yang menguasai sendiri secara tanpa memperhatikan lagi kepentingan debitur atau kreditur lainnya;
3. Untuk menghindari adanya kecurangan – kecurangan yang dilakukan oleh
debitur sendiri, misalnya saja debitur berusaha untuk memberi keuntungan kepada seseorang atau beberapa kreditur tertentu, yang merugikan kreditur
lainnya, atau debitur melakukan perbuatan curang dengan melarikan atau menghilangkan semua harta benda kekayaan debitur yang bertujuan untuk
melepaskan tanggung jawabnya terhadap para kreditur.
Dari uraian penjelasan – penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pada intinya hukum kepailitan itu lahir karena adanya hubungan yang dilakukan
antara seseorang dengan yang lainnya dalam lapangan harta kekayaan selalu akan membawa akibat terhadap harta kekayaanya, baik yang bersifat menambah jumlah
harta kekayaannya kredit, maupun yang nantinya akan mengurangi jumlah harta kekayaanya debit dan juga hukum kepailitan ini juga dibuat sebagai perwujudan
dari ketentuan Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata sebab, untuk mengeksekusi dan membagi harta kekayaan debitur atas pelunasan utangnya kepada kreditur –
krediturnya secara adil dan seimbang berdasarkan ketentuan Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata, diperlukan pranata hukum tersendiri yaitu hukum kepailitan.
C. Tujuan Kepailitan
Pailit atau “Bankrupt” dalam Black’s Law Dictionary adalah ketidakmampuan untuk membayar dari seseorang debitur atas utang – utangnya
yang telah jatuh tempo. Ketidakmampuan tersebut harus disertai dengan proses pengajuan ke pengadilan, baik atas permintaan debitur itu sendiri, maupun atas
permintaan seseorang atau lebih krediturnya.
67
67
Bismar Nasution, Diktat Hukum Kepailitan, Progran Magister Kenotariatan Program Sarjana USU, Medan, 2003, hlm.10
Maksud dari pengajuan permohonan pailit tersebut adalah sebagai bentuk untuk pemenuhan asas
Universitas Sumatera Utara
publisitas dari keadaan tidak mampu membayar dari seorang debitur. Tanpa adanya permohonan ke pengadilan, maka pihak ketiga yang berkepentingan tidak
akan pernah tahu keadaan tidak mampu membayar dari debitur. Selain dari tujuan kepailitan sebagaimana dimaksud pada paragraf
sebelumya, Retnowulan Sutantio memberi pengertian kepailitan adalah eksekusi massal yang ditetapkan dengan keputusan hakim, yang berlaku secara serta merta,
dengan melakukan penyitaan umum atas semua harta orang yang dinyatakan pailit, baik yang ada pada waktu pernyataan pailit, maupun yang diperoleh selama
kepailitan berlangsung, yang dilakukan dengan pengawasan pihak berwajib.
68
Dari pengertian kepailitan seperti yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
69
1. Kepailitan dimaksudkan untuk mencegah penyitaan dan eksekusi yang
dimintakan oleh kreditur secara perorangan. 2.
Kepailitan hanya mengenai harta benda debitur, bukan pribadinya. Jadi, ia tetap cakap untuk melakukan perbuatan hukum diluar hukum kekayaan.
Pasal 1 butir 1 Undang – Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU secara tegas memberi pengertian mengenai kepailitan adalah sita
umum atas semua kekayaan debitur pailit yang penggunaan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur
dalam undang – undang ini. Pernyataan pailit pada hakikatnya bertujuan untuk
68
Bernadette Waluyo, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, CV. Mandar Maju, Bandung, 1999, hlm.1.
69
Ibid., hlm.2.
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan suatu penyitaan umum atas kekayaan si berutang, yaitu segala benda si berutang disita atau dibekukan untuk kepentingan semua orang yang
mengutangkannya.
70
Rachmadi Usman berpendapat selama debitur belum dinyatakan pailit oleh pengadilan, selama itu pula yang bersangkutan masih dianggap mampu membayar
utang – utangnya yang telah jatuh tempo. Pernyataan pailit ini dimaksudkan untuk menghindari penyitaan dan eksekusi perseorangan atas kekayaan debitur yang
tidak mampu melunasi utang – utangnya lagi.
71
Menurut Jerry Hoff, suatu hukum kepailitan dibuat untuk memenuhi tujuan – tujuan sebagai berikut:
Dengan adanya pernyataan pailit disini, penyitaan dan eksekusi harta kekayaan debitur dilakukan secara umum
untuk kepentingan kreditur – krediturnya. Semua kreditur mempunyai hak yang sama terhadap pelunasan utang – utang debitur. Harta kekayaan yang telah disita
dan dieksekusi tersebut harus dibagi – bagi secara seimbang, sesuai dengan besar kecilnya piutang masing – masing. Dengan demikian, pernyataan pailit hanya
menyangkut harta kekayaan milik debitur saja, tidak termasuk status dirinya.
72
1. Meningkatkan upaya pengembalian kekayaan.
Semua kekayaan debitur harus ditampung dalam suatu kumpulan dana yang sama, yang disebut dengan harta kepailitan yang disediakan untuk
pembayaran tuntutan kreditur. Kepailitan menyediakan suatu forum untuk likuidasi secara kolektif atas aset debitur.
70
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Modul Hukum Dagang, Djambatan, Jakarta, 2001, hlm. 204.
71
Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Kepailitan di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004, hlm. 12.
72
Jerry Hoff, Undang – Undang Kepailitan di Indonesia Indonesian Bankrupcty Law, Tatanusa, Jakarta,2000, hlm.. 9 -10.
Universitas Sumatera Utara
2. Memberikan perlakuan baik yang seimbang dan yang dapat diperkirakan
sebelumnya kepada kreditur. Pada dasarnya, kreditur dibayar secara bersama – sama mereka menerima
pembagian berdasarkan besarnya piutang dari kumpulan dana tersebut sesuai dengan besarnya tuntutan masing – masing. Prosedur dan
peraturan dasar dalam hubungan ini harus dapat memberikan suatu kepastian dan keterbukaan. Kreditur harus mengetahui sebelumnya
mengenai kedudukan hukumnya.
3. Memberikan kesempatan yang praktis untuk reorganisasi perusahaan yang
sakit, tetapi masih potensial bila kepentingan para kreditur dan kebutuhan sosial dilayani dengan baik dengan mempertahankan debitur dalam
kegiatan usahanya.
D. Prosedur Permohonan Pailit.