Cara Pengambilan Sampel Pengambilan, Penyimpanan Dan Pengiriman Spesimen

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yang mana ditemukan 100 adalah gram negatif. E.Coli merupakan jenis bakteri yang sering dijumpai Pondei K et al., 2012 . Hal yang sama juga didapatkan pada penelitian ini bakteri yang paling banyak adalah Escherichia Coli 46.2 serta yang paling sedikit ditemukan adalah Klebsiella Pneumonia 23.1. Hasil ini sama dengan hasil kepustakaan Barat, dimana di negara maju infeksi saluran kemih 48,6 adalah E.coli, dan pada penelitian ini memperoleh hasil sekitar 46,2. Dari penelitian lain sebelumnya ada yang melaporkan kuman penyebab bakteriuria terbanyak bukan oleh E. coli, ini mungkin perbedaan tempat dan perlakuan terhadap penderita misalnya penderita yang dirawat inap di rumah sakit penyebab bakteriuria sering oleh kuman nosokomial pseudomonas dan juga kerap kali berkaitan dengan hyegine dan sanitasi penderita dalam merawat kebersihan kateter Taiwo SS et al., 2006 . Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Taiwo SS dan Aderounmu AOA, meneliti kuman yang diakibatkan oleh pemasangan kateter. Dari total 122 pasien, sebanyak 76 62,3 diakibatkan oleh pembesaran prostat jinak. Kuman yang paling banyak ditemukan adalah E.Coli dan Pseudomonas Aerogenosa masing-masing 20,6. Berdasarkan penelitian ini, pada pasien infeksi saluran kemih sebesar 82.05 sensitif terhadap Imipenem yang kemudian diikuti dengan Amikacin 74.35. Namun pada penelitian yang dilakukan Pondei et al., anti mokroba yang sensitif dan tepat untuk diberikan adalah nitrofurantoin. Pondei dkk melaporkan bahwa bakteri gram negatif lebih resisten terhadap cloxacilin dan amoxicillin-clavulanat. E. Coli, K. Pneumoniae, dan P. Mirabilis lebih sensitive terhadap nitrofurantoin dan kurang sensitive terhadap cloxacilin dan amoxicillin-clavulanat. Staphilokokus lebih sensitive terhadap ceftazidim dan kurang sensitive terhadap cloxacilin, lincomicin dan oxacilin. Selain itu pondei dkk juga melaporkan bahwa tidak ada pengaruh antara usia dan jenis kelamin terhadap sensitivitas antibiotika pada infeksi saluran kemih Pondei K et al., 2012.

2.3.2 Cara Pengambilan Sampel

Dalam keadaan normal urine bersifat steril. Pada keadaan infeksi saluran kemih ISK, akan ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna di dalam urine. Penyebab terbanyak ISK adalah bakteri enterik terutama Escherichia coli. Pada ± 10 penderita Universitas Sumatera Utara ISK dapat ditemukan 2 jenis bakteri yang keduanya mungkin merupakan penyebab. Jika ditemukan 3 jenis bakteri atau lebih, hal ini mungkin disebabkan oleh cara pengambilan dan pengolahan bahan urine yang tidak sempurna. Walaupun demikian hal ini dapat terjadi pada penderita ISK yang menggunakan kateter menetap. Pemeriksaan bakteriologik terhadap urine bertujuan untuk menentukan diagnosis bakteriologik ISK. Bahan urin utuk pemeriksaan harus segar dan sebaiknya diambil pada pagi hari. Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi supra pubik suprapubic puncture=SPP, dari kateter dan urin porsi tengah midstream urine. Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah dan ditampung dengan wadah bermulut lebar dan steril Roehrborn CG et al., 2010. Sampel yang diambil adalah urin porsi tengah. Pria yang tidak dikhitan harus menarik prepusiumnya, membersihkan ujung penis dengan larutan antiseptik, dan tetap menarik prepusiumnya selama berkemih. Pasien pria mulai berkemih ke dalam toilet, kemudian menempatkan wadah steril dengan mulut lebar di bawah penisnya untuk mengumpulkan sampel urin porsi tengah. Cara ini mencegah kontaminasi spesimen urin dari organisme kulit dan urethra. Bila perlu semua sampel urin harus diperiksa dalam kurun waktu 1 jam setelah pengumpulan dan ditempatkan untuk kultur dan sensitivitas jika ada indikasi. Jika urin dibiarkan pada suhu kamar dalam waktu yang lebih lama, bakteri yang muncul akan tumbuh lebih cepat, pH dapat berubah, dan sel-sel darah merah dan putih dapat tidak terindikasi. Jika tidak mungkin untuk memeriksa urin dengan segera, sampel harus diletakkan di dalam pendingin pada suhu 5 O C.

2.3.3 Pengambilan, Penyimpanan Dan Pengiriman Spesimen

A. Tujuan Mendapatkan spesimen urine yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan bakteriologik. B. Waktu Pengambilan Sebaiknya, sebelum pemberian antimikroba atau 48 sampai 72 jam setelah pemberian antimikroba terakhir. Universitas Sumatera Utara Disarankan urine pagi pertama pada malam hari tidak buang air kecil . Bila hal ini tidak memungkinkan maka urine diambil 2 jam setelah buang air kecil terakhir Roehrborn CG et al., 2010. C. Peralatan dan Bahan 1. Peralatan a. Semprit b. Wadah steril dari gelas atau plastik bermulut lebar bertutup rapat, volume lebih kurang 50 ml. 2. Bahan a. Air hangat b. Alkohol 70 c. Handuk d. Kasa steril e. Povidon Iodine 10 f. Sabun D. Prosedur Pengambilan 1. Urine Porsi Tengah a. Penderita harus mencuci tangan memakai sabun b. Jika tidak disunat tarik kulit preputium kebelakang, keluarkan urin, aliran yang pertama dibuang, aliran urin selanjutnya ditampung dalam wadah yang sudah disediakan. c. Wadah ditutup Wadah ditutup rapat dan segera dikirimkan ke laboratorium. Pada penderita yang tidak mampu melakukan sendiri, hal ini dilakukan dengan bantuan perawat. E. Pemberian Identitas 1. Formulir permintaan pemeriksaan surat pengantar formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiknya memuat secara lengkap : Universitas Sumatera Utara a. Tanggal permintaan b. Tanggal dan jam pengambilan spesimen c. Identitas pasien nama, umur, jenis kelamin, alamat, nomor rekam medik d. Identitas pengirim nama, alamatruangan, nomor telpon e. Identitas spesimen jenis, volume, lokasi pengambilan f. Pemeriksaan laboratorium yang diminta g. Nama pengambil spesimen h. i. Transpor medial pengawet yang digunakan 2. Label Keterangan klinis : diagnosis atau rawatan singkat penyakit, riwayat pengobatan Wadah urine diberi lebel yang memuat : a. Tanggal pengambilan spesimen b Identitas pasien nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medik . c. Jenis spesimen F. Penyimpanan Spesimen Semua spesimen urine harus sudah sampai di laboratorium dalam waktu 1 jam setelah pengambilan. Jika hal ini tidak mungkin dilaksanakan, spesimen harus disimpan di lemari es 2°-8°C segera setelah pengambilan, selanjutnya harus sudah diproses di laboratorium dalam waktu 18 jam. G. Pengiriman Spesimen Pengiriman spesimen dilakukan dengan menggunakan cool box 2-8 ° C Kecuali jika waktu perjalanan yang diperlukan kurang dari 1 jam. Universitas Sumatera Utara

2.3.4 Hitung Kuman, Isolasi dan Identifikasi

Dokumen yang terkait

Hubungan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012

16 180 62

Karakteristik Pasien Benign Prostate Hyperlasia (BPH) yang Menjalani Transurethral Resection of Prostate (TURP) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada Periode Januari 2012-Desember 2013

9 79 79

Pola Kuman Penyebab Infeksi Saluran Kemih Dan Sensitivitasnya Terhadap Antibiotika Di RSUP H.Adam Malik Periode Januari 2009-Desember 2009.

1 45 75

Hubungan Antara Kadar Serum Lipid Dengan Volume Prostate Pada Penderita Benign Prostate Hyperplasia Di RSUP H. Adam Malik Medan

0 0 14

Hubungan Antara Kadar Serum Lipid Dengan Volume Prostate Pada Penderita Benign Prostate Hyperplasia Di RSUP H. Adam Malik Medan

0 0 4

Hubungan Antara Kadar Serum Lipid Dengan Volume Prostate Pada Penderita Benign Prostate Hyperplasia Di RSUP H. Adam Malik Medan

0 0 3

Hubungan Antara Kadar Serum Lipid Dengan Volume Prostate Pada Penderita Benign Prostate Hyperplasia Di RSUP H. Adam Malik Medan

0 0 18

Hubungan Antara Kadar Serum Lipid Dengan Volume Prostate Pada Penderita Benign Prostate Hyperplasia Di RSUP H. Adam Malik Medan

0 0 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prostat - Pola Kuman dan Sensitivitas pada Penderita Benign Prostate Hyperplasia dengan Infeksi Saluran Kemih di RSUP H. Adam Malik Medan

0 0 22

Pola Kuman dan Sensitivitas pada Penderita Benign Prostate Hyperplasia dengan Infeksi Saluran Kemih di RSUP H. Adam Malik Medan

0 0 17