Model-Model Implementasi Kebijakan Implementasi Kebijakan .1 Pengertian Implementasi Kebijakan

12 yang diinginkan. Budi Winarno, Ibid ; hal 101 Batasan lain mengenai implementasi kebijakan juga disebutkan oleh Van Meter dan Van Horn Winarno, 2008;146 mengemukakan implementasi kebijakan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau kelompok-kelompok pemerintah ataupun swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan –tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan. Menurut James P. Lester dan Joseph Stewart, implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang sangat luas, merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan. Dari beberapa defenisi implementasi kebijakan publik yang telah dikemukakan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa implementasi kebijakan publik adalah pelaksaan kebijakan oleh mesin-mesin administrasi negara dalam mengatasi masalah.

I.5.2.2 Model-Model Implementasi Kebijakan

Keberhasilan implementasi kebijakan akan ditentukan oleh banyak variabel atau faktor dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain. Kita akan melihat beberapa teori implementasi kebijakan sebagai berikut : Menurut George C. Edwards III 1980, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yakni : a komunikasi, b sumberdaya, c disposisi dan d struktur birokrasi. Keempat variabel tersebut juga saling berhubungan satu sama lain. AG Subarsono, Ibid ; hal 90-92 Universitas Sumatera Utara 13 a. Komunikasi Syarat pertama dalam pelaksanaan kebijakan yang efektif adalah bahwa yang melaksanakan tugas tersebut mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Jadi, ada suatu kejelasan tentang apa yang harus mereka lakukan. Selanjutnya dalam komunikasi perlu adanya konsistensi dari aspek komunikasi yaitu bagaimana penetralisiran tugas dan fungsi tertentu yang akan dilakukan. Agar implementasi menjadi efektif maka mereka yang mempunyai tanggung jawab untuk mengimplementasikan sebuah keputusan mesti tahu apa yang seharusnya mereka lakukan. Sukses tidaknya implementasi yang dilihat dari aspek komunikasi adalah bagaimanaa pentransmisian tugas atau fungsi tertentu yang akan dilakukan. b. Sumber daya Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan dengan jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementor, serta sumber daya finansial. Komunikasi Sumberdaya Implementasi Disposisi Struktur Birokrasi Bagan I.3 : Faktor Penentu Implementasi Menurut Edward III Universitas Sumatera Utara 14 c. Disposisi Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan makan maka menjadi tidak efektif. d. Struktur birokrasi Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan kebijakan. Salah satu dari aspek stuktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi standar standart operating prosedures atau SOP. SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor yang bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderungh melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur brirokrasi yang rumit dan kompleks ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel. Dalam pandangan Weimer dan Vining Subarsono. 2005;103, ada tiga 3 kelompok variabel yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu program yaitu : a. Suatu kebijakan yang ditetapkan dapat mendapat dukungan teoritis b. Lingkungan tempat kebijakan dioperasikan akan mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan c. Keberhasilan suatu kebijakan dapat dipengaruhi oleh tingkat Universitas Sumatera Utara 15 kompetensi dan keterampilan dari para implementor kebijakan. Menurut Van Meter dan Van Horn 1975 ada enam 6 variabel yang mempengaruhi implementasi, yakni : a ukuran dan tujuan kebijakan, b sumberdaya, c komunikasi, d karakteristik agen pelaksana, e disposisi implementor, dan f kondisi sosial, ekonomi dan politik. AG. Subarsono, Ibid ; hal 99 – 101 a. Ukuran dan tujuan kebijakan Standar dan tujuan kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan tujuan kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterprestasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen. b. Sumberdaya Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya manusia human resources maupun sumberdaya non-manusia non-human resources. c. Komunikasi Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi untuk keberhasilan suatu program. Universitas Sumatera Utara 16 Bagan I.4 : Model Implementasi Kebijakan Menurut Van Meter dan Van Horn d. Karakteristik agen pelaksana Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program. e. Disposisi implementor Disposisi implementor ini mencakup tiga 3 hal yang penting, yakni : 1 respon implementor terhadap kebijakan yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, 2 kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan dan 3 intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor. f. Kondisi ekonomi, sosial dan lingkungan Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat Komunikasi antar organisasi kegiatan pelaksanaan Ukuran dan tujuan kebijakan Karakteristik badan pelaksana Sumberdaya Lingkungan ekonomi, sosial dan politik Disposisi pelaksana Kinerja implementasi Universitas Sumatera Utara 17 mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok- kelompok kepentingan memberi dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan. Keberhasilan menurut Merilee S Grindle 1980 dipengaruhi oleh dua 2 variabel besar, yakni isi kebijakan content of policy dan lingkungan implementasi context of implementation. AG. Subarsono, Ibid ; hal 93 Variabel isi kebijakan mencakup : a sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target group termuat dalam isi kebijakan, b jenis manfaat yang diterima oleh target group, c sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan, d apakah letak sebuah program sudah tepat, e apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci dan f apakah sebuah program didukung oleh sebuah sumberdaya yang memadai. Sedangkan variabel lingkungan mencakup : a seberapa besar kekuasaan, kepentingan dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan, b karakteristik institusidan rejim yang sedang berkuasa dan c tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran. Demikian juga menurut Mazmanian dan Sabatier 1983, ada tiga 3 kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni : AG. Subarsono, Ibid ; hal 94 a. Variabel independent, yaitu mudah tidaknya masalah dikendalikan yang berkenaan dengan indikator masalah teori dan teknis pelaksanaan Universitas Sumatera Utara 18 keragaman objek dan perubahan seperti apa yang dikehendaki. b. Variabel intervening, yaitu variabel kemampuan kebijakan untuk menstruktur proses implementasi dengan indikator kejelasan dan konsistensi tujuan, keterpaduan hirarkis diantara lembaga pelaksana dan perekrutan pejabat pelaksanaan dan keterbukaan kepada pihak luar. c. Variabel dependent, yaitu pemahaman dari lembagabadan pelaksana dalam bentuk kebijakan pelaksanaan, kepatuhan objek, hasil nyata, penerimaan atas hasil nyata dan kebijakan yang bersifat mendasar. Sedangkan menurut Jones 1994;296 menyebutkan beberapa dimensi dari implementasi pemerintahan mengenai program-program yang sudah disyahkan, kemudian menentukan implementasi, juga membahas aktor-aktor yang terlibat, dengan memfokuskan pada birokrasi yang merupakan lembaga eksekutor. Selanjutnya Jones mengatakan apakah suatu program terimplementasikan dengan efektif atau dapat diukur dengan standar penilaian yaitu : 1. Organisasi yaitu : merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program ke dalam tujuan kebijakan. Setiap organisasi harus memiliki struktur organisasi, sumber daya manusia yang berkualitas sebagai tenaga pelaksana serta didukung dengan perangkat hukum yang jelas. 2. Interpretasi yaitu : mereka yang bertanggung jawab yang dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku, harus dilihat apakah pelaksanaannya telah sesuai dengan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis yang telah dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Universitas Sumatera Utara 19 3. Penerapan yaitu : adanya prosedur kerja dan program yang jelas, tujuan dan sasaran yang jelas serta pengawasan terhadap pelaksanaan program. Dengan demikian, implementasi merupakan suatu proses mengubah gagasan atau program menjadi tindakan dan bagaimana kemungkinan cara menjalankan perubahan tersebut agar tujuan dari program tersebut dapat berjalan efektif dan efisien. Implementasi yang sesuai dengan penelitian ini adalah sebagaimana yang dimaksudkan menurut teori Van Meter dan Van Horn dengan menggunakan enam variabel yaitu standar dan sasaran kebijakan, sumberdaya, komunikasi, karakteristik agen pelaksana, disposisi implementor dan kondisi sosial, ekonomi dan politik. I.5.3 Konsep Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP I.5.3.1 Latar Belakang Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan P2KP Masalah kemiskinan di Indonesia tidak hanya melanda wilayah pedesaan, tetapi juga di wilayah perkotaan. Khusus di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum kondisi masyarakat miskinnya adalah tidak adanya prasarana dan sarana dasar perumahan dan pemukiman yang memadai, serta kualitas lingkungan yang kumuh dan tidak layak huni. Kemiskinan merupakan persoalan struktural dan multidimensional yang mencakup politik, sosial, aset dan lain-lain. Karakteristik kemiskinan tersebut, serta krisis ekonomi yang terjadi, telah menyadarkan semua pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki ke arah pengokohan kelembagaan Universitas Sumatera Utara 20 masyarakat. Keberdayaan kelembagaan masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun organisasi masyarakat yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka. Di samping itu, keberdayaan semacam itu diharapkan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan upaya pemberdayaan warga miskin di tingkat lokal, baik dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Berdasarkan karakteristik kemiskinan di kawasan perkotaan tersebut, model program penanggulangan kemiskinan di perkotaan P2KP diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi penyelesaian persoalan kemiskinan yang bersifat multi dimensional dan struktural, khususnya yang terkait dengan dimensi- dimensi politik, sosial, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, model program penanggulangan kemiskinan di perkotaan P2KP diharapkan mampu menyediakan aset yang lebih baik bagi masyarakat miskin dalam meningkatkan pendapatannya ataupun menyuarakan aspirasinya dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, program penanggulangan kemiskinan di perkotaan P2KP merupakan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat.

I.5.3.2 Pendekatan dan Tujuan Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan P2KP