Latar Belakang Laporan Akhir Kegiatan Tahun 2016

1 I . PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu target utama pembangunan pertanian ke depan adalah pencapaian swasembada berkelanjutan. Upaya pemerintah mewujudkan swasembada dan swasembada berkelanjutan untuk komoditas padi terus dilakukan. Pada tahun 2015 pemerintah menargetkan pencapaian swasembada dapat dicapai dalam tiga tahun ke depan, dengan pertumbuhan 2,21 tahun. Pemerintah berupaya untuk mewujudkan peningkatan produksi padi pada tahun 2015 melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu GP-PTT dan Upaya Khusus Upsus lainnya Kementan, 2015. Mengingat fungsi dan peran penting padi tersebut, ketersediaan benih bermutu menjadi penting karena sangat menentukan keberhasilan budidaya tanaman. Perannya tidak dapat digantikan oleh faktor lain karena benih sebagai bahan tanaman dan sebagai pembawa potensi genetik terutama untuk varietas- varietas unggul. Keunggulan varietas dapat dinikmati oleh konsumen bila benih yang ditanam bermutu asli, murni, vigor, bersih dan sehat Padminingsih, 2006. Benih sumber menempati posisi strategis dalam industri perbenihan nasional karena menjadi sumber bagi produksi benih kelas di bawahnya yang akan digunakan petani. Oleh karena itu, ketersediaan dan upaya pengendalian mutu benih sumber perlu ditingkatkan. Dalam upaya menjamin ketersediaan benih bermutu dari varietas unggul serta meningkatkan penggunaannya di kalangan petani maka program pengembangan perbenihan dari hulu sampai hilir harus lebih terarah, terpadu, dan berkesinambungan Balitbangtan, 2011. Salah satu penyebab utama rendahnya produktivitas padi karena varietas yang biasa ditanam petani dewasa ini tidak mampu lagi berproduksi lebih tinggi akibat kemampuan genetiknya yang terbatas. Hal ini disebabkan karena ketersediaan benih belum memadai. Produksi benih baru memenuhi sekitar separuh produksi benih nasional, sisanya dipenuhi dengan cara mengimpor. Selain permasalahan tersebut, petani juga kesulitan memperoleh benih yang bermutu, sehingga petani menggunakan benih asalan untuk memenuhi kebutuhannya. 2 Lebih dari 60 persen benih padi yang digunakan oleh masyarakat berasal dari sektor informal yaitu berupa gabah yang disisihkan dari sebagian hasil panen musim sebelumnya yang dilakukan berulang-ulang Daradjat, et al., 2008. Petani padi di Bengkulu umumnya belum menggunakan benih varietas unggul yang berlabel. Petani tidak mudah mengganti varietas eksisting ke varietas baru sebelum mereka yakin dan melihat bukti keunggulan varietas yang diintroduksikan Ruskandar, 2012. Tingkat ketergantungan petani di Provinsi Bengkulu terhadap pembagian benih varietas unggul baru VUB padi masih cukup tinggi 63,75 . Kesadaran petani untuk membeli VUB di kios masih rendah, sehingga jika tidak ada bantuan VUB dari pemerintah, para petani cenderung menggunakan benih yang dihasilkan dari pertanamannya sendiri Wibawa, et al., 2011. Permasalahan lain terdapat pada kelembagaan produksi benih seperti Balai Benih I nduk BBI dan Balai Benih Unggul BBU. Lembaga perbenihan tersebut belum berfungsi secara optimal sehingga belum dapat diharapkan sebagai penyedia benih sumber. Berdasarkan hasil survei lembaga perbenihan yang tercakup dalam kegiatan UPBS pada tahun 2015, dari 10 kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Bengkulu, hanya 7 kabupaten yang memiliki balai benih padi. Terdapat tiga kabupaten, yakni Kabupaten Seluma, Bengkulu Utara, dan Bengkulu Tengah yang belum memiliki lembaga perbenihan. Apabila ditinjau dari segi produktivitas hasil padi, Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Utara merupakan sentra penghasil padi di Provinsi Bengkulu. Lemahnya kapasitas lembaga perbenihan dapat menghambat pemenuhan kebutuhan benih di Provinsi Bengkulu. I dealnya, lembaga perbenihan yang dapat merespon kebutuhan benih dengan baik yang memenuhi prinsip enam tepat yakni tepat jumlah, tepat varietas, tepat mutu, tepat waktu, tepat lokasi, dan tepat harga. Apabila, lembaga perbenihan di daerah belum mampu mewujudkan hal tersebut, maka diharapkan keberadaan Unit Pengelola Benih Sumber UPBS dalam sistem perbenihan dapat mewujudkannya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, UPBS di BPTP mempunyai mandat untuk menghasilkan benih sumber kelas FS dan SS dengan jumlah dan varietas yang disesuaikan dengan kebutuhan, permintaan, preferensi serta karakteristik agroekosistem dan sosial budaya setempat BBP2TP, 2013. Keberadaan UPBS di BPTP juga diharapkan dapat mengatasi permasalahan kurangnya promosi dan diseminasi VUB oleh 3 Balai Besar Penelitian Balit komoditas, minimnya stok dan logistik benih VUB adaptif serta jauhnya rentang kendali antara produsen sumber benih: Balai Besar Penelitian dan Balit Komoditas dan pengguna benih BBI , BBU dan petani penangkar. Pada tahun 2016, UPBS BPTP Bengkulu menargetkan untuk memproduksi benih sumber untuk komoditas padi dengan total produksi benih sumber 7 ton dengan kelas benih FS. VUB padi yang akan diproduksi di Provinsi Bengkulu, antara lain varietas I npari 30 Ciherang Sub 1, I npari 6, dan Situ Bagendit.

1.2. Tujuan