Rukun dan Syarat Wakaf

fungsi dan peruntukannya c. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf. d. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia Nazhir yang telah mengurus dan mengawasi harta benda wakaf maka nazhir yang bersangkutan boleh, dan bahkan berhak untuk mendapatjkan bagian dan menerima penghasilan yang pantas dari hasil tanah wakaf sebagai imbalannya. Pemberian imbalan yang dimaksud jumlahnya ditetapkan oleh Kantor Urusan Agama Kabupaten Kotamadya setempat. Ketentuan yang dimaksyud tidak boleh melebihi dari jumlah 10 persen 10 dari hasil bersih tanah wakaf. Nazhir dianggap berhenti dari jabatan apabila: 46 a. 1 Meninggal dunia b. Bubar atau dibubarkan sesuai dengan ketentuan peraturan prundangan yang berlaku. c. Atas permintaan sendiri d. Tidak melaksanakan tugasnya dan melanggar ketentuan.

E. Rukun dan Syarat Wakaf

Ulama Mazhab Hanafi mengatakan bahwa rukun Wakaf itu hanya satu yakni akad yang berupa ijab pernyataan mewakafkan harta dari Wakif. Sedangkan kabul pernyataan menerima Wakaf tidak termasuk rukun bagi ulama Mahzab Hanafi, karena menurut mereka akad Wakif tidak, bersifat mengikat. Artinya, apabila seseorang mengatakan saya wakafkan harta saya pada anda, 46 Ibid, Pasal 45 Universitas Sumatera Utara maka akad itu sah dengan sendirinya dan orang yang diberi Wakaf berhak atas manfaat harta itu. Jumhur ulama mengatakan bahwa rukun Wakaf ada empat, yaitu: orang yang berwakaf, harta yang diwakafkan, penerima Wakaf, dan akad Wakaf. Untuk orang yang berwakaf disyaratkan: 47 1. orang merdeka; 2. harta itu milik sempurna dari orang yang berwakaf; 3. balig dan berakal; dan 4. cerdas. Apabila harta itu terkait utang, ulama Mahzab lianafi merinci hukumnya sebagai berikut: 48 1. jika utang itu tidak mencakup seluruh harta, maka mewakafkan sisa harta yang tidak terkait utang hukumnya sah; dan 2. apabila utang itu mencakup seluruh harta Wakaf, maka akad wakafnya dianggap mau ditangguhkan sampai ada izin dari para-para piutang, jika mereka izinkan, maka wakafnya sah dan apabila tidak mereka izinkan, maka wakafnya batal. Terhadap syarat-syarat harta yang diwakafkan terdapat perbedaan ulama. Ulama Mahzab Hanafi mensyaratkan harta yang diwakafkan itu: 49 1. Harus bernilai harta menurut syarak dan merupakan benda tidak bergerak. Oleh sebab itu, minuman keras tidak bisa diwakafkan, karena minuman dan sejenisnya tidak tergolong harta dalam pandangan syarak; 2. tertentu dan jelas; 47 Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichfiar Baru Van Hoeve, 1997, hal. 1507. 48 Ibid, hal. 1506 49 Ibid Universitas Sumatera Utara 3. milik sah Wakif, ketika berlangsung akad tidak terkait hak orang lain pada harta itu. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahirnya Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 dan kemudian diubah menjadi Undang-undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, merupakan suatu perubahan yang mendasar dalam bidang hukum yayasan. Selama ini pengaturan yayasan hanya melalui yurisprudensi dan kebiasaan-kebiasaan saja. Dengan diadakannya pengaturan tersendiri mengenai yayasan, merupakan suatu penegasan pengakuan eksistensi yayasan sebagai subjek hukum. Sebelumnya, yayasan selama ini dianggap sebagai badan hukum hanya melalui teori-teori hukum, sehingga apabila diperhatikan perkembangan yayasan pada saat ini cukup pesat. Hal ini diakibatkan belum adanya pengaturan hukum secara tegas mengenai yayasan, sehingga masyarakat mudah mendirikan yayasan. Pendirian yayasan memiliki kecenderungan bahwa masyarakat mendirikan yayasan dengan maksud berlindung dibalik status badan hukum yayasan yang tidak hanya digunakan sebagai wadah pengembangan kegiatan sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, melainkan adakalanya yayasan juga digunakan untuk memperkaya diri para pendiri, pengurus dan pengawas dengan menyalahgunakan harta kekayaan yayasan untuk kepentingan pribadi. Hal ini tidak sejalan dengan maksud dan tujuan yang tercantum dalam anggaran dasar yayasan. Ada dugaan yayasan digunakan untuk menampung kekayaan yang berasal dari para pendiri atau pihak lain dengan cara melawan hukum. 1 1 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002, hal. 54. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

7 121 117

Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

1 41 100

Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Kekayaan Yayasan Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

0 60 257

Konsekuensi Hukum Yayasan Sebagai Badan Hukum Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

0 29 152

ANALISIS TERHADAP SERTIFIKAT TANAH YAYASAN AL-KAUTSAR PHARMINDO DALAM ASPEK TANAH WAKAF BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004.

0 0 1

undang undang nomor 28 tahun 2004 tentang perubahan atas uu nomor 16 tahun 2001 tentang yayasan

0 0 22

PELAKSANAAN PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR YAYASAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN DI KOTA PADANG (KHUSUS YAYASAN DIBIDANG PENDIDIKAN

0 0 20

BAB II PENGELOLAAN YAYASAN OLEH ORGAN YAYASAN A. Keberadaan Yayasan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 - Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang

0 0 31

Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

0 0 11

Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

0 0 39