Latar Belakang Perlindungan Hukum Kepada Tertanggung Dari Perusahaan Asuransi Yang Pailit

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada Masa sekarang ini, dunia perekonomian dipengaruhi oleh munculnya berbagai bidang pekerjaan dan bidang usaha yang merupakan wujud ide dan kreativitas manusia. Dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional berbagai kebijaksanaan telah diambil oleh pemerintah antara lain di dalam bidang ekonomi, seperti kebijaksanaan penanaman modal asing, kebijaksanaan di bidang perbankan, penanamam modal dalam negri, pengembangan pasar modal, dan lain- lain termasuk di bidang perasuransian. Memasuki era globalisasi, persaingan dalam dunia bisnis jasa asuransi terlihat semakin ketat. Perkembangan ekonomi dunia turut mempertajam persaingan antar perusahaan asuransi dalam berebut pangsa pasar. Meningkatnya kebutuhan proteksi keuangan terhadap jiwa dan harta benda yang dimiliki masyarakat, terutama pada saat kondisi stabilitas keamanan dan sumber pendapatan yang fluktuatif mendorong makin menjamurnya perusahaan- perusahaan asuransi nasional ataupun gabungan dengan investor asing, untuk menawarkan solusi investasi terbaik kepada masyarakat. Begitu ketatnya persaingan untuk merebut pangsa pasar, mendorong setiap perusahaan asuransi dalam menetapkan strategi yang jitu guna mengembangkan dan mempertahankan Universitas Sumatera Utara aset yang sudah ada. Aset yang dimaksud disini meliputi, aset finansial, aset sumber daya manusia karyawan, serta asset pangsa pasar pengguna jasa. Asuransi sebagai lembaga keuangan bukan bank semakin mendapat tempat di tengah-tengah masyarakat kita, baik dilihat dari sisi pengusaha maupun dari sisi kebutuhan masyarakat, bahkan hampir dalam seluruh hal mereka harus berurusan dengan pertanggungan. Jadi jelas, semakin lama pertanggungan akan menjadi kebutuhan masyarakat secara luas untuk menghadapi kemungkinan yang mungkin akan terjadi dan menimbulkan suatu resiko. Pertanggungan adalah perjanjian timbal balik antara penanggung dan penutup asuransi, dimana penanggung mengikatkan diri untuk mengganti kerugian danatau membayar sejumlah uang santunan yang ditetapkan pada penutup perjanjian, kepada penutup asuransi atau orang lain yang ditunjuk, pada waktu terjadinya evenement, sedangkan penutup asuransi mengikatkan diri untuk membayar uang premi. 1 Bidang perasuransian yang biasa dikenal dengan asuransi sudah merupakan kebutuhan didalam perkembangan masyarakat sekarang ini. Secara umum, dapat diketahui bahwa semakin tinggi perekonomian suatu negara manandakan negara tersebut dan rakyatnya juga semakin makmur. Di dalam kehidupan sehari- hari kita sebagai manusia banyak mengalami kejadian- kejadian yang tidak tentu atau resiko - resiko yang akan menggangu jalannya kehidupan kita dan akan merugikan kita. Dengan adanya asuransi, kita dapat mengalihkan risiko itu kepada perusahaan yang bergerak di dalam bidang asuransi untuk 1 H.M.N. Purwusutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1990, Buku 6, hlm.10 Universitas Sumatera Utara menanggung resiko – resiko yang seharusnya kita tanggung sehingga dapat membantu kita mengurangi beban hidup kita. Risiko- risiko yang banyak dapat terjadi dalam kehidupan kita antara lain Seperti, kehilangan harta kekayaan, kehilangan nyawa, kecelakaan, kebakaran, kerusakan pada hasil pertanian, kecelakaan pada angkutan umum, angkutan laut, dan angkutan udara, dan sebagainya. 2 Undang – Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian menyebutkan bahwa usaha perasuransian hanya dapat dilakukan oleh perusahaan- perusahaan yang berbadan hukum, seperti: Perusahaan Perseroan Persero, Koperasi, Perseroan Terbatas, Usaha Bersama Mutual. Tentunya di dalam menjalankan kegiatan usahanya perusahaan- perusahaan tersebut dapat mengalami resiko yaitu seperti resiko mengalami pailit. Kepailitan pada sebuah perusahaan dapat terjadi karena ketidakmampuan debitur atau perusahaan asuransi tersebut dalam melunasi utang- utangnya baik terhaadap perusahaan maupun terhadap individu seperti agen. 3 Di Indonesia, masalah krisis moneter pernah terjadi ketika pertengahan Tahun 1997 sampai Tahun 1998 lalu. Dimana akibat dari krisis ini ialah Perlindungan hukum kepada tertanggung telah disebutkan dalam Undang – Undang No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Persasuransian ini, dimana dalam Pasal 20 ayat 2 disebutkan bahwa hak tertanggung merupakan hak yang diutamakan dalam pembagian harta kekayaan perusahaan asuransi yang dinyatakan pailit. 2 Ibid. 3 Ibid. Universitas Sumatera Utara banyaknya perusahaan – perusahaan pada saat itu mengalami kepailitan yang diakibatkan ketidakmampuan dari perusahaan tersebut untuk melunasi utang- utangnya yang sudah jatuh tempo. Selain itu, para investor asing berhenti menanamkan modalnya ke Indonesia yang mengakibatkan sumber devisa negara terancam. Perusahaan – perusahaan kewalahan untuk memenuhi kewajibanya, baik kepada kreditur dalam negri maupun kepada kreditur luar negri, sehingga muncullah masalah wanprestasi dari pihak debitur. Akibatnya, banyak perusahaan nasional yang tutup karena tidak mampu bersaing dan semakin menumpuknya utang yang belum terbayarkan sehingga menyebabkan perusahaan – perusahaan harus mengalami kepailitan dan atau likuidasi yang semakin manambah angka pengangguran di Indonesia. Untuk mengatasi kondisi negara dan pemerintahan yang seperti ini, serta memberi suatu jaminan perlindungan yang pasti terhadap para investor asing juga lokal, maka perlu dibuat suatu peraturan yang dapat menjadi sarana hukum sebagai solusinya, baik bagi pihak debitur sendiri maupun bagi pihak krediturnya. Peraturan itu adalah Undang - Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang - Undang PERPU Nomor 1 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang – Undang Kepailitan menjadi Undang – Undang jo. Faillissementsverordening sebagaimana termuat dalam Staatsblad 1905 Nomor 217 jo. Staatsblad 1906 Nomor 348. Seiring dengan perkembangan Hukum Kepailitan dan kebutuhan masyarakat yang selalu bergerak dinamis, Undang – Undang Nomor 4 Tahun Universitas Sumatera Utara 1998 tentang Kepailitan diubah menjadi Undang – Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang selanjutnya disebut dengan Undang – Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU disahkan dan diundangkan tanggal 18 Oktober 2004 yang lalu. Sementara itu dari sudut sejarah hukum, Undang- Undang Kepailitan pada mulanya bertujuan untuk melindungi para kreditur dengan memberikan jalan yang jelas dan pasti untuk menyelesaikan utang yang tidak dapat dibayar 4 . Dalam Perkembanganya kemudian, Undang- Undang Kepailitan juga bertujuan untuk melindungi debitur dengan memberikan cara untuk menyelesaikan utangnya tanpa membayar secara penuh, sehingga usahanya dapat bangkit kembali tanpa beban utang 5 . Selain itu, hukum kepailitan yang dibuat tersebut juga memiliki tujuan tersendiri. Tujuan - tujuan dari Hukum kepailitan tersebut ialah: 6 1. Untuk menjamin pembagian yang sama terhadap harta kekayaan debitur diantara para kreditornya; 2. Mencegah agar Debitur tidak melakukan perbuatan - perbuatan yang dapat merugikan kepentingan para krediturnya; 3. Memberikan perlindungan kepada Debitur yang beritikad baik dari para krediturnya, dengan memperoleh pembebasan utang. Dalam dunia Perekonomian, diketahui dengan jelas bahwa semakin besar seseorang berinvestasi maka keuntungan yang diperolehnya juga semakin besar. Hal ini juga tidak memungkiri resiko yang akan dihadapinya juga ikut besar. 4 Erman Radjagukguk. Latar Belakang dan Ruang Lingkup Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan. Di dalam Ruddhy Lontoh , Penyelesaian utang piutang melalui pailit atau penundaan kewajiban Pembayaran Utang , Alumni, Bandung, 2001, hlm. 181. 5 Imran Nating, Kepailitan di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. i 6 Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan memahami Faillissementsverordening Juncto Undang- Undang No. 4 Tahun 1998, Graffiti, Jakarta, 2002, hlm. 37- 38 Universitas Sumatera Utara Untuk menanggulangi keadaan seperti ini, para pebisnis atau para pelaku ekonomi berupaya mengalihkan resiko yang mungkin akan dihadapinya tersebut, baik dalam jumlah yang cukup besar maupun kecil kepada pihak lain. Pihak lain disini adalah Perusahaan Asuransi 7 . Dengan demikian, Perusahaan Asuransi memiliki kedudukan yang strategis dalam upaya memajukan kesejahteraan umum dan kehidupan perekonomian Indonesia. Adanya lembaga Penundaan kewajiban Pembayaran Utang PKPU dan Perdamaian accord adalah bukti bahwa Undang- Undang juga memperhatikan kepentingan debitur yang tidak mampu atau telah gagal dalam membayar utangnya. 8 Berdasarkan pernyataan tersebut diatas, berarti para nasabah terlepas dari profesi dan status sosial apapun, memberikan kepercayaan yang tinggi kepada perusahaan asuransi yang bersangkutan untuk mengelola dana mereka dan sebagai lembaga penanggulangan resiko yang dapat mereka andalkan untuk menanggung maupun memperingan beban yang seharusnya ditanggung dengan membayar Perusahaan asuransi sendiri tidak menutup kemungkinan bagi pihak manapun dari lapisan sosial masyarakat yang ada untuk menjadi nasabah dari berbagai macam produk asuransi yang ditawarkan sesuai kebutuhan masyarakat masing- masing. Hal ini disebabkan Perusahaan Asuransi akan memobilisasi dana masyarakat dalam kancah perekonomian sehingga merupakan lembaga jasa keuangan yang berhubungan erat dengan kepentingan umum. 7 Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hlm. 6 8 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis – Menata Bisnis Modern, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hlm. 75. Universitas Sumatera Utara sejumlah premi maupun iuran asuransi. Sebab, dalam kehidupan sehari – hari tidak dapat dipungkiri dapat saja terjadi peristiwa – peristiwa yang dapat menimpa dan merugikan seseorang ataupun sebuah perusahaan. Peristiwa tersebut seperti, kebakaran, kecelakaan yang menimbulkan cacat fisik dan juga kehilangan nyawa, sakitnya seseorang yang membutuhkan biaya pengobatan yang tidak sedikit, dan lain sebagainya. Semua resiko – resiko dari peristiwa yang tidak diinginkan tersebut diatas dapat menimpa siapa saja. Apalagi bila mereka tidak menjadi peserta asuransi maka resiko tersebut ditanggung oleh orang atau perusahaan itu sendiri. Namun, berbeda halnya jika mereka menjadi peserta asuransi resiko dari peristiwa tersebut yang seharusnya mereka tanggung sendiri dapat dialihkan kepada perusahaan asuransi sebagai pihak penanggung. 9 Dari penjelasan tentang kegunaan asuransi tersebut, terlihat betapa besarnya peranan asuransi untuk mengalihkan resiko kerugian dari yang seharusnya seseorang ataupun sebuah perusahaan tersebut yang menangunggnya kapada perusahaan asuransi sebagai pihak penanggung. Bila mana pihak peserta asuransi telah memberikan pembayaran premi asuransi kepada perusahaan asuransi untuk mengelola dana mereka dan sebagai lembaga penanggulangan resiko yang dapat mereka andalkan untuk menanggung maupun memperingan beban yang seharusnya ditanggung. Akan tetapi, semua dana pembayaran oleh peserta asuransi sebagai pihak tertangung yang sudah dipercayakan kepada perusahaan asuransi sebagai pihak penanggung menjadi suatu hal yang dapat 9 Djanius Djamin dan Syamsul Arifin, Bahan Dasar Hukum Asuransi, STIE Tri Karya, Medan, 1994, hlm. 8. Universitas Sumatera Utara merugikan peserta asuransi tersebut bilamana perusahaan tempat mereka mempercakan dananya tersebut dinyatakan pailit. Sehingga untuk itu perlunya suatu perlindungan hukum yang diberikan kepada pihak tertanggung bilamana perusahaan asuransi tempat mereka mempercayakan dananya dinyatakan pailit.

B. Rumusan Masalah