Alat Pengumpulan Data Analisis Data.

26 dokumen lain yang berkaitan dengan tinjauan yuridis atas jual beli tanah pewaris di bawah umur yang diperoleh dari harta warisan. 3 Bahan hukum tertier. 38 Yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain. Sebagai sumber data tambahan dilakukan menggunakan pedoman wawancara, yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dari pihak Kantor Pertanahan Medan yang terkait dengan pengalihan harta warisan milik bersama anak di bawah umur yang berupa hak atas tanah. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu sehingga diperoleh data yang diperlukan sebagai data pendukung dalam penelitian hukum normatif dalam penulisan tesis ini.

3. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan studi dokumen yaitu dengan melakukan inventarisasi dan sistematisasi literatur yang berkaitan dengan pengalihan harta warisan milik bersama anak di bawah umur yang yang berupa hak atas tanah, selain itu dilakukan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dengan narasumber, yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dari pihak Kantor Pertanahan Medan yang terkait dengan pengalihan harta 38 Ibid. Universitas Sumatera Utara 27 warisan milik bersama anak di bawah umur yang berupa hak atas tanah. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu sehingga diperoleh data yang diperlukan dalam penelitian tesis ini.

4. Analisis Data.

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisa kualitatif. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks. Padanya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi keragaman. 39 Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. 40 Sedangkan metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 41 Data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan library research dan data primer yang diperoleh dari penelitian lapangan field research kemudian disusun secara berurutan dan sistematis dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu untuk memperoleh gambaran tentang pokok 39 Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 53 40 Lexy J. Moleong, Metode Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal. 103 41 Ibid., hal. 3 Universitas Sumatera Utara 28 permasalahan dengan menggunakan metode berpikir deduktif, ditarik kesimpulannya mulai dari hal yang umum untuk selanjutnya menarik hal-hal yang khusus. Universitas Sumatera Utara 29

BAB II PENGATURAN HUKUM PENGALIHAN TANAH YANG DIPEROLEH

KARENA PEWARISAN BAGI AHLI WARIS YANG BERSTATUS DI BAWAH UMUR

A. Hukum Waris Di Indonesia 1. Pengertian Hukum Waris Perdata

Telah diketahui, bahwa di Indonesia berlaku lebih dari satu sistem Hukum Perdata yaitu, Hukum Barat Hukum Perdata Eropa, Hukum Adat dan Hukum Islam. Ketiga sistem hukum tersebut semuanya antara lain juga mengatur cara pembagian harta warisan. Hukum Waris Perdata ini digunakan bagi orang yang mengesampingkan Hukum Adat Waris dalam mendapatkan penyelesaian pembagian warisan. Hukum Waris Perdata Barat berlaku bagi : a. Orang-orang keturunan Eropa. b. Orang-orang keturunan Timur Asing Tiong Hoa. c. Orang-orang yang menundukan diri sepenuhnya kepada Hukum Perdata Barat. Hukum Waris menurut A. Pitlo yaitu kumpulan peraturan yang mengatur hukum mengenai harta kekayaan, karena wafatnya seseorang, yaitu mengenai pemindahan kekayaan yang ditinggalkan oleh si mati dan akibatnya dari pemindahan ini bagi orang-orang yang memperoleh baik dalam hubungan antara mereka, maupun dalam hubungan antara mereka dengan pihak ketiga. Universitas Sumatera Utara 30 Sedangkan Hukum Waris Menurut Wirjono Prodjodikoro, Soal apakah dan bagaimanakah berbagai hak dan kewajiban-kewajiban tentang kekayaan seseorang pada waktu ia meninggal dunia akan beralih kepada orang lain yang masih hidup. Hukum Waris adalah bagian dari Hukum Kekayaan, akan tetapi erat sekali dengan Hukum Keluarga, karena seluruh pewarisan menurut undang-undang berdasarkan atas hubungan keluarga sedarah dan hubungan perkawinan. Dengan demikian ia masuk bentuk campuran antara bidang yang dinamakan Hukum Kekayaan dan Hukum Keluarga. Kemudian Subekti dan Tjitrosoedibio mengatakan Hukum Waris adalah, “Hukum yang mengatur tentang apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan dari seorang yang meninggal”. 42 Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk terjadinya suatu pewarisan harus dipenuhi 3 tiga unsur yaitu : 1 Pewaris, adalah orang yang meninggal dunia meninggalkan harta kepada orang lain. 2 Ahli Waris, adalah orang yang menggantikan pewaris di dalam kedudukannya terhadap warisan, baik untuk seluruhnya, maupun untuk sebagian. 3 Harta Warisan, adalah segala harta kekayaan dari orang yang meninggal dunia. Dalam hal pewarisan, yang dapat diwarisi yaitu hanya hak dan kewajiban yang meliputi bidang harta kekayaan. Namun ada hak-hak yang sebenarnya masuk bidang harta kekayaan tetapi tidak dapat diwarisi. Hak-hak yang masuk bidang harta 42 R. Subekti dan Tjitrosoedibio, Kamus Hukum, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2005, hal. 56 Universitas Sumatera Utara 31 kekayaan yang tidak dapat diwarisi antara lain, hak untuk menikmati hasil dan hak untuk mendiami rumah. Hak-hak ini tidak dapat diwarisi karena bersifat sangat pribadi. Selanjutnya ada juga hak-hak yang bersumber kepada Hukum Keluarga namun dapat diwarisi antara lain, hak untuk mengajukan tuntutan agar ia diakui sebagai anaknya dan hak untuk menyangkal keabsahan seorang anak. Dengan demikian prinsipnya hanya hak dan kewajiban yang meliputi harta kekayaan saja yang dapat diwarisi, ternyata tidak dapat dipegang teguh dan terdapat beberapa pengecualian.

2. Pengertian Hukum Waris Adat