tanah cukup baik dengan kualitas air tawar, sebagai daerah resapan air hujan. kelemahannya mineral tinggi, air tanah dalam.
4.3 Kemampuan Lahan Bencana Geologi Mebidangro
Berdasarkan kemungkinan terjadinya bencana alam geologi berupa gempa bumi, tsunami, abrasi tepi pantai Danau Toba dan gerakan tanah terhadap Daerah
Medan –Binjai – Deli Serdang-Karo merupakan gabungan Peta Geologi, Peta bahaya goncangan gempa Bumi dan peta wilayah rawan bencana gempa bumi,
maka wilayah Medan–Binjai–Deli Serdang – Karo dapat dikelompokkan menjadi tiga bencana geologi, yaitu : pertama, bencana geologi gempa bumi, kedua,
bencana geologi gunung api, ketiga bencana geologi banjir bandang. Berdasarkan kemungkinan terjadinya bencana alam geologinya, wilayah
Mebidang dikelompokkan menjadi empat 4 Jenis Bencana Geologi, yaitu: Bencana Geologi Gempa Bumi, Gerakan Tanah, Letusan Gunung Api, dan Banjir
Bandang.
a. Gempa bumi Tersebar di sepanjang bagian utara Pulau Sumater dari daerah Lubuk
Pakam Belawan, Pinai Kiri, Pangkalan Berandan tersebar di bagian selatan Galang dan Medan, daerah Binjai hingga Pulau Tiga bagian barat laut
Sumatera, Tersebar di utara Danau Toba Kabanjahe dan Berastagi.
b. Gunung Api
Hanya terdapat tiga 3 Gunung api aktif Tipe B yaitu G. Sibayak, G. Sinabung dan G. Simbolon. Daerah yang termasuk kedalam daerah bahaya
adalah Berastagi, Jaranguda, Gundaling. Daerah yang termasuk dalam Daerah Waspada adalah Berastagi, Pancur Batu.
Universitas Sumatera Utara
c. Banjir Bandang
Daerah kemungkinkan terjadinya Banjir Bandang berada pada pertemuan dua 2 cabang sungai, yaitu Singgamanik, Kutabangun, Bingai, Kampung
Baru, Sebajadi, Sidorejo, Betengar Pasar, Namuukur, Durian Belang, Negerijahe, Batang Kuwis, Bandar Kwala dan Simpangkawat.
C. Struktur Perekonomian 1. Kontribusi PDRB Mebidangro terhadap Sumatera Utara
Pada tahun 2006 sebesar 6,20 dengan PDRB berdasarkan harga berlaku sebesar Rp.160,38 Triliun. Pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Provinsi
Sumatera Utara telah mencapai sebesar 6,90 dengan PDRB berdasarkan harga berlaku sebesar Rp.181,82 Triliun angka sementara, dan pada tahun 2008
pertumbuhan ekonomi sebesar 6,39. Jika dibandingkan PDRB pada Medan- Binjai-Deli Serdang-Karo tahun 2007 tabel 10 PDRB 2006-2007 adalah sebesar
Rp 89.303,91 miliar atau sekitar 48,49 dari hasil PDRB Sumatera Utara sebesar Rp 181,82 Triliun. Sedangkan untuk Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo pada tahun
2008 adalah sebesar Rp 102.506,89 Miliar dari Tahun 2007 hanya mencapai Rp 89.303, 91 Miliar mengalami kenaikan sebesar Rp 13.202, 98 Miliar atau sekitar
1,14.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 10 Produk Domestik Regional Brutto Tahun 2006 – 2007
No KabupatenKota
PDRB ATAS HARGA BERLAKU
Miliar Rupiah PDRB ATAS HARGA
DASAR KONSTAN 2000 Miliar Rupiah
2006 2007
2006 2007
1 Karo
3.978,80 4.483,32
2.729,61 2.869,74
2 Deli Serdang
21.459,07 26.053,71
11.598,33 12.364,17 3
Binjai 2.494,69
3.311,30 1.613,44
1.705,07 4
Medan 42.792,45
55.455,58 27.234,45 29.352,92
Total 70.725,01
89.303,91 43.175,83 46.291,9
Sumber: dokumen Rencana Pembangunan Jangka Pendek Daerah Provinsi Sumatera Utara 2009-2013
Tabel 11 Produk Domestik Regional Brutto 2006 – 2008
No KabKota
PDRB ATAS HARGA BERLAKU Miliar Rupiah
PDRB ATAS HARGA DASAR KONSTAN 2000 Miliar Rupiah
2006 2007
2008 2006
2007 2008
1 Karo
3.978,80 4.483,32
5.466,38 2.729,61
2.869,74 3.047,28
2 Deli
Serdang 21.459,0
7 26.053,71
29.533,88 11.598,33
12.364,17 13.440,9
6 3
Binjai 2.494,69
3.311,30 3.626,82
1.613,44 1.705,07
1.866,20 4
Medan 42.792,4
5 55.455,58
63.879,81 27.234,45
29.352,92 32.245,6
5 Total
70.725,0 1
89.303,91 102.506, 89
43.175,83 46.291,9
50.600,0 9
Sumber: dokumen Rencana Pembangunan Jangka Pendek Daerah Provinsi Sumatera Utara 2009-2013
2 Struktur Ekonomi Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan data PDRB per kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara didapatkan Komposisi Sektor Ekonomi pertanian primer, industri sekunder,
dan jasa tersier tahun 2006. Dari komposisi sektor ekonomi tersebut kemudian dilakukan proyeksiprediksi komposisi sektor ekonomi pada tahun 2018, 2023,
Universitas Sumatera Utara
2028. Komposisi sektor ekonomi Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada
Tabel 12 Struktur Ekonomi Mebidangro dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa
pada tahun 2006, sebagian besar kabupaten di Sumatera Utara komposisi sektor ekonominya masih didominasi oleh sektor pertanian. Sedangkan untuk kota-kota
di Sumatera Utara komposisi sektor ekonominya semuanya didominasi oleh sektor jasa. Hingga tahun 2029 terdapat beberapa kabupatenkota yang mengalami
perubahan struktur ekonomi dalam kurun waktu 20 tahun. Untuk daerah Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo pada tahun 2006 sektor
industri dan jasa yang paling dominan di daerah Kota Medan dan Binjai. Sedangkan untuk Kabupaten Karo sektor pertanian yang paling unggul di daerah
tersebut. Untuk Kabupaten Deli Serdang hanya sektor industri yang menjadi andalan di Kabupaten Deli Serdang tersebut. Prediksi tahun 2018 Kota Binjai dan
Kota Medan tetap menjadi andalan di sektor industri dan jasa dimana memperoleh persentase paling besar sekitar 73 dan 54. Predisksi tahun 2018 untuk
Kabupaten Deli Serdang hanya sektor industri yang paling mencolok dengan memperoleh persentase sebesar 42. Kabupaten Karo prediksi tahun 2018 hanya
sektor pertanian yang unggul dan menjadi andalan pada kabupaten ini dengan memperoleh persentase sekitar 55.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 12 Struktur Ekonomi Mebidangro
KabKot a
Komposisi Sektor Ekonomi
Tahun 2006 eksisting Prediksi Komposisi Sektor Ekonomi
Tahun 2018 Tahun 2023
Tahun 2028
Perta nian
Indus tri
Jasa Perta
nian Indus
tri Jasa
Perta nian
Indus tri
Jasa Pertani
an Indus
tri Jasa
Karo
60
5 35
55
6 40
52
7 42
48
7 44
DeliSerd ang
19
44
37 23
42
35 27
41
33 32
39
30 Medan
3 28
70 2
26 73
1 25
74 1
24 75
Binjai 14
32
53
14 31
54
15 31
54
15 30
54
Sumber: Dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Utara 2009-2013 Tabel 13
Perubahan Struktur Ekonomi Dominan Mebidangro 2006-2028
No. KabupatenKota
Tahun 2006
Tahun 2018
Tahun 2023
Tahun 2028
1 Kab Karo
Pertanian Pertanian Pertanian
Pertanian 2
Kab Deli Serdang Industri
Industri Industri
Industri 3
Kota Medan Jasa
Jasa Jasa
Jasa 4
Kota Kota Binjai Jasa
Jasa Jasa
Jasa
Sumber: Dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Utara 2009-2013
Berdasarkan data RPJMD Provinsi Sumatera Utara yang diperoleh menunjukkan secara umum perekonomian Provinsi Sumatera Utara pada periode
2002-2007 menunjukan keadaan terus membaikmeningkat, seperti sektor pertanian, listrik dan air minum, bangunan, perdagangan, dan sektor lainnya.
Dan pada tahun 2006, Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang masih merupakan kabupatenkota yang memberikan kontribusi terbesar terhadap
pembentukan PDRB Sumatera Utara. Kota Medan memberikan dukungan sebesar 30,57 disusul Kabupaten Deli Serdang 13,62
. Sedangkan kabupatenkota lainnya juga memberikan kontribusi tetapi dalam jumlah
Universitas Sumatera Utara
persentase yang relatif kecil. Seperti Kabupaten Karo sebesar 2,49, Kota Binjai sebesar 1,81.
3 Tenaga Kerja
Pertumbuhan penduduk yang pesat yang tidak dibarengi oleh kecepatan pertumbuhan ekonomi akan menimbulkan masalah penyediaan lapangan
pekerjaan. Sumatera Utara memiliki potensi yang sangat besar dari sudut sumberdaya manusia. Tingkat pengangguran terbuka di Sumatera Utara
mengalami penurunan. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK Sumatera
Utara setiap tahunnya tampak meningkat. Pada 2010 naik masing ‐masing
menjadi 69,15 persen dan 77,10 persen kemudian pada tahun 2011 kembali turun menjadi 72,09 persen. Untuk tingkat pengangguran pada tahun 2010 7,43 dan
pada tahun 2011 menurun menjadi 6,37. Tingkat pengangguran mengalami penurunan ini bermakna bahwa pertambahan lapangan kerja relatif lebih baik
berbanding pertambahan jumlah tenaga kerja di tingkat provinsi Sumatera Utara. Tahun 2011 untuk jumlah TPAK di Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo sekitar
2,87. Tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami penurunan dari tahun 2010 terbesar 85,47 berada di Karo sekitar mengalami penurunan dari tahun 2011
menjadi 75,75, sedangkan untuk tingkat pengangguran terbuka terbesar ada di Kota Medan sekitar 9,97. Dari ini bisa kita simpulkan bahwa masih terbatasnya
SDM di Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo mengingat begitu banyaknya angka pengangguran terbuka di empat daerah ini belum optimal antara tingkat partisipasi
kerja dengan tingkat penganggurannya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 14 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK dan Tingkat
Pengangguran Terbuka TPT Penduduk Umur 15 Tahun Ke atas KabKota
TPAK TPT
2010 2011
2010 2011
Karo 85,47
75,75 1,55
4,46 Deli Serdang
69,96 70,24
9,02 7,69
Medan 65,00
67,11 13,11
9,97 Binjai
67,37 67,85
11,64 8,73
Jlh di Mebidangro 28,7
28,0 3,5
3,0 Jumlah di Sumut
77,10 72,09
7,43 6,37
Sumber: BPS-Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2010 dan Agustus 2011 Perlu diperhatikan pula bahwa hanya kurang dari 5 penduduk Sumatera
Utara yang memiliki latar belakang pendidikan perguruan tinggi termasuk diploma 1, dan hanya kurang dari 2.5 yang memiliki latar belakang pendidikan
kesarjanaan. Sementara itu, penduduk yang menamatkan SMA dan sederajat hanya mencapai kurang dari 30, sementara sebanyak kurang lebih 65 hanya
memiliki latar belakang pendidikan maksimum hingga SMP. Tabel 5.54 menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja di Metropolitan Mebidang
terserap di sektor jasa, berbalikan dengan kondisi di provinsi Sumatera Utara yang sebagian besar tenaga kerjanya berkarakter pertanian.
Tabel 15 Angkatan Kerja Menurut Sektor Usaha Mebidangro 2007
DAERAH PERTANIAN
INDUSTRI JASA
Kabupaten Deli Serdang 27.16
29.17 43.67
Kota Binjai 13.01
22.80 64.19
Kota Medan 3.86
23.40 72.74
Karo 8,6
10 20,01
Provinsi Sumatera Utara 52,63
23.05 55.36
Ket: Nilai dinyatakan dalam Sumber: Statistik BPS, KabupatenKota Dalam Angka Tahun 2007
Besarnya proporsi tenaga kerja yang tertampung di sektor jasa pada perekonomian Metropolitan Mebidang tidak mengherankan karena besarnya
Universitas Sumatera Utara
peranan sektor jasa dalam perekonomian di wilayah tersebut. Namun, dengan ketimpangan latar belakang pendidikan yang relatif rendah pada sebagian terbesar
penduduk Sumatera Utara, akan menimbulkan masalah yang cukup besar bagi sektor industri dan jasa moderen untuk memperoleh tenaga kerja dengan tingkat
keahlian yang memadai yang siap pakai.
D Sumber Daya Alam 1 Pertanian
Kesesuaian lahan untuk pertanian tanaman pangan lahan kering atau pertanian tersebar di seluruh kabupaten yang terletak sebagian di wilayah bagian
timur. Jika dilihat menurut Kabupaten Kota, Kabupaten Deli Serdang merupakan konsentrasi produksi padi di Sumatera Utara. produksi padi Kabupaten Deli
serdang pada tahun 2011 mencapai 448.545 ton atau 12,43 persen dari total produksi padi Sumatera Utara sebesar 3.582 302 ton. Untuk luas panen produksi
sawah untuk total wilayah yang ada di Sumatera Utara sebesar 702.308 ha, jika dibandingkan dengan luas wilayah yang ada di Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo
adalah seluas 105.778 ha atau hanya 15 persen dari total luas panen produksi padi Sumatera Utara lihat tabel 4.1 luas panen, produksi dan rata-rata produksi padi
sawah. Untuk Kabupaten Karo Kabupaten yang menjadi andalan produsen jagung di Sumatera Utara pada tahun 2011 sebesar 369.849 ton dengan luas panen
65.318 Ha. Jika dibandingkan dengan luas panen yang meliputi wilayah Sumatera Utara sebesar 274.822 Ha, untuk wilayah yang meliputi Medan-Binjai-Deli
Serdang-Karo luas panen produksi jagung sebesar 111.884 Ha atau hanya 40
Universitas Sumatera Utara
persen dari luas panen produksi jagung di Sumatera Utara lihat tabel 4.2 luas panen dan rata-rata produksi jagung.
Tabel Pertanian
Tabel 16 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah
No Kabupaten
Luas Panen ha
Produksi ton Rata-rata
Produksi Padi 1
Karo 14.298
79.738 55,77
2 Deli Serdang
84.286 445.597
52,87 3
Medan 3.153
13.020 41,29
4 Binjai
4 .041 19.470
48,18 Total
105.778 557.825
198,11 Sumber: BPS Sumatera Utara SUDA 2012
Tabel 17 Luas Panen dan Rata-Rata Produksi Jagung
Menurut KabupatenKota
No Kabupaten
Luas Panen ha
Produksi ton Rata-rata
Produksi Jagung kwha
1 Karo
90.605 456.649
50,40 2
Deli Serdang 20.321
101.937 50,16
3 Medan
266 1.316
49,47 4
Binjai 692
3.409 49,27
Total 111.884 ha
563.311 ton 199,3 kw
Sumber: BPS Sumatera Utara SUDA 2012
2 Perkebunan
Luas areal perkebunan adalah 1.634.772 ha atau 22,73 dari luas Provinsi Sumatera Utara seluas 71.680,68 km
2
dengan produksi sebesar ± 3.738.516 ton untuk 23 komoditi diantaranya sawit, karet, kopi, kakao, tembakau dan kelapa.
Pada tahun 2011 luas tanaman karet rakyat adalah sebesar 378.309,95 Ha. Jika dibandingkan dengan luas tanaman karet untuk wilayah Medan-Binjai-Deli
Serdang-Karo hanya seluas 33.433 ha atau sekitar 8 persen dari luas tanaman yang meliputi seluruh wilayah Sumatera Utara lihat tabel 1 luas tanaman dan
produksi karet. Untuk produksi karet yang meliputi seluruh Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
sebesar 280 445,65 ton jika dibandingkan dengan produksi karet di wilayah Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo hanya 5.560,64 atau hanya sekitar 1 dari luas
seluruh Sumatera Utara lihat tabel 4.3 luas tanaman dan produksi karet. Untuk luas wilayah tanaman perkebunan sawit di Sumatera Utara seluas
343.669,58 ha jika dibandingkan dengan luas tanaman di Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo hanya seluas 11.342,05 ha atau hanya 3 dari luas tanaman seluruh
Sumatera Utara ini menjadi angka yang relatif kecil karena hanya kabupaten Karo dan Deli Serdang yang memiliki perkebunan Sawit, dan Kabupaten Deli Serdang
yang menjadi andalan perkebunan Sawit dengan luas wilayah 10.784,05 ha diantara wilayah Medan-Binjai-Karo lihat tabel 18 luas tanaman dan produksi
sawit tahun 2011. Untuk produksi sawit yang menjadi penghasil terbesar hanya di Kabupaten Deli Serdang dengan sebesar 175.472,36 ton lihat tabel 19 luas
tanaman dan produksi sawit tahun 2011. Untuk perkebunan coklat luas wilayah tanaman coklat yang meliputi seluruh Sumatera Utara seluas pada tahun 2011
45.877,52 ha, sedangkan luas perkebunan coklat di Medan-Binjai-Deli Serdang- Karo hanya seluas 7.916,9 ha angka ini relatif kecil karena hanya Kabupaten Karo
dan Kabupaten Deli Serdang yang memiliki tanaman coklat yang produktif. Untuk Kabupaten Deli Serdang tetap menjadi andalan penghasil utama
perkebunan coklat di wilayah Medan-Binjai –Karo lihat tabel 20 luas tanaman dan produksi coklat tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara
Tabel Perkebunan
Tabel 18 Luas Tanaman dan Produksi Karet
No KabupatenKota
Luas Tanaman ha Produksi
ton Produktif
Non Produktif 1
2 3
4 K a r o
Deli Serdang M e d a n
B i n j a i 51,20
4.768,20 3.153
4 .041 −
943,00 13.020
19.470 29,65
5 441,52 41,29
48,18
Jumlah 12.013,4 ha
33.433 5.560,64
Sumber: BPS Sumatera Utara SUDA 2012
Tabel 19 Luas Tanaman dan Produksi Kelapa Sawit
No KabupatenKota
Luas Tanaman ha Produksi Sawit
Tandan Buah Segar TBS
Produktif Non Produktif
1 2
K a r o Deli Serdang
558,00 10.784,05
− 119,00
6.597,64 175.472,36
Jumlah 11.342,05
119,00 182.070 ton
Sumber: BPS Sumatera Utara SUDA 2012
Tabel 20 Luas Tanaman dan Produksi Coklat
No KabupatenKota
Luas Tanaman ha Produksi
ton Produktif
Non Produktif 1
2 K a r o
Deli Serdang 2.468,75
5.448,15 6,00
572,00 2.304,54
6.071,90
Total 7.916,9
578,00 8.376,44 ton
Sumber: BPS Sumatera Utara SUDA 2012
3 Kehutanan
Secara de jure, luas kawasan hutan di Provinsi Sumatera Utara adalah 52,52 dari luas daratan, namun secara de facto di lapangan keadaannya
sebagian telah mengalami kerusakan sebagai akibat perambahan, penebangan liar illegal logging dan kebakaran hutan.
Berdasarkan Usulan Surat Gubsu Nomor: 5228939 tanggal 9 September 2011, luas kawasan hutan di Provinsi Sumatera Utara diusulkan menjadi seluas
Universitas Sumatera Utara
2.529.677,22 Ha, yang terdiri dari kawasan lindung seluas 1.378.747,04 Ha dan kawasan budidaya hutan seluas 1.150.930,18 Ha.
Luas dan fungsi kawasan hutan berdasarkan Surat Gubsu Nomor: 5228939 tanggal 9 September 2011, tentang Usulan Revisi Kawasan Hutan Sumatera
Utara, terdiri dari :
A. Fungsi Hutan dalam Kawasan Lindung 1.378.747,04 Ha
Hutan Suaka Alam HAS :
457.696,30 Ha Hutan Lindung HL
: 921.050,74 Ha
B. Fungsi Hutan dalam Kawasan Budidaya 1.150.930,18 Ha
Hutan Produksi Terbatas HPT :
498.327,63 Ha Hutan Produksi Tetap HP
: 542.007,80 Ha
Hutan Produksi Konversi HPK :
110.594,75 Ha
Sumber: dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Provsu 2010-2030 Berdasarkan tabel 21 Luas Kawasan Hutan Karo Menurut Fungsi di bawah
ini, luas kawasan hutan yang dominan di Kabupaten Karo, sehingga berdasarkan Perpres No 62 Tahun 2011 menetapkan kabupaten Karo sebagai kawasan
konservasi cagar alam, dan mengendalikan pemantapan kawasan hutan produksi untuk menjaga fungsi hidrogeologis daerah tangkapan air. Penunjukan Kawasan
Hutan terkait Kabupaten Karo dan Metropolitan Mebidang dibedakan atas 3 klasifikasi, yaitu kawasan lindung, kawasan budidaya kehutanan, dan kawasan
budidaya, dengan pembagian sebagai berikut: 1. Kawasan Lindung
-
Hutan suaka alam dan wisata : Tersebar di Kabupaten Langkat sebelah selatan, sebelah timur Tanjung Pura pesisir Selat Malaka, sebelah utara
Belawan pesisir Selat Malaka, Sibolangit
Universitas Sumatera Utara
-
Hutan lindung : Tersebar memanjang di sebelah selatan kawasan Metropolitan Mebidang yang meliputi Kabupaten Karo bagian utara,
Kabupaten Simalungun bagian tengah, sebagian Kabupaten Dairi 2. Kawasan Budidaya Kehutanan
Pertama, hutan negara bebas tersebar di sekitar kawasan lindung, kedua hutan produksi terbatas tersebar di sebelah selatan kabanjahe dan sebelah
barat merek, ketiga hutan produksi tetap, keempat hutan produksi yang dapat dikonversi
3. Kawasan Budidaya Kawasan ini merupakan areal penggunaan lain, yang tersebar di
wilayah selain penggunaan kawsan lindung dan budidaya kehutanan, termasuk di dalamnya seluruh kawasan Mebidang dan Kabupaten Karo
bagian tengah-selatan-timur. Tabel 21
Luas Kawasan Hutan Karo menurut Fungsinya
Tahun Fungsi Hutan
Produksi Lindung
Hutan Konservasi
Kawasan Budidaya
2009 1.035 690,00
1.297.330,00 47. 070,00
52.760,00 2010
1.035.690,00 1.297.330,00
477.070,00 52.760,00
Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara
E. Infrastruktur 1 Jaringan Jalan
Jalan merupakan parasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar dan mendorong kegiatan perekonomian. Di Provinsi Sumatera
Utara terjadi perkembangan kuantitas jaringan jalan untuk semua jenis jalan.
Universitas Sumatera Utara
Panjang jalan di seluruh Sumatera Utara pada tahun 2010 mencapai 34.109,418 km, yang terbagi atas jalan negara 2.539,25 km, jalan provinsi 2.753,04 km dan
jalan kabupatenkota 28.817,12 km. Panjang jalan di seluruh Sumatera Utara pada tahun 2011 mencapai 34.125,305 km, yang terbagi atas jalan negara 2.998,627
km, jalan provinsi 3.048,500 km dan jalan kabupatenkota 33.078,178 km. Dilihat dari kepadatannya Tabel 22 Kondisi Eksiting Jaringan Jalan
Nasional yaitu rasio panjang jalan terhadap luas wilayah, jaringan jalan nasional yang dibangun di pantai Timur Provinsi Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan
dengan wilayah pantai Barat dan wilayah dataran tinggi di bagian tengah. Sementara itu, untuk kategori jalan provinsi, rasio di wilayah pantai Timur lebih
rendah dibandingkan dengan wilayah pantai Barat Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan jika dilihat dari kondisi jalan di Provinsi Sumatera Utara kondisi jalan
yang rusak berat seluas 11.203,47km. Tabel 22
Kondisi eksiting jaringan jalan nasional Tahun 2008
No JALAN
LINTAS PANJANG
RUAS KM MANTAP KM
TIDAK MANTAP KM BAIK
SEDANG RUSAK
RINGAN RUSAK
BERAT 1.
Lintas Timur 484,12
139,14 203,08
183,15 3,75
2. Lintas
Tengah 487,25
49,42 76,04
148,70 213,09
3. Lintas Barat
441,63 51,58
115,40 43,65
231,00 4.
Lintas Diagonal
601,94 161,88
231,13 105,58
103,40 5.
Metropolitan 83,05
17,95 62,55
2,55 Jumlah
2.098,05 419,97
688,20 438,63
551,24 1.108,17
989,87
Sumber: Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara 2008
Universitas Sumatera Utara
Tabel 23 Kondisi Eksiting Jaringan Jalan Provinsi Dan KabupatenKota
Tahun 2008
No KONDISI JALAN
PROVINSI KM KAB KOTA KM
1. Mantap
1.875,21 15.973,81
2. Tidak Mantap
877,20 11.203,47
T O T A L 2.752,41
27.177,28 Persentase Kerusakan
31,87 41,22
Sumber: Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara 2008
Sumber: Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara SUDA 2012
Tabel 24 Panjang Jalan Menurut Status dan KabupatenKota km
No KabupatenKota
Negara Provinsi
Kabkota Jumlah
1 2
3 4
Karo Deli Serdang
Medan Binjai
167,690 109,410
140,700 12,000
35,500 75,115
33,200 7,100
1.218,50 3.372.940
1.463.950 355.605
1.421,340 3.557,460
3.191,300 374,705
Total 429,8 km
150,915 km 6.410.995
8.544.805
Sumber: Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara 2011 Tabel 25
Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan km
No KabupatenKota Baik
Sedang Rusak
Rusak Berat
Jumlah 1
2 3
4 Karo
Deli Serdang Medan
Binjai 353,030
2.320,062 2.980,200
239,612 280,890
1.000,826 15,800
66,167 253,600
39,520 20,100
38,971 330,630
12,532 1,300
10,855 1.218,150
3.372,940 3.017,400
355,605 Total
5.892,904 1.363,683 352,191
355,317 Sumber: SUDA 2012
41,5
19,32 24,55
15,98 2,65
Persentase Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan
Baik Sedang
Rusak
Universitas Sumatera Utara
Wilayah Medan-Binjai-Deli Serdang termasuk wilayah pantai Timur, hanya Kabupaten Karo saja yang masuk kategori wilayah dataran tinggi. Untuk wilayah
Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo panjang jalan menurut status jalan Negara, jalan Provinsi, dan jalan Kabupatenkota total jumlahnya 8.544.805km. Sedangkan
untuk rincian panjang jalan menurut status jalan Negara adalah sepanjang 429,8km, untuk status jalan Provinsi adalah 150,915km, dan status jalan
KabupatenKota dengan jumlah 6.410.995km. Sedangkan untuk wilayah Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo 355,317km ke dalam
kondisi rusak berat, sedangkan panjang jalan 352,191km dalam kondisi rusak. Makin meningkatnya usaha pembangunan menuntut pula peningkatan
pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.
Sebahagian besar dari panjang jalan yang ada di di Wilayah Timur berada dalam kondisi rusak dan rusak berat, demikian pula hal ini terjadi pada wilayah
Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo 355,317km kedalam kondisi rusak berat, sedangkan panjang jalan 352,191km dalam kondisi rusak dengan jumlah
keseluruhan 687,508km. Dalam konteks tata ruang internal Sumatera Utara, kajian sektor transportasi dititikberatkan pada sistem prasarana transportasi darat,
oleh karena jaringan jalan darat berpengaruh langsung terhadap pembentukan struktur dan pola sebaran ruang aktifitas di wilayah daratan Sumatera Utara.
Sehingga kondisi jalan yang rusak dan rusak berat di Medan-Binjai-Deli Serdang- Karo dengan jumlah keseluruhan 687,508km dapat menghambat kelancaran
mobilitas baik barang maupun orang dan kurangnya peranan jalan dalam menunjang ekonomi lokal adalah bahwa minimnya aktivitas ekonomi wilayah dan
Universitas Sumatera Utara
minimnya peran sektor industri. Sehingga dengan demikian sarana jalan yang ada belum banyak memberikan arti bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi wilayah.
2. Arus Komuter
Sebagai suatu wilayah metropolitan, Kota Medan menjadi wilayah yang memiliki aktivitas tinggi yang menarik mobilitas yang besar dari wilayah
sekitarnya. Peran dan fungsinya yang sangat besar dalam perkembangan pembangunan wilayah hinterland-nya menyebabkan timbulnya daya tarik yang
sangat besar dan pada akhirnya meningkatkan urbanisasi. Fenomena yang dapat dilihat langsung adalah tingginya jumlah penglaju
atau komuter dari wilayah sekitar Medan seperti Binjai dan Deli Serdang yang masuk ke Medan pagi dan sore sebesar ± 300.000–400.000 jiwa per hari. Jika
tidak ditangani dengan baik, komuter ini akan menimbulkan permasalahan perkotaan termasuk transportasi, berupa kemacetan pagi dan sore hari terutama
pada ruas jalan dari dan menuju Kota Medan. Oleh karena itu kebijakan transportasi Mebidang harus memperhatikan kelancaran pergerakan antar wilayah
di kawasan Mebidang. Presentase komuter di Kota Medan pada tahun 1991 mencapai 12 dan
jumlah ini terus mengalami peningkatan. Dari studi evaluasi manfaat dan biaya arus komuter di Kota Medan pada tahun 2010 naik sebanyak 88, diasumsikan
jumlah tenaga kerja yang merangkap imigran sirkuler dari daerah luar Kota Medan yang berbatasan langsung adalah Percut Sei Tuan sebanyak 927orang,
Tanjung Morawa sebanyak 240orang, Pancur Batu sebanyak 81orang, Binjai sebanyak 128 orang. Diketahui bahwa penyebab utama komuter adalah tidak
Universitas Sumatera Utara
tersedianya lagi lahan atau pekerjaan yang bisa dikelola atau dikerjakan di daerah asal.
3. Sistem Transportasi
Transportasi darat, Kawasan Metropolitan Mebidang dilalui oleh jalan arteri primer untuk jalur regional, yaitu jalur Timur yang merupakan konsentrasi
pergerakan terbesar dan merupakan muara pergerakan dari seluruh pusat kegiatan ekonomi di pantai Timur; Jalur Tengah, mulai dari Muara Sipongi-Nanggroe
Aceh Darussalam melewati Medan, serta Jalur yang menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan kawasan andalan Medan - Tebing Tinggi - Pematangsiantar –
Perdagangan. Jaringan kereta api juga merupakan unsur yang penting dalam pergerakan di wilayah Mebidang, menghubungkan Binjai - Medan - Deli Serdang
sebagai bagian dari jalur kereta api di Kabupaten Langkat. Dalam konteks nasional, terdapat rencana untuk mengembangkan jalan tol
di kawasan perkotaan Mebidang, yaitu pengembangan jalan tol antar kota yaitu tol Binjai-Medan dan Medan-Kuala Namu, serta jalan tol Dalam Kota yaitu tol
Belmera Belawan-Medan-Tanjung Morawa Transportasi udara, kawasan Mebidang memiliki Bandar udara Polonia di
Medan yang merupakan outlet-inlet point utama yang melayani angkutan udara bagi penumpang umum di Provinsi Sumatera Utara dan merupakan bandar udara
terbesar di Sumatera Utara yang melayani penerbangan domestik dan internasional. Sebagai salah satu pintu gerbang internasional, Polonia memiliki
peranan penting dan menjadi pendukung bagi kegiatan di berbagai sektor pembangunan Sumatera Utara terutama pariwisata. Sekalipun terdapat rencana
Universitas Sumatera Utara
untuk memindahkan Bandara Polonia ke Kuala Namu sebagai pusat penyebaran primer berskala internasional untuk melengkapi fungsi Kawasan Perkotaan
Mebidang sebagai pusat pelayanan primer. Transportasi laut, di kawasan Mebidang terdapat Pelabuhan Belawan
merupakan pintu gerbang transportasi laut di Sumatera Utara yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan ekspor impor komoditi migas dan non migas
dari dan ke Sumatera Utara. Oleh karena itu akan dikembangkan fungsinya sebagai inlet-outlet point utama bagi sistem pergerakan penumpang dan barang
menuju dan dari wilayah Sumatera Utara. Yang harus diperhatikan adalah mengintegrasikan jaringan jalan dengan jalur untuk mengakomodasi pergerakan
penumpang dan komoditi yang dihasilkan wilayah belakang, yang berorientasi ke pusat-pusat kegiatan industri dan yang menuju pelabuhan pengumpan lokal yang
dikembangkan di sepanjang pantai Timur dan Barat Sumatera Utara.
4. Air Bersih 1. Sumber Air Bersih
Sumber air bersih berasal dari sumber air tanah mata air dan sumber- sumber artesis atau sumur-sumur bor dan air permukaan air sungai, danau dan
waduk. Dari segi kualitas, air tanah mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan air permukaan. Hal ini dapat terjadi karena air tanah lebih
terlindung tempatnya daripada air permukaan sehingga air permukaan sangat mudah terkena polusi yang menyebabkan rendahnya kualitas air tersebut. Oleh
sebab itu, sumber air yang terbanyak digunakan di Kawasan Mebidang berasal
Universitas Sumatera Utara
dari air permukaan berupa air sungai, terutama sungai-sungai yang berada pada wilayahnya.
Penduduk Kota Medan dan Kota Binjai dalam kegiatan sehari-hari menggunakan air yang berasal dari air tanah dan sungai. Untuk Kota Binjai,
sumber air bersih yang digunakan adalah Sungai Bingai selebar 25 m dan sumur bor yang digunakan untuk melayani perumahan yang tidak terkoneksi oleh
Instalasi Pengolahan Air IPA antara lain Perumahan Brengam dan Arhaund. Untuk Kabupaten Deli Serdang, sumber air bersih yang digunakan adalah
mata air yang berlokasi pada unit bangunan purba, namun karena kondisi air tanah dan sumur dangkal di kawasan Deli Serdang memiliki kualitas yang kurang
baik, maka digunakan juga air tanah dalam sebagai sumber air bersih. Tabel 26
Sumber Air Bersih
KabKota Sumber Air
Produksi
Medan Air Tanah
19.688.000 m
3
Sungai 113.347.000 m
3
Lainnya 903.000 m
3
Jumlah 133.938.000 m
3
Binjai Sungai Bingai
3.488.680 m
3
Sumur Bor 63.090 m
3
Jumlah 3.551.770 m
3
Deli Serdang Sungai
2.970.000 m
3
Mata air yang berlokasi di bangun purba
1.279.000 m
3
Air tanah dalam, kedalaman 200m
Jumlah 4.249.000 m
3
Sumber : Statistik Air Bersih Sumatera Utara, 2007
Universitas Sumatera Utara
Total produksi air bersih yang bersumber dari sumber air bersih yang ada di Kota Medan sebesar 133.938.000 m
3
dan sebagian besar dari total produksi berasal dari sungai. Hal yang sama terjadi pada Kota Binjai dan Kabupaten Deli
Serdang, sumber air utama berasal dari air sungai yang masing-masing sebesar 3.488.680 m
3
dan 2.970.000 m
3
Permasalahan yang dihadapi oleh sistem penyediaan air bersih di Kawasan Mebidang berupa buruknya kondisi air tanah akibat adanya intrusi air laut.
Alternatif lain menggunakan air permukaan berupa air sungai, namun air sungai pada tahun 2003 dalam kondisi telah tercemar.
.
2 Permasalahan Air Bersih Kawasan Mebidangro antara lain :
a. Pengelolaan air bersih yang ada di Kawasan Mebidang belum dapat melayani seluruh kawasan, Cakupan pelayanan baru 3 untuk Kabupaten
Deli Serdang dan 22 dari masyarakat Kota Binjai, kapasitas terpasang 200 literdetik seharusnya dapat melayani 59 penduduk.
b. Menurunnya kinerja teknik dari system usia sumur yang sudah tua, rata- rata mengalami penurunan debit sampai dengan 25, Ketidakstabilan
sumber daya listrik, kelemahan manajemen operasi dan pemeliharaan aset di PDAM, sistem pelayanan air minum tidak terpelihara, tidak dapat
diandalkan, Belum tersosialisasinya kepada masyarakat tentang sistem penyediaan air minum dan peran masyarakat, dan belum adanya konsep
penanganan sektor air minum dan penyehatan PDAM c. Kualitas dan kuantitas air yang diterima masyarakat relatif belum memenuhi
persyaratan
Universitas Sumatera Utara
d. Masyarakat tidak mau membayar air minum karena pelayanan PDAM yang tidak dapat diandalkan.
5. Listrik 1 Kondisi Kelistrikan Sumatera Utara
Sebagai daerah yang berada diperbukitan, Sumatera Utara Sumut memiliki potensi energi alternatif air dan panas bumi Pabum yang berlimpah. Untuk
potensi energi alternatif air dengan adanya Danau Toba dan energi panas bumi memiliki 7 wilayah dari 71 potensi pabum yang ada di tanah air. Namun dalam
pemanfaatannya, ketersediaan potensi energi alternatif tersebut belum dilakukan secara maksimal.
Tabel 27 Potensi Energi Alternatif di Sumatera Utara
Panas Bumi Kapasitas MW
G. Sibayak Tanah Karo G. Sinabung Tanah Karo
G. Sorik Merapi Tapsel G. Pusuk Buhit Samosir
Sibualbuali Tapsel Taruntung
Sarulla 240
250 400
250 380
250 330
Tenaga Air Kapasitas MW
PLTA Wampu T Karo PLTA Asahan I
PLTA Asahan III PLTA Asahan IV
PLTA Asahan V 107
280 151
80 18
Sumber : Kelistrikan Mebidang, 2007
Universitas Sumatera Utara
Pelayanan listrik di Sumatera Utara ditangani oleh PLN distribusi Cabang Sumatera Utara yang memilki wilayah kerja meliputi Sumatera Utara, Aceh, Riau
dan Sumatera Barat atau yang disebut menjadi PLN Eksploitasi Sumatera Utara. Pengoperasian unit PT PLN Persero membagi wilayah Sumatera menjadi 3
wilayah pengelolaan, yaitu pembangkit Sumatera Bagian Utara, pembangkitan Sumatera Selatan Sumbagsel serta penyaluran dan pusat pengaturan beban
sumatera. Pembangkitan Sumbagut, dipisahkan dari fungsi penyaluran. Kondisi ketenagalistrikan di Sumatera Utara Pada Tahun 2003 daya
terpasang pembangkit listrik sebesar 1.250 MW, daya mampu sebesar 1.067 MW dan beban puncak 995 MW. Dari data tersebut Sumatera Utara hanya tersisa
cadangan sebesar 112 MW atau ±10,5. Cadangan listrik tersisa ini jauh dibawah cadangan aman seharusnya 30 dari daya mampu. Asumsi laju pertumbuhan
beban puncak 7 pertahun. Kondisi ini semakin memprihatinkan setelah terjadi gempa bumi tanggal 28 Maret 2005, kapasitas pasokan energi listrik hanya tinggal
500 MW, sehingga terjadi giliran pemadaman listrik untuk semua wilayah di Sumatera Utara.
Jumlah daya terpasang pembangkit di Sumatera Utara PLN Wilayah Sumut sebesar 1.263,50 mw. Daya terpasang pembangkit terbesar berada di
sektor Belawan yaitu sebesar 1.225,86 MW 97,02, sedangkan daya terpasang pembangkit terkecil berada di cabang Binjai yaitu sebesar 0,14 MW 0,01.
Daya terpasang pembangkit terbesar dihasilkan PLTGU yaitu 817,88 MW 64,73, sedangkan daya terpasang pembangkit terkecil dihasilkan PLTMH
yaitu 24,50 MW 1,94.
Universitas Sumatera Utara
2 Kondisi Kelistrikan Mebidangro
Pada tahun 1995 terdapat empat lokasi pembangkit Listrik yang berada pada Mebidang:
• Paya Pasir Gas, total daya 90,442 • Titi Kuning Diesel, total daya 24,846
• Glugur Gas dan Diesel, total daya 35,210 • Belawan uap, total daya 65,000
Sedangkan untuk transmisi dan lokasi gardu listrik terletak di Paya Pasir, Labuhan, Mabar, Glugur, Paya Geli, Binjai, Titi Kuning, Sei Rotan, Perbaungan,
KIM, Tanjung Morawa, Namorambe, Lamhotma, Helvetia, Sei Denai, Jl.Listrik, Kuala Namu.
Pada tahun 2007, jumlah pelanggan listrik terbesar di Kawasan Mebidang berada di Kota Medan, dan berada pada golongan rumah tanggadomestik disusul
oleh komersil. Artinya sebagian besar kebutuhan listrik di Mebidang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Lebih lengkap dapat dilihat
pada tabel. Pemerataan pelayanan terhadap kebutuhan listrik perlu diusahakan
semaksimal mungkin mengingat salah satu indikator berkembangnya suatu kota atau wilayah adalah terpenuhinya kebutuhan akan listrik. Jenis pembangkit yang
disediakan untuk tiap kawasan tidak harus sama, disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan kemungkinan pencapaian hasil yang maksimal dengan biaya yang
terjangkau.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 28 Pelanggan Listrik Mebidang Tahun 2007
KabupatenKota Rumah
Tangga
Komersil Industri
Publik Umum
Jumlah MEDAN
Jml pelanggan 346.824
26.376 1.521
8.426 383.147
Daya Tersambung 317.221
203.873 303.990
67.823 892.907
Jml MwH terjual 592.510
336.275 804.810
130.036 1.863.631
BINJAI
Jml pelanggan 46.032
2.508 79
927 49.546
Daya Tersambung 29.605
8.073 4.073
2.261 44.012
Jml MwH terjual 5.201
1.086 725
474 7.486
DELI SERDANG
Jml pelanggan 174.821
4.171 521
469 179.982
Daya Tersambung 101.635
12.826 103.603
4.090 222.154
Jml MwH terjual 193.911
20.887 236.843
16.315 467.956
Sumber : BPS KabupatenKota di Mebidang, 2007
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk Mebidang dan standar teknis bahwa satu unit rumah dihuni oleh 5 jiwa, maka diperkirakan pada tahun 2016
dibutuhkan kapasitas listrik sebesar 553,893,568 KwH untuk melayani 879,196 unit rumah di seluruh Mebidang. Sedangkan pada tahun 2026 diperkirakan
dibutuhkan kapasitas listrik sebesar 656,484,541 KwH untuk melayani 1,042,039 unit rumah di seluruh Mebidang. Lengkapnya dapat dillihat pada proyeksi
kebutuhan listrik Mebidang dalam KwH.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 29 Proyeksi Kebutuhan Listrik
Uraian Medan
Binjai Deli Serdang
2016 2026
2016 2026
2016 2026
Jml Penduduk 2,220,589
2,376,031 293,546 361,062 1,881,845 2,473,102
KK 444,118
475,206 58,709
72,212 376,369
494,620 Rumah Tangga
199,853,040 213,842,753 26,419,167 32,495,576 169,366,055 222,579,200 Fasos-Fasum
49,963,260 53,460,688
6,604,792 8,123,894
42,341,514 55,644,800
Penerangan jalan 29,977,956
32,076,413 3,962,875
4,874,336 25,404,908
33,386,880 Jumlah
279,794,256 299,379,854 36,986,834 45,493,806 237,112,478 311,610,880
Sumber : Hasil Analisis Kota Medan termasuk wilayah yang sering mengalami pemadaman listrik
karena kekurangan pasokan energi listrik, tindak nyata dalam waktu dekat yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah:
1. Membentuk jaring-jaring kelistrikan sistem grid, diantara kecamatan yang mengalami surplus dan kecamatan yang mengalami defisit daya
listrik 2. Melakukan pemadaman bergilir selama 1-2 jam hari untuk penghematan
3. Melakukan sosialisasi untuk pemadaman bergilir tersebut 4. Melakukan penghematan dari jam 17.00-22.00 malam seiring dengan
imbauan PLN pusat 5. Memakai lampu rumah dengan daya rendah seperti penggunaan lampu
neon dibandingkan lampu pijar.
Universitas Sumatera Utara
6. Drainase
Kawasan Mebidang memiliki wilayah yang rawan banjir. Banjir yang terjadi di Mebidang, khususnya Kota Medan bagian Utara dan Tengah disebabkan
oleh dua hal, yaitu kondisi hidrologi, dan kondisi jaringan drainase : A. Secara hidrologis, potensi bahaya erosi terbesar di Wilayah Perkotaan
Mebidang adalah di Deli Serdang, kemudian Binjai, dan terendah di Medan. Banjir potensial terjadi mengingat aliran air yang lambat kearah
muara karena rendahnya beda ketinggian serta presipitasi setempat. Neraca air menunjukkan bahwa surplus air di daerah hulu jauh lebih
tinggi, dimana 50 presipitasi berubah menjadi aliran air permukaan. Sedangkan untuk tingkat erosivitas potensial di Kawasan Mebidang dan
sekitarnya menujukkan angka yang lebih besar dibandingkan dengan nilai erosivitas aktual, terutama di daerah Deli Serdang.
B. Kondisi drainase khususnya sekunder dan tersier yang buruk, yang sudah ada baik yang lama maupun yang dibangun selama MUDP I dan I,
sebagai berikut : 1. Terjadi penyempitan dimensi saluran karena sedimentasi lumpur dan
sampah 2. Air hujan tidak memiliki ruang untuk meresap ke tanah karena
semakin banyak lahan terbangun 3. Sempadan saluran dan sungai yang tertutup bangunan liar
Universitas Sumatera Utara
1 Pola Jaringan Drainase
Pola jaringan drainase yang ada di kawasan Mebidang antara lain : 1. Pola drainase kawasan Medan dan sekitarnya: Sungai besar dengan pola
meander di muara sungai diikuti dengan dendritik ke arah perbukitan dengan bagian hulunya adalah dataran tinggi Berastagi Komplek
Sibanyak dan Sinabung yang bermuara kearah Pantai Belawan, Pantai Percut, dan Pantai Labu sebagai hilirnya. Empat sistem sungai yang
mengaliri Kota Medan yaitu pertama, sistem sungai badera-sungai belawan. Kedua, sistem sungai deli-babura, dengan anak sungai
sikambing anak sungai Sei Selayang dan Sei Putih dan babura anak sungai Sei Siput dan Sei Berkala. Ketiga, sistem sungai kera, dengan
anak sungai parit emas dan parit martondi. Keempat, sistem sungai Percut dan Sei Tuan, dengan anak sungai buncong, pelangkah, dan Sei
Percut Denai. 2. Pola drainase kawasan Binjai : pola meander dan setempat, ditemukan
adanya “Danau Tapak Kuda” axbow lake, selanjutnya ke arah hulu berupa pola dendriktik dengan aliran dari sekitar Bahorok menuju hilir di
Pantai Kuala Langkat. 3. Pola drainase kawasan Deli Serdang dan sekitarnya : pola drainase
deranged dengan pola percabangan yang cukup banyak, muara berupa dataran banjir dan rawa air tawar serta adanya meander. Bagian hulu
berupa pola dendriktik dengan percabangan yang agak sejajar dengan aliran utama. Aliran Sungai Ular dengan hulu dari sekitar Gunung
Meriah dan hilir di Pantai Cermin.
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan sistem drainase yang ada pada wilayah di Kawasan Mebidang hingga tahun 2007 antara lain :
a. Medan : Pembangunan dan rehabilitasi saluran drainase primer dan sekunder DAS DeliBabura, Pembangunan dan rehabilitasi saluran drainase
primer dan sekunder DAS Percut. Rehabilitasi Sistem drainase menyebar di Kota Medan. Total panjang 10 km drainase primer, 125 km drainase
sekunder. b. Binjai : Pembangunan dan rehabilitasi saluran drainase primer dan sekunder
dengan total panjang 52 km drainase primer, 29 km drainase sekunder c. Deli Serdang : Pembangunan dan rehabilitasi saluran drainase primer dan
sekunder Barat dan Timur dengan total panjang 37 km drainase primer, 75 km drainase sekunder
1. Sedangkan untuk pengendalian banjir telah terlaksana untuk Sungai Badera dan Lower Deli di Kota Medan, dan Sungai Serdang di Deli
Serdang. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan banjir di Kawasan Mebidang diakibatkan beberapa faktor
antara lain : 2. Jumlah lahan terbangun di daerah hulu DAS sungai-sungai yang
melewati Kota Medan yang mengakibatkan peningkatan debit banjir karena meningkatnya koefisien run off C disebabkan laju inflitrasi air
hujan ke arah bawah tanah yang sudah tertutup sudah di-Lining oleh bangunan.
3. Banyaknya alih fungsi lahan di daerah hulu DAS sungai, yang tadinya merupakan daerah pertanianperkebunan yang diharapkan dapat
Universitas Sumatera Utara
menyimpan dan menahan air telah berubah fungsi menjadi daerah permukiman bahkan beberapa diantaranya menjadi daerah industri.
4. Permasalahan sampah di saluran-saluran drainase tersier dan sekunder. 5. Kondisi inlet jalan yang tidak terawat dan tertutup sampah, sehingga air
hujan tidak menemukan jalan masuk menuju saluran drainasenya 6. Sempadan sungai dan saluran yang ditutupi bangunan liar
F Kelembagaan 1
Analisis Kelembagaan
Diperlukannya suatu kerjasama dalam penglolaan Kawasan Perkotaan Mebidang antara lain disebabkan oleh alasan-alasan berikut, antara lain :
1. Belum adanya legalitas RTRW Kawasan Mebidang, dilihat dari belum adanya produk hukum yang dapat dijadikan sebagai acuan pembangunan
di kawasan Mebidang 2. Adanya perbedaan kepentingan antar daerah, tiap daeah masih
mengutamakan kepentingan antar daerahnya 3. Belum padunya program pembangunan antar daerah, terlihat dari
lemahnya koordinasi dalam penyusunan program pembangunan 4. Belum jelasnya kewenangan pengelolaan pembangunan antar daerah.
Petunjuk pelaksanaan tentang kewenangan pemerintah provinsi dan kabupaten kota dalam kerjasama antar daerah, sesuai amanat UU No 32
tahun 2004.
Universitas Sumatera Utara
5. Sumber pendanaan terbatas, tiap daerah diharapkan mampu mengalokasikan dana pembangunan bersumber dari dana APBD maupun
sumber pendanaan lainnya.
2 Kondisi Kerjasama Kawasan Mebidangro Lembaga Kerjasama yang ada di Mebidangro
Lembaga Kerjasama yang ada di Mebidang saat ini berbentuk forum dengan nama Forum Pembangunan Perkotaan Mebidang, yang dibentuk pada tanggal 12
Desember 2001. a. Keanggotaan
Forum Pembangunan Perkotaan Mebidang dibentuk pada tanggal 13 Desember 2001 dengan anggota terdiri dari Pemerintah Kota Medan,
Pemerintah Kota Binjai, dan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang. b. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Forum Pembangunan Perkotaan Mebidang dapat terlihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 30
Struktur Organisasi Forum Mebidangro
No Tim Pengarah
Tim Pertimbangan Teknis Kelompok Kerja Teknis 1
Ketua : Ketua :
Ketua : Gubernur atau
Wakil Gubernur SUMUT
Kepala Bappeda Provinsi Sumatera Utara
Kabid Perencanaan Kerjasama Pembangunan
dan Pengembangan Teknologi Bappedasu
2 Sekretaris :
Sekretaris : Sekretaris :
Kepala Bappeda Provinsi Sumatera
Utara Kabid Perencanaan
Kerjasama Pembangunan dan Pengembangan
Teknologi Bappedasu Kabid Kerjasama Antar
Daerah dan Lembaga Masyarakat Bappedasu
3 Anggota :
Anggota : Anggota :
a. Walikota Medan b. Walikota Binjai
c. Bupati Deli
Serdang d. Ketua DPRD
Kota Medan e. Ketua DPRD
Kota Binjai f. Ketua DPRD Kab
Deli Serdang g. Asisten
Ketataprajaan Setda Prov.
Sumut a. Ka Biro Otda Setda
Prov. Sumut b. Ka. Biro Hukum Otda
Setda Prov. Sumut c. Ka. Biro Perekonomian
Otda Setda Prov. Sumut
d. Kepala Bappeda Kota Medan
e. Kepala Bappeda Kota Binjai
f. Kepala Bappeda Kab Deli Serdang
g. Kabid Perencanaan SDM dan Sosial
Bappedasu h. Kabid Perenc. EK dan
Keuangan Bappedasu i. Kabid Perenc Sarpras
Bappedasu a. Staf yang ditunjuk
oleh Bappeda KabKota Medan,
Binjai, dan Deli Serdang
b. Staf yang ditunjuk oleh Kimpraswil
ketiga daerah tersebut c. Staf Bappedasu
Sumber: Dokumen Rencana Tata Ruang Mebidangro c. Permasalahan Forum
Sampai saat ini forum Pembangunan Perkotaan Mebidang belum dapat berfungsi secara optimal, karena:
Pertama, Belum memiliki sekretariat sendiri.Kedua, belum memiliki RTRW Mebidang yang telah diperdakan, sebagai acuan untuk
Universitas Sumatera Utara
mengkoordinasikan kegiatan pembangunan di ketiga daerah otonomi. Ketiga, belum ada agenda rutin, pertemuan dilaksanakan hanya
berdasarkan kebutuhan dan insidentil. Kelima, Tidak ada advisor khusus semacam konsultan yang membantu.
3 . Pembentukan Mekanisme dan Bentuk Kelembagaan Kerjasama
Proses pembentukan Badan Kerjasama Pembangunan BKSP antar daerah antara lain :
Pertama, meminta persetujuan pemerintah Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Karo untuk membentuk badan
dimaksud. Kedua, membentuk BKSP Mebidangro. Ketiga, merumuskan visi dan misi. Keempat, menyusun struktur organisasi. Kelima, menetapkan
tugas dan fungsi. Keenam, menetapkan agenda kerja. Ketujuh, mengembangkan sistem pendukung. Kedelapan, menetapkan kebutuhan
dukungan financial. Kesembilan, melakukan studi. Sepuluh, melaksanakan sosialisasi.
Mekanisme Kerjasama
Sedangkan mekanisme kerjasama Badan Kerjasama Pembangunan BKSP antar daerah antara lain :
Pertama, BKSP Metropolitan Mebidang merupakan badan koordinasi proses pembangunan berbagai bidang lintas daerah. Kedua, membentuk
sekretariat BKSP Mebidang. Ketiga, melakukan pertemuan dan koordinasi lintas daerah. Keempat, seluruh daerah di Wilayah Mebidang mengadakan
musyawarah Wilayah Mebidang sebagai bahan masukan bagi Musrenbang di masing-masing daerah. Kelima, BKSP Mebidang menyampaikan laporan
Universitas Sumatera Utara
kepada walikota atau bupati di Wilayah Mebidang dan Gubernur Sumatera Utara.
Bisa diambil kesimpulan bahwa dalam menyelenggarakan penetapan Kawasan Strategis Mebidangro ini yang masih menjadi permasalahan adalah
adanya perbedaan kepentingan antar daerah, tiap daeah masih mengutamakan kepentingan antar daerahnya. Keempat daerah ini masih mementingkan egonya
masing-masing dan tidak bisa duduk bersama dalam melakukan kerjasama koordinasi dalam kelembagaan yang akan dibentuk nantinya.
G. HASIL WAWANCARA G.1 Hasil Wawancara Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Provinsi Sumatera Utara
Wawancara dilaksanakan pada Hari Selasa 05 Februari 2013. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara beralamat dijalan
P. Diponegoro No. 21 A, Medan. Wawancara ini seharusnya ditujukan kepada
Kepala Bidang Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah Ibu Poppy M. Hutagalung ST, M.T. Namun dikarenakan suatu sebab ibu itu sedang melakukan
perjalan Dinas ke Pulau Batam, setelah melakukan komunikasi dengan Ibu Kabid Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah wawancara tersebut diserahkan kepada
Staf yang mengerti mengenai seluk beluk Mebidangro. Wawancara dilakukan dengan Pak Yosi Sukmono, ST. Dengan jabatan Staf
Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah Golongan: 3A Jenjang Pendidikan: S1 dilapangan Bapak tersebut menjabat sebagai Staf Pengelola Subtansi mengenai
RTRW Provinsi Sumatera Utara dan Kawasan Strategis.
Universitas Sumatera Utara
G.2 Hasil Wawancara Pada Dinas Tata Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara
Hari Senin Tanggal 18 Maret 2013. Wawancara dilaksanakan di Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara yang beralamat dijalan Willem
Iskandar No 9 Medan. Wawancara ini seharusnya ditujukan kepada Kepala Bidang Tata Ruang kemudian diserahkan kepada Staf yang mengerti mengenai
seluk beluk Mebidangro, dikarenakan Kepala Bidang Tata Ruang sedang melakukan perjalanan dinas ke Batam selama sebulan ketika si Peneliti
melakukan penelitian disana. Wawancara dilakukan dengan Pak John Naibaho Jabatan Staf Golongan: 3A Jenjang Pendidikan: S1 dilapangan Pak John Naibaho
sebagai staf pelaksana teknis Mebidangro. H LINGKUNGAN INTERNAL
Dimana pada lingkungan internal ini membahas apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang mempengaruhi pembangunan kawasan strategis nasional
Mebidangro.
H.1 KEKUATAN 1. Aspek Letak Geografis
Letak Geografis Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo
Penelitian ini muncul, adanya keinginan dari si peneliti untuk mengambil judul ini dikarenakan dari pesatnya pembangunan yang dilakukan di Kota Medan,
sedangkan pembangunan di daerah kecil sekitarnya cenderung statis. Berawal dari situlah si peneliti mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan meminta
pendapat para informan mengenai kondisi perkembangan pembangunan yang ada di Provinsi Sumatera Utara saat ini.
Universitas Sumatera Utara
Pada saat ini bagaimana kondisi pembangunan di Provinsi Sumatera Utara?
Adapun jawaban dari Bapak Yosi Sukmono selaku staf Pengelola subtansi
RTRW Provinsi Sumatera Utara dan Kawasan Strategis mengatakan bahwa: Dari zaman sejarah Provinsi Sumatera Utara sudah dijadikan sebagai
pusat pertumbuhan Nasional dan sekarang Provinsi Sumatera Utara mengikuti perkembangan yang pesat dalam hal pembangunannya. Bisa kita
lihat sekarang begitu pesatnya pembangunan yang ada di Provinsi Sumatera Utara dan yang menjadi perhatian oleh Pemerintah Pusat adalah
pembangunan yang berada di Kota Medan sebagai pusat Pemerintahan, Kabupaten Deli Serdang yang sering melakukan interaksi oleh kota Medan
dan sebagai penghasil komuter paling banyak, Kabupaten Binjai yang berdekatan langsung dengan Kota Medan, dan terakhir urgensi pelibatan
Kabupaten Karo kedalam Kawasan Strategis Mebidangro. Pengembangan Kawasan Strategis Nasional ini dikarenakan jaraknya
dengan Kota Medan relatif dekat dan mudah terjangkau
didukung oleh infrastruktur dan transportasi yang memadai.
Dalam konteks Sumatera Utara secara normatif wilayah Medan-Binjai- Deli Serdang
termasuk ke dalam Kawasan Pantai Timur, sedangkan untuk
kawasan dataran tinggi meliputi Kabupaten Karo. Selain memiliki jarak yang relatif dekat antara Kota Medan dengan Kota Binjai, Kabupaten Deli
Serdang, dan Kabupaten Karo juga memiliki luas wilayah yang potensial untuk dikembangkan, sangat disayangkan jika luas wilayah tersebut tidak
dimanfaatkan mengingatkan begitu banyak laju komuter yang ada di Kota Medan dan akan mengakibatkan kepadatan penduduk.
Berikut hasil wawancara yang dilakukan di Dinas Tata Ruang Dan
Permukiman Provinsi Sumatera Utara Bapak John Horasman Naibaho, S.T selaku sebagai sebagai staf pelaksana teknis Mebidangro mengatakan bahwa:
Secara regional pada posisi geografisnya, Provinsi Sumatera Utara berada pelayaran Selat Malaka yang dekat dengan Singapura, Malaysia
dan Thailand posisi yang geografis ini sangat menguntungkan bagi Provinsi Sumatera Utara
untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi
Sumatera Utara dengan menjalin kerja sama perdagangan dengan negara Singapura-Malaysia-Thailand.Selain itu dalam mengukur kondisi
pembangunan di Sumatera Utara kita bisa mengacu kepada Kota Medan sebagai Pusat inti Kota juga sebagai pusat Pemerintahan yang letaknya
sangat strategis berada ditengah-tengah Sumatera Utara dan dikelilingi oleh kota-kota penyangga dari sinilah timbullah kesenjangan dalam
Pembangunan. Kota Medan lebih banyak mendapatkan dukungan dana dalam mengembangkan pembangunannya, dengan pesatnya pembangunan
di Kota Medan maka akan timbullah kesenjangan wilayah seperti yang terjadi di Kota Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Jawaban dari Bapak John Naibaho mengarah pada kekuatan wilayah Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo ini secara letak geografis memiliki posisi yang
strategis:
1. Secara regional pada posisi geografisnya, Provinsi Sumatera Utara
berada pelayaran Selat Malaka yang dekat dengan Singapura, Malaysia dan Thailand
posisi yang geografis ini sangat menguntungkan bagi Provinsi Sumatera Utara untuk mendongkrak pertumbuhan
ekonomi Sumatera Utara dengan menjalin kerja sama perdagangan dengan negara Singapura-Malaysia-Thailand.
Jawaban yang dikemukakan bapak Yosi Sukmono mengarah kepada kekuatan wilayah Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo memiliki jarak tempat yang
dekat dalam melakukan pembangunan:
2. “Keempat daerah tersebut memiliki jarak tempat yang dekat dan Dari
zaman sejarah Provinsi Sumatera Utara sudah dijadikan sebagai pusat pertumbuhan Nasional dan sekarang Provinsi Sumatera Utara mengikuti
perkembangan yang pesat dalam hal pembangunannya. Pengembangan Kawasan Strategis Nasional ini dikarenakan jaraknya tempuh dengan
Kota
Medan relatif dekat dan mudah terjangkau didukung oleh
infrastruktur dan transportasi yang memadai”. Jawaban yang dikemukakan bapak Yosi Sukmono mengarah kepada
kekuatan wilayah Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo secara normatif:
3. Dalam konteks Sumatera Utara secara normatif wilayah Medan-
Binjai-Deli Serdang termasuk ke dalam Kawasan Pantai Timur,
sedangkan untuk kawasan dataran tinggi meliputi Kabupaten Karo.
Berdasarkan jawaban dari informan diatas, ditarik kesimpulan bahwa pembangunan Kawasan Strategis ini berawal dari posisi strategis Sumatera Utara
yang secara geografis, jarak antara Kota Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo yang berdekatan, dan pembagian kawasan Sumatera Utara secara normatif:
1. Sumatera Utara secara geografis
Secara geografis sebelah timur Sumatera Utara berbatasan dengan Selat Malaka dan diapit oleh 3 negara asia tenggara yaitu: Malaysia,
Singapura, dan Thailand.
2. Sumatera Utara secara topografis
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan topografinya, Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo masuk ke dalam Kawasan Pantai Timur meliputi: kabupaten Deli Serdang, kota
Binjai, dan Kota Medan, hanya Kabupaten Karo dalam kawasan dataran tinggi.
Sumatera Utara dibagi atas 3 tiga bagian yaitu bagian Timur, bagian Barat, dan dataran tinggi. Wilayah Pantai Timur yang luasnya sekitar
26.360 km
2
3. Jarak Tempuh Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo relatif dekat dan mudah terjangkau
36,8 dari luas wilayah Sumatera Utara, secara umum merupakan dataran rendah yang cukup lembab dan subur dengan curah
hujan yang relatif tinggi. Karena faktor kesuburannya, kawasan ini relatif cukup cepat terbangun. Hal ini membuat arus migrasi ke kawasan ini
demikian tinggi sehingga tingkat kepadatan penduduk meningkat secara tajam.
Jawaban diatas diperkuat oleh data yang memberikan informasi tentang jarak antara Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo berdekatan dan dari masa
lampau Provinsi Sumatera Utara sebagai pusat pertumbuhan dan pusat pemerintahan di wilayah Sumatera Utara.
Jarak Antara Kota Medan-Kabupaten Deli Serdang-Kota Binjai-Kabupaten Karo
Nama Daerah Jarak km
1. Medan-Lubuk Pakam kabupaten Deli Serdang
2. Medan-Kaban Jahe Kabupeten Karo 3. Medan-Stabat Kota Binjai
29 km 78km
43km
SumberSource : Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel diatas terlihat jelas bahwa karena jarak antara Kota Medan dengan Binjai-Deli Serdang-Karo sangat memungkinkan bahwa empat
daerah ini sering berinteraksi satu sama lainnya baik dalam hal kegiatan perdagangan, industri, maupun pekerjaan, dan lain-lain.
2. Aspek Perekonomian
Adapun pertanyaan yang diajukan dibawah ini timbul kekuatan yang ada di wilayah Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo berdasarkan aspek perekonomiannya:
Jika dilihat dari posisi masing-masing, apakah yang menjadi kekuatan mendukung daerah tersebut dibentuk sebagai kawasan strategis?
Menurut Bapak Yosi Sukmono selaku staf Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara
mengatakan bahwa: Dikarenakan karena kawasan Pantai Timur jauh lebih berkembang dengan
daerah lain karena karakteristik fisik menjadi baris untuk menyusun isi pembangunan Sumatera Utara. Secara regional wilayah Pantai Timur
Mebidangro jauh lebih berkembang jika dilihat pada PDRB 40 sumbangsihnya terlalu besar. Salah satu yang menjadi penyumbang PDRB
terbanyak ialah Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan.
Kota Medan juga merupakan penyumbang terbesar pembentukan PDRB di Provinsi
Sumatera Utara, yaitu sekitar 30,49 persen pada tahun 2008.
Dipandang oleh Pemerintah Pusat diwilayah barat Provinsi Sumatera Utara sebagai penyumbang ekonomi Nasional terbanyak. Pengembangan
kawasan perkotaan Mebidangro sebenarnya telah diprediksi sejak lama yang dipicu oleh pesatnya kegiatan ekonomi di Medan yang berkembang ke wilayah di sekitarnya.
Adapun jawaban dari Bapak Yosi Sukmono diperkuat jawaban dari Bapak John N. mengatakan bahwa:
1. Kontribusi penyumbang PDRB terbanyak pada Mebidangro berdasarkan ialah Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan Tahun 2006 42.792,45
mengalami peningkatan menjadi 55.455,58 miliar atau sekitar 49 dari total PDRB Sumatera Utara 181,82 Triliun berdasarkan data PDRB per
Universitas Sumatera Utara
kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara didapatkan Komposisi Sektor Ekonomi pertanian primer, industri sekunder, dan jasa tersier tahun
2006 2. Medan sebagai pusat ekonomi paling kuat, juga kota penyumbang terbesar
pembentukan PDRB di Provinsi Sumatera Utara, yaitu sekitar 48,49 pada tahun 2006, disusul terbanyak kedua Kabupaten Deli Serdang 13,62 dan
penyumbang PDRB yang relatif kecil ialah Kota Binjai sebesar 1,81, Kabupaten Karo sebesar 2,49.
Pada tahun Tahun 2007 kontribusi PDRB Mebidangro sebanyak 89.303,91 miliar, pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara telah mencapai sebesar
6,90 dengan PDRB berdasarkan harga berlaku sebesar Rp.181,82 Triliun angka sementara, dan pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi sebesar 6,39.
Pada tahun 2006 Mebidangro penyumbang PDRB terbesar yaitu 70.725,01miliar. Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang masih merupakan
kabupatenkota yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan PDRB Sumatera Utara. Kota Medan memberikan dukungan sebesar 30,57
disusul Dan penyumbang PDRB yang relatif kecil ialah Kabupaten Deli Serdang 13,62, Kota Binjai sebesar 1,81, Kabupaten Karo sebesar 2,49.
Produk Domestik Regional Brutto 2006 – 2007 berdasarkan harga berlaku Medan penyumbang ekonomi Nasional terbanyak di Sumatera Utara memperoleh
Tahun 2006 42.792,45 mengalami peningkatan menjadi 55.455,58 miliar. Kedua PDRB terbesar disusul Deli Serdang tahun 2006 memperoleh PDRB sebesar
21.459,07 miliar, mengalami peningkatan sebesar 26.053,71miliar. Ketiga terbanyak kota Binjai yang memperoleh PDRB tahun 2006 sebesar 2.494,69
Universitas Sumatera Utara
miliar mengalami peningkatan menjadi 3.311,30miliar. Sumbangsih PDRB terkecil kabupaten Karo tahun 2006 memperoleh PDRB sebesar 3.978,80 naik
menjadi 4.483,32 miliar. Dalam hal struktur ekonomi Untuk daerah Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo
pada tahun 2006 sektor industri dan jasa yang paling dominan di daerah Kota Medan dan Binjai. Sedangkan untuk Kabupaten Karo sektor pertanian yang paling
unggul di daerah tersebut. Prediksi tahun 2018 Kota Binjai dan Kota Medan tetap menjadi andalan di sektor industri dan jasa dimana memperoleh persentase paling
besar sekitar 73 dan 54. Predisksi tahun 2018 untuk Kabupaten Deli Serdang hanya sektor industri yang paling mencolok dengan memperoleh persentase
sebesar 42. Kabupaten Karo prediksi tahun 2018 hanya sektor pertanian yang unggul dan menjadi andalan pada kabupaten ini dengan memperoleh persentase
sekitar 55. Tabel 11
Produk Domestik Regional Brutto 2006 – 2008
No KabKota
PDRB ATAS HARGA BERLAKU Miliar Rupiah
PDRB ATAS HARGA DASAR KONSTAN 2000 Miliar Rupiah
2006 2007
2008 2006
2007 2008
1 Karo
3.978,80 4.483,32
5.466,38 2.729,61
2.869,74 3.047,28
2 Deli
Serdang 21.459,0
7 26.053,71
29.533,88 11.598,33
12.364,17 13.440,9
6 3
Binjai 2.494,69
3.311,30 3.626,82
1.613,44 1.705,07
1.866,20 4
Medan 42.792,4
5 55.455,58
63.879,81 27.234,45
29.352,92 32.245,6
5 Total
70.725,0 1
89.303,91 102.506, 89
43.175,83 46.291,9
50.600,0 9
Sumber: RPJMDDaerah Provinsi Sumatera Utara 2009-2013
Universitas Sumatera Utara
Tabel 12 Struktur Ekonomi KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara
KabKot a
Komposisi Sektor Ekonomi
Tahun 2006 eksisting Prediksi Komposisi Sektor Ekonomi
Tahun 2018 Tahun 2023
Tahun 2028 Perta
nian Indst
ri Jasa
Perta nian
Indust ri
Jasa Perta
nian Indust
ri Jasa
Perta nian
Indus tri
Jasa
Karo 60
5 35
55 6
40 52
7 42
48 7
44 DeliSerd
an 19
44 37
23 42
35 27
41 33
32 39
30 Medan
3 28
70 2
26 73
1 25
74 1
24 75
Binjai 14
32 53
14 31
54 15
31 54
15 30
54
Sumber: Dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Utara 2009-2013 Dari segi infrastruktur transportasi, adapun jawabn dari Bapak Yosi
Sukmono sebagai berikut:
“Yang menjadi kekuatan dari wilayah Mebidangro ini dari segi transportasi memiliki pelabuhan udara dan pelabuhan laut bertaraf
internasional .”
Jawaban dari Bapak John Naibaho selaku staf bidang penataan ruang dinas tata ruang dan permukiman provinsi Sumatera Utara mengemukakan hal yang
sama: “Bandara Udara Kuala Namu menggantikan Bandar Udara Polonia
merupakan pintu gerbang utama masuk ke Indonesia bagian barat. Keberadaan Pelabuhan Belawan yang sangat stategis dalam
pengembangan kawasan Mebidang.”
Ditarik kesimpulan, yang menjadi kekuatan dari Mebidangro dari segi transportasi adalah
1. Memiliki Bandara Internasional yaitu Bandara Udara Kuala Namu. 2. Memiliki Pelabuhan Belawan yang sangat stategis dalam pengembangan
kawasan Mebidangro. Transportasi laut, di kawasan Mebidang terdapat Pelabuhan Belawan
merupakan pintu gerbang transportasi laut di Sumatera Utara yang memegang
Universitas Sumatera Utara
peranan penting dalam pelaksanaan ekspor impor komoditi migas dan non migas dari dan ke Sumatera Utara. Oleh karena itu akan dikembangkan fungsinya
sebagai inlet-outlet point utama bagi sistem pergerakan penumpang dan barang menuju dan dari wilayah Sumatera Utara.
Transportasi udara, kawasan Mebidang memiliki Bandara Udara Kuala Namu Internasional menggantikan Bandar Udara Polonia merupakan pintu
gerbang utama masuk ke Indonesia bagian barat memiliki peranan penting dan menjadi pendukung bagi kegiatan di berbagai sektor pembangunan Sumatera
Utara terutama pariwisata. Dari segi infrastruktur penyediaan air bersih memiliki cadangan air bersih
yang besar di kawasan Mebidangro untuk memenuhi kebutuhan air bersih, adapun jawaban dari bapak John Naibaho sebagai berikut:
“Dikarenakan begitu banyaknya daerah aliran sungai, maka cadangan sumber air yang besar di Kawasan Mebidang untuk memenuhi kebutuhan
air bersih berupa air permukaan dan air tanah untuk itu kelestarian sumber air bersih harus dijaga.”
Cadangan sumber air yang besar di Kawasan Mebidangro untuk memenuhi kebutuhan air bersih berupa air permukaan dan air tanah. Potensi terbesar adalah
sungai sebesar 117 juta m
3
3. Aspek Politk
, dimana sebagian besarnya berada di Kota Medan.
Dari segi politik yaitu kelembagaan kerjasama Kabupaten dan Kota pada wilayah Mebidangro, adapun yang menjadi kekuatan sekaligus kelemahan dalam
hal koordinasi ini. Jawaban dari Bapak John Naibaho mengenai koordinasi lembaga pada
Mebidangro sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
“Adanya forum Pembangunan Perkotaan Mebidang merupakan suatu potensi pengembangan kerjasama antar Kota Medan-Binjai-Kab. Deli
Serdang Diperlukannya suatu badan lembaga yang mengatur koordinasi para pemangku kepentingan yang turut andil partisipasi dalam kawasan
strategis mebidangro ini dimana bertujuan untuk meredam masing-masing ego kepala daerah.”
Adapun jawaban dari Bapak Yosi Sukmono yang juga membahas forum
kelembagaan Mebidangro: Penetapan berdasarkan keputusan politik mempunyai nilai politis tinggi
mendorong Koridor Sumatra Mebidangro. Kelembagaan Mebidangro salah satu potensi kerjasama masing-masing daerah dalam mengembangkan
kawasan strategis nasional Mebidangro.
Secara teknis perlu ditindak lanjut diatas tindak secara politik ditingkat makro, kebijakan harus diimplementasikan, kebijakan pengambilan
keputusan politik basisnya mengacu pada apa yang dibutuhkan daerah, misalnya pada ide pembangunan jalan tol Medan-Binjai ada persoalan ego
daerah, dimana ego dari kepala daerah ini belum sinkron dalam mengadakan koordinasi. Untuk itu yang menjadi kelemahan adalah
mendudukkan masing-masing kepala daerah untuk bersama berkoordinasi dalam mewujudkan kawasan strategis ini.
4. Aspek Lingkungan
Adapun pertanyaan yang diajukan ialah sebagai berikut: “Mengingat posisi masing-masing daerah, apa yang menjadi kekuatan
kawasan strategis ini dari aspek lingkungan” Adapun jawaban dari Bapak John Naibaho mengatakan bahwa:
“Adanya cadangan lahan yang cukup luas pada Kabupaten Deli Serdang untuk pengembangan kawasan strategis khususnya kegiatan perkotaan.”
Cadangan lahan untuk pengembangan kegiatan perkotaan di Kawasan
Metropolitan Mebidangro khususnya di Kabupaten Deli Serdang masih cukup luas dengan luas total 78.462 ha dan 63.476 ha di Kab. Deli Serdang. Hal ini
merupakan potensi pengembangan untuk kegiatan perkotaan Metropolitan Mebidang. Luasnya cadangan lahan di Kab. Deli Serdang juga merupakan potensi
untuk mengurangi tekanan kawasan terbangun di Kota Medan saat ini dan masa mendatang. Luas kawasan wilayah kajian Mebidangro adalah 1.637.710 Ha
Universitas Sumatera Utara
mencakup 3 wilayah administratif yaitu Kota Medan, Kota Binjai, dan sebagian Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Karo. Penggunaan lahan Mebidang
tahun 2006 terbagi atas 4 macam, antara lain Lahan yang digolongkan HGU, lahan berfungsi lindung, lahan urban, dan lahan lain-lain. Penggunaan lahan
Kabupaten Deli Serdang didominasi oleh penggunaan lahan lain-lain 44,4. Hal ini mengindikasikan Kabupaten Deli Serdang memiliki potensi ketersediaan lahan
yang besar bagi pengembangan Mebidangro kedepannya. Penggunaan lahan Kabupaten dan Kota
Lahan Medan
Binjai Deli
Serdang Karo
Total HGU
Luas 234,10
214,87 38.968,00
30.960,00 39.416,96
0,80 2,00
27,30 20,00
41,76
Lindung Luas
0,00 0,00
19.555,00 26.555,00
19.555,00 0,00
0,00 13,70
20,00 23,69
Urban Luas
19.642,30 2.759,49
20.880,00 16.061,53
43.281,79 70,90
26,20 14,60
13,00 36,90
Lain-lain Luas
7.830,48 7.549,02
63.476,00 634760
78.855,50 28,30
71,70 44,40
10,00 97,64
Luas Total 27.707,00
10.523,00 142.879,00
139.128,53 320.237,00
Sumber: Dokumen RTR Mebidangro Namun di balik itu Deli Serdang memiliki banyak limitasi pengembangan,
seperti keberadaan lahan berfungsi lindung 13,7 serta lahan HGU yang jumlahnya besar dibandingkan dengan Medan dan Binjai 27,3. Selain kawasan
berfungsi lindung, di Deli Serdang terutama di bagian utara dan pesisir banyak terdapat daerah rawa seperti Kecamatan Deli Labuhan, Hampara Perak, Percut Sei
Tuan dan Pantai Labu. Adapuin penggunaan lahan urban di Kabupaten Deli Serdang hanya 14,6. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan lahan untuk
kegiatan perkotaan di Deli Serdang prosentasenya masih sedikit.
Universitas Sumatera Utara
H.2 KELEMAHAN 1. Kondisi Perekonomian
Keterbatasan Dana
Masih dengan pertanyaan yang sama, “Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kesenjangan pembangunan di
Provinsi Sumatera Utara terkait dengan Kawasan Strategis Medan-Binjai- Deli Serdang-Karo?”
Adapun jawaban dari Bapak John Horasman Naibaho selaku staf Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi
Sumatera Utara sebagai berikut: Pertama, faktor keterbatasan dana dimana untuk melakukan pembangunan
pada satu daerah dibutuhkan dana dalam jumlah banyak, sedangkan kemampuan daerah untuk meminta dana dari Pemerintah Pusat dalam
jumlah sedikit. Untuk itu timbul niat dari Pemerintah Pusat untuk mengembangkan pembangunan yang ada di daerah penyangga agar tidak
kekurangan dana. Data dibawah ini menunjukkan bahwa anggaran penerimaan dan
pengeluaran antar daerah berbeda-beda dan tergantung dari porsi Pendapatan Asli Daerah yang diperolehnya. Anggaran Pendapatan Pemerintah Provinsi Sumatera
Utara pada tahun 2011 tercatat sebesar Rp. 4,48 triliun, yang terdiri atas Pendapatan Asli Daerah PAD sebesar Rp. 3,18 triliun, dana perimbangan
sebesar Rp.1,27 triliun, dan sisanya dari lain‐lain Pendapatan Daerah yang Sah. Adapun anggaran belanja pada tahun tersebut adalah sebesar Rp. 4,68 triliun,
yang terdiri atas belanja tidak langsung sebesar Rp. 2,03 triliun, dan belanja langsung sebesar Rp. 2,65 triliun. Untuk pembayaran belanja bagi hasil kepada
ProvinsiKabupatenKota dan Pemerintah Desa sebesar Rp. 701,00 milyar dan untuk belanja pegawai sebesar Rp.820,45 milyar. Sementara itu anggaran
penerimaan dan pengeluaran untuk kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dapat dilihat pada Tabel 1 Anggaran Penerimaan Pemerintah miliar KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara
Anggaran Penerimaan Pemerintah miliar KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara
KabupatenKota Pendapatan Daerah
Penerimaan Pembiayaan
Belanja Daerah
Pengeluaran Pembiayaan
1. K a r o 636,52
87,06 722,34
1,24 2. DeliSerdang 1.657,87
15,00 1.666,73 6,13
3. Medan 2.628,10
338,91 2 931,39 35,62
4. Binjai 485,05
13,61 494,81
3,84 Jumlah
5.047,54 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara
Adapun yang menjadi kelemahan dari segi infrastruktur jaringan jalan, jaringan air bersih, listrik, dan drainase.
“Apa saja yang menjadi isu-isu strategis setelah penetapan Kawasan Strategis pada wilayah Mebidangro?”
Menurut dari Bapak Yosi Sukmono selaku staf Tata Ruang dan
Pengembangan Wilayah mengatakan bahwa : “buruknya kondisi infrastruktur jalan arteri penghubung kota Medan-
Binjai-Deli Serdang-Karo dan Pembangunan Jalan Tol selain infrastruktur jalan yang menjadi kelemahan ialah bagaimana pelayanan jaringan air
bersih, drainase, listrik dan sampah mengingat akan begitu banyaknya perusahaan industri yang terbangun serta lingkungan tersebut akan
tercemar sumber airnya.” Selain masih banyaknya jalan yang jelek, Bapak John Naibaho juga
menambahi bahwa: “Umumnya selain yang menjadi permasalahan dalam infrastruktur jalan,
jembatan data menunjukkan sebagian besar dalam kondisi jalan jelek.” Kota Medan dengan Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten
Karo juga memiliki luas wilayah yang potensial untuk dikembangkan, sangat disayangkan jika luas wilayah tersebut tidak dimanfaatkan
mengingatkan begitu banyak laju komuter yang ada di Kota Medan dan akan mengakibatkan kepadatan penduduk .
1. Jaringan jalan
Umumnya yang menjadi permasalahan pada Medan-Binjai-Deli Serdang- Karo dalam infrastruktur jalan, jembatan berdasarkan data dari Dinas Bina Marga
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan sebagian besar dalam kondisi jalan jelek pada wilayah Medan-
Binjai-Deli Serdang-Karo. Panjang jalan di seluruh Sumatera Utara pada tahun 2010
mencapai 34.109,418 km. Wilayah Medan-Binjai-Deli Serdang termasuk wilayah pantai Timur, hanya Kabupaten Karo saja yang masuk kategori wilayah
dataran tinggi. Untuk wilayah Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo panjang jalan menurut status jalan Negara, jalan Provinsi, dan jalan Kabupatenkota total
jumlahnya 8.544.805km. Sebahagian besar dari panjang jalan yang ada di di Wilayah Timur berada dalam kondisi rusak dan rusak berat, demikian pula hal ini
terjadi pada wilayah Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo 355,317km kedalam kondisi rusak berat, sedangkan panjang jalan 352,191km dalam kondisi rusak
dengan jumlah keseluruhan jalan yang rusak dan rusak berat adalah 687,508km. 2. Arus Komuter
Jika tidak ditangani dengan baik, komuter ini akan menimbulkan permasalahan perkotaan termasuk transportasi, berupa kemacetan pagi dan sore
hari terutama pada ruas jalan dari dan menuju Kota Medan. Fenomena yang dapat dilihat langsung adalah tingginya jumlah penglaju
atau komuter dari wilayah sekitar Medan seperti Binjai dan Deli Serdang yang masuk ke Medan pagi dan sore sebesar ± 300.000–400.000 jiwa per hari. Oleh
karena itu kebijakan transportasi Mebidang harus memperhatikan kelancaran pergerakan antar wilayah di kawasan Mebidang.
Presentase komuter di Kota Medan pada tahun 1991 mencapai 12 dan jumlah ini terus mengalami peningkatan. Dari studi evaluasi manfaat dan biaya
arus komuter di Kota Medan pada tahun 2010 naik sebanyak 88, diasumsikan jumlah tenaga kerja yang merangkap imigran sirkuler dari daerah luar Kota
Universitas Sumatera Utara
Medan yang berbatasan langsung adalah Percut Sei Tuan sebanyak 927orang, Tanjung Morawa sebanyak 240orang, Pancur Batu sebanyak 81orang, Binjai
sebanyak 128 orang. Diketahui bahwa penyebab utama komuter adalah tidak tersedianya lagi lahan atau pekerjaan yang bisa dikelola atau dikerjakan di daerah
asal.
3. Air Bersih
Tingkat pelayanan air bersih oleh PDAM di Mebidang masih rendah. Hal ini terlihat dari tiga unit PDAM di Kawasan Metropolitan Mebidang baru
melayani 23 untuk Kota Binjai dan hanya 6 untuk Kabupaten Deli Serdang.
4 . Listrik
Kekurangan pasokan listrik cadangan listrik tersisa ini jauh dibawah cadangan aman seharusnya 30 dari daya mampu.
Pada tahun 2007, jumlah pelanggan listrik terbesar di Kawasan Mebidang berada di Kota Medan, dan berada pada golongan rumah tanggadomestik disusul
oleh komersil. Artinya sebagian besar kebutuhan listrik di Mebidang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Kekurangan ini
mengakibatkan wilayah Mebidang, khususnya Kota Medan termasuk wilayah yang sering mengalami pemadaman listrik karena kekurangan pasokan energi
listrik. Selain itu, pelayanan listrik saat ini masih kurang merata untuk setiap wilayah pelayanan. Pemerataan pelayanan terhadap kebutuhan listrik perlu
diusahakan semaksimal mungkin mengingat salah satu indikator berkembangnya suatu kota atau wilayah adalah terpenuhinya kebutuhan akan listrik.
Universitas Sumatera Utara
2. Aspek Sumber Daya Manusia
Adapun pertanyaan yang diajukan terkait dengan aspek sumberdaya manusia yang menjadi kelemahan dari kawasan strategis Mebidangro ini.
“Kelemahan apa yang timbul pada Mebidangro setelah dibentuk menjadi Menuru bapak John Naibaho selaku staf bidang penataan ruang mengatakan
bahwa: kawasan strategis?”
“Kurangnya tenaga kerja yang tidak memiliki keahlian untuk menghadapi kompetisi kegiatan perekonomian dalam konteks ASEAN.”
Sumatera Utara memiliki potensi yang sangat besar dari sudut sumberdaya
manusia. Tingkat pengangguran terbuka di Sumatera Utara mengalami penurunan. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK Sumatera Utara setiap tahunnya
tampak meningkat. Pada 2010 naik masing
‐masing menjadi 69,15 persen dan
77,10 persen kemudian pada tahun 2011 kembali turun menjadi 72,09 persen. Untuk tingkat pengangguran pada tahun 2010 7,43 dan pada tahun 2011
menurun menjadi 6,37. Tingkat pengangguran mengalami penurunan ini bermakna bahwa pertambahan lapangan kerja relatif lebih baik berbanding
pertambahan jumlah tenaga kerja di tingkat provinsi Sumatera Utara. Tahun 2011 untuk jumlah TPAK di Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo sekitar 2,87. Tingkat
partisipasi angkatan kerja mengalami penurunan dari tahun 2010 terbesar 85,47 berada di Karo sekitar mengalami penurunan dari tahun 2011 menjadi 75,75,
sedangkan untuk tingkat pengangguran terbuka terbesar ada di Kota Medan sekitar 9,97. Dari ini bisa kita simpulkan bahwa masih terbatasnya SDM di
Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo mengingat begitu banyaknya angka pengangguran terbuka di empat daerah ini belum optimal antara tingkat partisipasi
kerja dengan tingkat penganggurannya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 14 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK dan Tingkat
Pengangguran Terbuka TPT Penduduk Umur 15 Tahun Ke atas Menurut KabupatenKota
KabKota TPAK
TPT 2010
2011 2010
2011 Karo
85,47 75,75
1,55 4,46
Deli Serdang 69,96
70,24 9,02
7,69 Medan
65,00 67,11
13,11 9,97
Binjai 67,37
67,85 11,64
8,73 Jlh di Mebidangro
28,7 28,0
3,5 3,0
Jumlah di Sumut 77,10
72,09 7,43
6,37
Sumber: BPS-Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2010 dan Agustus 2011
3. Aspek Lingkungan
Dari aspek lingkungan, adapun pertanyaan yang diajukan sebagai berikut: “Kelemahan apa yang timbul pada Mebidangro setelah dibentuk menjadi
Bapak Yosi selaku Staf Pengelola Substansi Tata Ruang Wilayah Nasional Provinsi Sumatera Utara dan Kawasan Strategis mengatakan bahwa:
kawasan strategis?”
“Menjaga kelestarian lingkungan, dalam pelibatan Kabupaten Karo sebagai pengembangan kawasan strategis dimana Kabupaten Karo
hubungannya tidak lepas dari hulu ke hilir. Karo sebagai kawasan konservasi, dalam hal melakukan konservasi tersebut tetap harus
memperhatikan dan menjaga lingkungan tersebut agar tidak hancur dan mencegah dari bencana banjir.”
Adapun jawaban dari bapak John Naibaho selaku staf penataan ruang:
“Potensi titik rawan banjir di Mebidangro tersebar di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan seperti Deli Serdang dan di luar jalur
pengunungan Bukit Barisan, akibat banjir kiriman seperti Kota Medan. Bencana alam banjir di kawasan Metropolitan Mebidang terjadi dalam
periode ulang 25 tahunan, 50 tahunan, dan 100 tahunan.” Berdasarkan Perpres No 62 Tahun 2011 Karo dijadikan kawasan konservasi
alam dan mengendalikan pemantapan kawasan hutan produksi untuk menjaga fungsi hidrogeologis daerah tangkapan air. Penunjukan Kawasan Hutan terkait
Kabupaten Karo dan Metropolitan Mebidang dibedakan atas 3 klasifikasi, yaitu
Universitas Sumatera Utara
kawasan lindung, kawasan budidaya kehutanan, dan kawasan budidaya, dengan pembagian sebagai berikut:
Pertama, kawasan lindung terdiri dari hutan suaka alam dan wisata tersebar di Kabupaten Langkat sebelah selatan, sebelah timur Tanjung Pura pesisir Selat
Malaka, sebelah utara Belawan pesisir Selat Malaka, Sibolangit. Kedua, hutan lindung tersebar memanjang di sebelah selatan kawasan Metropolitan Mebidang
yang meliputi Kabupaten Karo bagian utara, Kabupaten Simalungun bagian tengah, sebagian Kabupaten Dairi .
Kedua, kawasan budidaya kehutanan. Pertama, hutan negara bebas tersebar di sekitar kawasan lindung, kedua hutan produksi terbatas tersebar di sebelah
selatan kabanjahe dan sebelah barat merek, ketiga hutan produksi tetap, keempat hutan produksi yang dapat dikonversi
Ketiga, kawasan budidaya. Kawasan ini merupakan areal penggunaan lain, yang tersebar di wilayah selain penggunaan kawsan lindung dan budidaya
kehutanan, termasuk di dalamnya seluruh kawasan Mebidang dan Kabupaten Karo bagian tengah-selatan-timur.
4. Aspek Politik 1. Keterbatasan Koordinasi Kelembagaan Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo
Dalam hal ini si peneliti mendapati apa yang menjadi kelemahan dalam penetapan Kawasan Strategis Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo dengan
mengajukan pertanyaan: “kelemahan apa yang timbul pada kawasan Mebidangro setelah penetapan
kawasan strategis?” Adapun jawaban dari bapak Yosi Sukmono selaku perwakilan Kepala
Bidang Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah sebagai berikut: Kelemahan yang timbul setelah adanya kawasan strategis ini ialah
terbentur oleh adanya keterkaitan kelembagaan dimana masing-masing
Universitas Sumatera Utara
kepala daerah belum mau duduk bersama berkoordinasi mempercepat mewujudkan Kawasan Strategis Mebidangro untuk mengurangi
kesenjangan wilayahnya masing-masing. Jawaban yang sama juga dikemukakan oleh Bapak John Naibaho selaku staf
perwakilan dari Kabid Penataan Ruang Wilayah Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara.
“Wewenang kelembagaan karena ada keterkaitan antara satu daerah dengan daerah lain dalam hal melakukan pembangunan. Mengesampingkan
keegoisan masing-masing pemangku kepentingan. Dalam melakukan pembangunan pada Mebidangro harus bersama-sama duduk dan
membentuk satu badan koordinasi kelembagaan kawasan strategis didalamnya masing-masing daerah mempunyai kepentingan bersama
seperti dibidang ekonomi, sosial, infrastruktur,seperti aktivitas jalan kegiatan ekonomi kota Medan jadi terhambat, hulu sungai Karo jika tidak
dikelola dengan baik maka akan terkena banjir, untuk kondisi penduduk agar laju pertumbuhan penduduk supaya tidak menumpuk disatu tempat
maka diterapkan pola migrasi yang tepat.” Namun sangat disayangkan, si Peneliti tidak bisa mendapatkan suatu
dokumen mengenai forum kelembagaan Badan Kerjasama Pembangunan BKSP dikarenakan dokumen tersebut belum bisa dipublikasikan dan kemungkinan
dipublikasikan akhir tahun 2013 ini. Adapun beberapa data yang didapatkan si peneliti mengenai Rencana Tata Ruang Mebidangro yang membahas tentang
kelembagaan Mebidangro. Permasalahan Forum, sampai saat ini forum Pembangunan Perkotaan Mebidang
belum dapat berfungsi secara optimal Analisis Kelembagaan
Diperlukannya suatu kerjasama dalam pengelolaan Kawasan Perkotaan Mebidang antara lain disebabkan oleh alasan-alasan berikut, antara lain :
Pertama, adanya perbedaan kepentingan antar daerah, tiap daeah masih mengutamakan kepentingan antar daerahnya. Kedua, belum padunya program
pembangunan antar daerah, terlihat dari lemahnya koordinasi dalam penyusunan
Universitas Sumatera Utara
program pembangunan. Ketiga, sumber pendanaan terbatas, tiap daerah diharapkan mampu mengalokasikan dana pembangunan bersumber dari dana
APBD maupun sumber pendanaan lainnya.
I. LINGKUNGAN EKSTERNAL I.1 PELUANG
Adapun pertanyaan dibawah ini yang membahas apa yang menjadi peluang pada wilayah kawasan strategis Mebidangro.
Bapak Yosi Sukmono mengatakan bahwa: “Peluang apa yang dimiliki empat daerah tersebut sehingga bisa ditetapkan
menjadi kawasan strategis?”
Sumatera Utara khususnya kawasan Metropolitan Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo memiliki lokasi yang strategis peluang untuk dapat menjadi
tidak hanya pintu bagi pengembangan Sumatera Utara, tetapi bagi provinsi sekitarnya seperti Provinsi Aceh dan Sumatera Barat.
Secara geografis sebelah timur Sumatera Utara berbatasan dengan Selat Malaka dimana jalur Selat Malaka ini sebagai wilayah pelayaran Internasional dan
merupakan peluang untuk dapat menjadi tidak hanya pintu bagi pengembangan Sumatera Utara, tetapi bagi provinsi sekitarnya seperti Provinsi DI Aceh dan
Sumatera Barat. Hal ini didukung cukup luasnya wilayah belakang Metropolitan Mebidang yang merupakan wilayah perkebunan.
Adapun jawaban dari bapak John Naibaho sebagai berikut:
“Ekonomi Mebidang secara signifikan berhubungan dengan segitiga pertumbuhan utama IMT-GT
Indonesia Malaysia Thailand-Growth Triangle: Medan-Penang-Phuket dibawah AFTA. IMT-GT bertujuan untuk
meningkatkan kerjasama dalam perdagangan, investasi, dan pariwisata.” Adapun jawaban dari Bapak John Naibaho sebagai berikut:
“Ketersediaan lahan dan infrastruktur memungkinkan Singapura dan Malaysia memanfaatkan Sumatera Utara sebagai daerah industry
relocation.”
Universitas Sumatera Utara
I.2 ANCAMAN 1. Aspek Sumberdaya Manusia