Kewenangan pemberian pengesahan akta pendirian yayasan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia tersebut diberikan kepada Kepala Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan yayasan. Dalam hal pemberian pengesahan tersebut
memerlikan pertimbangan dari instansi terkait, maka pengesahan diberikan atau tidak diberikan dalam jangka waktu:
1. Paling lambat 14 empat belas hari terhitung sejak tanggal jawaban
permintaan pertimbangan diterima dari instansi terkait; atau 2.
Setelah lewat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal jawaban permintaan pertimbangan kepada instansi terkait tidak diterima.
Apabila permohonan pengesahan tidak diterima ditolak, maka Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia berkewajiban untuk memberitahukan secara
tertulis disertai alasannya kepada pemohon mengenai penolakan tersebut, alas an penolakan dimaksud karena permohonan yang diajukan tidak sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-undang Yayasan danatau peraturan pelaksanaannya. Dalam waktu paling lambat 30 tiga puluh hari sejak tanggal pengesahan akta
pendirian yayasan, maka pengurus atau kuasanya wajib mengajukan permohonan pengumuman pendirian yayasan. Berdasarkan Pasal 11 ayat 1 UUY ditegaskan
bahwa yayasan memperoleh status badan hukum saat akta pendirian yayasan memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
B. Pengelolaan Yayasan
Kehadiran UU Yayasan atau Badan Hukum Nir Laba sudah barang tentu akan memberi kepastian hukum yang selama ini tidak ada. Bahkan UU Yayasan
Universitas Sumatera Utara
atau Badan Hukum Nir Laba dapat menjadi dasar untuk menindak apabila terjadi penyimpangan. Hanya saja apabila Undang-undang Yayasan hanya berisi tentang
prosedur pendirian belaka atau prosedur-prosedur lainnya, walaupun baik tetapi tidak optimal. Undang-undangYayasan atau Badan Hukum Nir Laba harus berisi
pula ketentuan yang dapat memaksa pengurus beserta organ lainnya untuk mengelola yayasan secara profesional dan baik.
Akhir-akhir ini di Indonesia sering didengungkan tentang prinsip governance. Masalah governance yang berkaitan dengan pemerintahan dikenal
dengan istilah good governance, sementara yang berkaitan dengan perusahaan dikenal dengan istilah corporate governance. Walaupun prinsip-prinsip yang
dikandung berbeda satu sama lain, namun ada persamaan mendasar diantara keduanya. Persamaan ini terletak pada konsep dasar dari governance yaitu
perlunya kontrol berdasarkan aturan terhadap para pengelola, karena stakeholder yang sangat variatif sulit diharapkan mengkontrol pengurus yang bertanggung
jawab atas kegiatan sehari-hari. Dalam good governance yang menjadi stakeholder adalah rakyat, lembaga legislatif dan lain sebagainya, sementara yang
menjadi pengurus adalah pemerintah eksekutif. Sedangkan dalam corporate governance yang menjadi stakeholder adalah pemegang saham yang bukan
mayoritas, konsumen dan lain sebagainya, sementara yang menjadi pengurus adalah direksi.
Kontrol terhadap pengelola perlu dilakukan karena bagi pengurus sulit menafsirkan apa yang menjadi keinginan para stakeholder. Hal ini memberi
peluang kepada pengelola untuk menjalankan aktivitas yayasan berdasarkan tafsirannya tentang apa yang dikehendaki oleh stakeholder. Peluang menafsirkan
Universitas Sumatera Utara
inilah yang sangat berbahaya apabila tidak ada kontrol karena cenderung disalahgunakan abuse.
Adapun kontrol yang dilakukan tidak dapat dilakukan oleh para stakeholder secara langsung. Kontrol dilakukan dengan cara membatasi
kewenangan pengurus. Batasan inilah yang disebut sebagai prinsip governance. Dari prinsip governance dilahirkan prinsip-prinsip keadilan fairness,
transparansi transparency, akuntabilitas accountability dan pertanggung jawaban responsibility.
55
Apabila diperhatikan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan,
Pengurus harus memperhatikan prinsip governance ini dalam menjalankan kepengurusan sehari-hari sehingga para stakeholder tidak
dirugikan. Agar prinsip governance mempunyai kekuatan hukum dan dipatuhi ada dua cara yang dapat dilakukan. Pertama adalah dengan mengakomodasikannya
dalam suatu code of conduct yang bukan peraturan perundang-undangan. Cara kedua adalah dengan mengakomodasikannya dalam berbagai
peraturan perundang-undangan. Cara kedua ini mensyaratkan keterlibatan negara legislatif dalam hal-hal yang bersifat hubungan perdata. Keterlibatan negara ini
didasarkan pada argumentasi bahwa negara harus melindungi pihak yang lemah. Prinsip governance dapat juga diterapkan dalam pengelolaan yayasan.
Tujuan dari penerapan prinsip ini adalah agar tidak terjadi penyimpangan dalam pengelolaan yayasan sehingga stakeholder dirugikan. Supaya prinsip governance
ini benar-benar dipatuhi, dalam konteks Indonesia perlu ditempuh cara kedua yaitu mengakomodasikannya dalam peraturan perundang-undangan.
55
Empat prinsip ini merupakan prinsip governance yang dihasilkan oleh OECD.
Universitas Sumatera Utara
dapat disimpulkan bahwa banyak hal dalam prinsip governance yang telah diakomodasi. Dalam undang-undang telah dipilah-pilah organ yayasan, yaitu
Pembina, Pengurus dan Pengawas serta tugas dan tanggung jawab masing- masing.
56
Dalam konteks governance hal ini penting mengingat dibutuhkan kejelasan tentang siapa yang harus mempertanggungjawabkan apa prinsip
responsibility. Bahkan ketentuan Pasal 31 ayat 3 yang melarang Pengurus merangkap sebagai Pembina atau Pengawas merupakan hal penting untuk
menjaga profesionalisme pengurus.
57
Selanjutnya wujud dari diterapkannya prinsip governance dalam Undang- undang Yayasan adalah pengaturan tentang tujuan dari Yayasan yang sangat
limitatif sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 angka 1. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa tujuan yayasan adalah dibidang sosial, keagamaan dan
kemanusian.
58
Bahkan apabila diperhatikan Bagian Umum dari Penjelasan undang-undang Yayasan disebutkan bahwa, “Fakta menunjukkan kecenderungan
masyarakat mendirikan Yayasan dengan maksud untuk berlindung dibalik status badan hukum Yayasan, yang tidak hanya digunakan sebagai wadah
mengembangkan kegiatan sosial, keagamaan dan kemanusian, melainkan juga adakalanya bertujuan untuk memperkaya diri para pendiri, pengurus, dan
pengawas.”
59
56
Lihat Pasal 2 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan yang menyebutkan “Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas: a. Pembina; b. Pengurus; dan c.
Pengawas. Selanjutnya organ ini dijabarkan lebih lanjut dalam Bab VI yang berjudul Organ Yayasan.
57
Bunyi lengkap dari Pasal 31 ayat 3 adalah sebagai berikut, “Pengurus tidak boleh merangkap sebagai Pembina atau Pengawas.”
58
Secara lengkap Pasal 1 Angka 1 berbunyi sebagai berikut, “Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan
tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.
59
Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
Universitas Sumatera Utara
Penegasan ini menunjukkan bahwa yayasan tidak boleh lagi digunakan untuk tujuan-tujuan yang bersifat komersial. Dalam konteks prinsip governance
hal ini berarti bahwa stakeholder termasuk para donatur dapat memastikan bahwa yayasan tidak dijadikan kedok belaka.
Ada dua kritik yang dapat disampaikan sehubungan dengan pengaturan tentang pengaturan tujuan yayasan. Pertama adalah pengaturan tentang tujuan dari
yayasan yang tidak diatur dalam pasal tersendiri. Dalam Undang-undang Yayasan pengaturan tentang tujuan dari yayasan hanya diatur dalam pasal definisi. Kritik
yang kedua adalah tujuan yayasan yang disebutkan dalam undang-undang belum dilakukan secara tajam walaupun dalam penjelasan Pasal 7 disebutkan bahwa
cakupan dari bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan antara lain adalah hak asasi manusia, kesenian, olah raga, perlindungan konsumen, pendidikan,
lingkungan hidup, kesehatan dan ilmu pengetahuan.
60
60
Penjelasan Pasal 7 mengatakan sebagai berikut, “Maksud dan tujuan Yayasan bersifat sosial, keagamaan, dan kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 mempunyai
cakupan yang luas antara lain; hak asasi manusia, kesenian, olah raga, perlindungan konsumen, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan dan ilmu pengetahuan.”
Ketidaktajaman formulasi tentang tujuan yayasan dapat berakibat pada dilakukakannya praktek-praktek masa silam. Apakah sebuah kantor konsultan
dibidang lingkungan yang melakukan kegiatannya secara komersial dapat mendirikan yayasan? Hal ini mengingat lingkungan hidup tercakup dalam bidang
sosial, agama dan kemanusiaan. Bukankah yang menjadi ukuran untuk menentukan tujuan yayasan adalah pada kegiatannya? Artinya kegiatan yayasan
dilihat apakah mengejar keuntungan atau tidak. Tujuan yayasan seharusnya tidak didasarkan pada bidang kegiatan sebagaimana diatur dalam undang-undang
Yayasan.
Universitas Sumatera Utara
Berikutnya dalam konteks penerapan prinsip governance yang telah mendapat pengaturan dalam undang-undang Yayasan adalah larangan yayasan
mendirikan badan usaha yang penyertaannya melebihi dari 25 dari seluruh kekayaan yayasan.
61
Sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan Pasal 7 ayat 2, ketentuan ini dimaksudkan agar yayasan tidak menyimpang dari tujuan
didirikannya dan lebih mengejar aspek komersial.
62
Demikian pula dengan prinsip transparansi dari governance yang telah mendapat pengaturan dalam undang-undang Yayasan, yaitu Bab VII tentang
Laporan Tahunan. Dalam Pasal 52 ayat 1, misalnya, disebutkan bahwa ikhtisar laporan tahunan yayasan diumumkan pada papan pengumuman di kantor
yayasan. Walaupun sudah baik, namun
kekurangan dari ketentuan Pasal 7 ayat 2 ini adalah masih dapat digunakannya yayasan sebagai nominee untuk mendirikan perseroan terbatas.
63
Bahkan dalam Pasal 52 ayat 3 ada kewajiban bagi yayasan untuk diaudit oleh Akuntan Publik.
64
Di samping hal-hal tersebut diatas dalam Undang-undang Yayasan disana- sini sudah diserap prinsip governance. Seperti apa yang diatur dalam Pasal 35
ayat 2. Pasal tersebut menyebutkan bahwa Pengurus mempunyai kewajiban untuk menjalankan tugasnya dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab.
65
61
Hal ini diatur dalam Pasal 7 ayat 2 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan yang mengatur sebagai berikut, “Yayasan dapat mendirikan badan usaha dengan
ketentuan penyertaan kekayaan Yayasan paling banyak 25 dua puluh lima persen dari seluruh kekayaan Yayasan
62
Penjelasan Pasal 7 ayat 2 menyebutkan sebagai berikut, “Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan agar setiap Yayasan mempertimbangkan dengan cermat apabila mendirikan badan
usaha. Hal ini untuk menghindari agar Yayasan tidak menyimpang dari maksud dan tujuan pendirian Yayasan yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan.”
63
Lihat: Pasal 52 ayat 1 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
64
Pasal 52 ayat 3
65
Bunyi lengkap dari Pasal 35 ayat 2 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan adalah, “Setiap Pengurus menjalankan tugas dengan itikad baik, dan penuh tanggung
jawab untuk kepentingan dan tujuan Yayasan
Universitas Sumatera Utara
Demikian pula dengan ketentuan yang mengatur tentang benturan kepentingan antara Pengurus dengan Yayasan serta pembatasan kewenangan dari Pengurus
sehubungan dengan pengelolaan kekayaan yang dimiliki oleh yayasan.
66
Kemudian Undang-undang Yayasan mensyaratkan keberadaan Pengawas sebagai suatu keharusan.
67
Hanya saja dalam ketentuan tersebut tidak diatur secara rinci bahwa Pengawas haruslah orang yang independen baik terhadap Pengurus
maupun Pembina. Sehingga dalam menjalankan tugasnya Pengawas akan bekerja secara profesional. Ketentuan lain yang sesuai dengan prinsip governance adalah
kewenangan Pengawas untuk memberhentikan sementara anggota Pengurus.
68
C. Pembubaran Yayasan