2. Peraturan dan Perundang-undangan Yang Berkaitan Dengan Keuangan Daerah
Sejak otonomi daerah mulai diberlakukan di Negara Kesatuan Republik Indonesia maka sejak saat itu sampai dengan sekarang telah banyak
peraturan serta perundang-undangan yang dibuat. Peraturan tersebut mulai dari undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden, serta
peraturan menteri. Kesemuanya dibuat agar pelaksanaan otonomi dapat berjalan dengan baik. Seperti diketahui, hal yang paling esensial dari adanya
otonomi daerah ini adalah pada bidang keuangan. Bidang keuangan merupakan kunci dari penentu berhasil atau tidaknya otonomi daerah
diterapkan di daerah-daerah di indonesia Halim, 2002. Menurut Mahmudi dalam Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik
2006:23 menyatakan bahwa perjalanan reformasi manajemen keuangan daerah, dilihat dari aspek historis, dapat dibagi dalam tiga fase, yaitu “Era
sebelum otonomi daerah, Era transisi otonomi, era pascatransisi”. Era pra-otonomi daerah merupakan pelaksanaan otonomi ala Orde
Baru mulai tahun 1975 sampai 1999. Era transisi ekonomi adalah masa antara tahun 1999 hingga 2004, dan era pascatransisi adalah masa setelah
diberlakukannya UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004, UU Nomor 15 Tahun 2004, UU Nomor 32 dan 33
Tahun 2004.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Perkembangan Hukum di Bidang Keuangan Daerah
Pra-Otonomi Daerah Desentralisasi Fiskal 1999
Transisi otonomi Pascatransisi Otonomi
Sumber: Diolah dari Forum Dosen Akuntansi , 2006 PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah memiliki keterkaitan dengan PP Nomor 108 tahun 2000 tentang Pertanggungjawaban Kepala Daerah.
Pengelolaan keuangan daerah secara khusus diatur dalam Pasal 14 PP Nomor 105 Tahun 2000 yang menyatakan bahwa:
1. Ketentuan tentang pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
UU No. 5 Tahun 1974
PP No. 56 Tahun 1975
Manual Administrasi Keuangan Daerah
UU No. 22 Tahun 1999 UU No. 25 Tahun 1999
PP No. 105 Tahun 2000
Kepmendagri No. 29 Tahun 2002
Peraturan Daerah
Keputusan KDH UU No. 17 Tahun 2003
UU No. 1 Tahun 2004 UU No. 15 Tahun 2004
UU No. 25 Tahun 2004 UU No. 32 Tahun 2004
UU No. 33 Tahun 2004
PP No. 24 Tahun 2005 PP No. 58 Tahun 2005
Permendagri No. 13 Tahun 2006
Universitas Sumatera Utara
2. Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah diatur dengan
Keputusan Kepala Daerah; dan 3.
Pedoman tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah, serta Tata Cara penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata
Usaha Keuangan Daerah, dan Penyusunan Perhitungan APBD ditetapkan Keputusan Menteri Dalam Negeri.
Berdasarkan ketentuan PP Nomor 105 Tahun 2000 Pasal 14 tersebut, kemudian Departemen Dalam Negeri mengeluarkan Kepmendagri Nomor 29
Tahun 2002. Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 tersebut merupakan petunjuk teknis pelaksanaan PP Nomor 105 Tahun 2000 di bidang
pengelolaan keuangan daerah dalam rangka pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah.
PP Nomor 105 Tahun 2000 saat ini telah diganti dengan PP Nomor 58 Tahun 2005 dan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 saat ini telah diganti
dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 memberikan pendekatan baru dalam pengelolaan keuangan daerah. Perubahan-perubahan yang terjadi cukup
besar, namun tetap dilakukan secara bertahap evolusioner sesuai semangat reformasi, tidak radikal dan evolusioner. Perubahan itu sudah sampai pada
teknik akuntansinya yang meliputi perubahan dalam pendekatan sistem akuntansi dan prosedur pencatatan, dokumen dan formulir yang digunakan,
fungsi-fungsi otorisasi untuk jutuan sistem pengendalian internal, laporan dan pengawasan. Berbagai perubahan dari pola lama ke pola baru yang
diakibatkan kedua peraturan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Perubahan setelah PP Nomor 105 Tahun 2000
PP 105 Tahun 2000 PERUBAHAN YANG MENDASAR
LAMA BARU
Sistem Anggaran Tradisional dengan ciri:
Line-Item Incrementalism Sistem Anggaran Kinerja
Performance Budget Sistem Anggaran Berimbang
Sistem Anggaran Defisit Struktur Anggaran:
• Pendapatan, dan • Belanja
Struktur Anggaran: • Pendapatan,
• Belanja, dan • Pembiayaan
Belanja dibagi: • Belanja rutin
• Belanja Pembangunan Belanja Dikategorikan:
• Belanja Administrasi Umum, • Belanja Operasi dan
Pemeliharaan, • Belanja Modal,
• Belanja tidak Tersangka Belanja dipisahkan per sektor; tidak ada
pemisahan Belanja Publik dengan Belanja Aparatur
Belanja dipisahkan menjadi: • Belanja Aparatur, dan
• Belanja Publik Pinjaman sebagai komponen
Pendapatan Pinjaman sebagai komponen
pembiayaan Laporan Pertanggungjawaban:
Nota Perhitungan APBD Laporan Pertanggungjawaban :
• Neraca • Laporan Arus Kas
• Laporan Perhitungan APBD • Nota Perhitungan APBD
Sumber: Diolah dari Forum Dosen Akuntansi , 2006:26 Perubahan yang signifikan yang diakibatkan oleh Kepmendagri
292002, yaitu terkait dengan penatausahaan keuangan daerah. Perubahan itu sudah sampai pada teknik akuntansinya yang meliputi perubahan dalam
pendekatan sistem akuntansi dan prosedur pencatatan, dokumen dan formulir yang digunakan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Perubahan Setelah Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002
KEPMENDAGRI NOMOR 29 TAHUN 2002 PERUBAHAN YANG MENDASAR
LAMA BARU
Struktur APBD: • Pendapatan
• Belanja Struktur APBD:
• Pendapatan • Belanja
• Pembiayaan Arah dan Kebijakan Umum APBD
Pemegang Kas Daerah Bendaharawan Umum Daerah
Bendaharawan Rutin Pembangunan Satuan Pemegang Kas Pembantu
Pemegang Kas Pembukuan Tunggal single entry
Pembukuan Berpasangan double entry Akuntansi Berbasis Kas
Akuntansi Berbasis Kas Modifikasian Tidak ada Kebijakan Akuntansi
Kebijakan Akuntansi Tidak Dikenal Depresiasi Aktiva Tetap Pembukuan Asset Daerah:
• Nilai Buku • Depresiasi Kapitalisasi
• Penghapusan Asset • Manajemen Asset Daerah
Belum diwajibkan membuat Laporan Keuangan berupa Neraca dan Laporan
Arus Kas Sistem Akuntansi Keuangan Daerah:
• Sistem Pengendalian Internal • Prosedur Akuntansi
• DokumenFormulir Catatan Akuntansi
• Manajemen Asset Daerah Pengawasan oleh banyak pihak:
Itwilprop, Itwilkabko, Irjen, BPKP, dan BPK
Pengawasan Internal Pengelolaan Keuangan Daerah
Bawasda
Sumber: Diolah dari Forum Dosen Akuntansi, 2006:27
Perubahan UU Nomor 22 dan 25 Tahun 1999 menjadi UU Nomor 32 dan 33 Tahun 2004 menimbulkan implikasi perlunya dilakukan revisi
peraturan perundang-undangan dibawahnya terkait dengan pengelolaan keuangan daerah, seperti PP Nomor 105, PP Nomor 108, dan Kepmendagri
Universitas Sumatera Utara
Nomor 29 Tahun 2002. Sementara itu, pada tahun 2005, pemerintah mengeluarkan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan SAP. Pada dasarnya antara PP Nomor 24 Tahun 2005 mengatur tentang standar akuntansi, sedangkan Kepmendagri Nomor 29
Tahun 2002 lebih banyak mengatur tentang sistem akuntansi pemerintah daerah Mahmudi, 2006:29.
Tabel 2.4 Perbandingan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 dengan PP No. 24 Tahun
2005
Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 PP No. 24 Tahun 2005
Basis Kas Modifikasian Menuju Basis Akrual
Basis Kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan Laporan LR
Basis akrual untuk pencatatan asset, kewajiban dan ekuitas dana Neraca
Aktiva Tetap diakui pada akhir periode dengan menyesuaikan Belanja Modal yang
telah terjadi Aktivaasset tetap diakui pada saat hak
kepemilikan berpindah dan atau saat diterima
Aktiva Tetap selain tanah didepresiasi dengan metode garis lurus berdasarkan
umur ekonomisnya Aktiva Tetap selain tanah dapat
didepresiasi dengan metode garis lurus, metode saldo menurun dan metode unit
produksi
Terdapat dana depresiasi Tidak terdapat dana depresiasi
Kewajiban diakui menjadi belanja aparatur dan belanja publik
Diakui pada saat dana pinjaman diterima dan atau kewajiban timbul
Jenis Laporan Keuangan: • Neraca
• Laporan Perhitungan APBD • Laporan Aliran Kas
• Nota Perhitungan APBD Jenis Laporan Keuangan:
• Neraca • Laporan Realisasi Anggaran
• Laporan Arus Kas • Catatan atas Laporan Keuangan
Belanja dikelompokkan menjadi aparatur dan belanja publik
Tidak terdapat ketentuan mengelompokkan belanja aparatur dan belanja publik
Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 PP No. 24 Tahun 2005
Universitas Sumatera Utara
Belanja dikategorikan: • Belanja administrasi umum
• Belanja operasi dan pemeliharaan • Belanja modal
• Belanja tidak tersangka Masing-masing belanja dikelompokkan
menjadi: • Belanja Pegawai dan Personalia
• Belanja Barang dan Jasa • Belanja Perjalanan Dinas
• Belanja Pemeliharaan Belanja dikelompokkan menurut klasifikasi
ekonomisnya yaitu: Belanja Operasi
• Belanja pegawai • Belanja barang
• Bunga • Subsidi
• Hibah • Bantuan sosial
Belanja Modal Belanja Tak Terduga
Laporan Aliran Kas dikelompokkan dalam tiga aktivitas yaitu:
• Aktivitas Operasi • Aktivitas Investasi
• Pembiayaan Laporan Arus Kas dikelompokkan dalam
empat aktivitas, yaitu • Aktivitas operasi
• Aktivitas investasi • Pembiayaan
• Aktivitas non-anggaran
Sumber: Diolah dari Forum Dosen Akuntansi, 2006:30 Atas dasar itu maka pemerintah mengeluarkan PP Nomor 58 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai
pengganti PP Nomor 105 Tahun 2000 dan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002. PP No. 58 Tahun 2005 merupakan pengganti dari PP No 105 Tahun
2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah yang selama ini dijadikan sebagai landasan hukum dalam penyusunan APBD,
pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah. Substansi materi kedua PP dimaksud, memiliki persamaan yang sangat
mendasar khususnya landasan filosofis yang mengedepankan prinsip efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas. Sedangkan perbedaan,
dalam pengaturan yang baru dilandasi pemikiran yang lebih mempertegas dan menjelaskan pengelolaan keuangan daerah, sistem dan prosedur serta
Universitas Sumatera Utara
kebijakan lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dibidang penatausahaan, akuntansi, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan daerah.
Tujuan dikeluarkannya PP No. 58 Tahun 2005 dan Permendagri No.13 Tahun 2006 adalah agar pemerintah daerah dapat menyusun Laporan
Keuangan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan SAP yaitu PP No.24 Tahun yang merupakan panduan atau pedoman bagi pemerintah daerah dalam
menyajikan keuangan yang standar, bagaimana perlakuan akuntansi, serta
kebijakan akuntansi.
Khusus untuk Propinsi NAD mengenai regulasi tentang keuangan daerah telah diatur dalam Qanun No. 7 Tahun 2002 Tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan. Dalam qanun ini dikatakan bahwa Kepala Daerah adalah pemegang kekuasaan umum dalam pengelolaan keuangan.
Asas dalam pengelolaan keuangan adalah tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku efisien, efektif, transparan dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan, dengan APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan. Dan setiap rancangan
APBD harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari DPRD. Serta DPRD, aparat pengawasan fungsional, dan masyarakat dapat mengawasi mengenai
pelaksanaan dari APBD. Adapun bentuk pertanggungjawaban kepala daerah mengenai pelaksanaan APBD adalah dalam bentuk: laporan perhitungan
APBD, nota perhitungan APBD, laporan aliran kas, dan neraca daerah.
Universitas Sumatera Utara
3. Keuangan Daerah a. Pengertian Keuangan Daerah