28 Penyebaran terjadi melalui saluran limf dan darah. Metastasis ke
kelenjar getah bening di temukan pada sekitar 40 kanker yang bermanifestasi sebagai massa yang dapat di palpasi, tetapi pada kurang
dari 15 kasus yang ditemukan dengan mamografi. Lesi yang terletak di tengah atau kuadran luar biasanya mula-mula menyebar ke kelenjar aksila.
Tumor yang terletak di kuadran dalam sering mengenai kelenjar getah bening di sepanjang arteri mamaria interna. Kelenjar supraklavikula
kadang-kadang menjadi tempat utama penyebarannya, tetapi kelenjar ini baru terkena hanya setelah kelenjar aksilaris dan mamaria interna terkena.
Dan kemudian terjadi penyebaran ketempat yang lebih distal, dengan kelainan metastatic di hampir semua organ atau jaringan tubuh. Lokasi
yang disukai adalah paru, tulang, hati, dan kelenjar serta yang lebih jarang otak, limpa, hipofisis. Namun, tidak ada tempat yang tidak lolos.
Metastasis mungkin timbul bertahun-tahun setelah lesi primer tampaknya telah terkontrol oleh terapi, kdang-kadang 15 tahun kemudian. Vinay,
Kumar. Ramzi S, Cotran. 2007
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis kanker payudara dapat berupa: a. Massa tumor
Sebagian besar bermanifestasi sebagai benjolan pada payudara yang tidak nyeri, sering ditemukan secara tidak sengaja. Lokasi
benjolan kebenyakan di kuadran lateral atas, umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan tidak licin,
mobilitas kurang. Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit
payudara atau pada putting susu.
29 Benjolan di payudara biasanya mendorong penderita untuk ke
dokter. Benjolan ganas yang kecil sukar dibedakan dengan benjolan tumor jinak, tetapi kadang dapat diraba benjolan ganas yang melekat
pada jaringan sekitarnya. Bila tumor telah besar, perlekatan lebih jelas. Konsistensi kelainan ganas biasanya keras. Pengeluaran cairan dari
puting biasanya mengarah ke papiloma atau karsinoma intraduktal, sedangkan adanya nyeri lebih mengarah ke kelainan fibriokistik.
b. Perubahan Kulit Tanda lesung: ketika tumor mengenai ligament glandula mamae,
ligament itu memendek hingga kulit setempat menjadi cekung disebut ‘tanda lesung’.
Perubahan kulit jeruk peau d’orange: ketika vasa limfatik subkutis tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem
kulit. Folikel rambut tenggelam ke bawah tampak sebagai tanda kulit jeruk.
Nodul satelit kulit: ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis masing-masig membentuk nodul metastasis, di sekitar lesi primer
dapat muncul banyak nodul tersebar, secara klinis diebut ‘tanda satelit’.
Invasi, ulserasi kulit: ketikatumor menginvasi kulit, tampak perubahan berwarna merah atau merah gelap. Bila tumor terus
bertambah besar, lokasi itu dapat menjadi iskemik, ulserasi, membentuk bunga terbalik. Ini disebut ‘tanda kembang kol’.
Perubahan infalamatorik: secara klinis disebut ‘karsinoma mamae inflamat
orik’. Tampil sebagai keseluruhan kulit mamae berwarna merah bengkak, mirip
peradangan, dapat disebut ’tanda peradangan’. Tipe ini sering ditemukan pada kanker mamae waktu hamil atau
laktasi.
30 c. Perubahan papilla mamae
Retraksi, distorsi papilla mamae: umumnya akibat tumor menginvasi jaringan subpapilar.
Secret papilar umumnya sanguineus: sering karena karsinoma papilar dalam duktus beasr atau tumor mengenai duktus besar.
Perubahan eksematoid: merupakan manifestasi spasifik dari kanker eksematoid penyakit Paget. Klinis tampak areola, papilla mamae
tererosi, berkrusta, secret, deskuamasi, sangan mirip eksim. d. Pembesaran kelenjar limfe regional
Pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat soliter ataupun multiple, pada awalnya mobil, kemudian dapat saling
berkoalesensi atau adhesi dengan jaringan sekitarnya. Dengan perkembangan penyakit, kelenjar limfe supraklavikular juga dapat
menyusul membesar. Yang perlu diperhatikan adalah ada sebagian sangat kecil pasien kanker mamae hanya tampil dengan limfadenopati
aksilar tapi tak teraba mass mamae.
Gambar 2.3. Tanda dan gejala pada karsinoma mammae R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 1997
31
7. Diagnosis