40
peralihan hak yang dikarenakan seseorang yang mempunyai salah satu hak meninggal dunia akan hak itu dengan sendirinya menjadi hak ahli warisnya. Dengan kata lain
bahwa peralihan hak itu terjadi dengan melalui suatu perbuatan hukum tertentu, berupa jual beli, tukar menukar, hibah wasiat legaat.
56
Dengan demikian maka peralihan hak dapat terjadi karena perbuatan yang disengaja misalnya jual beli, tukar menukar, hibah wasiat legaat. Peralihan hak juga
dapat terjadi dengan tidak sengaja dengan suatu perbuatan melainkan karena hukum, misalnya hak pewaris pada saat meninggal dunia dengan sendirinya menjadi hak ahli
warisnya. Hak milik dapat beralih maksudnya hak milik berpindah dari seseorang
kepada orang lain melalui peristiwa hukum. Misalnya hak pewaris berpindah kepada ahli warisnya. Sedangkan hak milik dapat dialihkan maksudnya adalah hak seseorang
berpindah kepada orang lain karena perbuatan hukum yang sengaja dilakukan misalnya karena jual beli, hibah, tukar menukar.
2. Pengertian Istilah Dan Batasan Hukum Waris
Seperti telah dijelaskan di atas, hak milik dapat beralih dari seseorang kepada orang lain melalui peristiwa hukum
pewarisan di mana hak pewaris berpindah kepada ahli warisnya. Berbicara tentang peralihan hak milik karena pewarisan erat
kaitannya dengan hukum waris yang berlaku antara pewaris dan ahli warisnya. Hukum waris merupakan salah satu bagian dari hukum perdata secara
keseluruhan dan merupakan bagian terkecil dari hukum kekeluargaan. Hukum waris
56
K. Wantjik Saleh, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1976, hal. 19
Universitas Sumatera Utara
41
sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia sebab setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian. Akibat hukum yang
selanjutnya timbul dengan
terjadinya peristiwa hukum
kematian seseorang
diantaranya ialah masalah bagaimana pengurusan dan kelanjutan hak-hak dan kewajiban-kewajiban seseorang yang meninggal dunia itu. Penyelesaian hak-hak dan
kewajiban-kewajiban sebagai akibat meninggalnya seseorang, diatur oleh hukum waris.
57
Soepomo menerangkan bahwa hukum waris itu memuat peraturan-peraturan yang mengatur proses meneruskan serta mengoperkan barang-barang harta benda dari
suatu angkatan manusia kepada turunannya.
58
Ter Haar Bzn memberikan rumusan hukum waris sebagai “Hukum Waris adalah aturan-aturan hukum yang mengenai cara bagaimana dari abad ke abad
penerusan dan peralihan dari harta kekayaan yang berwujud dan tidak berwujud dari generasi ke generasi”.
59
A. Pitlo dalam bukunya “Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Belanda” memberikan batasan hukum waris sebagai berikut:
“Hukum Waris, adalah kumpulan peraturan yang mengatur hukum mengenai kekayaan karena wafatnya seseorang yaitu mengenai pemindahan kekayaan
yang ditinggalkan oleh si mati dan akibat dari pemindahan ini bagi orang-orang
57
Iman Suparman, Intisari Hukum Waris Indonesia, CV. Mandar Maju, Bandung, 1995, hal. 1
58
Soepomo, Bab-Bab Tentang Hukum Adat, Penerbitan Universitas, 1986, hal. 72
59
Ter Haar Bzn, Azas dan Susunan Hukum Adat, terjemahan K.N.G. Soebekti Poesponoto, Pradnya Paramita, Jakarta, 1960, hal. 197
Universitas Sumatera Utara
42
yang memperolehnya, baik dalam hubungan antara mereka, maupun dalam hubungan antara mereka dengan pihak ketiga”.
60
Soepomo dalam bukunya “Bab-Bab tentang Hukum Adat” mengemukakan sebagai berikut :
Hukum waris itu memuat peraturan-peraturan yang mengatur proses meneruskan serta mengoperkan barang-barang harta benda dan barang-barang tidak berwujud
benda immateriele goederen dari suatu angkatan manusia generatie kepada turunannya. Proses itu telah mulai pada waktu orang tua masih hidup. Proses
tersebut tidak menjadi “akuut” oleh sebab orang tua meninggal dunia. Memang meninggalnya bapak atau ibu adalah suatu peristiwa yang penting bagi proses itu,
akan tetapi sesungguhnya tidak mempengaruhi secara radikal proses penerusan dan pengoperan harta benda dan harta bukan benda tersebut.
61
3. Pendaftaran Peralihan Hak Atas Tanah Karena Pewarisan