31
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teori dan beberapa hasil penelitan terdahulu yang sudah di jabarkan, penelitian ini menguji kembali pengaruh GCG dan CSR
terhadap tindakan pajak agresif dengan kerangka konseptual dari penelitian ini pada gambar 2.1.
Good Corporate Governance X1
Gambar 2.1 Kerangka konseptual
Penelitian ini akan menjadikan Tindakan Pajak Agresif menjadi variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen X karena dengan menjadikan
Tindakan Pajak Agresif menjadi variabel dependen akan dapat diketahui apakah konsep Tindakan Pajak Agresif ini dapat dipengaruhi dengan beberapa variabel
independen yang sudah disebutkan pada perusahaan yang akan diteliti.
Dewan Komisaris X1.1
Dewan Direksi X1.2
Komite Audit X1.3
Corporate Social Responsibility X2
Tindakan Pajak Agresif Y
Universitas Sumatera Utara
32
Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen di penelitian ini di jelaskan sebagai berikut:
1. Dewan komisaris terhadap pajak agresif
Dewan komisaris adalah salah satu organ perusahaan yang mempunyai tugas juga tanggung jawab yang secara kolektif dalam perusahaan untuk
mengawasi dan memberikan nasihat pada direksi. Dewan komisaris juga harus memastikan bahwa perusahaan tersebut sudah memenuhi standar GCG apa tidak.
Semakin besar ukuran dewan komisaris yang bekerja dalam perusahaan, maka semakin besarlah kemungkinan akan terjadi tindakan pajak agresif yang dilakukan
oleh perusahaan tersebut. 2.
Dewan direksi terhadap tindakan pajak agresif Dewan direksi mempunyai tanggung jawab dalam perusahaan yaitu untuk
mengelola manajemen perusahaan agar manajemen itu bekerja secara efektif dan efisien. Dengan tugas direksi, manajemen perusahaan tersebut akan menjadi lebih
baik lagi dalam menyusun laporan tahunan dan juga laporan kegiatan perusahaan yang memuat laporan pelaksanaan GCG. Dalam melaksanakan tugasnya, direksi
akan menemukan benturan kepentingan antara perusahaan dengan pemerintah. Benturan kepentingan ini terjadi karena perusahaan ingin memiliki laba yang
tinggi sedangkan pemerintah memandang kenaikan laba sebagai kenaikan objek pajak yang nantinya akan ditagih. Maka direksi perlu mengurangi benturan
kepentingan yang terjadi di perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
33
3. Komite audit terhadap tindakan pajak agresif
Komite audit bertugas membantu komisaris dalam pengawasan laporan keuangan agar disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip yang berlaku umum
KNKG, 2006. Peraturan BAPEPAM menyatakan komite audit minimal beranggotakan tiga orang yang sudah diketuai oleh seorang dewan komisaris
independen yang menjabat sebagai ketua komite audit. Maka untuk perilaku komite audit akan dilihat dari segi perilaku manajemen dalam mengawasi laporan
keuangan dengan pajak, yaitu perusahaan akan cenderung mengharapkan komite audit untuk dapat meminimalkan tindakan pajak agresif yang ada di perusahaan.
4. Corporate Social Responsibility terhadap tindakan pajak agresif.
Motif pelaksanaan CSR oleh perusahaan sulit dibedakan motifnya antara CSR yang dilakukan dengan motif altruistic dengan CSR yang dilakukan untuk
menguntungkan reputasi perusahaan William, 2007 dalam Lanis dan Richardson, 2012. Dengan motif yang berbeda ini pula, penting untuk mempertimbangkan
bagaimana CSR dapat mempengaruhi agresifnya pajak suatu perusahaan tanpa membuat adanya upaya untuk membedakan tindakan yang diambil perusahaan
jika perusahaan tersebut memang ingin mempertanggungjawabkan usahanya dengan alasan tertentu. Jika semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR, maka
akan semakin tinggi reputasi perusahaan di lingkungan sekitarnya. Jika pengungkapan tersebut dikaitkan dengan pajak yang dibayarkan, reputasi baik
akan diperoleh perusahaan yang membayarkan pajak perusahaan kepada negara dengan benar.
Universitas Sumatera Utara
34
2.4 Hipotesis Penelitian