Penerapan asas hukum Lex specialis derogate lex generalis kepada Undang– Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dan Undang –
Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU dalam hal terjadinya kepailitan perusahaan asuransi harus dilakukan oleh kurator atau Balai Harta
peninggalan hal ini disebabkan karena kedua peraturan perundang – undangan tersebut berada pada satu tingkatan yang sama. Namun perlu diperhatikan hal –
hal yang diatur dari masing - masing undang – undang tersebut, dimana yang satu mengatur hal yang bersifat umum Kepailitan pada umumnya dan yang lain
mengatur hal yang bersifat khusus kepailitan asuransi.
120
B. Akibat Hukum Suatu Perjanjian Bila Perusahaan Asuransi dinyatakan Pailit.
Maka dari itu, apabila terjadi kasus kepailitan terhadap suatu perusahaan asuransi, maka kedudukan tertanggung sebagai kreditur yang diutamakan
preferen sebagaimana yang termuat dalam Pasal 20 ayat 2 Undang – Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian harus lebih diutamakan dengan
mengenyampingkan kedudukan tertanggung sebagai kreditur yang bersaing dengan kreditur lainnya konkuren sebagaimana yang diatur dalam Undang –
Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU.
Di dalam perjanjian asuransi disyaratkan adanya kata sepakat dari para pihak, tentu saja para pihak disini mempunyai kewenangan untuk melakukan
perbuatan hukum sesuai yang disyaratkan dalam undang-undang. Kata
120
Mulhadi, Op. Cit., hlm.139.
Universitas Sumatera Utara
kesepakatan antara penanggung dan tertanggung yang mendasari terjadinya perjajian asuransi itu tidak dilakukan dengan cara lisan saja, tetapi harus melalui
prosedur administrasi yang telah ditetapkan. Tindakan ini adalah langkah positif guna memenuhi persyaratan yang telah diatur dalam undang-undang mengenai
pembuktian perjanjian asuransi. Di Indonesia sendiri kasus sengketa hukum bisnis asuransi banyak terjadi
antara lain adalah kasus pemailitan terhadap perusahaan asuransi seperti Manulife pada 13 Juni 2002, di mana Pengadilan Niaga Jakarta Pusat memutuskan
mengabulkan permohonan PT Dharmala Sakti Sejahtera untuk memailitkan perusahaan patungannya. Akibat dari Dharmala Sakti selaku pemegang sahamnya
tidak diberikan dividen Rp 32,7 miliar. Kasus tersebut menarik di karenakan perusahaan ini merupakan perusahaan joint venture antara manulife dengan PT
Dharmala Sakti, yang termasuk perusahaan yang sehat dengan kinerja keuangan yang mantap, tetapi Pengadilan Niaga
Jakarta pusat memutuskan putusan jatuh pailit kepada perusahaan tersebut, yang kemudian putusan tersebut di batalkan
oleh Mahkamah Agung
.
121
Keluarnya putusan pailit dari Pengadilan Niaga, debitur pailit demi hukum kehilangan hak untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk
dalam budel pailit, terhitung sejak tanggal kepailitan itu.
122
121
Derry Patra, Kondisi Keuangan Debitur yang Tidak Sehat, 13 September 2010 dalam
Akibat hukum lain yang juga amat penting dari pernyataan pailit adalah bahwa untuk kepentingan
http:derrypatra.wordpress.com20100913kondisi-keuangan-debitor-yang-tidak-sehat-sebagai- syarat-dinyatakan-pailit diakses pada tanggal 16 Febuari 2011.
122
Lihat Pasal 24 Undang – Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU.
Universitas Sumatera Utara
harta pailit dapat dimintakan pembatalan atas segala perbuatan hukum debitur yang telah dinyatakan pailit yang merugikan kepentingan kreditur, yang dilakukan
sebelum pernyataan pailit ditetapkan, inilah yang dimaksud dengan actio paulina. Actio Paulina merupakan sarana yang diberikan oleh undang – undang
kepada setiap kreditur untuk mengajukan pembatalan atas segala perbuatan yang tidak diwajibkan yang telah dilakukan oleh debitur dimana perbuatan tersebut
merugikan kreditur. Ada unsur penting yang menjadi patokan dalam pengaturan actio paulina dalam Pasal 1341 KUH Perdata, yaitu unsur itikad baik good faith.
Pembuktian ada atau tidaknya unsur itikad baik menjadi landasan dalam menentukan perbuatan tersebut termasuk perbuatan yang diwajibkan atau tidak
diwajibkan.
123
Pasal 41 Undang – Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU terdapat 5 lima persyaratan yang harus dipenuhi agar actio paulina itu
berlaku, antara lain: Pengaturan actio paulina dalam Undang – Undang No. 37 Tahun 2004
tentang kepailitan dan PKPU terdapat dalam Pasal 30 dan 41. Dimana dalam Pasal 30 Undang – Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
dikatakan: “Dalam hal suatu perkara dilanjutkan oleh kurator terhadap pihak lawan
maka kurator dapat mengajukan pembatalan atas segala perbuatan yang dilakukan oleh debitur sebelum yang bersangkutan dinyatakan pailit,
apabila dapat dibuktikan bahwa perbuatan debitur tersebut dilakukan dengan maksud untuk merugikan kreditur dan hal ini diketahui oleh pihak
lawannya.”
124
123
Jono. Op. Cit., hlm. 135.
124
Sutan Remy Sjahdeini, Op. Cit., hlm. 300.
Universitas Sumatera Utara
a. Debitur telah melakukan suatu perbuatan hukum;
b. Perbuatan hukum tersebut tidak wajib dilakukan debitur;
c. Perbuatan hukum dimaksud telah merugikan kreditur;
d. Pada saat melakukan perbuatan hukum, debitur mengetahui atau
sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut akan merugikan kreditur;
e. Pada saat melakukan perbuatan hukum tersebut, pihak dengan siapa
perbuatan hukum tersebut dilakukan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut akan mengakibatkan
kerugian bagi kreditur.
Akibat hukum lainnya adalah adanya hak retensi yang diatur dalam Pasal 61 Undang - Undang No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU yaitu hak
kreditur untuk menahan barang–barang kepunyaan debitur hingga dibayarnya suatu utang tidak kehilangan hak untuk menahan barang dengan diucapkannya
pernyataan pailit. Apabila kurator bermaksud untuk menebus barang–barang tersebut, maka kurator wajib melunasi utang debitur pailit tersebut terlebih
dahulu.
125
Peristiwa pemailitan perusahaan Asuransi Jiwa Manulife Indonesia selanjutnya ditulis AJMI oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada 13 Juni 2002
Peristiwa pemailitan perusahaan Asuransi Jiwa Manulife Indonesia AJMI melalui Keputusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada 13 Juni 2002
merupakan salah satu peristiwa yang banyak dipublikasikan dan memuat kontroversi sampai akhirnya keputusan tersebut dibatalkan dengan diterimanya
kasasi AJMI oleh Mahkamah Agung pada 8 Juli 2002.
125
www. dostoc.com, Aspek Hukum Perikatan Terhadap Perusahan Asuransi Manulife dalam
http:www.docstoc.comdocs50191528Asspek-Hukum-Perikatan-Terhadap-Kasus- Pemailitan-Perusahaan-Asuransi-Manulife, diakses pada tanggal 19 Febuari 2011.
Universitas Sumatera Utara
merupakan salah satu bentuk implementasi dari peraturan pemerintah di bidang
perasuransian yang berhubungan dengan hukum legal announcements. Mengingat AJMI sebagai perusahaan yang berpusat di Kanada seperti yang
diterangkan oleh Staf Menlu Kanada, Devid Kilgour, adalah salah satu perusahaan terbaik di Kanada ternyata bisa mengalami pailit di Indonesia akan menambah
keraguan investor terhadap kemampuan perusahaan asuransi lainnya dalam mempertahankan eksistensinya di Indonesia. Kontroversi seputar pemailitan
perusahaan AJMI oleh pemerintah Indonesia melalui keputusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat berlanjut hingga akhirnya pada 8 Juli 2002 Mahkamah Agung
mengabulkan permohonan kasasi perusahaan AJMI terhadap putusan tersebut yang berarti AJMI dinyatakan tidak pailit dan dapat melanjutkan operasinya
kembali.
126
Kasus pemailitan perusahaan asuransi lainnya juga pernah tejadi di Indonesia yang meninpa PT Prudential. Pada tanggal 1 Juli 2002, Prudential
Indonesia menandatangani perjanjian keagenan dengan Lee Boon Siong, konsultan asal Malaysia. Lee berkewajiban mengembangkan keagenan dan
memasarkan produk asuransi Prudential. Imbalannya, ia mendapatkan bonus bila berhasil memenuhi target. Pada tanggal 20 Januari 2004 Prudential memutuskan
kontrak perjanjian keagenan dengan Lee. Melalui kuasa hukumnya, Lucas, SH. Partners, Lee mengajukan permohonan pailit atas prudential ke Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat pada tanggal 25 Maret 2004. Pengadilan Niaga mengeluarkan
126
www. dostoc.com, Aspek Hukum Perikatan Terhadap Perusahan Asuransi Manulife dalam
http:www.docstoc.comdocs50191528Aspek-Hukum-Perikatan-Terhadap-Kasus Pemailitan-Perusahan-Asuransi-Manulife, diakses pada tanggal 19 Febuari 2011.
Universitas Sumatera Utara
Keputusan Pailit pada tanggal 23 April 2004. Selanjutnya kantor kurator kepailitan Yuhelson menginstruksikan pembekuan rekening dan penghentian
operasi Prudential. Pada tanggal 26 April Prudential menutup semua kantornya dan mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung serta meminta pergantian kurator.
Pada tanggal 19 Mei 2004 dewan asuransi Indonesia meminta Mahkamah Agung mengabulkan kasasi prudential. Pada 7 Juni 2004 Mahkamah Agung
Mengabulkan kasasi Prudential dan menganulir keputusan pailit Pengadilan Niaga.
127
Di dalam hukum perikatan bahwa seorang debitur yang dalam keadaan pailit dan tak sanggup untuk membayar tanggungan yang di berikan oleh kreditur,
maka dapat di bebaskan dalam segala beban yang di tanggung oleh debitur, tetapi dengan syarat bahwa debitur mempunyai dua atau lebih kreditur dan debitur
tersebut tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat di tagih.
128
Perjanjian asuransi juga merupakan salah satu jenis perikatan yang lahir karena perjanjian Sebab, asuransi mengisyaratkan adanya kesepakatan antara
perusahaan asuransi sebagai penanggung dengan tertanggung atau dengan pihak lain yang dipertanggungkan.
129
127
Tempo Interaktif, Kronologi Kasus Prudential, 8 Juni 2004 dalam www.tempointeraktif.comhgtimeline20040608tml,20040608-01,id.html. diakses pada
tanggal 21 April 2011.
Maka perjanjian asuransi juga harus mengikuti
128
www. dostoc.com, Aspek Hukum perikatan terhadap perusahan asuransi Manulife dalam
http:www.docstoc.comdocs50191528Aspek-Hukum-Perikatan-Terhadap-Kasus Pemailitan-Perusahan-Asuransi-Manulife diakses pada tanggal 19 Febuari 2011.
129
Lihat Pasal 1 ayat 1 Undang – Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
Universitas Sumatera Utara
aturan – aturan hukum perjanjian seperti dalam Buku III KUH Perdata maupun peraturan lainnya.
Agar melahirkan perikatan, suatu perjanjian harus memenuhi syarat – syarat sahnya suatu perjanjian seperti yang tercantum dalam Pasal 1320 KUH
Perdata. Dimana dalam Pasal 1320 ditentukan untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu:
1. Kesepakatan para pihak yang mengikatkan diri;
2. Kecakapan para pihak untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Sebab yang halal;
Pasal 1320 ayat 1 dan 2 merupakan syarat subjektif yang apabila tidak dipenuhinya syarat tersebut dapat mengakibatkan perjanjian dapat dibatalkan
voidable vernietigbaarheid dan dalam Pasal 1320 ayat 3 dan 4 merupakan syarat objektif yang apabila tidak dipenuhinya syarat ini dapat mengakibatkan
perjanjian batal demi hukum void netig.
130
Apabila dilihat dari kasus kepailitan perusahaan asuransi diatas, maka debitur yang sudah dinyatakan pailit melalui suatu pengadilan, debitur kehilangan
haknya untuk mengusai dan mengurus kekayaannya yang termasuk dalam harta
130
Mariam Darus Badrulzaman, KUH Perdata Buku III Tentang Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, PT. Alumni, Bandung, 2005, hlm. 98.
Universitas Sumatera Utara
pailit.
131
C. Perusahaan Asuransi yang Dinyatakan Pailit