Perusahaan Asuransi yang Dinyatakan Pailit

pailit. 131

C. Perusahaan Asuransi yang Dinyatakan Pailit

Oleh sebab itu, debitur yang dinyatakan pailit tersebut, kehilangan kecakapannya untuk melakukan perbuatan hukum dalam hal lapangan harta kekayaanya, sehingga ia dianggap tidak cakap untuk melakukan perbuatan hukum. Hal ini berarti tidak dipenuhinya syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1320 ayat 2 KUH Perdata yaitu kecakapan para pihak untuk membuat suatu perjanjian yang dapat mengakibatkan perjanjian asuransi yang telah dibuat tersebut dapat dibatalkan karena tidak terpenuhinya salah satu unsur syarat subjektif dalam Pasal 1320 KUH Perdata tersebut. Perusahaan asuransi yang bertindak sebagai debitur agar dapat dinyatakan pailit, maka para krediturnya harus terlebih dahulu mengajukan permohonan pernyataan pailit ke Pengadilan Niaga melalui panitera pengadilan tersebut. Pasal 2 ayat 1 Undang – Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU, menyebutkan: “Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih krediturnya” 131 Lihat pasal 24 Undang – Undang No. 37Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan bunyi pasal tersebut di atas dapat dikemukakan mengenai syarat – syarat yang harus dipenuhi bagi pemohon pailit agar dapat mengajukan permohonan pailit ke Pengadilan Niaga. Syarat – syarat tersebut adalah: 132 1. Minimal dua atau lebih kreditur. Syarat minimal dua kreditur atau lebih merupakan syarat utama yang harus dipenuhi pemohon pailit untuk menentukan ada tidaknya dua kreditur atau lebih. terhadap debitur yang akan dimohonkan pailit. Syarat mengenai keharusan minimal dua atau lebih kreditur dikenal sebagai concurcus creditorium. 133 Keharusan sedikitnya dua kreditur adalah sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1132 KUH Perdata dimana ditetapkan bahwa pada dasarnya pembagian kekayaan debitur diantara para krediturnya harus dilakukan secara pari passu prorate parte. 134 2. Minimal ada satu utang yang tidak dibayar lunas oleh debitur. Pembagian secara Pari Passu Prorata Parte ini maksudnya harta kekyaan debitur pailit dibagi secara bersama – sama diantara para krediturnya sesuai dengan besarnya imbangan piutang masing – masing kreditur terhadap utang debitur secara keseluruhan. 132 Sutan Remy Syahdeini, Op. Cit, hlm. 64 133 Concurcus creditorium artinya perbarengan kreditur, gabungan dari para kreditur. Baca Marjanne Termoshuizen, Kamus Hukum Belanda – Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1999, hlm. 3. 134 Fred B. G. Tumbuan, “Pokok – pokok Undang – Undang tentang Kepailitan sebagaimana diubah oleh PERPU No. 1 1998” dalam Penyelesaian Utang – Piutang Melalui Kepailitan atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Di dalam Rudhy A. Lontoh, Penyelesaian Utang Piutang Melalui Pailit atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Alumni, Bandung, 2001, hlm. 126. Universitas Sumatera Utara Pengertian mengenai utang telah ditentukan secara limitatif didalam Undang –Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU, dimana di dalam Pasal 1 butir 6 yang menyebutkan : “ utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang – undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitur dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditur untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitur”. Berdasarkan ketentuan mengenai utang dalam pasal tersebut diatas dapat dikatakan bahwa utang adalah suatu keharusan yang ada sekarang maupun yang ada di kemudian hari, bisa dalam bentuk bunga yang harus dibayar debitur dalam bentuk uang sebagai akibat dari perjanjian yang telah disepakatinya dengan kreditur dan apabila tidak dipenuhinya maka hartanya dapat digunakan untuk pemenuhan kewajiban tersebut. Selain itu, pengertian “tidak membayar” dapat berarti tidak dapat membayar atau tidak mau membayar. 135 3. Utang tersebut telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Hakikatnya, kepailitan hanya diajukan untuk debitur yang memang tidak dapat melunasi utangnya dan bukan untuk debitur yang memiliki aset yang cukup bahkan berlimpah namun tidak mau membayar utangnya. Sutan Remmy Syahdeini membedakan pengertian antara “utang yang telah jatuh tempo” dengan “utang yang dapat ditagih”. “Utang yang telah jatuh waktu” atau utang yang telah expired, dengan sendirinya menjadi “utang yang telah dapat 135 Man Suparman Sastrawidjaja, Op. Cit., hlm. 88. Universitas Sumatera Utara ditagih”. Namun, “utang yang telah dapat ditagih” belum tentu merupakan “utang yang telah jatuh waktu”. Suatu utang sekalipun jangka waktunya belum tiba, tetapi mungkin saja utang itu telah dapat ditagih, yaitu karena telah terjadi salah satu peristiwa yang disebut events of default sebagaimana ditentukan dalam perjanjian itu. 136 Apabila ditinjau dari ketiga syarat permohonan pailit diatas, maka syarat- syarat tersebut adalah ditujukan kepada debitur. Dengan mempergunakan istilah “debitur” tersebut, maka pihak – pihak yang dapat dinyatakan pailit adalah: Agar permohonan pernyataan pailit dapat dikabulkan sempurna oleh majelis hakim yang mengadili perkara itu, maka ketiga persyaratan tersebut harus dapat dibuktikan secara sederhana dalam persidangan. Pembuktian secara sederhana yang dimaksud adalah pembuktian secara sumir, penjelasan Pasal 8 ayat 4 Undang – Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU menyebutkan: “Yang dimaksud dengan fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana adalah adanya fakta dua atau lebih kreditur dan fakta utang yang telah jatuh waktu dan tidak dibayar. Sedangkan perbedaan besarnya jumlah utang yang didalihkan oleh pemohon pailit dan termohon pailit tidak menghalangi dijatuhkannya putusan pernyataan pailit”. 137 1. Siapa saja atau setiap orang yang menjalankan perusahaan atau tidak menjalankan perusahaan; 2. Badan hukum baik yang berbentuk perseroan terbatas, firma, koperasi, perusahaan negara, dan badan – badan hukum lainnya; 3. Harta warisan dari seorang yang telah meninggal dunia dan dinyatakan pailit apabila orang yang telah meninggal dunia tersebut semasa 136 Sutan Remy Syahdeini, Op. Cit., hlm. 70. 137 Zainal Asikin, Op. Cit., hlm. 34 Universitas Sumatera Utara hidupnya berada dalam keadaan berhenti membayar utangnya, atau harta warisannya pada saat meninggal dunia si pewaris tidak mencukupi untuk membayar utangnya; 4. Setiap wanita bersuami si istri yang dengan tenaga sendiri melakukan suatu pekerjaan tetap atas suatu perusahaan atau mempunyai kekayaan sendiri. Setelah mengetahui syarat – syarat dan pihak – pihak yang dapat dinyatakan pailit, perlu diketahui bahwa pengajuan permohonan pailit tidak bisa secara bebas diajukan oleh setiap orang. Untuk menyempurnakan pengabulan permohonan pailit oleh pengadilan, maka pengajuan permohonan pailit itu harus diajukan oleh pihak yang berwenang, dan khusus untuk pengajuan permohonan pernyataan pailit perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi sepenuhnya ada pada menteri keuangan. 138 Hal ini diperlukan sebab untuk membangun tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi sebagai lembaga pengelola resiko dan sekaligus sebagai lembaga pengelola dana masyarakat yang memiliki kedudukan strategis dalam pembangunan dan kehidupan perekonomian. 139 Pemailitan sebuah perusahaan asruransi di Indonesia pernah terjadi pada PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia PT. AJMI yang dinyatakan pailit melalui suatu putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarat Pusat N0. PAILIT2000 PN. NIAGA.JKT.PST. Tanggal 13 Juni 2002 yang dilakukan oleh Paul Sukran, SH. yang berkedudukan selaku kurator perusahaan yang dinyatakan pailit dengan berdasarkan dalih bahwa perusahaan tersebut tidak membayar 138 Lihat Pasal 2 ayat 5 Undang - Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU. 139 Lihat Penjelasan Pasal 2 ayat 5 Undang - Undang. No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU. Universitas Sumatera Utara kewajibannya kepada salah satu kreditur tertentu saja, sekalipun kepada kreditur – kreditur lainnya perusahaan tersebut masih memenuhi kewajibannya dengan baik. 140 140 Derry Patra, Kondisi Keuangan Debitur yang Tidak Sehat, 13 September 2010 dalam http:derrypatra.wordpress.com20100913kondisi-keuangan-debitor-yang-tidak-sehat-sebagai- syarat-dinyatakan-pailit diakses pada tanggal 16 Febuari 2011. Universitas Sumatera Utara BAB V Kesimpulan dan Saran