20 shaker akan berukuran lebih kecil dari 0,175
μm. Kemudian hasil dari ukuran butiran POFA tersebut di simpulkan dengan menurut ACI Committee 226.
2.7.3 Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR
Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red disingkat FTIR adalah sama dengan Spektrofotometer Infra Red dispersi, yang membedakannya adalah
pengembangan pada sistem optiknya sebelum berkas sinar infra merah melewati contoh. Pengujian FTIR mengacu pada prosedur dan kondisi proses yang telah
dilakukan oleh Vempati 2002, namun dengan sumber silika yang berasal dari Palm Oil Fly Ash POFA.
Pada dasarnya FTIR dilakukan untuk melihat gugus fungsi senyawa kimia yang terdapat pada Palm Oil Fly Ash, pengujian ini menggunakan alat
spektroskopi FTIR dan dilakukan di laboratorium farmasi universitas sumatera utara. Pembacaan gugus fungsi pada POFA menggunnakan metode dari principle
of instrumental analysis skoog, 1998 kemudian hasil dari pengujian FTIR akan dibandingkan dengan hasil pengujian komposisi yang bertujuan untuk melihat
apakah hasil dari FTIR segaris lurus dengan hasil pengujian komposisi kimia.
2.7.4 Kuat Tekan dan Kekerasan
Uji kuat tekan dan kekerasan dilakukan dengan menggunakan force gauge yang di uji di laboratorium MIPA universitas sumatera utara, pengujian ini untuk
mengetahui kekuatan dan kekerasan briket dalam menahan beban dengan tekanan tertentu. Kuat tekan briket dapat dihitung dengan persamaan :
Kuat tekan Ncm
2
= Kekerasan σ
=
Dimana : σ
= kekerasan kgcm
2
F = beban yang diberikan kg
A = luas penampang benda yang dikenai beban cm
2
Universitas Sumatera Utara
21
2.7.5 Densitas
Densitas briket sangat dipengaruhi oleh tekanan kompaksi. Hubungan antara densitas dengan nilai kalor menunjukkan kandungan energi per volume,
kandungan energi per volume naik seiring dengan naiknya densitas briket Saputro dkk, 2012: A-395. Menurut Gandhi 2010:3 Pengujian densitas
dilakukan dengan menimbang berat briket yang diinginkan, kemudian ukur tinggi dan diameter briket tersebut, kemudian dikalikan hasilnya. Prosedur perhitungan
densitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ρ =
Keterangan : ρ = Massa jenis gramcm
3
m = Massa briket gram υ = Volume cm
3
2.7.6 Makrostruktur
Pengujian makrostruktur dilakukan untuk mengetahui karbonisasi yang sempurna atau tidak sempurna pada briket, karena prinsip karbonisasi yaitu proses
pembakaran dikatakan sempurna jika hasil akhir pembakaran berupa abu berwarna keputihan dan seluruh energi di dalam bahan organik dibebaskan ke
lingkungan Erikson sinurat, 2011. Makrostruktur disini juga melihat apakah terjadi porositas yang sangat
tinggi atau rendah, porositas sangat berpengaruh pada tekanan pengepresan karena nilai kuat tekan yang semakin meningkat seiring penambahan tekanan
pengepresan dalam densitas menandakan banyaknya butiran-butiran yang menyatu sehingga komposisi densitas akan semakin rapat Setiowati dan Tirono,
2014. Pengujian ini menggunakan camera handphone dengan penambahan lensa pembesar setelah itu dilakukan pengambilan gambar pada bagian luar briket dan
pada bagian dalam briket.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia Litbang Perdagangan, 2013. Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak
sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya komoditi minyak
kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu perkembangan areal perkebunan kelapa
sawit Departemen Perindustrian, 2007. Salah satu produsen tanaman sawit terbesar di Indonesia adalah Sumatera Utara setelah Riau BPS, 2014. Luas areal
tanaman dan produksi kelapa sawit menurut Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara 2013 mengalami peningkatan dari tahun 2008-2012 yaitu dengan
pertumbuhan rata-rata sebesar 1,37 dan 2,41 setiap tahunnya. Selain itu sumatera utara disebut sebagai penghasil minyak sawit mentah terbesar di
Indonesia. Selain produksi minyak kelapa sawit yang tinggi, produk samping atau
limbah kelapa sawit juga tinggi Tarmizi et al, 2014. Untuk membantu pembuangan limbah dan pemulihan energi, limbah kelapa sawit yang berupa
cangkang dan serat ini digunakan lagi sebagai bahan bakar ketel uap boiler. Setelah pembakaran akan dihasilkan abu dengan ukuran butiran yang halus.
Seiring peningkatan jumlah tanaman dan industri kelapa sawit maka limbah yang dihasilkan juga meningkat. Abu hasil pembakaran biasanya dibuang dekat pabrik
sebagai limbah padat dan tidak dimanfaatkan Ginting et al, 2014. Abu limbah kelapa sawit atau disebut juga Palm Oil Fly Ash merupakan
hasil pembakaran dari limbah kelapa sawit yang berasal dari boiler dengan suhu di dalam sekitar 1000
o
C sampai 2000
o
C. Pembakaran ini menghasilkan 2 jenis abu yaitu bottom ash abu dasar dan fly ash abu terbang. Bottom ash sendiri ialah
abu dasar yang tertinggal pada pembakaran boiler yang menjadi butiran abu padat atau leburan kerak yang menjadi bentuk memadat sedangkan fly ash yaitu limbah
padat yang hampir rata-rata dihasilkan paling banyak yaitu sekitar 2 ton per hari.
Universitas Sumatera Utara