499,00 576,05 669,87 760,44 927,86

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 5.351,32 6.200,10 7.145,25 8.555,15 10.218,27 7 Pengangkutan dan Komunikasi 988,98 1.147,67 1.319,62 1.480,51 1.714,73 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perush 1.117,20 1.309,42 1.505,08 1.748,17 2.032,77 9 Jasa-Jasa 2.263,89 2.605,02 3.015,89 3.501,02 3.984,42 22.609,24 25.285,25 28.389,38 32.167,44 36.875,27 Kabupaten Jember


(38)

Tabel 3.6. Peranan Perekonomian Masing-Masing Sektor di Kabupaten Jember Atas Dasar Harga Berlaku 2009 2013

Sektor Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

Pertanian 40,44 38,74 37,46 35,49 34,25

Pertambangan dan Penggalian 2,90 2,87 2,78 2,72 2,65 Industri Pengolahan 10,63 10,71 10,81 11,06 11,06 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,83 0,86 0,85 0,84 0,84

Bangunan / Konstruksi 2,21 2,28 2,36 2,36 2,52

Perdagangan, Hotel dan Restoran 23,67 24,52 25,17 26,60 27,71 Pengangkutan dan Komunikasi 4,37 4,54 4,65 4,60 4,65 Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 4,94 5,18 5,30 5,43 5,51

Jasa-jasa 10,01 10,30 10,62 10,88 10,81

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Penurunan peranan sektor pertanian lebih disebabkan oleh percepatan output sektor sekunder dan tersier yang lebih dinamis. Kenaikan sektor sekunder dan tersier tentunya dikarenakan sektor pertanian yang kian tangguh dan mantap. Namun diakui terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke non pertanian juga ikut memberikan andil penurunan peranan sektor pertanian terhadap penciptaan nilai tambah, walaupun kecil pengaruhnya.

Sektor pertambangan dan penggalian, walaupun secara absolut nilainya selalu meningkat namun sektor ini sangat terpengaruh oleh kesediaan alam dalam memberikan resourcenya dan kenaikan permintaan akan sektor ini terbatas. Jadi tidak mengherankan apabila perkembangan sektor pertambangan dan penggalian dengan mudah dilewati oleh sektor sekunder dan tersier.

Sektor industri pengolahan merupakan sektor strategis, di samping diharapkan mampu menyerap tenaga kerja sangat besar, sektor ini juga dapat dilakukan ekspansi secara cepat. Hal ini terlihat proporsi sektor industri pengolahan terhadap total nilai PDRB. Begitupun sektor indusri


(39)

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan yang cukup signifikan terhadap perekonomian Jember, selain karena pelaku ekonominya adalah masyarakat lokal, kegiatan UMKM juga menggunakan bahan baku lokal, tenaga kerja yang dipakai juga tenaga kerja lokal dan hasil produksinya banyak dikonsumsi masyarakat. Selain itu, semakin banyak kegiatan UMKM yang produksinya berorientasi ekspor, sehingga dinamika UMKM mampu menggeliatkan perekonomian daerah.

Kontribusi peran paling stabil ditunjukkan oleh sektor industri pengolahan.Kontribusi sektor ini paling stabil selama 13 tahun terakhir yaitu sebesar 11.06%. Hal ini menunjukkan sektor UMKM sebagai tulang punggung sektor industri pengolahan di Kabupaten Jember merupakan sektor yang tangguh dan eksis dalam kurun waktu 13 tahun pengamatan.

Peranan sektor infrastruktur, yaitu sektor listrik, gas dan air dan sektor bangunan tidak lebih dari 2.52%. Namun keberadaan dua sektor ini penting bagi perkembangan sektor industri, perdagangan dan sektor jasa jasa. Semakin baik dan layak infrastruktur suatu daerah, maka semakin banyak investor yang akan menanamkan modalnya di daerah tersebut.

Pertumbuhan ekonomi memiliki arti penting bagi keberlangsungan

dan keberhasilan sebuah daerah. Pertumbuhan ekonomi dapat

diinterpretasikan sebagai suatu indikator yang penting untuk mengevaluasi pembangunan yang telah dicapai, dan berguna untuk menentukan kebijakan strategis apa yang akan digunakan di masa datang. Keberhasilan program-program pembangunan suatu daerah sering dinilai berdasarkan tinggi-rendahnya tingkat pertumbuhan ekonominya.

Tabel 3.7 menunjukkan pertumbuhan ekonomi selama empat tahun terakhir secara umum di Kabupaten Jember mengalami peningkatan yaitu sebesar 6,05% pada tahun 2010, meningkat menjadi 7,00% di tahun 2011 dan naik lagi sebesar 7,21% di tahun 2012 dan terakhir tumbuh sebesar 6,90%. Untuk tahun 2013, pertumbuhan positif terjadi pada semua sektor/lapangan usaha. Sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi dari PDRB atas dasar harga konstan 2000, adalah sektor


(40)

bangunan/konstruksi sebesar 11,79%, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 10,98% dan sektor Angkutan dan Komunikasi sebesar 8,01%. Sementara itu pertumbuhan yang terendah dialami oleh sektor pertanian sebesar 4,05% dan sektor jasa jasa sebesar 5,96%.

Tabel 3.7. Sumbangan Pertumbuhan Masing-Masing Sektor terhadap Pertumbuhan PDRB Kabupaten Jember Tahun 2010 2013

Apabila dilihat dari sumbangan pertumbuhan masing-masing sektor, sektor-sektor yang memberikan sumbangan terbesar adalah sektor perdagangan, hotel & restoran sebesar 2,75%, sektor pertanian sebesar 1,53%, sedangkan sektor yang sumbangan pertumbuhannya terkecil adalah sektor listrik, dan air bersih sebesar 0,05%.

Salah satu komponen dalam pendapatan regional yang selalu dilakukan penghitungannya adalah pendapatan per kapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah pada suatu waktu tertentu. Nilainya diperoleh dari membagi nilai pendapatan nasional bruto dibagi dengan pendapatan domestik bruto pada tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun tersebut. Pendapatan regional dan PDRB per kapita Kabupaten Jember ditunjukkan pada Tabel 3.8.

2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013

Pertanian 4,28 3,63 4,51 4,05 1,71 1,41 1,71 1,53 Pertambangan dan Galian 7,14 4,29 4,21 6,58 0,21 0,13 0,13 0,21 Industri Pengolahan 6,81 8,39 6,46 7,26 0,75 0,89 0,65 0,76 Listrik dan Air Bersih 6,42 7,11 6,02 6,30 0,06 0,07 0,06 0,05 Bangunan 6,92 8,47 8,64 11,79 0,14 0,17 0,17 0,26 Perdagangan, Hotel & Restoran 7,32 10,66 11,68 10,98 1,68 2,56 2,92 2,75 Pengangkutan dan Komunikasi 7,90 9,93 8,20 8,01 0,35 0,45 0,41 0,37 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7,40 8,76 9,36 6,36 0,40 0,44 0,47 0,35 Jasa-Jasa 7,46 8,87 6,89 5,96 0,75 0,88 0,69 0,60

PDRB 6,05 7,00 7,21 6,90 6,05 7,00 7,21 6,90

Sumbangan Pertumbuhan


(41)

Tabel 3.8. Pendapatan Regional Perkapita dan PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlakudan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009 2013 (Ribu Rupiah)

Pendapatan per kapita dapat digunakan untuk memberi gambaran mengenai kemampuan rata-rata dari penduduk suatu daerah itu membeli barang (kemampuan daya beli masyarakat). Data ini juga penting sebagai bahan perbandingan dalam menunjukkan perbedaan tingkat kemakmuran suatu daerah dengan daerah lainnya. Suatu masyarakat dipandang mengalami pertambahan kemakmuran apabila pendapatan perkapita riil terus meningkat.

Pada tahun 2013 Pendapatan Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku (PDRB adhb) Kabupaten Jember sebesar Rp. 36,87 trilliun rupiah. Hal ini berarti terjadi peningkatan sebesar 14,64%, karena pada tahun sebelumnya nilai PDRB atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp. 32,16 trilliun rupiah. Dengan jumlah penduduk pertengahan tahun sebesar 2.381.400 jiwa sebagai faktor pembagi nilai PDRB di atas, maka dapat diketahui besarnya PDRB per kapita menurut harga berlaku tahun 2013 sebesar Rp. 15.484.700 rupiah.

2009 2010 2011 2012 2013

Pendapatan Regional per Kapita (Rp. Ribu)

1. Atas Dasar Harga Berlaku 8.935,09 9.950,10 11.099,84 12.500,22 14.245,93

2. Atas Dasar Harga Konstan 4.304,32 4.545,30 4.832,40 5.149,31 5.472,68

PDRB per Kapita (Rp. Ribu)

1. Atas Dasar Harga Berlaku 9.712,05 10.815,33 12.065,05 13.587,19 15.484,70

2. Atas Dasar Harga Konstan 4.678,61 4.940,55 5.252,61 5.597,08 5.948,56


(42)

BAB IV. METODE PELAKSANAAN KAJIAN

4.1 Desain dan LokasiKajian

Kajianpenyusunan Masterplan Pertanian Kabupaten Jember 2015 2020 bersifat eksploratif kualitatif dengan menggunakan pendekatan kewilayahan. Lokasi yang yang menjadi obyek penelitian adalah mencakup sejumlah wilayah kecamatan yang menjadi sentra produksi bagi tanaman pangan dan hortikultura prioritas atau unggulan yang berada di Kabupaten Jember.

4.2 Tahapan Kegiatan

Kegiatan dalam rangka penyusunan Masterplan Pertanian Kabupaen Jember 2015 2020 adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan Persiapan

Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mempersiapkan disain dan kegiatan kajian yang akan dilakukan, meliputi pembahasan dan penyusunan kerangka pikir kajian, tahapan dan model kegiatan, waktu pelaksanaan dan hasil yang akan dicapai dalam kajian. Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan persiapan administrasi, rencana penggunaan tenaga atau sumber daya manusia dan pembuatan instrumen kajian.

2. Kegiatan Pelaksanaan

Kegiatan pelaksanaan yang akan dilakukan adalah melakukan pengumpulan data kajian, baik data primer maupun data sekunder untuk kebutuhan analisis dan pembuatan laporan. Data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan responden dan narasumber ahli yang berasal dari instansi yang terkait dengan topik kajian di wilayah Kabupaten Jember, seperti dinas terkait, dan praktisi pertanian. Pada kegiatan tersebut dilakukan juga pengumpulan data sekunder


(43)

untuk memperkuat landasan teoritis dan data penunjang yang berkaitan dengan materi kajian (desk research)(Sukardi 2009).

3. Kegiatan Analisis Data dan Evaluasi

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dari data-data yang telah diperoleh selama tahap pelaksanaan kajian. Tahapan pelaksanaan kegiatan dan metode yang digunakan ditunjukkan pada Gambar 4.1. Pengolahan data dilakukan berdasarkan metode analisis yang relevan, antara lain sebagai berikut:

a. Untuk memperoleh gambaran umum potensi tanaman pangan dan hortikulturadi Kabupaten Jember dilakukan

analisis menggunakan metode statistik deskriptif.

Pengolahan data dilakukan dengan cara mengelompokan data, menyusun tabel atau grafik, serta menghitung nilai rata-ratanya.

b. Analisis penentuan komoditas unggulan menggunakan

metode analisis Daya Tarik Daya Saing.

c. Untuk memperoleh gambaran umum tentang kendala dan masalah yang dihadapi dalam pengembangan agribisnis komoditas unggulan dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif menggunakan metode compare dancontrast.

d. Penyusunan strategi peningkatan agribisnis komoditas unggulan dilakukan dengan metode SWOT dan QSPM. Pada tahapan ini, ditetapkan pula alternatif lokasi kawasan agribisnis bagi komoditas unggul yang dimungkinkan untuk dikembangkan menggunakan pendekatan tersebut. Untuk

menetapkan lokasi kawasan pengembangan agribisnis


(44)

e. Penyusunan rencana induk agribisnis tanaman pangan dan

hortikultura unggulan tahun 2015 2020 menggunakan

analisis deskriptif kualitatif. Rencana induk merupakan penjabaran dari strategi yang telah dihasilkan pada tahap

sebelumnya yang berisi tentang rencana-rencana

tahunanyang dapat dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pengembangan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura unggulan

4. Kegiatan Penyusunan Laporan

Hasil analisis data dan bahasan kegiatan dituangkan dalam bentuk laporan pendahuluan dan laporan akhir. Pada akhir kegiatan ini disusun pula laporan ringkas dalam bentuk Executive Summaryyang merupakan intisari dari laporan akhir.


(45)

Identifikasi Potensi Komoditas Tanaman Pangan & Hortikultura

(Metode Deskriptif )

Penentuan Komoditas Tanaman Pangan & Hortikultura Unggulan

(Analisis Daya Tarik Daya Saing)

Penyusunan Rencana Induk Agribisnis Komoditas Tanaman Pangan & Hortikultura Unggulan

(Deskriptif Kualitatif)

Selesai Mulai

Master Plan Pertanian Kabupaten Jember 2015 - 2020 Analisis Kendala & Masalah Agribisnis Komoditas

Tanaman Pangan & Hortikultura Unggulan (Analisis Deskriptif Kualitatif)

Strategi Peningkatan Agribisnis Komoditas Tanaman Pangan & Hortikultura Unggulan

Metode SWOT dan QSPM


(46)

4.3 Metode Pengumpulan Data dan Informasi

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi lapang, dan wawancara mendalam dengan pakar (stakeholders). Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dalam rangka memperoleh landasan teoritis dan data penunjang yang berkaitan dengan materi penelitian (desk research).

Observasi lapang dilakukan pada sejumlah perusahaan makanan dan minuman skala kecil dan menengah serta sentra tanaman pangan dan hortikulturadi wilayah Kabupaten Jember. Penggalian informasi dari pakar (narasumber ahli) dilakukan baik secara terstruktur dengan menggunakan alat bantu kuesioner dan secara tidak struktur dengan melakukan wawancara secara mendalam (in-depth interview) yang bertujuan untuk mengeksplorasi informasi sebanyak-banyaknya. Dalam proses akuisisi pengetahuan dari narasumber ahli dilakukan melalui expert survey dan brainstormingmelalui forumexpert meeting.

Narasumber ahli yang digunakan sebagai responden mengikuti dua kriteria, yaitu 1) mempunyai reputasi, kedudukan dan kredibilitas sebagai ahli dibidangnya; 2) mempunyai pengalaman yang cukup dan bersedia untuk diwawancarai. Narasumber ahli yang diwawancarai mempunyai keahlian dibidang hortikultura, industri pangan, dan kelembagaan. Narasumber ahli berasal dari institusi pemerintah, instusi pendidikan/perguruan tinggi, dan praktisi.

4.4 Metode Analisis a) Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan dengan cara mengumpulkan, meringkas dan menyajikan data hasil penelitian sehingga dapat dianalisis

untuk mengetahui karakterisitik dan kecenderungannya secara

umum.Analisis ini dilakukan dengan cara mengeksplorasi karakteristik data seperti rata-rata (mean), jumlah (sum) simpangan baku (standard deviation),


(47)

sehingga lebih mudah dipahami, bermakna, dan dapatmemberikan informasi yang berguna.

Analisis deskriptif dilakukan terhadap data-data penelitian untuk mendapatkan profil mengenai potensi tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Jember. Jenis profil yang akan dijelaskan secara deskriptif diantaranya tersebut pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Karakteristik DataTanaman Pangan dan Hortikultura yang Dianalisis Secara Deskriptif

No Karakteristik Data Penyajian hasil analisis

1. Perkembangan jumlah dan volume produksi tanaman pangan

Angka numerik (angka;trend) dan grafik

2. Perkembangan jumlah dan volume produksi tanaman dan hortikultura

Angka numerik (angka;trend) dan grafik

3. Nilai kontribusi produksi tanaman

pangan dan hortikultura di

Kabupaten Jember

Angka numerik (angka; proporsi); tabel dan grafik

4. Produksi dan luas wilayah tanam tanaman pangan dan hortikultura unggulan di Kabupaten Jember

Angka numerik dan tabel

5. Wilayah potensial produksi

tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Jember

Angka numerik dan tabel

b) Teknik Daya Tarik dan Daya Saing

Teknik analisis daya tarik dan daya saing merupakan analisis yang komprehensif dan efektif untuk memotret karakteristik suatu produk atau komoditas dari dimensi daya tarik maupun daya saingnya. Daya tarik adalah penaksiran subjektif berdasarkan pada faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi nilai dari suatu produk atau komoditas, sedangkan dimensi daya saing merupakan penafsiran subjektif berdasarkan pada faktor-faktor internal atau kekuatan yang dimiliki oleh suatu produk atau komoditas.

Setiap dimensi mempunyai sejumlah kriteria kritis yang mempunyai bobot tertentu. Setiap kriteria selanjutnya ditentukan nilainya menggunakan skor mulai dari 1 hingga 5 yang mempunyai arti proporional positif


(48)

ketertarikan dan daya saingnya. Selanjutnya nilai masing-masing kriteria dikalikan dengan nilai bobotnya sehingga diperoleh nilai indeks atau agregat. Nilai indeks tersebut selanjutnya dipetakan dalam sebuah matrik berbentuk kuadran sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 4.2 Kuadran Analisis Daya Tarik Daya Saing

Kriteria daya tarik dan daya saing yang digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan tanaman pangan dan hortikultura prioritas atau unggulan adalah sebagai berikut:

Kriteria Daya Tarik :

1) Pasar : kondisi pasar dari produk potensial mencakup target pasar, pertumbuhan pasar dan ukuran pasar.

- Target pasar: luasnya sasaran pasar dari produk potensial, apakah produk dapat menyasar segmen pasar yang luas atau kecil.

- Pertumbuhan pasar: laju pertumbuhan atau kenaikan jumlah konsumen pada setiap tahunnya


(49)

- Ukuran pasar: Potensi jumlah konsumen yang menjadi sasaran produk potensial

2) Citra produk: pencitraan yang tertanam dari produk potensial di mata para konsumen dan masyarakat luas

3) Diversifikasi produk: pengembangan produk potensial menjadi aneka produk dari segi jumlah dan jenisnya, kemudian seberapa banyak produk tersebut mampu diterima oleh konsumen

4) Trendharga: kecenderungan fluktuasi (kenaikan atau penurunan) harga produk protensial

5) Dampak sosial ekonomi: pengaruh produk potensial terhadap bangkitan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya

- Penyerapan tenaga kerja: jumlah tenaga kerja yang terserap karena adanya aktivitas yang terkait dengan pengusahaan baik budidaya maupun pengolahan produk potensial di tingkat hulu hingga hilir.

- Multiplier effect: dampak perekonomian yang muncul terkait pengusahaan produk potensial di tingkat hulu hingga hilir, misalnya meningkatnya aktivitas transportasi, munculnya agen-agen wisata,

berkembangnya jasa keuangan, munculnya warung

makan/restoran/hotel dsb.

Kriteria Daya Saing :

1) Infrastruktur: kondisi infrastruktur yang dapat dimanfaatkan oleh kegiatan-kegiatan terkait dengan pengusahaan komoditas potensial, mencakup ketersediaan sarana jalan dan transportasi, serta penunjang lainnya, seperti air untuk irigasi.

2) Sumberdaya Manusia (SDM): keadaan SDM mencakup penguasaan teknologi, manajemen dan komitmen yang dapat digunakan untuk pengusahaan dan pemasaran produk potensial.

- Penguasaan teknologi: Ketrampilan (skill) pelaku khususnya para tenaga kerja/karyawan dalam proses pengusahaan dan pemasaran produk potensial.


(50)

- Kemampuan manajemen: Kemampuan manajerial para pelaku dalam mengelola pengusahaan dan pemasaran produk potensial.

- Komitmen pelaku: Adanya kesadaran dan motivasi untuk selalu mengembangkan produk potensial

3) Dukungan Sumberdaya Alam (SDA): keadaan SDA mencakup kondisi geografis dan ketersediaan lahan/lokasi yang mampu mendukung keberlanjutan produk potensial.

- Kondisi geografis: karakteristik iklim, topografi, dan bentang alam (landscape) yang sesuai dengan kebutuhan produk potensial

- Lahan/lokasi: potensi ketersediaan lahan dan lokasi yang dapat

dimanfaatkan untuk keberlanjutan pengusahaan dan

pengembangan produk potensial.

4) Karakteristik produk/komoditas; sifat-sifat produk potensial,

mencakup keunikannya, kualitas, kontinuitas dan

kapasitas/volumenya.

- Keunikan produk: karakteristik khas produk potensial yang membuatnya menarik dan membedakannya dengan produk sejenis lainnya.

- Kualitas produk: mutu produk potensial yang membuatnya unggul dibanding produk sejenis lainnya

- Kontinuitas produk: keberlanjutan produk potensial dalam jangka panjang

- Kapasitas/volume: jumlah yang dihasilkan (untuk produk potensial berupa komoditas barang) atau volume/daya tampung (untuk produk potensial berupa jasa)

5) Profitabilitas: manfaat finansial yang mampu dihasilkan oleh produk potensial, mencakup efisiensi biaya produksi dan margin keuntungan yang mambu mendorong tumbuhnya investasi

- Efisiensi biaya: kemampuan untuk mengelola produk potensial (budidaya, pengolahan, distribusi atau kegiatan operasional


(51)

lainnya) secara efektif dan efisien sehingga dapat dikatakan sebagai produksi berbiaya rendah (low cost)

- Margin keuntungan: keuntungan yang diperoleh dari pengusahaan produk potensial.

c) TeknikComparative Performance Index(CPI)

Teknik Perbandingan Indeks Kinerja (CPI/Comparative Performance

Index) digunakan untuk menentukan jenis produk unggulan di

Kabupaten Nganjuk. Hasil yang diperoleh adalah peringkat produk unggulan untuk beberapa sub sektor. Peringkat tertinggi ditunjukkan dengan nilai komposi (CPI) yang paling besar merupakan produk unggulan yang mempunyai keunggulan berdasarkan kriteria pemilihan. Sebaliknya, peringkat terendah adalah produk unggulan namun mempunyai prioritas terendah.

Teknik CPI merupakan indeks gabungan yang dapat digunakan untuk menentukan peringkat dari berbagai kelompok industri mamin berdasar basis hortikultura (i) berdasarkan beberapa kriteria (j). Formula yang digunakan dalam teknik CPI sebagai berikut:

Aij = Xij(min)x 100 / Xij(min)

A(i+1.j) = (X(1+1.j))/ Xij(min) x 100

Iij = Aijx Pj

Ii =

n

i ij

I

1

) (

Aij = Nilai industri mamin ke-i pada kriteria ke-j

Xij

(min) = Nilai industri mamin ke-i pada kriteria minimum ke-j A(i+1.j) = Nilai industri mamin ke-i+1 pada kriteria ke-j

X(i+1.j) = Nilai industri mamin ke-i+1 pada kriteria ke-j

Pj = Bobot kepentingan kriteria ke-j

Iij = Indeks industri mamin ke-i


(52)

I = 1, 2, 3, ..., n

J = 1, 2, 3, ..., m

Untuk menentukan bobot kepentingan kriteria yang digunakan (Pi),

maka digunakan metodeEikenrode.

d) Teknik SWOT

Teknik analisis ini diawali dengan menentukan faktor internal (IFE) dan eksternal (EFE)

Internal Factor Evaluation (IFE Matrix) digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dari permasalahan yang dikaji. IFE Matrix dapat dikembangkan dalam 5 langkah, yakni :

1. Membuat daftar faktor-faktor internal sejumlah 10-20 faktor yang mengindikasikan kekuatan maupun kelemahan secara spesifik (persentase, rasio, atau angka-angka perbandingan).

2. Memberi bobot pada setiap faktor berkisar 0 (tidak penting) sampai 1.0 (semua penting). Bobot menandakan signifikansi relatif faktor tertentu bagi keberhasilan tujuan. Faktor-faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar terhadap kinerja diberi bobot tertinggi, terlepas apakah faktor utama tersebut berupa kelemahan atau kekuatan internal. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1.0.

3. Memberi skor 1 sampai dengan 4 pada setiap faktor untuk mengidikasikan faktor tersebut sangat lemah (skor 1), lemah (skor 2), kuat (skor 3), (sangat kuat (skor 4). Kelemahan mendapat skor 1 atau 2, sedangkan kekuatan mendapat skor 3 atau 4.

4. Mengalikan bobot setiap faktor dengan skornya untuk menentukan skor bobot bagi masing-masing variabel.

5. Menjumlahkan skor bobot masing-masing variabel untuk memperoleh skor bobot total.

Hasil akhir berupa skor bobot total di bawah 2.5 mencirikan kondisi yang lemah secara internal, sedangkan skor di atas 2.5 mengindikasikan


(1)

Kebijakan Operasional Rencana Pelaksanaan

2016 2017 2018 2019 2020

Pengembangan Benih Unggul Hortikultura

Memperkuat tenaga pemulia dan pengawas benih Memberdayakan penangkar benih unggul bersertfikasi

Menjalin kemitraan swasta dalam membangun industri benih berbasis komunitas Riset perbenihan untuk menghasilkan benih spesifik lokalita

Bantuan Benih

Penguatan Kelembagaan Petani

Meningkatkan peran Gapoktan melalui kelompok agribisnis hotikultura unggulan

Memperkuat kelompok agribisnis hortikultura melalui bimtek, damtek, dan studi banding Mengembangkan asosiasi petani hortikultura

Meningkatkan aliansi strategis antara kelembagaan petani dengan swasta Pengembangan klinik hortikultura

Penguatan Permodalan Petani

Mengembangkan asuransi untuk mitigasi resiko usaha tani Fasilitasi kerjasama Petani dengan pengusaha

Optimalisasasi skim kredit KKPE, PUAP, LKM

Peningkatan Infrastruktur dan Sarana Pertanian

Pembangunan jalan usaha tani

Bantuan Alat tanam, panen, pasca panen, pupuk, obat-obatan Pengawasan pengadaan dan pemberi bantuan


(2)

PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER

Kebijakan Operasional Rencana Pelaksanaan

2016 2017 2018 2019 2020

Peningkatan Nilai Tambah Hasil Pertanian

Menjalin kerjasama dengan swasta ntuk membangun usaha pengolahan di wilayah sentra Menyusun Road-Map Pengembagan agroindstri berbasis tanaman hortikultura di wilayah sentra Fasilitasi sertifikasi prima

Penguatan Jaringan Pasar

Promosi dan pemasaran efektif melalui pemanfaatan sistem informasi Meningkatkan kemitraan poktan/gapoktan dengan swasta

Meningkatkan diplomasi dagang ditingkat nasional dan internasional untuk membuka pasar Pembangunan sub terminal agribisnis hortikultura

Promosi melalui event spesial kontes manggis, durian, alpukat dan pameran hortikultura

Penguatan SDM Pertanian

Pengembangan penyuluh spesialis hortikultura unggulan Program-program pelatihan bagi kelompok hortikultura

Intensifikasi pelatihan (tanaman organik, GAP, GMP, SL-PTT, SL PHT, hidroponik, pot-pekarangan)

Pengembangan Kawasan Hortikultura

Inventarisasi lahan yang ditanami hortikultura

Implementasi UU 41/2009 tentang Perlindungan LP2B dengan Perda sesuai dengan RTRW Ekstensifikasi pada kawasan hortikultura

Optimasi lahan-lahan tidur yang menjadi kewenangan perhutani Fasilitasi sertifikasi lahan hortikultura

Pemupukan organik; dan atau pemupukan berimbang dan diintegrasikan dengan pupuk organik Gerakan Masyarakat untuk meningkatkan icon kawasan


(3)

BAB VI. PENUTUP

Kabupaten Jember dengan segala potensi sumberdaya pertanian yang cukup melimpah sejatinya mampu menyediakan kebutuhan akan pangan terhadap wilayahnya secara mandiri, dan dapat meneguhkan diri menjadi lumbung pangan di kawasan regional manupun nasional. Namun isu dan tantangan ke depan yang semakin berat, ditambah dengan masih banyaknya permasalahan yang dihadapi yang dapat mengancam keberlanjutan produksi pangan dan pertanian lainnya, menyebabkan Kabupaten Jember harus mempunyai rencana induk pembangunan pertanian yang tidak lagi hanya

berfokus pada penggalakkan produksi, namun harus juga

mengintegrasikannya dengan sistem pertanian modern melalui pengembangan agribisnis berkelanjutan bagi komoditas pertanian unggulan.

Komoditas unggulan tanaman pangan di Kabupaten Jember adalah padi, jagung, dan kedelai, sedangkan untuk komoditas buah-buahan adalah jeruk siam, manggis, durian, alpukat dan pepaya, sementara untuk komoditas sayuran adalah cabe, kacang panjang, kubis dan jamur. Pemilihan komoditas tersebut didasarkan atas faktor daya tarik dan daya saing yang mengandung sejumlah kriteria. Kriteria pada faktor daya tarik yaitu prospek pasar, citra komoditas, diversifikasi produk, trend harga, dan dampak sosial ekonomi. Sementara itu, kriteria dari faktor daya saing adalah ketersediaan infrastruktur, sumberdaya manusia, dukungan sumberdaya alam, karakteristik komoditas, dan profitabilitas.

Pengusahaan agribisnis komoditas unggulan mempunyai kendala dan hambatan, terutama dari segi penyediaan benih, irigasi, pemupukan, kelembagaan pertanian, kesuburan tanah, pengendalian organisme penganggu tanaman (OPT), sarana usaha tani, permodalan,pemasaran, dan alih fungsi lahan. Walaupun, Pemerintah Kabupaten Jember melalui Dinas Pertanian telah mempunyai program-program pertanian yang sistematis dan terencana, namun tidak semua permasalahan tersebut dapat diselesaikan. Salah satu penyebab utamanya adalah karena kurang berperannya


(4)

PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER

kelembagaan pertanian, seperti poktan dangapoktan dalam mendorong keterlibatan aktif para anggotanya. Kurang berdayanya kelompok pertanian selain karena disebabkan oleh keterbatasan dana operasional kelompok dan insentif bagi para pengurusnya, juga diakibatkan oleh tidak adanya program atau kebijakan dari pemerintah untuk menangani masalah-masalah pelik yang sering dihadapi oleh petani, misalnya rendahnya harga hasil panen, keterjaminan pasar, terbatasnya modal, hingga kelangkaan pupuk dan benih.

Strategi prioritas yang dapat diambil guna mengembangkan komoditas padi, jagung, dan kedelai selama lima tahun mendatang adalah Intensifikasi khusus produksi padi, jagung, dan kedelai berwawasan agribisnis. Strategi ini sebenarnya merupakan kelanjutan stretegi Insus yang berupaya menjalankan Sapta Usaha Tani, namun pada strategi yang diusulkan orientasinya diarahkan kepada peningkatan nilai tambah pada setiap elemen Sapta Usaha Tani. Sementara itu, Strategi prioritas yang dapat diambil guna mengembangkan komoditas hortikultura unggulan

adalah intensifikasi dan ekstensifikasi khusus pengusahaan

hortikultura yang bersifat spesifik lokalita.

Masterplan Pertanian Kabupaten Jember disusun dengan mempertimbangkan strategi yang terpilihdengan selalu mengacu kepada visi dan misi pembangunan pertanian. Visi pembangunan

pertanian Kabupaten Jember lima tahun ke depan adalah

Terwujudnya Pertanian Industrial yang Unggul, Berkelanjutan dan Menyejahterakan dengan Misi 1) mewujudkan ketahanan pangan; 2) mewujudkan sistem pertanian industrial berkelanjutan; 3) mewujudkan kesejahteraan petani; dan 4) mewujudkan pelayanan aparatur yang berkualitas di bidang pertanian.

Dengan acuan tersebut, Masterplan Pertanian Kabupaten Jember disusun berdasarkan sembilan (untuk komoditas padi, jagung, kedelai) dan delapan (untuk komoditas hortikultura unggulan) pilar pengembangan, yaitu:


(5)

1. Pengembangan benih

2. Penguatan kelembagaan petani 3. Penguatan permodalanpetani

4. Peningkatan infrastruktur dan sarana pertanian 5. Peningkatan nilai tambah

6. Penguatan jaringan pasar 7. Penguatan SDM Pertanian 8. Pengelolaan lahan & kawasan

9. Pengelolaan irigasi (hanya untuk komoditas padi, jagung, kedelai)

Masing-masing pilar pengembangan mempunyai rencana

program induk yang mempunyai jangka waktu dan target

pelaksanaan.Jika hal tersebut dapat dilaksanakan secara efektif, maka akan membuat pertanian di Kabupaten Jember menjadi lebih maju, menyejahterkan dan berkelanjutan serta dapat memberikan icon yang

mengukuhkannya menjadicenter of excelentbagi pembangunan


(6)

PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kabupaten Jember. 2014. Kabupaten Jember dalam Angka 2014-Jember In Fingures. Jember: BPS.

Dinas Pertanian Kabupaten Jember. 2014. Data Statistik Pertanian (tidak diterbitkan). Jember: Disperta.

Hadisapoetro S. 1975. Pembangunan Pertanian. Yogyakarta: UGM.

ILO. 1999. Safety and health in agriculture. International Labour Organization.

Hunger JD, Wheelen TL. 2012. Manajemen Strategis. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi.

Kementrian Pertanian. 2014. Kebijakan Pembangunan Pertanian 2015 2019 (paper). Disampaikan pada Workshop Aplikasi e proposal 2015 dan e monev 2014 Indonesia Wilayah Barat, Bandung, 5 7 Maret 2014. Kunarjo. 1992.Perencanaan Pembiayaan Pembangunan. UIP. Jakarta.

Nawawi I. 2009. Pembangunan dan Problema Masyarakat: Kajian, Konsep, Model, Teori, dari Aspek Ekonomi dan Sosiologi. Surabaya: Putra Media Nusantara.

Salusu, J. 1996.Pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non Profit. Editor; A, Ariobimo Nusantara. Grasindo.

Jakarta.

Saragih, B. 2001. Pembangunan Sistem Agribisnis di Indonesia dan Peranan Public Relation. Makalah Seminar Peranan Public Relation dalam Pembangunan Pertanian. Program Pascasarjana PS. KMP-IPB. Bogor. Saragih, B. 1998. Kumpulan Pemikiran Agribisnis: Paradigma Baru

Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Yayasan Persada Mulia Indonesia

Soetomo. 2008.Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sudalmi ES. 2010. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Surakarta.

Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta(ID) : Bumi Aksara