Metode Penelitian Tinjauan Kepustakaaan

D. Metode Penelitian

Penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian hukum. Dimana metode penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang identik dengan mengacu pada norma – norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang – undangan yang berkaitan dengan judul penelitian yang penulis lakukan. 1. Metode pendekatan Metode pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yuridis normatif yakni dengan melakukan pengumpulan data secara studi pustaka Library Research yaitu dengan meneliti data sekunder yang mencakup bahan – bahan kepustakaan hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang dikemukakan, sebagai literatur dan referensi dalam penyusunan materi yang antara lain berupa sejumlah buku, himpunan peraturan perundang – undangan yang berkaitan dengan objek pembahasan skripsi ini. 2. Alat pengunpul data Alat pengumpul data yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan studi kepustakaan Library Research, yaitu melakukan peenelitian dengan berbagai sumber bacaan, baik bahan hukum primer, sekunder, maupun tersier. 3. Analisis data Universitas Sumatera Utara Data yang dikumpulkan dari hasil penelitian kemudian dianalisis secara deskriptif – kualitatif. Deskriptif artinya data – data hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis digunakan untuk menentukan isi atau makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian. 10 Sedangkan Kualitatif artinya penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang – undangan dan putusan pengadilan serta norma – norma yang hidup berkembang dalam masyarakat. 11

E. Tinjauan Kepustakaaan

Asuransi atau dalam bahasa Belanda “verzekering” berarti pertanggungan, yaitu adanya perjanjian pertanggungan antara pihak penanggung dengan pihak tertanggung. Namun, dalam perkembangannya perjanjian pertanggungan tersebut tidak hanya antara pihak penanggung dengan pihak tertanggung saja tetapi juga melibatkan pihak ketiga yang dipertanggungkan. Dalam suatu asuransi terdapat dua pihak yang terlibat, yaitu: yang sanggup menanggung atau menjamin bahwa pihak lain akan mendapatkan penggantian suatu kerugian akibat dari suatu peristiwa yang terjadi yang mungkin akan diderita oleh pihak tertanggung sebagai akibat dari suatu peristiwa semula yang belum tentu akan terjadi atau saat akan terjadinya. Suatu kontra prestasi dari pertanggungan ini, pihak yang ditanggung itu, diwajibkan membayar sejumlah 10 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 107. 11 Ibid., hlm. 105. Universitas Sumatera Utara uang kepada pihak yang menanggung. Uang tersebut akan tetap menjadi milik pihak yang menanggung, apabila kemudian ternyata peristiwa yang dimaksud itu tidak terjadi. Dalam Pasal 246 Kitab Undang- Undang Hukum Dagang atau Wetboek van Koop handel disebutkan bahwa asuransi merupakan suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima premi untuk penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkannya yang mungkin akan dideritanya, karena suatu peristiwa yang tidak tentu kapan terjadinya. Menurut Undang- Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Persuransian, Pasal 1 angka 1, Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada pihak tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada pihak tertanggung karena kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidaupnya seseorang yang dipertanggungkan. Dari defenisi- defenisi diatas, ada tiga unsur tentang pengertian asuransi, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Premi yaitu pembayaran dari pihak tertanggung kepada pihak penanggung sebagai imbalan penggantian ganti rugi apabila terjadi pristiwa yang tidak diinginkan terjadi. 2. Ganti Rugi yaitu merupakan pembayaran dari pihak penanggung kepada pihak tertanggung apabila peristiwa yang tidak diinginkan tersebut terjadi kepada pihak tertanggung. 3. Peristiwa yang belum tentu terjadi yaitu merupakan peristiwa yang belum tentu kapan terjadinya , namun bila terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi pihak tertanggung. Menurut ketentuan Pasal 255 KUHD perjanjian asuransi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang dinamakan dengan polis. Ketentuan dalam Pasal 1 angka 1 Undang- Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian menyebutkan adanya dua jenis asuransi, Yaitu: 1. Asuransi Kerugian, dapat diketahui dari rumusan “ untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita oleh tertanggung”. Asuransi kerugian ini melihat hubunga kausal sebab- akibat antara pembayaran ganti rugi dengan kerugian yang diderita. Universitas Sumatera Utara 2. Asuransi Jiwa, dapat diketahui dari rumusan “ untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”. Asuransi jiwa ini telah ditentuksn jumlah pebayaran ganti ruginya. Sementara itu yang dimaksud dengan kepailitan dalam Pasal 1 1 Undang- Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU disebutkan bahwa pengertian kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana yang diatur dalam undang- undang ini. Sedangkan pailit adalah seorang debitur yang mempunyai dua hutang atau lebih, dimana salah satu hutangnya sudah jatuh tempo tetapi belum dibayar. Sehingga, dapat dikatakan bahwa pailit merupakan suatu keadaan dimana debitur dalam keadaan berhenti membayar hutangnya. Keadaan berhenti membayar itu dapat terjadi karena tidak mampu membayar atau tidak mau membayar. Jadi, syarat untuk mengajukan kepailitan debitur ialah debitur tersebut harus dalam keadaan berhenti untuk membayar hutangnya. Dengan dinyatakan pailit, maka debitur dinyatakan tidak cakap dalam arti untuk mengurus sendiri kekayaannya maka dibentuklah lembaga kreditur yang mewakili para kreditur dan hakim pengawas yang mengawasi kurator dalam mengurus harta si debitur yang dinyatakan pailit. Universitas Sumatera Utara

F. Keaslian Penulisan