62
5. Corporate Social Responsibility memiliki koefisien regresi sebesar 0,020,
hal ini menunjukkan bahwa jika variabel Ukuran Dewan Direksi bertambah satu satuan maka variabel Tindakan Pajak Agresif juga
mengalami kenaikan sebesar 0,020.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil uji statistik F yang dilakukan, menunjukkan bahwa variabel Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Direksi, Ukuran Komite Audit dan Corporate
Social Responsibility tidak berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Tindakan Pajak Agresif pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di
BEI tahun 2011-2014. Pada pengujian statistik uji-t atau pengujian secara parsial ditemukan bahwa
Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap Tindakan Pajak Agresif. Sedangkan Ukuran Dewan Direksi, Ukuran Komite Audit dan Corporate
Social Responsibility tidak berpengaruh terhadap Tindakan Pajak Agresif. Pembahasan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen secara parsial dijelaskan berikut ini.
1. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Tindakan Pajak Agresif
Berdasarkan pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel Ukuran Dewan Komisaris memiliki koefisien sebesar -0,134 dan nilai t hitung sebesar -
2,285 sedangkan t tabel sebesar 2,01174, maka thitung ttabel yaitu -2,285 2,01174. Nilai signifikansi Ukuran Dewan Komisaris lebih kecil dari 0,05 yaitu
0,027 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh negative signifikan terhadap kebijakan dividen.
Universitas Sumatera Utara
63
Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Winarsih, Prasetyono dan Kusufi 2014 yang menyatakan bahwa Ukuran Dewan Komisaris
berpengaruh terhadap Tindakan Pajak Agresif. Hal ini menggambarkan bahwa besar atau kecilnya ukuran Dewan Komisaris yang dimiliki perusahaan sektor
pertambangan akan mempengaruhi tindakan agresivitas pajak yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini mungkin terjadi apabila rendahnya koordinasi antar anggota
dewan komisaris di dalam perusahaan sehingga terciptalah tindakan pajak agresif. Tetapi, penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Annisa dan Kurniasih
2012 yang menyatakan bahwa besar kecilnya jumlah dewan komisaris yang ada pada perusahaan tidak secara signifikan mempengaruhi penurunan aktivitas
penghindaran pajak atau disebut juga dengan tax avoidance. Menurut Winarsih, Prasetyono dan Kusufi 2014, rendahnya koordinasi antar
anggota dewan komisaris tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak manajemen dalam melakukan tindakan yang curang. Tindakan ini bisa saja dengan tidak
melaporkan laporan yang seharusnya dilaporkan manajemen misalnya dalam hal manajemen laba. Manajemen laba yang diatur oleh perusahaan bisa saja akan
berpengaruh positif dalam laba perusahaan atau bisa disebut dengan tindakan pajak agresif.
2. Pengaruh Ukuran Dewan Direksi Terhadap Tindakan Pajak Agresif
Berdasarkan pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel Ukuran Dewan Direksi memiliki koefisien sebesar 0,026. Nilai thitung sebesar 0,294
sedangkan nilai ttabel sebesar 2,01174, maka thitung 0,294 ttabel 2,01174. Nilai signifikansi Ukuran Dewan Komisaris lebih besar dari 0,05, yaitu 0,707 0,05,
Universitas Sumatera Utara
64
maka dapat disimpulkan Ukuran Dewan Direksi tidak berpengaruh pada Tindakan Pajak Agresif. Hasil penelitian ini mendukung tugas dari dewan direksi yang turut
bertanggung jawab dalam pelaporan pajak juga menjaga citra perusahaan di masyarakat.
Menurut Hidayanti 2013: 14 akibat buruk dari manajemen laba yang dilakukan perusahaan itu, perusahaan dapat terkena sanksi penalti dari fiskus,
turunnya harga saham, sampai rusaknya reputasi perusahaan karena adanya pemerikasaan yang dilakukan oleh fiskus. Hal inilah yang bertolak belakang
dengan kepentingan dewan direksi yang menginginkan kewajiban pajak semakin rendah sementara pemerintah menginginkan penerimaan pendapatan negara dalam
bentuk pajak semakin tinggi. Dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan maka hasilnya adalah dewan direksi tidak berpengaruh terhadap keagresifan pajak yang
dilakukan perusahaan atau tidak mempengaruhi tinggi rendahnya tindakan pajak agresif.
3. Pengaruh Ukuran Komite Audit Terhadap Tindakan Pajak Agresif
Berdasarkan pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel Ukuran Komite Audit memiliki koefisien sebesar 0,151. Nilai thitung sebesar 1,280
sedangkan nilai ttabel sebesar 2,01174, maka thitung 1,280 ttabel 2,01174. Nilai signifikansi Ukuran Dewan Komisaris lebih besar dari 0,05, yaitu 0,207 0,05,
maka dapat disimpulkan Ukuran Komite Audit tidak berpengaruh pada Tindakan Pajak Agresif.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitan Annisa dan Kurniasih 2012 yang menyatakan bahwa jumlah komite audit berpengaruh terhadap
Universitas Sumatera Utara
65
tindakan pajak agresif perusahaan yang listing di BEI tahun 2008. Penelitian Annisa dan Kurniasih menyatakan bahwa adanya syarat Otoritas Jasa Keuangan
OJK untuk mempekerjakan paling sedikit tiga komite audit dalam perusahaan membuat perusahaan tersebut tidak mematuhi peraturan karena banyak
perusahaan yang tidak mematuhinya dan dengan pelanggaran tersebut akan meningkatkan tingkat manajemen pajak dari perusahaan.
Penelitian ini mengolah data dari tahun 2011-2012 dan dari hasil penelitan yang didapat, perusahaan yang terdaftar di BEI rata-rata sudah memiliki 3 komite
audit di perusahaannya. Oleh karena itu dapat disimpulkan kalau komite audit tidak mempengaruhi manajemen pajak dan tidak mendorong adanya tindakan
pajak agresif perusahaan dan menjaga citra perusahaan, sesuai dengan pekerjaan yang harus dilakukan komite audit tersebut.
4. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Tindakan Pajak
Agresif
Berdasarkan pengujian secara parsial pada penelitian menunjukkan bahwa variabel Corporate Social Responsibility CSR memiliki koefisien sebesar 0,020.
Nilai thitung sebesar 0,027 sedangkan nilai ttabel sebesar 2,01174, maka thitung 0,027 ttabel 2,01174. Nilai signifikansi CSR lebih besar dari 0,05, yaitu 0,978
0,05, maka dapat disimpulkan CSR tidak berpengaruh pada Tindakan Pajak Agresif. Tidak berpengaruhnya CSR terhadap tindakan pajak agresif berarti
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang dilampirkan dalam laporan tahunan tidak menentukan seberapa besar tindakan agresif yang dilakukan oleh
perusahaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
66
Hasil penelitian ini berlawanan dengan penelitian dari Yoehana 2013 yang menyatakan bahwa semakin tinggi pengungkapan yang dilakukan perusahaan
pada annual report maka akan semakin rendah pula tindakan pajak agresif yang dilakukannya. Pengaruh antara kedua variabel ini didukung oleh penelitian Sari
dan Martani 2010 yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan sehingga hubungan CSR dan tindakan pajak agresif tidak dapat dibuktikan.
Universitas Sumatera Utara
67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan