2.5.2 Klasifikasi secara klinis
Sirosis hati secara klinis dibagi atas: a. Sirosis hati kompensata yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata.
Sirosis hati ini sering ditemukan terjadi pada pemeriksaan test rutin atau ketika terjadi pemeriksaan karena masalah lain atau ketika pembedahan.
b. Sirosis hati dekompensata yang ditandai dengan gejala-gejala dan tanda klinis terutama pasien mengeluh karena adanya acites.
2.5.3 Klasifikasi menurut Gall
Menurut Gall, seorang ahli penyakit hati membagi sirosis hati atas: a. Sirosis postnekrotik sirosis toksik, sub acut yellow. Atropi sirosis yang
terbentuk karena banyaknya nekrosis jaringan. Hati mengecil dengan banyak nodul dan jaringan fibrosa.
b. Nutritional cirrhosis, sirosis alkoholik, Laennec cirrhosis atau fatty cirrhosis. Sirosis ini terjadi akibat kekurangan gizi malnutrisi. Pada tahap awal sirosis ini
hati membesar dan mengeras. Namun pada tahap akhir hati mengecil dan nodular.
c. Sirosis post hepatic, sirosis yang terbentuk sebagai akibat menderita hepatitis.
2.6 Komplikasi
2.6.1 Varises Esophagus dan Perdarahan
Setiap penderita sirosis hati dekompensata terjadi hipertensi portal dan timbul varises esophagus.Varises esophagus yang terjadi pada suatu waktu mudah pecah,
sehingga timbul perdarahan. Sifat perdarahan yang ditimbulkan adalah muntah darah
Universitas Sumatera Utara
atau hematemesis, biasanya mendadak tanpa didahului rasa nyeri di epigastrium. Varises esophagus merupakan komplikasi sirosis hati yang biasanya ditemukan pada
kira-kira 50 pasien saat diagnosis sirosis dibuat. Varises ini memiliki kemungkinana pecah dalam 1 tahun pertama sebesar 5-15 dengan angka kematian
dalam 6 minggu sebesar 15-20 untuk setiap episodenya.
8
2.6.2 Koma Hepatikum
Timbulnya koma hepatikum akibat dari faal hati yang sudah sangat rusak, sehingga hati tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali. Koma hepatikum
memiliki gejala yaitu hilangnya kesadaran penderita. Koma hepatikum dibagi menjadi dua. Pertama koma hepatikum primer yaitu disebabkan oleh nekrosis hati
yang meluas dan fungsi vital terganggu seluruhnya maka metabolisme tidak dapat berjalan dengan sempurna. Kedua koma hepatikum sekunder yaitu koma hepatikum
yang timbul bukan karena kerusakan hati secara langsung melainkan karena perdarahan akibat terapi terhadap asites karena obat-obatan dan pengaruh substansia
nitrogen.
25
2.6.3 Ensefalopati Hepatikum
Ensefalopati Hepatikum adalah gangguan neuropsikiatrik yang terjadi karena kerusakan hati terutama pada sirosis hati, morbiditasnya 70 dan mortalitasnya 20.
Ensefalopati hepatikum ditandai dengan meningkatnya kadar ammonia dalam serum dan sistem saraf pusat. Sebagian besar kasus ensefalopati hepatikum disebabkan oleh
zat-zat toksik diantaranya ammonia. Tingginya kadar ammonia dapat mengganggu kerja otak sehingga muncul keluhan seperti apatis, gelisah, mengantuk, kebingungan
yang nyata, kesadaran menurun sampai kedaan tidak sadar.
9
Universitas Sumatera Utara
2.6.4 Peritonitis Bakterial Spontan
Peritonitis Bakterial Spontan adalah infeksi cairan acites oleh salah satu jenis bakteri tanpa ada bukti infeksi sekunder intra abdominal. Biasanya pasien ini tanpa
gejala namun dapat timbul gejala demam dan nyeri abdomen. Peritonitis Bakterial Spontan disebabkan oleh adanya translokasi bakteri menembus dinding usus dan juga
oleh karena penyebaran bakteri secara hematogen. Bakteri penyebabnya antara lain: escherechia coli, stereptococcus pneumoniae, spesies klebsiella dan organism enterik
gram negatif lainnya. Diagnosa Peritonitis Bakterial Spontan berdasarkan pemeriksaan pada cairan asites dimana ditemukan sel polimorfonuklear lebih dari
250 selmm³ dengan kultur cairan positif.
12
2.7 Epidemiologi Sirosis Hati