Kurva Kalibrasi Fosfor secara Spektrofotometri Sinar Tampak Penetapan Kadar Fosfor dalam Sampel

26 diukur pada panjang gelombang 717 nm mulai menit ke-31 sampai menit ke-90. Hasil pengukuran menunjukan serapan stabil pada menit ke-80 hingga menit ke- 83. Data pengukuran waktu kerja kompleks fosfor molibdat, dapat dilihat pada Lampiran 7, halaman 41.

4.3.3 Kurva Kalibrasi Fosfor secara Spektrofotometri Sinar Tampak

Kurva kalibrasi fosfor diperoleh dengan cara mengukur serapan larutan baku dengan konsentrasi 0,381 µgml, 0,572 µgml, 0,762 µgml, 0,953 µgml dan 1,079 µgml. Pada panjang gelombang 717 nm dalam waktu kerja yang telah diperoleh. Kurva kalibrasi larutan induk baku dapat dilihat pada Gambar 4.2 Gambar 4.2 Kurva kalibrasi fosfor pada panjang gelombang 717 nm Dari pengukuran fosfor diperoleh persamaan regresi yaitu Y = 0,5813 x + 0,0046 dengan koefisien korelasi r = 0,9987. Berdasarkan kurva diatas, diperoleh hubungan linear antara konsentrasi dengan absorbansi. Menurut Ermer dan McB. Miller 2005, Nilai r ≥ 0,97 menunjukkan adanya korelasi linear yang menyatakan adanya hubungan antara X konsentrasi dan Y absorbansi. Konsentrasi µgml A bs o r ban si - - . ,1 . ,1 . ,2 . ,3 . ,4 . ,5 0 . ,6 ,7 . ,2 0, . ,4 0, . ,6 . ,8 1,0 1 . ,2 Y = 0,5813 x + 0,0046 r = 0,9987 Universitas Sumatera Utara 27

4.4.3 Penetapan Kadar Fosfor dalam Sampel

Larutan hasil dekstrusi yang mengandung fosfor diukur dengan spektrofotometri sinar tampak pada panjang gelombang 717 nm, pengukuran menghasilkan serapan dan konsentrasi yang dapat dihitung berdasarkan persamann garis regresi. Penetapan kadar fosfor dilakukan dengan menggunakan metode asam askorbat secara spektrofotometri sinar tampak. Sampel yang telah didekstruksi basah berupa fosfat bereaksi dengan ammonium molibdat dan kalium antimonil tartat dalam suasana asam penambahan asam sulfat membentuk senyawa fosfomolibdat lalu direduksi dengan asam askorbat, menjadi senyawa kompleks molibdenum yang berwarna biru dan stabil selama 4 menit, diukur pada menit ke- 80 pada panjang gelombang 717 nm. Selanjutnya dilakukan perhitungan statistik terhadap hasil analisis menggunakan uji ANOVA dengan taraf kepercayaan 95. Hasil penetapan kadar fosfor dalam sampel dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini. Tabel 4.2 Hasil Penetapan Kadar Fosfor dalam Sampel NO. Sampel Kadar fosfor mg 100g 1. Sirsak Biasa 7,1379 ± 0,0003 2. Sirsak Ratu 6,8726 ± 0,0001 3. Sirsak Mandalika 7,4755 ± 0,0002 Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa kadar fosfor pada sirsak biasa, sirsak ratu dan sirsak mandalika masing-masing adalah 7,1379 ± 0,0003 mg100g, 6,8726 ± 0,0001 mg100g dan 7,4755 ± 0,0002 mg100g, lalu dianalisis secara uji ANOVA, didapat F hitung fosfor 1034,524 dan F tabel 3,59, dimana F hitung lebih besar dari F tabel maka H ditolak dan H 1 diterima H Universitas Sumatera Utara 28 menyatakan ketiga sampel dari rata-rata populasi adalah sama dan H 1 menyatakan ketiga sampel dari rata-rata populasi adalah berbeda, maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antar sampel Trihendradi, 2013. Perbedaan tersebut disebabkan oleh tempat tumbuh tanaman dan faktor lingkungan iklim, pemupukan dan curah hujan Hanum, 2009. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 10, halaman 47. 4.5 Validasi Metode Analisis 4.5.1 Uji Perolehan Kembali