Model Pembelajaran Discovery Learning Pustekkom 2016
17
dan psikomotorik, Discovery learning bertitik tolak pada teori belajar kognitif, yang menyatakan belajar adalah
perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan ini tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat
diamati. Asumsi dasar teori kognitif ini adalah setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam dirinya.
Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Proses belajar akan berjalan dengan baik
apabila materi pelajaran yang baru, beradaptasi atau berkesinambungan secara ‘klop’ dengan struktur kognitif
yang sudah dimilki oleh peserta didik.
B. Tahapan Perkembangan Kognitif
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan dengan cara melihat
lingkungan, yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik. a. Tahap enaktif.
Pada tahap ini, anak didik melakukan aktivitas-aktivitas dalam usaha memahami lingkungan sekitarnya. Peserta
didik melakukan observasi dengan cara mengalami secara langsung suatu realitas. Artinya, dalam memahami dunia
sekitar, anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan
sebagainnya. b. Tahap ikonik.
Pada tahap ini anak didik melihat dunia melalui gambar- gambar dan visualisasi verbal, dalam memahami dunia
Model Pembelajaran Discovery Learning Pustekkom 2016
18
sekitarnya. Anak belajar melalui bentuk perumpamaan tampil dan perbandingan komparasi.
c. Tahap simbolik. Pada tahap ini peserta didik anak didik mempunyai
gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika serta komunikasi dilakukan dengan
pertolongan sistem symbol. Semakin dewasa seseorang maka sistem simbol ini semakin dominan. Peserta didik
telah mampu memahami gagasan-gagasan abstrak. Peserta didik membuat abstraksi berupa teoti-teori,
penafsiran, analisis dan sebagainya terhadap realitas yang telah diamati dan dialami.
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat
membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan tujuan Sardiman, 2005:145. Kondisi
seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Dalam metode
Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, peserta didik dituntut untuk melakukan
berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan.
Model Pembelajaran Discovery Learning Pustekkom 2016
19
Menurut Bruner belajar untuk sesuatu tidak perlu
ditunggu sampai peserta didik mencapai tahap perkembangan tertentu, yang penting bahan pelajaran
harus ditata dengan baik maka dapat diberikan kepadanya. Dengan kata lain perkembangan kognitif seseorang dapat
ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan belajar yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
C. Manfaat dan Kelemahan Model Pembelajaran Discovery