4.5.8 Kejenuhan Oksigen
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai kejenuhan oksigen pada semua stasiun penelitian berkisar antara 78,78 – 87,54 . Nilai kejenuhan oksigen
tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 87,54 dan nilai kejenuhan oksigen terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu 78,78. Tingginya kejenuhan oksigen pada
stasiun 1 berkaitan dengan tingginya nilai kandungan oksigen terlarut pada stasiun tersebut. Hal ini menunjukkan defisit oksigen pada stasiun tersebut sedikit,
sehingga mampu mendukung pertumbuhan makrozoobentos. Tinggi rendahnya nilai kejenuhan oksigen dapat disebabkan karena jumlah organisme yang berbeda-
beda yang memerlukan oksigen, sehingga terjadi perbedaan di setiap stasiun yang menentukan keberlangsungan hidup makrozoobentos oksigen terlarut di suatu
perairan mengalami fluktuasi harian maupun musiman. Fluktuasi ini dipengaruhi oleh suhu dan juga aktifitas fotosintesis darri tumbuhan yang menghasilkan
oksigen Barus, 2004.
4.6 Analisis Korelasi
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai analisis korelasi keanekaragaman makrozoobentos dengan faktor fisik kimia perairan seperti pada
Tabel 10.
Tabel 10. Nilai Analisis Korelasi Keanekaragaman Makrozoobentos dengan Faktor Fisik Kimia Perairan
Suhu Intensitas
Cahaya Penetra
si Cahaya
Kec. Arus
pH Air pH
Substrat DO
BOD
5
Kejenuha n
Oksigen Kadar
Organik Substrat
H -0,859
+0,467 +0,101
-0,263 +0,088
-0,288 -0,686
+0,141 -0,905
-0,315
Keterangan: - = Korelasi Negatif Berlawanan + = Korelasi Positif Searah
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa uji analisis korelasi pearson antara faktor fisik kimia perairan dengan indeks keanekaragaman H
’
berbeda tingkat dan juga arah korelasinya. Nilai + menunjukkan adanya korelasi yang searah
antara nilai faktor fisik kimia perairan dengan nilai indeks keanekaragaman H
’
, yaitu seperti intensitas cahaya, penetrasi cahaya, pH air, dan kadar BOD
5
. Hal ini berarti bahwa tingginya nilai faktor fisik kimia tersebut, maka akan meningkatkan
nilai indeks keanekaragaman pada batas toleransi yang masih dapat ditolerir. Nilai - menunjukkan korelasi yang berlawanan antara nilai faktor fisik kimia perairan
dengan nilai indeks keanekaragaman, yaitu seperti suhu, kecepatan arus, pH substrat, DO, kejenuhan oksigen dan kadar organik substrat. Hal ini memiliki arti
bahwa tingginya nilai faktor fisik kimia maka akan semakin rendah nilai indeks keanekaragaman pada kondisi yang masih dapat ditolerir.
Berdasarkan hasil uji korelasi pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa kejenuhan oksigen dan suhu berpengaruh sangat kuat terhadap keanekaragaman
makrozoobentos, oksigen terlarut berpengaruh kuat terhadap keanekaragaman makrozoobentos. Kejenuhan oksigen, suhu dan oksigen terlarut berkorelasi
negatif terhadap nilai keanekaragaman makrozoobentos. Berpengaruh sangat kuat memiliki arti bahwa apabila terjadi sedikit saja perubahan nilai faktor fisik kimia
maka akan langsung mempengaruhi keanekaragaman makrozoobentos yang terdapat dalam perairan. Berkorelasi negatif memiliki arti bahwa
rendahnya nilai kejenuhan oksigen akan meningkatkan nilai keanekaragaman makrozoobentos
dan apabila suhu semakin tinggi maka keanekaragaman makrozoobentos akan semakin rendah.
Menurut Barus 2004, nilai oksigen terlarut di suatu perairan mengalami fluktuasi harian maupun musiman. Fluktuasi ini dipengaruhi oleh suhu dan juga
aktivitas fotosintesis dari tumbuhan yang menghasilkan oksigen. Disamping pengukuran konsentrasi, biasanya dilakukan pengukuran terhadap kejenuhan
oksigen dalam air. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mengetahui apakah nilai tersebut merupakan nilai maksimum atau tidak.
Kenaikan suhu dalam perairan akan mengakibatkan kenaikan akivitas biologi dan pada gilirannya akan memerlukan lebih banyak oksigen di dalam
perairan tersebut. Hubungan antara suhu air dan oksigen biasanya berkorelasi negatif, yaitu kenaikan suhu di dalam air akan menurunkan tingkat kelarutan
oksigen dan dengan demikian akan menurunkan kemampuan organisme akuatik dalam memanfaatkan oksigen yang tersedia untuk berlangsungnya proses-proses
biologi di dalam air Asdak, 2002. Menurut Effendi 2003, kenaikan suhu air akan meningkatkan konsumsi oksigen, namun akan mengakibatkan turunnya
jumlah oksigen terlarut dalam air.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap keanekaragaman makrozoobentos di Sungai Bah Binoman Desa Marjandi Embong Kecamatan Panombeian Panei
Kabupaten Simalungun diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a.
Makrozoobentos yang didapatkan sebanyak 19 genus yang tergolong ke dalam 3 filum, 4 kelas, 11 ordo dan 17 famili. Kepadatan tertinggi dijumpai
pada stasiun 1 yaitu pada genera Chimarra dengan nilai kepadatan sebesar 46,30 indm
2
. b.
Indeks Keanekaragaman H’ pada stasiun 1 senilai 2,07 rendah, pada stasiun 2 senilai 2,39 sedang dan pada stasiun 3 senilai 2,03 rendah.
Indeks keseragaman E berkisar antara 0,90 – 0,96. Berdasarkan nilai indeks similaritas IS yang didapatkan, stasiun yang mempunyai kriteria paling
mirip adalah antara stasiun 2 dengan 3 c.
Kejenuhan oksigen dan suhu berpengaruh sangat kuat terhadap nilai keanekaragaman makrozoobentos.
d. Indeks biotik famili yang didapatkan, stasiun 1 memiliki nilai 3,190 sangat
baik, stasiun 2 memiliki nilai 5 baik dan stasiun 3 memiliki nilai 5,974 kurang baik.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis makrozoobentos sebagai indikator kualitas perairan di Sungai Bah Binoman Desa Marjandi
Embong Kecamatan Panombeian Panei Kabupaten Simalungun.